Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN

Sterelisasi Dan Inokulasi Explan.

disusun oleh:

RESMAN SIMBOLON (D1D014019)

KELAS A SEMESTER 6

DOSEN PENGAMPU:

Ir. Neliyati, M.Si

Dr. Lizawati, S.P., M.Si

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kultur jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu tanaman


dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam
keadaan steril. Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk beberapa tujuan
seperti mendapatkan produksi metabolit sekunder, mendapatkan keragaman seleksi
dan pemuliaan tanaman.

Pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan proses kultur jaringan ada 3 tahap,
yaitu :
1. Tahap I atau disebut juga tahap persiapan eksplan
2. Tahap II atau disebut juga tahap penggandaan.
3. Tahap III atau disebut juga tahap penndewasaan.( D.F. Wetherell,1976).
Langkah pertama yang harus dilakukan apabila akan melakukan kultur
jaringan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai, karena akan menyangkut
materi yang akan digunakan. Misalnya tujuannya ingin memperbanyak tanaman
dengan hasil yang sesuai dengan induknya, maka dilakukan kultur meristem atau
kultur kalur. Apabila tujuannya ingin mendapatkan tanaman yang homozigot,
dilakukan kultur anther. Langkah berikutnya adalah menentukan medium yang akan
digunakan dengan menambahkan ZPT vitamin dan suplemen lainnya. Selanjutnya
adalah tahap kerja di laboratorium.

Langkah ke tiga setelah sterilisasi dan pembuatan media dalam kegiatan kultur
jaringan adalah menanam. Menanam merupakan kegiatan terakhir dalam kultur
jaringan yang nantinya akan dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan yang ditanam.
Proses pelaksanaan kultur jaringan yang dapat dikatakan proses terakhir yaitu
penanaman eksplan. Syarat pertama kultur jaringan juga masih digunakan pada
pelaksanaan ini yaitu kondisi yang aseptic. Pada pross penanaman eksplan,
lingkungan yang digunakan haruslah benar-benar dalam kondisi yang aseptic. Oleh
karenanya penanaman biasanya dilakukan di Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang
transparan dan terdapat lubang untuk tangan, atau dengan menggunakan LAF
(Laminar Air Flow).

Penanaman eksplan harus dilakukan pada ruangan yang harus steril, dan
eksplan juga dalam keadaan yang steril pula. Penanaman dapat dilakukan pada
ruangan tertutup atau ruangan penabur dalam Laminair Air Flow (LAF). Ruangan
digunakan, setelah dilakukan sterilisasi dengan menggunakan larutan alkohol 96 %
pada lantai dan dinding ruangan, dan membiarkan ruangan selama 30 menit dengan
sinar UV yang menyala. Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan
momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga
dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptic. Stelah dua acara praktikum
diatas dilakukan sterilisasi terhadap peralatan kultur dan media kultur, tanaman atau
eksplan yang akan ditanam juga harus dalam keadaan steril dan sehat artinya eksplan
tidak terserang penyakit ataupun terkena serangan mikroba.

Keberadaan kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba lainnya


sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi
ruangan juga perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan
yang aseptic dan menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan.

Eksplan yang digunakan pada teknik mikropropagasi harus bebas dari


kontaminan, seperti fungi dan bakteri. Teknik sterilisasi permukaan banyak
digunakan untuk menghilangkan kontaminan yang terdapat pada permukaan eksplan.
Selama proses sterilisasi, eksplan harus tetap hidup dan hanya kontaminan yang
dieliminasi (Oyebanji et al. 2009). Oleh karena itu, sterilisasi permukaan dilakukan
dengan merendam eksplan dalam larutan disinfektan dengan konsentrasi tertentu
selama periode tertentu.

Sterilan, atau disinfektan, yang biasa digunakan untuk sterilisasi permukaan


eksplan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) atau kalsium hipoklorit (Ca[OCl]2)
(Dodds dan Roberts 1985). Senyawa hipoklorit sangat efektif dalam mengurangi
kontaminasi pada teknik mikropropagasi (Bhojwana dan Razdan 1996; Oyebanji et
al. 2009). Penggunaan Ca(OCl)2 atau NaOCl mempunyai kelebihan dan kekurangan
dan memberikan hasil yang berbeda untuk setiap jenis eksplan yang digunakan.
Sterilan Ca(OCl)2 memilki pH yang stabil namun dapat merusak jaringan pada
bagian pomotongan eksplan sedangkan NaOCl memiliki pH yang tidak stabil, bersifat
toksik, namun tidak merusak jaringan. Sterilan NaOCl digunakan sebagai sterilan
dalam berbagai teknik sterilisasi eksplan dengan konsentrasi dan lama perendaman
yang berbeda (Dumani et al. 2007; Khan et al. 2007; Peiris et al. 2012; Goswami dan
Handique 2013; Olowe et al. 2014)

