Anda di halaman 1dari 14

Yang direvisi lagi

footnote yang ke 5 gak ada halamannya

footnote yang ke 4 gak ada halamannya

footnote yang ke 1 gak ada halamannya

footnote yang ke 2 gak ada kota dan penerbit

footnote yang ke 3 gak ada halamannya

Daftar pustaka 1 gak ada kota dan penerbit

MAKALAH HUKUM PERDATA


Subjek Hukum Persoon, Cakap Hukum,
Serta Kewenangan Berhak

DISUSUN OLEH :

ABDUN NADHIF 8111413276

SAFIK MUSTQFIR RIDHO 8111416010

EKO YULIYANTO 8111416011

AMALIA TIARA DITA 8111416031

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada prinsipnya hukum dibagi dua yaitu hukum publik
(Publicrecht) dan hukum privat (Privatrecht). Hukum publik
mengandung ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hal-hal
yang menyangkut kepentingan umum. Sedangkan hukum privat
mengandung ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hal-hal
yang bersifat keperdataan atau kepentingan pribadi (orang
perseorangan atau badan hukum). Hal-hal esensial yang diatur
dalam hukum privat antara lain misalnya kebebasan setiap
individu, masalah keluarga, masalah waris, masalah perkawinan,
masalah harta kekayaan, jaminan, hak milik, perikatan,
perjanjian, dan lain-lain. Menurut kitab undang-undang hukum
perdata dibagi dalam empat buku, yaitu buku I tentang orang,
buku II tentang benda, buku III tentang perikatan, dan buku IV
tentang bukti dan daluwarsa.
Dalam hukum perdata mengenal subjek hukum, dimana
subjek hukum merupakan segala sesuatu yang dapat
mempunyai hak dan kewajiban untuk bertindak dalam hukum.
Subjek hukum disini dibagi menjadi dua yaitu subjek hukum
orang dan subjek hukum badan hukum. Di dalam sejarah dikenal
adanya manusia yang tidak mempunyai hak dan kewajiban,
tidak merupakan subjek hukum, tidak diperlakukan sebagai
orang, yaitu budak belian. Bahkan dikenal juga kematian perdata
atau mortcivile sebagai hukuman, misalnya harta warisannya
menjadi terbuka untuk dibagi, istrinya menjadi janda. Demikian
pula bagi bangsa undonesia, sesuai dengan asas pancasila
kemanusiaan yang adil dan beradab, melarang manusia
dijadikan objek hukum sehingga dapat diperlakukan sebagai
benda yang dapat diperjual-belikan, digadaikan dan lain
sebagainya.
Wewenang untuk bertindak hukum ini sudah timbul pada
saat manusia dilahirkan dan baru berakhir pada saat manusia ini
meninggal dunia. Dalam hal ini kita mengenal suatu fiksi hukum
yaitu bahwa apabila kepentingan menghendaki, maka status
subjek hukum itu dapat dimulai sejak anak masih ada dalam
kandungan orangtuanya. Serta dalam subjek hukum juga
membahas mengenai cakap hukum dan kewenangan berhak.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa cakap hukum itu penting dalam bagian manusia
sebagai subjek hukum?

2. Bagaimana seorang anak yang belum cakap hukum tapi


akan melakukan tindakan hukum berupa peminjaman
modal?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pentingnya Cakap Hukum Dalam Bagian Manusia


Sebagai Subjek Hukum
Seseorang dikatakan cakap hukum apabila ia dianggap
cukup cakap untuk mempertanggung jawabkan segala
tindakan-tindakannya. Seseorang yang dewasa normal
adalah cakap hukum akan tetapi dalam hal-hal tertentu
seorang dewasa itu dapat dikatakan atau dinyatakan tidak
cakap hukum lagi. Mereka ini dalam melakukan hak-haknya
harus diwakili oleh orang lain. Golongan orang yang tidak
cakap bertindak disebut juga personae misetrabile.

