Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHASAN

A. Pengertian Distribusi Dalam Islam


Usaha untuk memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke konsumen,
maka salah satu faktor yang tidak boleh di abaikan adalah pendistribusian.
Menurut David A. Revsan dalam Marius P. Ariponga, distribusi merupakan suatu
jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen keprantara dan akhirnya
sampai pada pemakai. Jadi, distribusi adalah kegiatan ekonomi yang menjembati
kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa sampai
ketangan konsumen. Dengan demikian kegunaan barang dan jasa lebih meningkat
setelah dikonsumsi.
Adapun maksud distribusi ditinjau dari segi bahasa adalah proses
penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan. Hal ini di sebabkan
definisi tersebut cenderung mengarah pada perilaku ekonomi yang bersifat
individual. Namun dari devinisi diatas dapat ditarik perpaduan, dimana didalam
distribusi terdapat sebuah proses pendapatan dan pengeluaran dari sumberdaya
yang dimiliki oleh negara.
Adapun perinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan islam
ialah Peningkatan dan bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan. Dengan demikian, kekayaan yang ada dapat melimpah secara merata
dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja. Sementara Anas Zarqa
mengemukakan bahwa defininsi distribusi ialah transfer (mentasharufkan)
pendapatan kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau
dengan cara yang lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat.
Demikian konsep ekonomi dibidang distribusi yang ditawarkan oleh islam.
Islam mengenalkan konsep pemerataan pembagian hasil kekayaan negara melalui
distribusi tersebut, seperti zakat, wakaf, warisan dan lain sebagainya. Distribusi
seperti di atas dapat dikatan sebagai makna dari distribusi secara luas. Sementara
distribusi dalam arti penyebaran dan penukaran hasil produksi lain, islam telah
memberikan tuntunan yang wajib diikuti oleh pelaku ekonomi muslim. Tuntunan
tersebut tertuang dalam fiqh muamalah. Sedangkan distribusi secara umum, dapat
kita lihat secara eksplisit telah dijelaskan Alloh swt. Dalam Q.S al-Baqarah ayat 3:

1
Artinya : (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan
shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada
mereka.(Q.S Al-Baqarah : 3)
Berkenaan dengan ayat di atas, pendistribusian merupakan bentuk
pembagian harta atas harta rampasan perang (fai) dan sejenisnya. Dimana harta
tersebut di bagi-bagikan kepada orang-orang yang berhak, tanpa harus membayar
penggantinya. Beda dengan distribusi atas pentasharufan barang-jasa yang
dibutuhkan dengan cara transaksi merupakan bagian penting dari model marketing
(pemasaran).
Selain itu dikemukakan pula bahwa segala apa yang ada dilangit ataupun
dibumi adalah milik Alloh swt. Akan tetapi semuanya kembali pada bagaimana
manusia mengelola sumberdaya alam tersebut. Lebih jauh lagi bagaimana negara
mampu mengelolanya, untuk selanjutnya mendistribusikan kembali kepada
masyarakat.
Senada dengan pendapat di atas, Afzalur Rahman mengemukakan bahwa
untuk mencapai keadilan ekonomi yang ideal dalam masyarakat, isalm
menawarkan suatu gagasan yang sarat nilai dan menumbuhkan semangat di antara
penganutnya. Gagasan tersebut adalah bahwa bantuan ekonomi kepada sesama,
dengan niat mencari keridhaan Alloh semata, merupakan tabungan yang nyata dan
kekal, yang akan dipetik hasilnya di akhirat kelak.1

B. Konsep Distribusi Kekayaan


Dalam islam, kebutuhan memang menjadi alasan untuk mencapai yang
minimum, namun demikian kecukupan dalam standar hidup yang baik (nisab)
adalah hal yang paling mendasari dalam distribusi kekayaan, setelah itu baru
dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan.2 Dan masalah pemenuhan kebutuhan
pokok juga merupakan persoalan distribusi kekayaan.
Dalam persoalan distribusi kekayaan yang muncul, islam melalui sistem
ekonomi islam menetapkan bahwa berbagai mekanisme tertentu yang digunakan
untuk mengatsi persoalan distribusi. Mekanisme distribusi yang ada dalam sistem

1 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), h.176-179.

