Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
INDUKSI PERSALINAN
I. Konsep dasar
1.1 Pengertian
Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses
kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi
menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah
keluarnya bayi dari rahim secara normal.
1.2 Etiologi
Induksi persalinan dilakukan karena:
1.2.1 Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih
dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang
melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai
resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya
sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
a. Pertumbuhan janin makin melambat.
b. Terjadi perubahan metabolisme janin.
c. Air ketuban berkurang dan makin kental.
d. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
I.2.2 Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu
terkena infeksi serius, atau menderita diabetes.
Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi.
Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol
glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi
oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi:
a. Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk
pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
b. Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi
dan eklamsi.
c. Hidramnion.
d. Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi
ini bersifat serius karena dapat menyebabkan peningkatan
resistensi insulin dan ketoasidosis.
e. Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek
diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena resistansi
insulin meningkat.
f. Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi,
mengakibatkan cacat bawaan.
I.2.3 Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam
kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian
janin.
I.2.4 Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan
(ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme
dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu
dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk
penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur.
I.2.5 Mempunyai riwayat hipertensi.
Gangguan hipertensi pada awal kehamilan mengacu berbagai keadaan,
dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia,
dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam
kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio
(PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada
sebelum hamil.
Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki
tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan suatu penyakit
vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan
proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa
kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir.
Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama.
Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah
otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental
dan tingkat kesadaran.
Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa
didahului ganguan neurologis.
Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa
hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau
hipertensi kronis lainnya.
Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada
sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan mencapai 20
minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu
pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.
Manifestasi klinis
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat
induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga
mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi
harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu
merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan
menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.
Patofisiologi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya
penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian
janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron,
peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim
semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi
sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan
psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan
lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan
kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya
penurunan kadar estriol dan plasental laktogen (< 4 ug/ml). Rendahnya fungsi
plasenta berkaitan dengan kejadian gawat janin. Akibat dari proses penuaan plasenta
maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun disamping adanya spasme arteri
spiralis. Janin mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan berat. Dalam hal ini
dapat disebut dismatur. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang jadi 50% menjadi
250 ml/menit. Jumlah air ketuban yang berkurang mengakibatkan perubahan
abnormal jantung janin. Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu adalah terjadi
pada 30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan, dan 15% dalam posnatal.
Penyebab utama kematian perinatal ini adalah hipoksia dan apirasi mekonium.
Komplikasi yang terjadi oleh bayi baru lahir adalah suhu yang tidak stabil,
hipoglikemi, polisistemia, dan kelainan neurologik.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat
yang menunjang pemasokan makanan pada janin serta persiapan untuk menyusui.
Glukosa berdifusi secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam
darah janin hampir sama dengan kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula ibu mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar
gula dipengaruhi oleh insulin, disamping hormon estrogen, steroid, dan plasenta
laktogen. Absorbsi makanan yang lambat terjadi hipoglikemia yang lama dan
menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat 3 kali
dari keadaan normal.ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan.
Secara fisiologi terjadi resistensi insulin yaitu bila ditambah insulin eksogen takkan
mudah terjadi hipoglikemi.
Yang jadi masalah bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan (diabetes yang timbul hanya dalam kehamilan). Resistensi insulin juga
disebabkan adanya hormon estrogen, progesteron, prolaktin, kortisol, dan plasenta
laktogen. Hormon ini mempengaruhi reseptor insulin pada sel, sehingga mengurangi
afinitas insulin.
Pada ketuban pecah dini, dapat disebabkan oleh selaput ketuban yang terlalu
tipis, adanya infeksi. Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat
naik masuk ke dalam kantong amnion maka dapat terjadi amnionitis dan plasentitis.
Meski selaput utuh, mikroorganisme dapat naik dan menyebabkan ketuban pecah
dini.
Pada preeklamsia, volume plasma yang beredar menurun, hingga terjadi
hemokosentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Ini membuat perfusi organ
maternal menurun, termasuk perfusi unit janin-uretroplasenta. Vasospasme
menurunkan fungsi perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah,
sehingga kapasitas oksigen maternal turun. Vasospasme merupakan akibat
peningkatan sensitifitas terhadap tekanan peredaran darah. Selain kerusakan
endotelial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler.
Ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular,
mmpredisposisikan pasien yang mengalami preeklamsia mudah menderita edema
paru.
Woc (terlampir)
Terapi
Induksi dapat dilakukan dengan:
1. Surgikal
Dengan cara:
a. Melepaskan/memisahkan selaput kentong ketuban dari segmen bawah
uterus (stripping). Ada dua cara, yaitu:
Manual, dengan jari tengah/telunjuk dimasukkan dalam kanalis
servikalis
Dengan balon kateter Foley yang dipasang di dalam segmen
bawah uterus melalui kanalis servikalis, diisi cairan,
diharapkan akan mendorong selaput ketuban di segmen bawah
uterus sampai terlepas.
Hambatan yang dihadapi dalam tindakan ini adalah:
a. Serviks yang belum dapat dilewati oleh jari
b. Bila didapatkan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan.
c. Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul.
2. Medisinal
Dengan menggunakan obat-obat untuk menstimulasi aktifitas uterus, misalnya
spartein sulfat, prostaglandin, dan oksitosin. Pemerian cairan hipertonik
intraamnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan
dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai adalah dapat berupa cairan
garam hipertonik 20%, urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea
dicampur dengan prostaglandin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot
rahim. Tapi cara ini dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya, misalnya
hipernatremia, infeksi, dan gangguan pembekuan darah.
Pemberian oksitosin
Oksitosin merupakan hormon yang dalam keadaan normal diproduksi oleh
kelenjar hipofifis posterior, merangsang kontraksi uterus. Indikasi pemberian
oksitosin yaitu; bahaya pada janin yang dicurigai, kebutuhan untuk
menstimulasi uterus, ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu, penyakit
diabetes/hipertensi. Kontraindikasi pemakaian oksitosin yaitu; disporposisi
sefalopelvis (CPD), denyut jantung janin meragukan, plasenta previa, riwayat
insisi uterus, infeksi herpes genital.
Agar infus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak
memberikan penyulit baik pada ibu manupun janin, maka diperlukan syarat-
syarat antara lain:
a. Kehamilan atterm.
b. Ukuran panggul normal.
c. Tidak ada disproporsi antara pelvis dan janin.
d. Janin dalam presentasi kepala.
e. Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar
dan sudah mulai membuka. Untuk menilai servik memakai skor
Bishop.
Pemberian prostaglandin
Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot-otot
rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim adalah PGE 2
dan PGF2 alpha. Untuk indikasi persalinan prostaglandin dapat diberikan
secara intravena, oral, vaginal, rektal, dan intra amnion. Pada kehamilan
aterm, indikasi persalinan dengan prostaglandin cukup efektif. Pengaruh
sampingan dari pemberian prostaglandin adalah muntah, mual, diare.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostic
- EKG
Mengkaji status kardiovaskuler
- Pelvimetri
Mengidentifikasi disproposisi sevalopelviks (CPD) atau posisi janin.
- Test fern dan/atau kertas nitrazin
Untuk memastikan pecah ketuban
- Ultrasonografi
Menentukan usia gestasi, ukuran janin, danya gerakan jantung janin,
dan lokasi plasenta.
- Amnioskopi
Melakukan pemeriksaan pada liquor amnii
- Pembuatan foto rongten janin
Menentukan tua janin
- NST (Non Sterss Test)
Janin yang sehat akan bergerak aktif dilihat dari peningkatan denyut
jantung janin, mengevaluasi janin/fungsi plasenta.
- OCT (Oxytocin Challange Test)
Untuk indikasi persalinan induksi.
2. Pemeriksaan Laboratorium
- Proteinuri (5gr dalam urin 24 jam)
- Kreatinin: 2mg/100 ml
- Glikosuria
- Hitung sel darah lengkap (Hb, Ht, trombosit, sel darah merah), untuk
menentukan adanya anemia dan infeksi, serta tingkat hidrasi.
- Golongan darah dan faktor Rh
- pH kulit kepala, untuk menandakan derajat hipoksia
- Rasio lesitin-sfingomielin (rasio L/S), mulai meningkat pada minggu
ke 35 untuk menentukan maturitas janin.
