Anda di halaman 1dari 2

1.

Wajar, Warga
Kampung Pulo Tolak
Penggusuran
http://assets.kompas.com/data/photo/2015/08/20/141403620150820HER111780
x390.JPG

JAKARTA, KOMPAS.com Peristiwa bentrokan antara warga Kampung


Pulo dengan polisi dan Satpol PP, Kamis (20/8/2015), dinilai merupakan
sesuatu yang tak terhindarkan. Bentrokan terjadi lantaranPemerintah
Provinsi DKI Jakarta menggusur tempat tinggal warga tanpa memenuhi
kesepakatan yang sebelumnya disetujui Gubernur DKI Jakarta Basuki
" Ahok" Tjahaja Purnama. (Baca: Ini Alasan Komunitas Ciliwung
Merdeka Gugat Pemprov DKI)

"Warga (Kampung Pulo) sudah punya solusi dan konsep warga soal
Kampung Pulo itu sudah dipresentasikan ke Ahok. Waktu itu, Ahok juga
sudah setuju, tetapi tiba-tiba keputusannya berubah. Malah kirim petugas
buat bongkar paksa," kata sosiolog Universitas Indonesia, Tamrin Amal
Tomagola, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Kamis
(20/8/2015). (Baca: Merumahkan Kembali, Bukan Asal Memindah...)

Tamrin menilai, cara penggusuran di Kampung Pulo tidak manusiawi.


Idealnya, penggusuran dilakukan ketika warga sudah menempati tempat
tinggal yang baru. Faktanya, banyak warga yang belum menempati Rusun
Jatinegara.

Penggusuran ini dinilai berbeda dengan apa yang dilakukan oleh mantan
Gubernur DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo.

"Semangat yang sudah ditularkan oleh Pak Jokowi dari Solo sampai
Jakarta, mudah-mudahan Pak Ahok juga, semangat membangun tanpa
menggusur. Kalau terpaksa harus menggusur, harus dikasih (tempat
tinggal) dulu," tutur Tamrin.
Sebelumnya, sosiolog UI, Robertus Robert, menyampaikan, Pemprov DKI
perlu memahami bahwa kampung adalah rumah. Untuk merumahkan
kembali warga, warga harus dilibatkan aktif dalam prosesnya.

"Karena di rumah ada proses sosial yang unik, melibatkan hidup orang,
termasuk emosi. Karena dari rumah, setiap orang membangun masa
depan, tak peduli itu keluarga miskin atau kaya," tutur Robert.

Secara sosial, lanjut Robert, tak mudah bagi orang menerima tempat
tinggal baru. Sebab, mereka tak memiliki referensi tempat yang baru itu.

Tak heran, warga Kampung Pulo merasa tak cukup dengan unit Rusun
Jatinegara meski dalam pandangan warga kelas menengah Ibu Kota, unit
rusun itu sangat layak dan bernilai rupiah tinggi.

2.

Anda mungkin juga menyukai