2 Fisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), h. 119.

2
ekonomi islam secara garis besar dapat di kelompokan menjadi 2, yaitu:
mekanisme ekonomi dan mekanisme nonekonomi, sebagai berikut: 3
1. Mekanisme ekonomi
Mekanisme ekonomi adalah mekanisme distribusi dengan
mengandalkan kegiatan ekonomi agar tercapai distribusi kekayaan. Dalam
mewujudkan distribusi kekayaan, maka mekanisme ekonomi yang
ditempuh pada sistem ekonomi islam di antara manusia yang seadil-
adilnya dengan cara sebagai berikut :
a. Membuka kesekmpatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-
sebab hak milik (asbabu al-tamalluk) dalam hak milik pribadi (al-
milkiyah al-fardiyah).
b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya
pengembangan hak milik (tanmiyatu al-milkiyah) melalui kegiatan
investasi.
c. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya.
Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya
akan menghambat distribusi karena tidak terjadi perputaran harta.
d. Membuat kebijakan agar harta beredar secara luas serta menggalakan
berbagai kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat petumbuhan.
e. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat
mendistorsi pasar.
f. Larangan kegiatan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah
kepada penguasa.
g. Pemanfaatan secara oftimal (dengan harga murah atau cuma-cuma)
hasil dari barang-barang (SDA) milik umum (al-milkiyah al-amah)
yang dikelola negara sperti: hasil hutan, barang tambang, listrik, air
dan sebgainya demi ksejahteraan rakyat.
2. Mekanisme nonekonomi
Mekanisme non ekonomi adalah jenis mekanisme yang digunakan
jika mekanisme ekonomi tidak dapat atau belum mampu berjalan untuk
mengatasi persoalan distribusi, baik karena sebab-sebab alamiah yang
menimbulkan kesenjangan, ataupun kondisi-kondisi khusus seperti karena

3 M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007),

h. 204-253.

3
bencana alam, kerusuhan dan lain sebaagainya. Cara yang kedua ini
bertujuan agar ditengah masyarakat segara terwujud keseimbangan (al-
tawazun) dan kesetaraan ekonomi, yang akan ditempuh dengan beberapa
cara yaitu :
a. Pemberian negara kepada rakyat yang membutuhkan.
b. Zakat
c. Warisan
d. Infak, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah
e. Ganti rugi terhadap kejahatan yang dilakukan seseorang kepada orang
lain.
f. Barang temuan.

C. Etika Distribusi Islami


Distribusi atau juga bisa disebut marketing dan islam ibarat dua sisi mata
uang logam. Keduanya tidak bisa di pisahkan. Sebelum orang mengenal disiplin
ilmu marketing, Al-Quran sudah lebih dahulu menjelaskan tentang marketing.
Hal tersebut kemudian diaplikasikan oleh Rasulullah dalam bermuamalah.
Sebagaimana kita pahami, seseorang yang ingin menekuni dunia
distributor (marketing) harus memenuhi beberapa persyaratan. Pesyaratan itu di
antaranya adalah:
1. Memiliki daya analisis yang bagus terhadap calon konsumennya. Konsep
ini sejalan dengan Q.S al-Jumuah 62: 10.
2. Kesungguhan dalam menjual. Q.S al-Qashshsah 28: 77
3. Selalu berbuat jujur. Seorang marketer dituntut jujur. Rasulullah bersabda,
Allah akan memberikan rahmat kepada orang yang berusaha dengan yang
halal, yang membelanjakan harta dengan hemat, dan dapat menyisihkan
uang pada saat ia fakir dan membutuhkannya.
Sederet etika distribusi (marketing) yang disodorkan islam di atas,
merupakan landasan yang kokohdan kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dalam distribusi barang dan jasa secara umum, para pelaku harus
memperhatikan etika ekonomi, yaitu:
1. Pemerataan
a. Pemerataan keberbagai daerah, distribusi harus merata keberbagai
daerah yang membutuhkan.