Orang-orang yang oleh undang-undang dinyatakan tidak


cakap bertindak (Pesonae Miserabile)

I. Pasal 1330 KUH Perdata, ada tiga golongan:1


a) Orang-orang yang belum dewasa, yaitu anak yang belum
mencapai umur 21 tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan (pasal 330 KUHPerdata).
Sekarang usia dewasa ini ditenntukan 18 Tahun (Pasal 47
Undang-Undang Perkahwinan Nomor 1/1974).
Demikian pula Undangn-Undang tentang jabatan Notaris
(UU No. 30/2004) menentukan usia 18 tahun atau telah
1 Meliala.Djaja.S. Hukum Perdata Dalam Perspektif Bw.Bandung: Penerbit
Nuansa Aulia. 2012. Hal :
menikah sebagai syarat untuk menghadap, membuat akta
notaris (Pasal 39 ayat (1) butir a).
b) Orang-orang yang dibawah pengampunan (pasal 433
KUHPerdata).
c) Perempuan Bersuami.
Sekarang ini perempuan bersuami tidak termasuk lagi,
seorang perempuan yang masih terikat dalam perkahwinan
sudah cakap melakukan perbuatan hukum sendiri (SEMA
Nomor 3/1963 jo Pasal 31 Undang-Undang Perkahwinan
Nomor 1/1974).
II. Dalam hal melangsungkan perkawinan, Pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang Perkahwinan Nomor 1/1974 menentukan:
usia untuk melangsungkan perkawinan bagi wanita sudah
mencapai umur 16 tahun dan untuk pria sudah mencapai
umur 19 tahun.
III. Membuat testamen (surat wasiat).
Menurut Pasal 897 KUHPerdata seseorang yang belum
mencapai umur 18 Tahun tidak boleh membuat surat
wasiat.

Orang-orang yang belum dewasa dan orang-orang yang


ditaruh dibawah pengampuan (curatele) dalam melakukan
perbuatan-perbuatan hukum diwakili oleh orang tuanya,
walinya atau pengampunya (curator). Sedangkan
penyelesaian hutang piutang orang-orang dinyatakan pailit
dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan (weeskaamer).2

Uraian diatas ini dapat disimpulkan bahwa setiap orang


adalah subyek hukum (rechtspersoonlijkheid) yakni
pendukung hak dan kewajiban, tetapi tidak semua orang
cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Orang yang cakap
untuk melakukan perbuatan hukum (rechtsbekwaamheid)
2 Dyah Hapsari Prananingrum. Telaah Terhadap Esensi Subjek Hukum,
Manusia Dan Badan Hukum.nomor 1 vol.5.24 mei 2012.hal: 2.
tidak selalu berwenang untuk melakukan perbuatan hukum
(rechtsbevoegheid).

Dengan demikian, rechtsbekwaamheid adalah syarat


umum sedangkan rechtsbevoegheid adalah syarat khusus
untuk melakukan perbuatan hukum.

Dalam ketidak cakapan hukum terdapat dua bentuk


ketidak cakapan yaitu:3

1. Ketidak cakapan umum adalah ketidak cakapan yang


sifatnya umum untuk semua perbuatan atas
hubungan hukum. Misal orang gila, anak kecil, orang
pikun, dsb.
2. Ketidak cakapan khusus, adalah ketidak cakapan
seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan
hukum tertentu, berhubung keadaan khusus dari
orang tersebut yang berhubungan dengan perbuatan
atau hubungan-hubungan hukum tersebut.
Contoh :
Seseorang pejabat lelang, secara umum adalah
cakap bertindak akan tetapi untuk memilih
barang-barang yang berada dibawah
kekuasaannya untuk dilelang, dia tidak cakap
(tidak wenang).
Seorang terdakwa menurut UU No. 14 tahun
1970, mempunyai hak ingkar, yaitu hak untuk
menolak hakim yang akan mengadili dengan
alasan-alasan tertentu. Dengan demikian,
hakim tersebut tidak cakap (tidak wenang)
untuk mengadili orang tersebut. Secara umum

3 Sutrisno. Memahami Selayang Pandang Ilmu Hukum. Semarang: UNNES


PRESS.2011. hal :
dia cakap berindak tetapi berbuatan hukum
mengadili orang tersebut ia tidak wenang.

Setiap penyandang hak dan kewajiban tidak selalu berarti


mampu atau cakap melaksanakan sendiri hak dan
kewajibannya. Ada beberapa golongan orang yang oleh
hukum telah dinyatakan tidak cakap atau kurang cakap
untuk bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-
perbuatan hukum, mereka harus diwakili atau dibantu
orang lain untuk melakukannya.