- Lendir vagina.
- Nitrogen urea darah (BUN) kurang dari 10 gr.
Pemeriksaan fisik
- TTV
- Kesadaran pasien
- Conjungtiva anemis/tidak
- Oedem
- Refleks bisep dan patella
- Kontraksi uterus (lama dan frekuensinya)
- Pemeriksaan Manuver Leopold
- Denyut jantung janin (DJJ)
- Pendarahan
- Kandung kemih dan rektum
- Cairan amnion (baik dari warna, jumlahnya, karakteristik atau adanya
infeksi/tidak)
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama: Tanggal masuk:
No rek medis:
Usia
Bb:
Tb:
Pekerjaan:
No telp:
Alamat:
Suami:
Pekerjaan:
Alamat:
2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat keputihan
- Riwayat penyakit kista
- Riwayat FAM
- Riwayat kehamilan ganda
- Riwayat penyakit ginjal
- Riwayat preeklamsi, eklamsi
- Riwayat DM, hipertensi
- Riwayat imunisasi Rh
- Korioamnitis
- Riwayat penyakit jantung maternal sianotik
- Riwayat ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
o Otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan
o Tidak timbulnya kontraksi atau kontraksinya lemah
o Nyeri epigastrium
o Oedem
o Nyeri kepala di frontal
o Kram abdomen
o Hipotensi
o Takikardi
o Nyeri di uterus akibat pemberian oksitosin
o Peningkatan kontraksi yang berlebihan
o Hiperrefleksia
o Dehidrasi
o Mual, muntah, diare
o Perubahan tingkat kesadaran dan mental
o Pusing, letih, cemas, gelisah
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
o Riwayat ketuban pecah dini
o Riwayat kehamilan lewat waktu
o Riwayat hipertensi
o Riwayat DM
o Riwayat preeklamsi, eklamsi
3. Riwayat Obstetri
- GPHA (gravid, partus, hidup, abortus)
- Anak yang ke berapa
- Lahir dengan cara apa
- Jenis kelamin
- BB lahir
- Keluhan
- Komplikasi saat melahirkan
- Persalinan yang tergesa-gesa pada kehamilan sebelumnya
4. Riwayat Menstruasi
- Kapan dapat menstruasi
- Lama menstruasi dan frekuensinya
- Siklus menstruasi
- Keluhan yang dialami saat menstruasi
- HPHT
ANALISA DATA
No Data Penunjang Masalah Keperawatan Diagnosa Keperawatan
1. Do: Nyeri Nyeri berhubungan denga
- Klien terlihat menger- perubahan karakterist
nyitkan dahi kontraksi yang dirangsan
- Klien terlihat meringis secara kimia, masala
menahan nyeri psikologis.
- Nyeri di daerah uterus
- Klien terlihat ber-
keringat banyak
- Klien terlihat gelisah
- Adanya perubahan
psikologi dari klien
- Peningkatan kontraksi
yang berlebihan di uterus
Ds:
- Klien meringis mena- han
nyeri
- Klien mengatakan nyeri
di daerah uterus
-
2. Do: Resiko tinggi kerusakan pertukaran Resiko tinggi kerusaka
- Adanya hipoksia gas pada janin pertukaran gas pada jan
- Takikardi berhubungan denga
- Adanya aspirasi perubahan aliran arah k
mekonium plasenta atau melalui ta
- Paru-paru terlihat oedem pusat (prolaps)
- Adanya penurunan
pasokan oksigen dari ibu
ke janin
Ds:
- Terlihat membiru
- Penurunan berat janin
karena kurangnya
pasokan oksigen dari ibu
3. Do: Resiko tinggi cedera Resiko tinggi cede
- Adanya kram abdomen berhubungan denga
- Adanya kontraksi yang efek/respon merugika
berlebihan terhadap interven
- Adanya peningkatan suhu terapeutik
tubuh
- Ruptur uteri
Ds:
- Ibu mengeluhkan
abdomennya kram
-
4. Do: Ketakutan, ansietas Ketakutan, ansieta
- Klien terlihat tegang, berhubungan dengan kris
cemas, dan takut situasi, ancaman yan
- Klien telihat gelisah dirasakan pada klien/jani
Ds: penyimpangan yang tida
- Klien mengatakan merasa diantisipasi dari harapan
cemas, tegang, dan
gelisah
- Klien mengatakan cepat
merasa lelah, pusing
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
Intervensi Rasional
Mandiri
Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk Jawaban pertanyaan dapat menghilangka
merasa nyaman mengajukan pertanyaan. rasa takut dan meningkatkan pemahaman.