4
b. Pemerataan kesempatan usaha, produsen besar harus memberikan
kesempatan kepada pedagang eceran dan agen untuk berusaha.
2. Kadilan
a. Keadilan terhadap produsen sejenis.
b. Keadilan terhadap konsumen.
3. Ketetapan waktu dan kwalitas
Dalam pendistribusian barang sangat diperlukan ketepatan waktu
terutama yang masa kadaluarsanya singkat. Demikian juga dengan
kwalitas yang harus terjaga dalam pendistribusian saat barang di salurkan,
diupayakan tidak ada kerusakan, kerusakan barang berpengaruh pada
harga yang sampai pada konsumen.
Imam Al-Gazali dalam kitab monumentalnya berjudul Ihya Ulumuddin
menjelaskan beberapa etika yang perlu disikapi oleh para distributor ataupun
marketing diantaranya adalah :
1. Harus bersifat amanah.
2. Berlaku benar dalam perkataan dan juga perbuatan.
3. Bersikap ikhlas.
4. Berlaku adil yakni memberikan hak kepada orang yang memiliki hak
tanpa menguranginya.
5. Bisa menjaga kesabaran dalam menghadapi ujian, cobaan dan kesulitan
dilapangan maupun ditempat kerja.
6. Mempunyai sifat kasih dan sayang kepada sesama, baik sebagai pelanggan
tetap maupun tidak.
7. Bisa atau mudah memaafkan.
8. Berani mengambil resiko tetapi tetap di perhitungkan.
9. Kuat dan tabah serta mempunyai sifat malu.
10. Memelihara kesucian diri atau sifat iffah menjaga diri dari segala
keburukan supaya terpelihara kehormatan diri.4
Demikianlah sifat-sifat dasar yang hendaknya menjadi pegangan bagi para
distributor ataupun marketing karena akan terhindar dari kemaksiatan dan
kebodohan, serta mendapatkan ridha Alloh dalam melaksanakan amanat bagi
dirinya terhadap Allah maupun kepada sesama, terutama perusahaan. Namun
perlu di ingat bahwa distribusi disini bukan sekedar mentasharufkan harta atau
jasa untuk dikonsumsi, melainkan pula distribusi kekayaan atau pendapatan
seseorang muslim kepada sesama yang membutuhkan.
4 Ibid., h. 181-185

5
D. Nilai dan moral dibidang distribusi
Distribusi dalam ekonomi islam didasarkan pada dua nilai manusiawi yang
sangat mendasar dan penting, yaitu: nilai kebebasan dan nilai keadilan. Pendapat
ini didasarkan atas kenyataan bahwa Allah sebagai pemilik mutlak kekayaan telah
memberikan amanat kepada manusia untuk mengatur dan mengelola kekayaan
disertai kewenangan untuk memiliki kekayaan tersebut. Sehubungan dengan
masalah ini, Qurdhawi menjelaskan sebagai berikut:
1. Nilai kebebasan
a. Asas kebebasan
Kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi harus dilandasi
keimanan kepada Allah swt. Dan ke-Esaan-Nya. Alloh-lah yang
menciptakan dan Dia pula yang mengatur segala urusan sehingga
tidak layak lagi bagi manusia untuk menyombongkan diri serta
bertindak otoriter terhadap mahluk lainnya. Tidak boleh ada
pemaksaan dan penindasan karena seluruh mahluk dihadapan
Tuhan adalah sama. Hanya kepada-Nyalah semua manusia harus
tunduk dan meminta pertolongan.
b. Bukti-bukti kebebasan
1) Hak milik pribadi
Kepemilikan adalah suatu bukti prinsip kebebasan.
Seoarang yang memiliki suatu benda dapat menguasai dan
memanfaatkannya. Ia dapat pula mengembangkan hak miliknya
dengan cara yang di benarkan islam.
2) Warisan
Disyariatkannya warisan sebagai pencerminan kebebasan.
Dimana seseorang dapat melestarikan dan mengelola secara
kesinambungan apa yang menjadi miliknya. Perolehan hak milik
dari hak milik yang lama kepada penggantinya dapat terjadi dalam
dua hal, yaitu: melalui warisan dan wasiat. Kedua hal ini di akui
oleh syari dengan maksud untuk memelihara kemaslahatan
individu, keluarga dan masyarakat.5

5 Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,

2004), h. 317-318.