Eksplan yang disterilisasi adalah eksplan yang muda, bebas kotoran, dan penyakit
serta terhindar dari semut atau kutu putih.
Tahapan sterilisasi eksplan yaitu sebagai berikut :
a. Bersihkan permukaan eksplan dengan cara mengupas dan/ atau mencucinya dengan
sabun. Pada eksplan yang banyak membawa mikroorganisme kontaminan seperti
umbi, pisang atau talas yang berasal dari media tanah, sebaiknya dicuci dengan air
mengalir cukup lama.
b. Lakukan perendaman eksplan terlebih dahulu berturut-turut dalam larutan
fungisida dan
bakterisida. Hal ini cukup efektif untuk mengurangi mikroorganisme yang ada
pada permukaan eksplan.
c. Matikan mikroorganisme yang menempel pada eksplan menggunakan disinfektan,
yaitu bahan
kimia yang bersifat toksik bagi mikroorganisme tetapi non-toksik bagi tanaman.

1.2 Tujuan

1.Mengetahui tehnik sterelilisasi dan tehnik penanaman explan (euliytups ,acacia


mangium dan tembesu )pada botol sub kultur dengan
media ms dengan konsentarsi zpt 0 ppm.
2. mengamati pertumbuhan explant
3. mencari factor peneybab konta minasi pada kegagalan exlant.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 acacia mangium,eucalyptus ,temebesu

Sementara Eucalyptus pellita F. Muell (E. pellita) merupakan spesies cepat


tumbuh yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab dengan
musim kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki
persebaran alami di Pulau New Guinea (Papua New Guinea (PNG) dan Papua,
Indonesia) dan Queensland, Australia (Harwood et al., 1997). Tanaman E. pelita umur
6 tahun dapat mencapai tinggi 20 m dan diameter 18 cm (Effendi dan Leksono,
2009). Kayu E. pellita kuat, tahan lama, dekoratif dan mudah dikerjakan. Oleh
karenanya, kayu E. pellita banyak diaplikasikan keberbagai produk yang bernilai,
seperti untuk furniture, bahan bangunan dan konstruksi, decking, flooring, fencing,
serta sebagai bahan baku pulp dan kertas (Dombro, 2010).

Tembesu merupakan salah sata jenis pohon lokal yang sangat populer di
wilayah Sumatera Bagian Selatan. Kayu tembesu umumnya digunakan untuk
konstruksi berat, mebel dan ukiran. Saat ini pemakaian kayu tembesu sudah sangat
berkurang dan digantikan oleh jenis-jenis kayu lainnya dengan kualitas di bawah
tembesu. Hal ini disebabkan karena suplay bahan baku kayu tembesu sudah sangat
sulit diperoleh. Untuk menjamin ketersediaan suplay kayu tembesu, tentunya perlu
dilakukan pembangunan hutan tanaman tembesu yang bersifat produktif.

Acacia mangium Willd., yang juga dikenal dengan nama mangium,


merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang paling umum digunakan dalam
program pembangunan hutan tanaman di Asia dan Pasifik. Keunggulan dari jenis ini
adalah pertumbuhan pohonnya yang cepat, kualitas kayunya yang baik, dan
kemampuan toleransinya terhadap berbagai jenis tanah dan lingkungan (National
Research Council 1983). Tekanan terhadap ekosistem hutan alam di Indonesia yang
tidak dapat dihindari belakangan ini mengakibatkan penggunaan jenisjenis cepat
tumbuh, termasuk mangium, sebagai pengganti bahan baku untuk menopang pasokan
produksi kayu komersial. Berdasarkan hasil uji coba dari 46 jenis tanaman yang
dilakukan oleh Departemen Kehutanan di Subanjeriji (Sumatera Selatan), mangium
dipilih sebagai jenis tanaman yang paling cocok untuk tempat tumbuh yang marjinal,
seperti padang rumput alang-alang (Arisman 2002, 2003)

2.sterelilsasi
Proses sterilisasi bahan eksplan merupakan salah satu kegiatan penting dalam
kultur jaringan. Kegiatan sterilisasi eksplan bertujuan untuk mengeliminasi
mikroorganisme yang mungkin terbawa saat pengambilan eksplan, yang dapat
menimbulkan kontaminasi sehingga menghambat pertumbuhan eksplan menjadi
tanaman utuh. Banyak bahan desinfektan yang dapat digunakan untuk sterilisasi
media dalam kultur jaringan, diantaranya yang umum dikenal adalah HgCl2 dan
NaClO (Gunawan, 1992; Sugiyama, 1999). dan ada yang mengunakan bakterisida
serta fungisida yang amana explant direndam dengan waktu yang telah di tentukan.