Diskusikan perubahan/perbedaan yang dianisipasi dalam Membantu menyiapkan klien karena prosedu
pola persalinan dan kontraksi. induksi, kontraksi sering, yang secara negat
sering mengganggu kemampuan klien untu
menggunakan teknik koping yang dipelajar
yang memperlambat terbentuknya po
kontraksi yang mungkin.
Tinjau ulang/berikan instruksi dalam teknik pernapasan Mendorong relaksasi dan memberikan klie
sederhana cara mengatasi dan mengontrol tingk
ketidaknyamanan.
Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi. Relaksasi dapat membantu menurunka
Berikan instruksi bila perlu. tegangan dan rasa takut, yang memperber
nyeri dan menghambat kemajuan persalinan.
Berikan tindakan kenyamanan (mis: masase, gosokan Meningkatkan relaksasi, menurunka
punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk, tegangan dan ansietas, dan meningkatka
memberikan es batu/pelembab bibir). koping dan kontrol klien.
Anjurkan dan bantu klien dalam perubahan posisi dan
penyelarasan EFM. Mencegah/membatasi keletihan oto
Tinjau ulang analgesik yang ada dan tepat untuk klien, meningkatkan sirkulasi.
dan jelaskan faktor waktu dan pembatasannya.
Meningkatkan kemampuan klien untu
mengontrol situasi dan memberikan informa
yang perlu untuk membut pilihan informas
Bila klien diberi obat sebelum ia dilatasi 5 cm
kemajuan persalinan mugkin melambat; bi
Berikan dorongan; pertahankan supaya klien tetap kelahiran sebentar lagi (dalam 2-4 jam), ob
mendapatkan informasi tentang kemajuan. dapat menekan bayi baru lahir.
Meyakinkan klien/pelatih. Memberika
penguatan positif terhadap upaya-upaya da
Kolaborasi meningkatkan fokus pada masa depan.
Berikan obat analgesik saat dilatasi dan kontraksi
terjadi.
Menghilangkan nyeri; meningkatkan relaksa
dan koping dengan kontraksi, memungkinka
klien tetap berfokus pada kerja persalinan.
2. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat
(prolaps).
Kriteria hasil:
- Menunjukkan DJJ dalam batas normal, bebas dari deselerasi lambat
- Menunjukkan perilaku yang meningkatkan keamanan janin
Intervensi Rasional
Mandiri
Perhatikan maturitas janin berdasarkan Usia gestasi janin harus berusia 36
pada riwayat klien, PTK, dan pengukuran minggu atau lebih untuk induksi atau
uterus. augmentasi persalinan untuk dilakukan
kecuali kondisi ibu memerlukan
intervensi sebelum waktu ini.
Lakukan manuver Leopold dan Menentukan apakah janin pada
pemeriksaan vagina streril. Perhatikan presentasi verteks dan
presentasi dan posisi janin. mengesampingkan CPD. Bila bagian
presentasi terlalu tinggi (-2 cm),
amniotomi mungkin perlu ditunda,
karena resiko prolaps tali pusat.
Posisi klien trelentang dengan bagian Membantu mendaptakan strip
kepala pada tempat tidur ditinggikan dan pemantauan janin eksternal adekuat
bantal atau tempat penopang ditaruh untuk mengevaluasi pola kontraksi dan
dibawah salah satu panggul, lebih disukai irama jantung janin. Penopang
di kanan, sehingga klien miring. menghilangkan tekanan janin pada vena
cava dan meningkatkan sirkulasi
Gunakan EFM (electronic fetal plasenta.
monotoring) 15-20 menit sebelum Menentukan kesejahteraan janin, dan
prosedur induksi. memberikan pengkajian dasar DJJ dan
Pantau DJJ, sesuai indikasi, dalam aktivitas uterus.
hubungannya dengan amniotomi. Menentukan DJJ sebelum dan setelah
prosedur memberikan informasi untuk
menjamin kesejahteraan janin.
