Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Pengukuran nilai absorbansi larutan standar sulfat yaitu FeSO4 .
7H2O dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan panjang
gelombang 420 nm. Data pengukuran nilai absorban ditampilkan pada
Tabel IV.1
Tabel IV.1 Nilai Absorbansi Larutan Standar
N Rata-
Sampel A1 A2
o Rata
1. Larutan standar 10 ppm 0,236 0,234 0,235
2. Larutan standar 35 ppm 0,283 0280 0,2815
3. Larutan standar 60 ppm 0,287 0,291 0,289
4. Larutan standar 85 ppm 0,565 0,565 0,565
5. Larutan standar 110 ppm 0,613 0,615 0,614
6. Larutan standar 135 ppm 0,614 0,616 0,620
7. Larutan standar 160 ppm 0,770 0,773 0,7715
8. Larutan standar 185 ppm 0,771 0,773 0,772
9. Larutan standar 210 ppm 0,777 0,773 0,775
10 Larutan standar 235 ppm 0,865 0,863 0,864
.
11 Larutan standar 260 ppm 0,875 0,875 0,875
.
12 Larutan standar 285 ppm 1,057 1,054 1,0555
.
13 Larutan standar 310 ppm 1,192 1,189 1,1905
.
14 Larutan standar 335 ppm 1,259 1,257 1,258
.
15 Larutan standar 360 ppm 1,273 1,277 1,275
.
16 Larutan standar 385 ppm 1,306 1,298 1,302
.
17 Larutan standar 410 ppm 1,333 1,325 1,329
.
18 Larutan standar 435 ppm 1,391 1,395 1,393
.
19 Sampel genangan besi tua 1,034 1,302 1,033
.
20 Sampel X 1,038 1,034 1,036
.

IV.2 Pembahasan

IV - 1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar sulfat dalam


sampel air genangan besi tua dan mengetahui apakah ketiga sampel
tersebut sesuai dengan baku mutu air limbah.
Pada percobaan kali ini pertama yang dilakukan yaitu pembuatan
larutan standar FeSO4.7H2O dengan konsentrasi induk sebesar 1000
ppm dengan mengencerkan 5 gram FeSO4.7H2O hingga mencapai
volume 500 ml. Kemudian melakukan pengenceran pada FeSO 4.7H2O
1000 ppm hingga diperoleh konsentrasi 10 ppm, 35 ppm, 60 ppm, 85
ppm, 110 ppm, 135 ppm, 160 ppm, 185 ppm, 210 ppm, 235 ppm, 260
ppm, 285 ppm, 310 ppm, 335 ppm, 360 ppm, 385 ppm, 410 ppm, 435
ppm. Tujuan pembuatan larutan standar ini adalah untuk menentukan
kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menentukan
konsentrasi sulfat pada sampel x dan sampel yang diuji. Kemudian
membuat reagen untuk menguji kadar sampel. Reagen dibuat dari
campuran 30 ml aquades, gliserol sebanyak 5 ml, etanol sebanyak 3 ml,
HCl pekat sebanyak 3 ml, dan NaCl sebanyak 3 gram. Kemudian tahap
selanjutnya yaitu kalibrasi alat spektrofotometer dengan memasukkan
kuvet yang berisi aquades ke dalam spektrofotometer. Kemudian
mengatur absorbansi menjadi 0, transmitan menjadi 100, dan panjang
gelombang menjadi 420 nm. Selanjutnya yaitu tahap analisa
konsentrasi FeSO4.7H2O pada masing-masing larutan standar dengan
menggunakan spektrofotometer. Hasil pengukuran panjang gelombang
optimum dan waktu kestabilan warna kemudian digunakan untuk
mengukur absorbansi larutan standar dengan variasi konsentrasi 10
ppm, 35 ppm, 60 ppm, 85 ppm, 110 ppm, 135 ppm, 160 ppm, 185 ppm,
210 ppm, 235 ppm, 260 ppm, 285 ppm, 310 ppm, 335 ppm, 360 ppm,
385 ppm, 410 ppm, 435 ppm. Larutan standar 0 ppm merupakan
larutan blanko yang berfungsi sebagai faktor koreksi terhadap pelarut
dan reagen yang digunakan. Oleh karena itu, pada pengukuran blanko
ini nilai absorbansi yang diperoleh harus 0 (nol) karena yang diukur
adalah serapan untuk pelarut dan reagennya. Dengan demikian,
diharapkan pada pengukuran larutan standar dan sampel yang diukur
adalah serapan sulfatnya. Dari data larutan standar yang telah dibuat
sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah membuat kurva kalibrasi
untuk menentukan konsentrasi larutan sampel. Nilai ini menunjukan
bahwa linearitas dari kurva adalah baik dan dapat digunakan dalam
penentuan konsentrasi sampel.

Laboratorium Analisa Instrumen IV - 2


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.6

1.4 f(x) = 0x + 0.23


R = 0.97
1.2

0.8
Absorbansi
0.6

0.4

0.2

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Konsentrasi (ppm)

Grafik IV.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada penentuan absorbansi
terhadap larutan standar FeSO4.7H2O pada konsentrasi sebesar 10
ppm, 35 ppm, 60 ppm, 85 ppm, 110 ppm, 135 ppm, 160 ppm, 185 ppm,
210 ppm, 235 ppm, 260 ppm, 285 ppm, 310 ppm, 335 ppm, 360 ppm,
385 ppm, 410 ppm, 435 ppm diperoleh data absorbansi masing-masing
sebesar 0.235, 0.2815, 0.289, 0.565, 0.614, 0.620, 0.7715, 0.772,
0.775, 0.864, 0.875, 1.0555, 1.1905, 1.258, 1.275, 1.302, 1.329. 1.393.
Pada grafik IV.1, nilai absorbansi larutan standart FeSO 4.7H2O
menunjukkan grafik mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyebutkan bahwa konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan
tersebut (Underwood, 1988).

Laboratorium Analisa Instrumen IV - 3


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.6

1.4

1.2

0.8
Absorbansi
0.6

0.4

0.2

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Konsentrasi (ppm)

Grafik IV.2 Kurva Kalibrasi Titik Sampel X


Setelah membuat kurva kalibrasi, maka dilakukan pengujian
sampel x dan sampel air genangan besi tua dengan mengambil sampel
masing-masing sebanyak 10 ml dan menambahkan reagen masing-
masing sebanyak 2.5 ml. Adanya campuran HCl pekat dan NaCl
menyebabkan reagen kondisi bersifat sebagai buffer asam. Oleh karena
itu, penambahan reagen kondisi ini bertujuan untuk menjaga pH larutan
agar tetap konstan karena jika pH berubah maka sulfat di dalam sampel
pun akan berubah bentuk. Apabila pH > 8, sulfat akan membentuk ion
sulfida (S2-), sedangkan jika pH < 8, sulfat cenderung berada dalam
bentuk H2S yang merupakan suatu gas yang berbau busuk. Selain itu,
gliserol dan etanol dalam reagen kondisi bertujuan untuk menstabilkan
suspensi koloid BaSO4 yang terbentuk setelah ditambahkan BaCl 2.2H2O
dan menghasilkan larutan yang menjadi agak kental. Kekentalan ini
akan menjaga suspensi koloid stabil dan merata (endapan tidak
mengendap) sehingga kekeruhan dapat diukur pada spektrofotometer.
Dari hasil percobaan, diperoleh hasil bahwa pada sampel x dengan
absorbansi 1,036 dan sampel air genangan besi tua absorbansi sebesar
1.033. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kadar
sulfat pada sampel x adalah 286 ppm padahal sampel x seharusnya
235 ppm dan dari persamaan gravik y = 0.0028x + 0.2347 dan
absorbansi 1.033 maka konsentrasi sampel air genangan besi tua
sebesar 285,1071 ppm .

Laboratorium Analisa Instrumen IV - 4


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.6

1.4

1.2

0.8
Absorbansi
0.6

0.4

0.2

Konsentrasi (ppm)

Grafik IV.3 Kurva Kalibrasi Titik Sampel Air Genangan Besi Tua
Pada percobaan, konsentrasi sampel menunjukkan bahwa kadar
sulfat dalam pengujian sampel x terdapat kesalahan sebesar 21,7% dan
sampel air genangan besi tua berada dibawah ambang batas menurut
Peraturan Menteri Kesehatan, dalam SNI air limbah industri terdapat
beberapa syarat baku mutu kualitas air kandungan sulfat 5 ppm.
Sampel air genangan besi tua tidak layak, namun di dalam sampel
tersebut kemungkinan juga mengandung zat-zat lainnya yang
berbahaya. Di sisi lain, ditinjau dari kesalahan 21,7% dan segi kualitas
air limbah, percobaan ini menunjukkan bahwa kadar sulfat ini tidak
dapat diterima oleh lingkungan karena daya dukung lingkungan tidak
sanggup untuk menetralkannya. Sehingga, sampel tersebut harus diuji
dan diolah kembali sebelum dibuang kelingkungan.

Laboratorium Analisa Instrumen IV - 5


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Anda mungkin juga menyukai