3. pemotongan dan penanamn explant


Pemotongan merupakan kegiatan ,pengambilan jenis expkant sesuai ukuran
yang di tentukan karena expant yang diambil ,hanya berupa sel yang aktif agar untuk
tidak telalubesar dan pas pada botol kultur. Sementara penanaman adalah kegiatan
memasukan explant pada boto kultur yang telah di sterelisasi pada media yang telah
di tentukan.
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM

3.1Waktu dan Tempat pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, tanggal 24 april 2017 pukul
11:00 sampai dengan selesai ,bertempat di Laboratorium kulturjaringan Fakultas
Pertanian Universitas Jambi .

3.2Alat dan Bahan

3.2.1 ALAT

laminar air flow,


hand sprayer,
petridis,
scalpel,
pinset,
lampu spirtus
koreek gas
krtasl milimeter
rak kultur
3.2.2bahan

tunas/ pucuk temebesu ,


daun acaiamngium
daun eucalyptus
alkohol,
aquades steril.
Botol kultur(MEDIS MS)
BECLEAN
KARET .OLASTIK PENUTUP

A. Variabel Pengamatan

a. Saat tumbuh kalus, dihitung sejak penanaman hingga tumbuh kalus pertama.
b. Saat tumbuh tunas, dihitung sejak penanaman hingga tumbuh tunas pertama.
c. Jumlah tunas, dihitung hingga pengamatan terakhir.
d. Persentase kontaminasi, dihitung berapa persen dari jumlah eksplan yang
ditanam.

B. Prosedur Kerja

1. Sterilisasi Ruang
Ruang kultur jaringan disterilkan dengan mengelap atau menyemprot dinding
ruangan dengan alkohol 96 %, dan disinari dengan lampu Ultra Violet Dinding alat
penabur berupa Laminar Air Flow cabinet (LAF) dilap dengan alkohol 96 % dan
disinari lampu UV sebelum digunakan. Selama lampu UV dinyalakan, blower
tidak boleh dijalankan. Blower dinyalakan apabila akan dilakukan penananman
dan lampu UV dimatikan. Apabila LAF tidak dilengkapi dengan lampu UV, maka
blower harus dijalankan terus-menerus meski tidak digunakan untuk menanam
agar ruang penabur tetap bersih dan steril.
2. Sterilisasi Eksplan
a. Sebelum dimasukkan pada laf, eksplan direndam dengan deterjen(air sabun)
selama 5menit.
b. Direndam dengan tween 5 menit
c. Direndam dengan bakterisida 5 gram selama 10 menit.
d. Direndam dengan fungisida 5 gram selama 10 menit.
e. Di rendam baclean konsentrasi 1 % dengan air200 ml 5 menit
f. Bilas dengan air steril
3. Penanaman Eksplan

a. Sebelum masuk ruang kultur, tangan disemprot dengan alkohol secukupnya.


b. Botol kultur yang sudah berisi media diambil sebanyak 20 botol pada rak
inkubasi kultur.
c. Pertama Menyiapkan media dan peralatan penanaman
d. Bahan explant (acacia mangium ,ekemudian dibagi menjadi 3 bagian dengan
panjang masing-masing potongan yaitu 1 cm.)
e. Hidupkan Pembakar Spiritus, Lalu panaskan Autoclaf (sterilisasi).
f. Setelah itu masukkan eksplan dalam autoclaf tadi, dan tutup.
g. Lalu ambillah botol media, Buka Penutup Plastiknya.
h. Hangat kan Botol Media ke Api pada pembakar Spiritus. Bersamaan dengan
itu, Panaskan Pinset pada api.
i. Setelah pinset sudah dipanaskan, Tusuk Pinset pada Pinggir media, dan buka
autoclaf untuk mengambil eksplan. Ambil eksplan dengan pinset dan tanam
pada botol media di bagian tengah
j. Posisi pucuk Tembesu diusahakan berdiri, Posisi daun dengan Bagian depan
diatas. Sedangkan untuk acacia dan eucalyptus ditaru diatas)
k. Setelah itu celupkan pinset pada air steril.
l. Hangatkan media yang sudah di tanam dengan eksplan tadi bersamaan dengan
plastik.
m. Setelah botol dan plastik hangat, tutup botol tadi menggunakan plastik, dan
diikat atau di rekatkan dengan karet.
n. Lakukan berulang sampai semua eksplan tertanam
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan Yang Kan Di Eplant

Persiapan bahan yang akan di explant


meliputi eucalyptus,acacia mangium dan
tembesu , diaman tembuse mengunakan
bagian pucuk/tunas sementara yang kedua
lainnya menggunakan daun .pemilihan
bahan explant harus bebas dari penyakit
agar explant yang di hasilkan tidak
mengalami gangguan pada saat
pertumbuhan

4.2 proses sterelisasi

Eksplan dari pucuk tembesu, daun akasia,


dan daun eukaliptus yang telah di sediakan
untuk semua kelompok dimasukkan
kedalam plastic yang berisikan air
deterjen/air sunlight, dikocok sampai bersih
dan dicuci pada air yang mengalir. Buang
bagian bagian yang tidak diperlukan.
Tujuannay adalah agar bebas dari
kontaminsasi bakteri
Berikutnya yaitu sterilisasi dengan
menggunakan Tween (Konsentrasi 8
tetes/10ml) dikocok selama 5 menit. Setelah
5 menit kemudian dibilas dengan air steril.

Sterilisasi dengan menggunakan


fungisida berupa Benlox, dan
bakterisida berupa Agrimycin dengan
berat masing-masing 5 g yang
dicampurkan dengan air aquadest
sebanyak 200 ml, dikocok selama 20
menit

a. Benlox b. Agrimycin
Dibilas dengan air steril, dan tahap
selanjutnya yaitu sterilisasi eksplan
dengan menggunakan larutan Na -
hipoklorit (Bayclin), (Konsentrasi 1%)
sebanyak 2 ml dalam 200 ml air aqudest.
Dikocok selama 5 menit

sterilisasi tersebut kemudian eksplan


dibilas dengan menggunakan air steril
dan dimasukkan kedalam gelas piala
yang didalamnya berisikan air
steril/aquadest.
Eksplan siap untuk ditanam.

4.3 proseterelisasi ruangan dan penanaman explant


Sterilisasi ruangan inokubasi eksplan.
Ruang kultur jaringan disterilkan
dengan mengelap atau menyemprot
dinding ruangan dengan alkohol 96 %,
dan disinari dengan lampu Ultra
Violet. Dinding alat penabur berupa
Laminar Air Flow cabinet (LAF) dilap
dengan alkohol 96 % dan disinari
lampu UV minimal 30 menit sebelum
digunakan.

lampu spiritus, air steril, alkohol,


pinset, pemotong eksplan, 3 petridest,
plastik bening yang steril, karet gelang
dan botol media kultur.

Memotong bagian daun eksplan


dengan menggunakan alat pemotong
eksplan dan pinset diatas petridist
dengan ukuran eksplan 1 cm tujuanya
nya adalah agar mudah dilakukan
pengamatan perkembangan

botol media di buka penutup


plastiknya, lalu mulut botol di flamir
di panaskan diatas lampu Bunsen.
Serta pinset juga dipanaskan, dan
sebelum mengambil eksplan didalam
petridist pinset tersebut ditusukkan
kedalam media kultur selanjutnya
mengambil eksplan.
Kegitan di samping adalah
nmencelupkan pincat pada media
agar .pinset dingin.dan tidak merusak
jaringan pada saaat explat yang di
tanam