Akselerasi selama periode pendek
setelah amniotomi adalah normal;
nemun tanda-tanda distress dapat
menandakan hipoksia janin, karena
kompresi tali pusat atau deselerasi
Berikan tekanan pudendal, sesuai indikasi. lambat.
Mungkin diperlukan untuk menegaskan
posisi bagian presentasi pada serviks
Perhatikan pecah ketuban dan karakter dan untuk mencegah prolaps tali pusat
konsistensi cairan. selama amniotomi.
Janin matur harus dilahirkan dalam 24
jam dari pecahnya ketuban untuk
mengurangi resiko infeksi asenden.
(Catatan: bila janin tidak matur,
pengukuran dapat dilakukan untuk
menghindari kelahiran selama
Kaji reaksi DJJ terhadap kontraksi, meungkin kecuali tanda-tanda
perhatikan bradikardia, dan deselerasi infeksi/distres terlihat).
lambat atau bervariasi. Pengkajian yang tepat harus dilakukan
untuk menghindari hipoksia. Rentang
normal DJJ adalah 120-160 dpm. Untuk
menjamin kesejahtearaan janin,
oksitosin perlu dihentikan dan
dilakukan tindakan berbeda, tergantung
Kolaborasi pada interpretasi pencitraan EFM.
Tinjau ulang hasil ultrasonografi dan
amniosintesis, pelvimetri dan rasio L/S.
Menentukan usia janin dan presentasi;
membantu mengidentifikasi CPD dan
Bantu sesuai kebutuhan dalam penggunaan kebutuhan janin/neonatal lain selama
elektroda janin internal. dan setelah kelahiran.
Elektroda janin internal harus
digunakan untuk observasi lebih akurat,
Izinkan klien berkemih sebelum pemberian khususnya bila ada tanda-tanda distres
oksitosin dan sebelum penggunaan janin atau mekonium.
elektroda janin. Kandung kemih penuh dapat
mengganggu posisi janin dan
penempatan pemantau.
Intervensi Rasional
Mandiri
Tinjau ulang catatan pranatal terhadap Memberikan informasi yang diperlukan
riwayak kehamilan sebelumnya dan dalam membuat rencana asuhan
hasilnya, pemeriksaan laboratorium perawatan. Membuat perawat waspada
pranatal, pengukuran pelvis, alergi, terhadap kemungkinan terjadinya
penambahan BB, tanda vital, periode masalah.
menstruasi terakhir, dan perkiraan tanggal
kelahiran (PTK).
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji status psikologis dan emosional. Adanya gangguan kemajuan normal
dari persalinan dapat memperberat
perasaan ansietas dan kegagalan.
Perasaan ini dapat mengganggu kerja
sama klien dan menghalangi proses
induksi.
Ajarkan pengungkapan perasaan. Klien mungkin takut atau tidak
memahami dengan jelas kebutuhan
terhadap induksi persalinan. Rasa
gagal karena karena tidak mampu
melahirkan secara alamiah dapat
terjadi. (Catatan: Pada kasus kematian
janin, menjalani persalinan secara
khusus mengganggu dan memerlukan
dukungan kuat).
Gunakan terminologi positif; hindari Membantu klien/pasangan menerima
penggunaan istilah yang menandakan situasi tanpa menuduh diri sendiri.
abnormalitas prosedur atau proses.
Dengarkan keterangan klien yang dapat Klien dapat meyakini bahwa adanya
menandakan kehilangan harga diri. intervensi untuk membantu proses
persalinan adalah refleksi negatif pada
kemampuan dirinya sendiri.
Berikan kesempatan pada klien untuk Meningkatkan rasa kontrol klien
memberi masukan pada proses pengambilan meskipun kebanyakan dari apa yang
keputusan. sedang terjadi diluar kontrolnya.
Anjurkan penggunaan/kontinuitas teknik Membantu menurunkan ansietas dan
pernafasan dan latihan relaksasi. memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA