Anda di halaman 1dari 11

A.

Air Bersih

1. Pengertian

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416 tahun 1990,

bahwa : air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak.

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air

merupakan satu satunya zat yang secara alami terdapat dipermukaan bumi

dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus

kimia H20 : satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat

secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008 dalam Putra, ).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan tapi masih memungkinkan

mangandung mikroorganisme dan bahan kimia yang dapat membahayakan

kesehatan oleh karena itu masih perlu ada pengolahan lebih lanjut sepeti

terlebih dahulu dimasak sebelum diminum (Daud, 2011).

Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu

baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam

melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah

sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-


2

syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan

tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat

diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh

bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun

bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 C, banyak zat

berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1991 mendefenisikan air

bersih sebagai berikut :

a. Dipandang dari sudut ilmiah, air bersih adalah air yang telah bebas dari

mineral, bahan kimia jasad renik.

b. Dipandang dari sudut program, air bersih adalah air yang digunakan

untuk keperluan rumah tangga dan dapat diminum setelah masak.

2. Kualitas Air Bersih

Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan

berdasarkan Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990 yang biasanya

dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan

persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak

menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta

gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa

air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam

rangka pemeliharaan, perlindungan serta mempertinggi derajat kesehatan


3

masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan

landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih.

Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air

bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak

berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang

ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat

tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena

mengandung beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis yang

dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air (Azwar, 1990 dalam

Putra).

3. Syarat Air Bersih

a. Syarat Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,

menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dalam kehidupan sehari-

hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air

minum, antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau,

tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umumnya syarat fisik

ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :

1) Suhu
4

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan

air tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam

pengolahannya terutama apabila temperatur sangat tinggi.

Temperatur yang diinginkan adalah 30C suhu udara disekitarnya

yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis

dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air.

Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung

toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan

mikroorganisme, dan virus. Temperatur atau suhu air diukur

dengan menggunakan termometer air.

2) Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya

disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk,

tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-

persenyawaan kimia seperti phenol. Bahanbahan yang

menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber.

Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi.

Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi

individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk standard

air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan


5

kualitas air minum menyatakan bahwa air minum tidak berbau dan

tidak berasa.

3) Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu

banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan

warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang

menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-

bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang

tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus

dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat

bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika,

menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi

efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 1991).

b. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik

air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri

berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya.

Oleh karena itu air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus

bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri)

tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator

dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Slamet, 2009).


6

E.coli sudah lama diketahui sebagai indikator adanya pencemaran tinja

manusia pada minuman ataupun makanan. Beberapa alasan mengapa

E.coli disebut sebagai indikator pencemaran pada tinja dibanding

bakteri lainnya adalah (Chandra, 2005) :

1) Jumlah organisme cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-

400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya.

Oleh karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman

ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja

manusia.

2) Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau

hanya terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibanding tipe kuman

patogen lainnya.

3) Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus

patogen lainnya.

4) Organisme ini lebih resisitensi terhadap proses purifikasi air secara

alamiah. Bila coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel

air maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus

patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut

di atas walaupun dalam jumlah yang kecil.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,


7

bakteri coliform yang memenuhi syarat untuk air minum harus 0 per

100 ml sampel.

c. Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan

oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa

(Hg), Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida

(F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Cadmium

(Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air minum

yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar

maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010

tentang persyaratan kualitas air minum.


8

Syarat Kualitas Air Bersih Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 416/Menkes/per/IX/1990
9

B. Air Minum

1. Pengertian

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010,

air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Jenis air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi :

a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga

b. Air yang didistribusikan melalui tangki air

c. Air Kemasan

d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang

disajikan kepada masyarakat.

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air

menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya, antara lain :

a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
10

c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

2. Syarat Kualitas Air Minum

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi

standart yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa

kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku

belum tentu memenuhi standart, maka sering dilakukan pengolahan air

untuk memenuhi standart air minum.

Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi

persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010,

meliputi :

a. Parameter Wajib

1) Persyaratan Fisik

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu,

tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal 15

TCU), suhu udara maksimum 3C, dan tidak keruh (maksimum 5

NTU).

2) Persyaratan mikrobiologi
11

Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman

Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform, sebab keberadaan

bakteri Escherichia coli merupakan indikator terjadinya

pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan Escherichia coli

dan Total Bakteri Coliform dalam air minum 0 per 100 ml sampel.

b. Parameter Tambahan

1) Persyaratan Kimia

Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan

bahan kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan)

melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, sebab akan

menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.

2) Persyaratan Radioaktivitas

Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak

boleh melabihi batas maksimum yang diperbolehkan.

Anda mungkin juga menyukai