Pengumpulaan sementaran explant


yang sudah siap

Semuanya sudah siap terisi,explant


akan di bawa dan di amati pada rak
kultur

4.4 pembahasan

Kultur jaringan merupakan salah satu teknik memperbanyak suatu tanaman


dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam
keadaan steril. Dalam melakukan proses kultur jaringan ada beberapa langkah yang
harus dilakukan diantaranya adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai hal ini
penting karena menyangkut materi yang akan digunakan. Setelah mengetahui tujuan
yang aingin dicapai langkah yang dilakukan berikutnya adalah menentukan medium
yang akan digunakan.( Nasir,2001)
Kegiatan kultur jaringan sangat erat kaitannya dengan kondisi steril. Kondisi
steril ini sangat menentukan sekali terhadap keberhasilan kegiatan kultur. Sterilisasi
ini dilakukan dari mulai alat-alat dan eksplan yang akan digunakan, ruang kultur
hingga praktikan semuanya harus dalam keadaan steril.
Kegiatan penanaman pun tidak jauh dari kondisi steril / aseptik karena dengan
kondisi seperti ini kemungkinan berhasil lebih besar dan kegagalan / kontaminasi
sedikit bahkan tidak ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (1988) yang
menyatakan bahwa kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan momok
yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga dapat
dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptik.
Saat kegiatan penanaman, sterilisasi ruang harus dilakukan karena
kemungkinan kontaminan cukup besar apabila tidak dilakukan, begitupun alat-alat
penabur. Hal ini sesuai pendapat Rahardja (1995) yang menyatakan, keberadaan
kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba lainnya sangat sulit dihindari
termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga perlu
dilakukan tentunya dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptik dan
menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan. Menurut Susilowati
(2001) sumber kontaminasi dapat berasal dari eksplan tumbuhan, organisme kecil
yang masuk ke dalam media, alat yang tidak steril dan lingkungan kerja yang kotor.
Sehingga harus dilakukan sterilisasi lingkungan kerja, alat-alat, media dan bahan
tanaman. Kegiatan kultur jaringan sangat erat kaitannya dengan kondisi steril.
Kondisi steril ini sangat menentukan sekali terhadap keberhasilan kegiatan kultur.
Sterilisasi ini dilakukan dari mulai alat-alat dan eksplan yang akan digunakan, ruang
kultur hingga praktikan semuanya harus dalam keadaan steril.
Kegiatan penanaman pun tidak jauh dari kondisi steril / aseptik karena dengan
kondisi seperti ini kemungkinan berhasil lebih besar dan kegagalan / kontaminasi
sedikit bahkan tidak ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (1988) yang
menyatakan bahwa kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan momok
yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga dapat
dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptik.
Saat kegiatan penanaman, sterilisasi ruang harus dilakukan karena kemungkinan
kontaminan cukup besar apabila tidak dilakukan, begitupun alat-alat penabur. Hal ini
sesuai pendapat Rahardja (1995) yang menyatakan, keberadaan kontaminan yang
berasal dari spora maupun mikroba lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di
dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya
dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptik dan menghilangkan
mikroba maupun spora penyebab kontaminan. Menurut Susilowati (2001) sumber
kontaminasi dapat berasal dari eksplan tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke
dalam media, alat yang tidak steril dan lingkungan kerja yang kotor. Sehingga harus
dilakukan sterilisasi lingkungan kerja, alat-alat, media dan bahan tanaman.
I. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada saat penanaman kondisi lingkungan kerja atau ruang dan alat-alat

penabur harus dalam keadaan steril karena untuk menunjang keberhasilan dari suatu

kegiatan kultur jaringan.

Eksplan sendiri adalah bagian tanaman yang dipakai untuk bahan budidaya atau
kultur jaringan. Eksplan yang baik adalah :
a) Bagian tanaman yang masih muda
b) Diambil dari tanaman yang tumbuh subur dan sehat
c) Dinding sel amsih tipis dan belum berpembuluh kayu
d) Bersifat merismatik atau meristemoid.
Sterilisasi sangat penting karena :
a) Jasad renik yang terbawa eksplan akan tumbuh menutupi eksplan dan media
sehingga dapat menghancurkan jaringan yang akan ditanam.
b) Adanya jasad renik akan mengubah lingkungan karena hilangnya zat makanan di
media dan dilepaskan produk metabolit tambahan ke dalam media dan dilepaskannya
produk metabolit tambahan ke dalam media, sehingga dapat menghancurkan eksplan
yang akan ditanam
.

Daftar pustaka

etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70250/.../S1-2014-285645-chapter1.pd

jurnal :PENINGKATAN RIAP PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBESU


MELALUI BEBERAPA PERLAKUAN SILVIKULTUR

George, E.F. and P.D. Sherrington 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Hand
Book and Directory of Comercial Laboratories. Eastern Press, Reading,
Berks. England. Hal.: 9.
Gunawan, L. W. 1995. Teknik Kultur In vitro dalam Holtikultura. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Gunawan, L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Bogor : Laboratorium Kultur Jaringan,
PAU Bioteknologi, IPB.
Hendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan.
Kanisius, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai