Laporan Amami 3
Laporan Amami 3
Judul Percobaan
Identifikasi boraks pada sampel makanan metode Tumerik
B. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi boraks pada sampel makanan
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi boraks pada sampel makanan metode
Tumerik
C. Landasan Teori
Makanan adalah salah satu dari tiga kebutuhan dasar (basic needs) bagi
manusia selain kebutuhan sandang dan papan. Dengan mengonsumsi
makanan tubuh manusia akan menghasilkan tenaga atau energi. Energi
tersebut diperlukan untuk kelangsungan hidup dan aktivitas manusia.
Makanan mengandung senyawa dan unsure tertentu yang diperlukan untuk
memberi makanan kepada masing-masing sel tubuh yang tak terhingga
banyaknya seperti sel darah, sel syaraf, sel otot yang bersama-sama
membentuk tubuh manusia (Astuti, 2009: 1).
Makanan yang dijajakan sekarang ini tidak terlepas dari zat atau
bahan yang mengandung unsur berbahaya dan pengawet yang dalam jumlah
banyak menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Jika suatu bahan
makanan mengandung bahan yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan, maka
makanan tersebut dikategorikan sebagai bahan makanan yang tidak layak
dikonsumsi. Makanan yang tidak layak dikonsumsi misalnya, makanan yang
mengandung logam berat (Pb, Cd, Hg, Ra, dsb), mengandung
mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh, mengandung bahan pengawet
(Boraks, formalin, alkohol, dsb), serta makanan yang mengandung zat
pewarna berbahaya (Rhodamin B, Methanyl yellow atau Amaranth) (Effendy,
2004:13).
E. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan Asam Klorida
Pembuatan larutan asam klorida (HCl) 10%
V 1. C1 V 2. C2
=
V 1 . 36 =250 ml . 10
250 x 10
V 1=
36
V 1=6,94 ml
Sampel bakso Terbentuk nyala api Kertas tumerik berubah warna Positif (+)
hijau dari kuning ke merah bata
G. Pembahasan
Pada praktiukm identifikasi boraks ini bertujuan untuk mempelajari
cara mengidentfikasi Boraks pada bahan makanan. Pada umumnya bahan
makanan mengandung beberapa unsur atau senyawa seperti air, karbohidrat,
protein, vitamin, lemak, enzim, pigmen dan lain- lain. Kandungan jenis bahan
tersebut bergantung pada sifat alamiah dari bahan makanan tersebut.
Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik
meskipun kandung gizinya tinggi, dengan arti lain kualitas dari suatu produk
makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan konsumen terhadap
makanan tersebut. Kualitas makanan adalah keseluruhan sifat-sifat dari
makanan tersebut yang berpengaruh terhadap penerimaan dari konsumen.
Atribut kualitas makanan adalah pertama, yaitu sifat indrawi/organoleptik
yaitu sifat-sifat yang dapat dinilai dengan panca indra seperti sifat
penampakan (bentuk, ukuran, warna), atau rasa (asam, asin, manis, pahit dan
flavor) tekstur yaitu sifat yang dinilai dari indra peraba. Kedua, nilai gizi
yaitu karbohidrat, protein, vitamin, mineal, lemak dan serat. Ketiga,
keamanan makanan yang dikonsumsi yaitu terbebas dari bahan- bahan
pencemar atau racun yang bersifat mikrobiologis dan kimiawi (Afrianti,
2005).
Makanan yang dijajakan sekarang ini tidak terlepas dari zat atau bahan
yang mengandung unsur berbahaya dan pengawet yang dalam jumlah banyak
menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Jika suatu bahan makanan
mengandung bahan yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan, maka makanan
tersebut dikategorikan sebagai bahanmakanan yang tidak layak dikonsumsi.
Makanan yang tidak layak dikonsumsi misalnya, makanan yang mengandung
logam berat (Pb, Cd, Hg, Ra, dsb), mengandung mikroorganisme yang
berbahaya bagi tubuh, mengandung bahan pengawet (Boraks, formalin,
alkohol, dsb), serta makanan yang mengandung zat pewarna berbahaya
(Rhodamin B, Methanyl yellow atau Amaranth) (Effendy, 2004).