6
2. Nilai keadilan
Pembahasan tentang redistribusi pendapatan tidak lepas dari
pembahasan tentang konsep distribusi. Teori distribusi di harapkan dapat
mengatasi masalah distribusi pendapatan antara berbagai kelas dalam
masyarakat. M.A Mannan,6 menyebutkan bahwa teori ekonomi modern
tentang distribusi merupakan suatu teori yang menetapkan hargajasa
produksi. Untuk itu ia berusaha menemukan nilai jasa dari berbagai faktor-
faktor produksi dan nilai-nilai etik tentang pemilikan faktor-faktor
produksi. Muhammad Anas Zarqa (1995) mengatakan, ada bebarap faktor
yang menjadi dasar redistribusi, yaitu: tukar-menukar (exchange),
kebutuhan (need), kekuasaan (power), sistem sosial dan nilai etika (social
system and ethical values). Sejalan dengan perinsip pertukaran antara lain
seseorang memperoleh pendapatan yang wajar dan adil sesuai dengan
kinerja dan konstribusi yang diberikan.7
Dalam pandangan Munawar Iqbal, bahwa yang dimaksud dengan
distributive justice dalam islam adalah distribusi yang menjamin hal
berikut:
a. Jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua.
b. Objektivitas atau keadilan tetapi bukan persamaan dalam pendapatan
individu.
c. Pembatasan ketidak merataan ekstrem dalam pendapatan dan kekayaan
individu.8

6 M.A Mannan, Teori Dan Praktik Ekonomi Islam Edisi Lisensi (Yogyakarta: Dana

Bhakti Wakaf, 1993), h. 113.

7 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers,

2009), h. 117-118.

8 Ibid., h. 49.

7
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adapun perinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan islam
ialah peningkatan dan bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan. Dengan demikian, kekayaan yang ada dapat melimpah secara
merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja
2. Dalam islam, kebutuhan memang menjadi alasan untuk mencapai yang
minimum, namun demikian kecukupan dalam standar hidup yang baik (nisab)
adalah hal yang paling mendasari dalam distribusi kekayaan, setelah itu baru
dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan.
3. Distribusi atau juga bisa disebut marketing dan islam ibarat dua sisi mata
uang logam. Keduanya tidak bisa di pisahkan. Sebelum orang mengenal
disiplin ilmu marketing, Al-Quran sudah lebih dahulu menjelaskan tentang
marketing. Hal tersebut kemudian diaplikasikan oleh Rasulullah dalam
bermuamalah.
4. Distribusi dalam ekonomi islam didasarkan pada dua nilai manusiawi yang
sangat mendasar dan penting, yaitu: nilai kebebasan dan nilai keadilan.
Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa Allah sebagai pemilik mutlak
kekayaan telah memberikan amanat kepada manusia untuk mengatur dan
mengelola kekayaan disertai kewenangan untuk memiliki kekayaan tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz.Etika Bisnis Perspektif Islam.Bandung: Alfabeta.2013.

Fisal Badroen.Etika Bisnis Dalam Islam.Jakarta: Kencana.2006.

M. Sholahuddin.Asas-Asas Ekonomi Islam.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


2007.
Muhammad.Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam.Yogyakarta: BPFE-
Yogyakart.2004.
M.A Mannan.Teori Dan Praktik Ekonomi Islam Edisi Lisensi.Yogyakarta: Dana
Bhakti Wakaf.1993.
Euis Amalia.Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam.Jakarta: Rajawali
Pers.2009.

Anda mungkin juga menyukai