Berbicara kedewasaan dalam hal mengenai cakap hukum


untuk tiap-tiap sistem hukum adalah berbeda-beda, sebagai
contoh:4

Dalam hukum perdata, pasal 330 menyatakan: belum


dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap
dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin.
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum mereka genap
dua puluh satu tahun maa mereka tidak kembali lagi dalam
kedudukan belum dewasa.
Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974,
pasal 7, untuk kawin batas umurnya bagi laki-laki 19 tahun
sedangkan bagi wanita 16 tahun dan harus izin orang tua.
Dalam hukum acara pidana, untuk menjadi saksi di
pengadilan orang harus berumur 15 tahun (pasal 145 ayat
(1) no.3, 145 ayat (4) HIR, 172 ayat (1) no.4 jo. 173 Rbg,
1912 BW)
Di dalam hukum islam ada istilah aqil baliqh. Istilah itu
menunjukkan bahwa didalam hukum islam selain umur
juga faktor berakal adalah merupakan ukuran kedewasaan

4 Ibid., Hal :
seseorang. Jadi orang yang umurnya cukup, tetapi tidak
sehat otaknya, dianggap belum aqil baliqh. Juga tanda-
tanda tertentu pada fisiknya dan pengalaman-
pengalamannya tertentu yang menimpa fisiknya,
merupakan ukuran kedewasaan seseorang.
Didalam hukum adat, pada umumnya kedewasaan
seseorang diukur dari kemampuan seseorang untuk
mencari nafkah sendiri, berdiri sendiri (rumah tangga
sendiri), terlepas dari orang tua (mandiri, dalam istilah
jawa disebut mentas).

Selain kedewasaan dalam cakap hukum juga mengenal


mengenai perwalian dan pengampuan. Perwalian adalah suatu
bentuk perwakilan yang dilakukan oleh seseorang kepada subyek
hukum yang belum cakap hukum, dalam hal ini ialah anak. Pada
umumnya terjadinya perwalian pada anak disebabkan oleh anak
tersebut tidak mempunyai orang tua atau anak tersebut masih
mempunyai orang tua tetapi kuasa orang tuanya dicabut.
Sedangkan perngampuan adalah suatu bentuk perwakilan yang
dilakukan seseorang kepada subyek hukum yang tidak cakap
hukum, dalam hal ini adalah orang dewasa yang tidak cakap.
Orang dewasa tersebut mengalami sakit jiwa dan atau penyakit
jiwa yaitu orang yang kurang sempurna akal dan pikirannya
layaknya orang lain.5

Dengan pemaparan diatas dapat kita ketahui bahwa


seseorang penting untuk dianggap sebagai cakap hukum. Hal
tersebut adalah suatu komponen yang wajib untuk melakukan
tindakan hukum salah satunya dalam hukum perdata sebab
subjek hukum dalam hukum perdata hanya dua yaitu manusia
5 Syahrani, Riduan. Seluk Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung:
PT.ALUMNI. 2006. Hal :
atau orang dan badan hukum. Maka orang sebagai aktor dalam
hukum perdata haruslah cakap hukum agar hukum yang dijalani
sesuai peraturan yang berlaku dan berjalan baik.

2. Analisis kasus : seorang anak yang belum cakap


hukum tapi akan melakukan tindakan hukum

Sebelum membahas mengenai permasalahan dalam kasus


diatas, terlebih dahulu patut dicermati apa itu definisi dari
tindakan hukum. Tindakan hukum adalah segala perbuatan
manusia yang secara sengaja untuk menimbulkan hak-hak dan
kewajiban.6 Sehingga didalam tindakan hukum tidak semata-
mata hanya tindakan yang tidak menimbulkan hukum, selain itu
dalam tindakan hukum juga menimbulkan akibat hukum. Sebuah
tindakan hukum dapat dilakukan oleh setiap subjek hukum baik
orang maupun badan hukum yang sesuai ketentuan seperti yang
sudah di jelaskan diatas.

Disini akan sedikit pemaparan sebuah permasalah yang akhir-


akhir ini bermunculan. Indonesia adalah negara yang saat ini
masih dalam taraf berkembang dan berusaha menuju menjadi
negara maju. Sektor yang belakangan ini terus diupayakan untuk
dibawa keranah yang lebih baik adalah sektor perekonomian
sebab ekonomi sangat penting bagi kehidupan sebuah bangsa.
Ada beberapa solusi yang ditawarkan untuk mewujudkan hal itu
salah satunya yaitu berusaha penciptaan wirausahawan di
seluruh indonesia dan dimasukkan kedalam dunia pendidikan di
Indonesia. Secara resmi tingkatan pendidikan yang sudah
diajarkan mengenai kewirausahaan adalah SMA sederajat dan
bahkan SMP. Dari hal itu tidak sedikit bermunculan para

6 Opcit.,Hal.60
wirausahawan muda yang cukup baik dalam mengembangkan
usahanya baik dibidang kuliner, jasa atau apapun itu.

Contoh ada seorang anak yang mulai berwirausaha menjual


makanan yang awalnya cukup dengan modal sedikit sudah
berjalan dan mendapat laba secara otomatis anak itu berfikir dan
mencari tau bagaimana agar usaha itu makin besar dan makin
mendapatkan laba yang besar pula. Maka diperlukanlah modal
yang besar pula, sekarang tidak sulit mendapatkan modal
dengan cara kredit di berbagai bank. Namun walaupun mudah
tetap saja ada beberapa aturan di setiap bank antara lain:7

Calon debitur berusia 21 tahun atau lebih ketika


mengajukan pinjaman.
Di akhir masa angsuran, calon debitur mempunyai usia
maksimal 55 tahun,
Mempunyai gaji yang cukup untuk membayar angsuran,
Mempunyai penghasilan tetap, untuk bebrapa wilayah,
minimal penghasilan ini biasanya ditetapkan dalam jumlah
berbeda-beda,
Memenuhi segala persyaratan penilaian dari pihak bank.

Dari hal itu muncul persoalan dimana anak itu kelas XI SMA
dimana usianya baru 16 tahun sementara persyaratan untuk
sebagai debitur adalah 21 tahun.

Mengenai hal itu anak tersebut sesuai peraturan yang


berlaku belum cakap hukum sesuai uraian pada pembahasan
pertama dimana sesuai pasal 1330 kitab undang-undang hukum
perdata anak tersebut masuk dalam kategori orang-orang yang

7 Fitra zumaria,Pradana.Syarat Peminjaman Uang Di Bank.


https://uangteman.com/blog/berita-bank/syarat-peminjaman-uang-di-bank.
Diakses Pada Tanggal 08 Maret 2017
belum dewasa sehingga sang anak belum bisa melakukan
tindakan hukum.

Sehingga satu langkah yang dapat diambil dalam hal itu


adalah menggunakan orang tua sebagai perwalian dalam
peminjaman modal di bank. Mengenai perwalian sesuai dengan
kitab undang-undang hukum perdata pasal 330 ayat (3)
menyatakan bahwa Mereka yang belum dewasa dan tidak
berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah perwalian
atas dasar dan cara sebagaimana teratur dalam bagian
ketiga,keempat, kelima dan keenam bab ini. Sebenarnya dalam
peminjaman modal di bank perwalian si anak tidak harus orang
tua bisa siapapun asalkan tergolong dalam cakap hukum dan
menanggung segala ketentuan dalam peminjaman modal
tersebut. Ini merupakan perwalian dalam arti orang tua masih
ada dan hanya dalam ranah peminjaman uang.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Cakap hukum penting dalam bagian manusia sebagai


subjek hukum karena cakap hukum merupakan kondisi
dimana seseorang dapat melakukan tindakan hukum
dengan syarat sudah dewasa, tidak dalam pengampuan
serta tidak dalam kondisi pailit. Seseorang diakatakan
cakap hukum apabila ia dianggap cukup cakap dalam
mempertanggungjwabkan segala tindakan-tindaknnya.
Seorang anak yang belum cakap hukum tetapi akan
melakukan tindakan hukum berupa peminjaman modal
yaitu dengan memahami terlebih dahulu mengenai aturan
perwalian sesuai dengan kitab undang-undang hukum
perdata pasal 330 ayat (3) dan aturan syarat seseorang
pengajuan kredit di bank seperti yang sudah di jelaskan
diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Dyah Hapsari Prananingrum. 2012. Telaah Terhadap Esensi


Subjek Hukum: Manusia dan Badan Hukum. Nomor 1
vol.5.24 Mei 2012. (kota dan penerbit ?)

Fitra zumaria, Pradana. Syarat Peminjaman Uang Di Bank.


https://uangteman.com/blog/berita-bank/syarat-peminjaman-uang-di-
bank. Diakses Pada Tanggal 08 Maret 2017
S.Meliala,Djaja. 2012. Hukum Perdata Dalam Prespektif BW.
Bandung: Nuansa Amalia.

Sutrisno. 2011. Memahami Selayang Pandang Ilmu Hukum.


Semarang: UNNES PRESS.

Syahrani, Riduan. 2006. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum


Perdata. Bandung: PT.ALUMNI

Anda mungkin juga menyukai