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil
pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium
tetraborat (NaB4O710 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida
dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam boraks biasanya digunakan
untuk bahan pembuat deterjen dan antiseptic. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung boraks tidak berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks
akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen
secara kumulatif. Larangan penggunaan boraks juga diperkuat dengan adanya
Permenkes RI No 235/Menkes/VI/1984 tentang bahan tambahan makanan,
bahwa Natrium Tetraborate yang lebih dikenal dengan nama Boraks
digolongkan dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam
makanan, tetapi pada kenyatannya masih banyak bentuk penyalahgunaan dari
zat tersebut (Subiyakto, 1991).
Praktikum kali ini, akan dilakukan pengujian boraks pada berbagai jenis
makanan yang biasanya ditambahkan boraks, yaitu bakso, mie basah,
kerupuk, dan martabak manis. Uji yang dilakukan yaitu uji kualitatif, yaitu
menggunakan uji nyala. Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk
mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji
nyala karena sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala
dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar
menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar
menghasilkan warna hijau maka sampel dinyatakan positif
mengandung boraks. Prosedur dilakukan dengan melarutkan senyawa uji
dengan metanol dalam wadah (cawan penguap) kemudian dibakar, warna api
hijau menunjukkan terdapat senyawa boraks (Roth, 1988).
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mempersiapkan boraks standar.
Boraks yang berbentuk kristal putih ditambahkan asam sulfat dan etanol lalu
dibakar, menghasilkan nyala hijau. Nyala hijau inilah yang akan
dibandingkan dengan nyala sampel.
Untuk sampel, langkah pertama yang dilakukan yaitu preparasi sampel.
Masing-masing sampel ditimbang dan haluskan menggunakan mortar, tujuan
untuk menghomogenkan sampel agar mudah dalam proses pembakaran
dalam tanur. Selanjutnya, sampel-sampel tersebut dibakar dalam tanur sampai
terbentuk arang dengan suhu 550 oC. Fungsi dari pengarangan ini adalah
untuk menghilangkan senyawa-senyawa lain selain Boraks. Selanjutnya
dilakukan uji nyala dengan membakar sampel yang sudah menjadi arang. Uji
nyala ini dilakukan dengan menambahkan H2SO4 pekat dan methanol.
Penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk membentuk asam borat, dimana
asam borat yang terbentuk akan bereaksi dengan metanol yang ditambahkan
yang akan membentuk metilborat B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3 yang
akan menunjukkan warna hijau saat dibakar.
Hasil yang didapatkan bahwa pada semua sampel yang kami uji
dihasilkan warna nyala hijau seperti pada Boraks standar. Semua
sampel menghasilkan warna nyala hijau sehingga dapat
dikatakan bahwa semua sampel makanan yang kami uji mengandung boraks
H. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan menggunakan beberapa sampel
makanan dapat diperoleh kesimpulan bahwa sampel mengandung kadar
boraks semua.
DAFTAR PUSTAKA
- Astuti, Rini Nafsiati. 2009. Konsep Dasar Kimia. Malang: UIN Malang Press.
Effendy, S. 2004. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Media
Indonesia.
- Junianto, Choirul. 2013. Analisis Boraks Pada Bakso Daging Sapi A Dan B
Yang Dijual Di Daerah Kenjeran Surabaya Menggunakan Spektrofotometri.
Surabaya: Univrsitas Surabaya.
- Nagieb, Zenat A., dkk. 2011. Effect of Addition of Boric Acid and Borax on
Fire-Retardant andMechanical Properties of Urea Formaldehyde Saw Dust
Composites. Cairo: National Research Center.
- Rangavar, Hossein, dkk. 2012. Effects of Nanosilver in Improving Fire-
Retarding Properties of Borax in Solid Woods. Iran: Shahid Rajaee Teacher
Training University.
- Saeed, Rehana, dkk. 2013. Ionic Interaction of Transition Metal Salts with
Polyvinyl Alcohol-Borax- Ethyl Acetate Mixtures. Pakistan: University of
Karachi.
- Sultan, Pramutia.,Dkk.2014. Analisis Kandungan Zat Pengawet
Boraks pada Jajanan Bakso di SDNKompleks Mangkura Kota
Makassar. Makassar : Universitas Hasanuddin Makassar.
- Triastuti, Endang, dkk. 2013. Analisis Boraks Pada Tahu yang Diproduksi di
Kota Manado. Manado: Unsrat.
- Tubagus, Indra.,Dkk.2013. Identifikasi Dan Penetapan Kadar Boraks Dalam
Bakso Jajanan Di Kota Manado.Manado : Unsrat.
- Wisnu C. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.