Jurnal 2
Jurnal 2
Dopamin
Mekanisme biologis yang mendasari skizofrenia masih belum diketahui. Namun,
neurotransmiter monoamin dopamin (DA) telah lama memainkan peran yang
penting dalam hipotesis yang menyangkut skizofrenia.
1
beberapa gen-gen ini disajikan pada gambar ini. Pengidentifikasikan kontribusi
genetik terhadap gejala skizofrenia bisa pada akhirnya memungkinkan penemuan
pendekatan genetik untuk penilaian risiko pada pasien-pasien dan keluarganya
serta membantu dalam merancang agen psikofarmakologi yang lebih efektif untuk
mengobati gejala-gejala skizofrenia.
Neuron dopaminergik
Neuron dopaminergik menggunakan neurotransmiter DA, yang disintesis dari
asam amino tirosin setelah tirosin dibawa masuk ke dalam neuron dari ruang
ekstraseluler dan aliran darah oleh pompa tirosin atau transporter dalam terminal
saraf dopaminergik (Gambar 9-18). Tirosin awalnya dikonversi menjadi DA oleh
enzim dengan kecepatan terbatas, yaitu tirosin hidrolase (TOH) dan kemudian
oleh enzim DOPA dekarboksilase (DDC) (Gambar 9-18). DA kemudian di bawa
masuk ke dalam vesikel sinaps oleh transporter monoamin vesikel (VMAT2) dan
disimpan disana hingga digunakan selama transmisi neurotransmiter.
Neuron DA memiliki transporter prasinaps (pompa reuptake) yang disebut
DAT, yang bersifat khas untuk DA dan yang mengakhiri aktivitas DA di sinaps
dengan membawa DA keluar dari sinaps dengan cepat untuk kembali ke terminal
2
saraf presinaps, dimana DA dapat disimpan kembali di dalam vesikel sinaps untuk
penggunaan kembali selanjutnya pada transmisi neurotransmiter lainnya (Gambar
9-19). Namun, DAT tidak ditemukan dalam jumlah yang besar di terminal akson
semua neuron DA. Sebagai contoh, di korteks prefrontalis, DAT secara relatif
jarang ditemukan, dan DA diinaktivasi oleh mekanisme-mekanisme lain.
Kelebihan DA yang lolos dari tempat penyimpanan di vesikel sinaps dapat
dihancurkan di dalam neuron oleh enzim monoamin oksidase (MAO) A atau
MAO-B, atau diluar neuron oleh enzim catechol-O-metil transferase (COMT)
(Gambar 9-19).
DA yang menyebar jauh dari sinaps juga dapat dibawa oleh transporter
norepinefrin (NET) sebagai substrat palsu, dan kerja DA akan dihentikan
dengan cara ini.
Reseptor untuk dopamin juga meregulasi neurotransmisi dopaminergik
(Gambar 9-20). DAT, yang merupakan transporter DA, dan transporter vesikel,
VMAT2, keduanya merupakan jenis reseptor. Hal ini telah dibahas secara luas
dalam bab 4 dan diilustrasikan dalam Gambar 4-13 hingga gambar 4-15 dan
disajikan di Tabel 4-1, 4-3, dan 4-4. Kebanyakan terdapat reseptor dopamin
tambahan, termasuk setidaknya lima subtipe farmakologis dan beberapa isoform
molekuler. Barangkali reseptor dopamin yang paling mendalam diteliti adalah
reseptor dopamin-2, karena reseptor dopamin ini distimulasi oleh agonis dopamin
3
untuk penatalaksanaan penyakit Parkinson dan dihambat oleh antipsikotik berupa
antagonis dopamin untuk penatalaksanaan skizofrenia. Sebagaimana yang akan
dibahas dalam rincian yang lebih mendalam di Bab 10, reseptor dopamin 1, 2, 3,
dan 4 semuanya dihambat oleh beberapa obat-obatan antipsikotik atipikal, namun
belum jelas hingga sejauh apa reseptor dopamin 1, 3, dan 4 berkontribusi terhadap
sifat klinis dari obat-obatan ini.
4
Empat jalur dopamin di otak yang telah dijelaskan dengan baik, ditambah
dengan jalur untuk dopamin kelima yang baru ditemukan diperlihatkan pada
gambar 9-24. Jalur ini terdiri atas jalur DA dopamin mesolimbik, mesokorteks,
nigrostriatal, dan tuberoinfundibular. Jalur baru menginervasi talamus.
Gambar 9-24. Lima jalur dopamin di otak. Neuroanatomi jalur neuronal dopamin
di otak dapat menjelaskan gejala-gejala skizofrenia serta efek terapeutik dan efek
samping obat-obat antipsikotik. (a). Jalur dopamin nigrostriatal, yang
memproyeksikan impuls dari substansia nigra ke ganglia basalis atau striatum,
merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal dan mengendalikan fungsi
motorik dan pergerakan. (b). Jalur dopamin mesolimbik memproyeksikan impuls
5
dari area tegmental mesensefalon ke nukleus akumbens, bagian dari sistem limbik
otak yang diperkirakan terlibat dalam banyak tingkah laku seperti perasaan yang
menyenangkan atau rasa nyaman, euforia kuat saat penyalahgunaan obat, serta
delusi dan halusinasi pada psikosis. (c). Sebuah jalur yang berkaitan dengan jalur
dopamin mesolimbik adalah jalur dopamin mesokorteks. Jalur ini juga
memproyeksikan impuls saraf dari area ventral tegmental mesensefalon namun
mengirimkan aksonnya ke area korteks prefrontalis, dimana dopamin bisa
memiliki peran dalam memediasi gejala-gejala kognitif (korteks prefrontal
dorsolateral) dan gejala-gejala afektif (korteks prefrontal ventromedial) pada
skizofrenia. (d). Jalur dopamin keempat yang terkait, adalah jalur dopamin
tuberoinfundibular, yang memproyeksikan impuls dari hipotalamus ke kelenjar
hipofisis anterior dan mengendalikan sekresi prolaktin. (e). Jalur dopamin kelima
muncul dari berbagai tempat, meliputi substansia grisea periakuaduktus, ventral
mesensefalon, nukleus hipotalamus, dan nukleus parabrakhial lateral, dan
memproyeksikan impuls ke talamus. Fungsinya saat ini belum diketahui dengan
baik.
6
perangsang atau stimulan seperti amfetamin dan kokain melepaskan dopamin, dan
jika diberikan secara berulang, dapat menyebabkan psikosis berupa paranoid yang
sebenarnya tidak dapat dibedakan dari gejala positif skizofrenia. Obat-obat
stimulan dibahas secara rinci pada bab selanjutnya mengenai penatalaksanaan
gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas dan pada penyalahgunaan obat.
Mekanisme kerjanya juga dibahas dalam bab 4 dan diilustrasikan dalam gambar
4-14 dan 4-15.
Semua obat antipsikotik yang diketahui, yang mampu mengobati gejala
psikotik positif adalah penghambat reseptor dopamin D2. Obat-obatan
antipsikotik dibahas dalam bab 10. Hasil pengamatan ini telah dirumuskan ke
dalam sebuah teori mengenai psikosis yang kadangkala dirujuk sebagai hipotesis
dopamin skizofrenia. Barangkali sebutan modern yang lebih tepat adalah
hipotesis dopamin mesolimbik untuk gejala positif skizofrenia, karena diyakini
bahwa hiperaktivitas secara spesifik pada jalur dopamin khusus inilah yang
memediasi gejala positif psikosis (Gambar 9-25 dan 9-26). Hiperaktivitas jalur
dopamin mesolimbik dihipotesiskan bertanggung jawab atas gejala-gejala psikotik
positif, apakah gejala-gejala tersebut merupakan bagian dari penyakit skizofrenia
ataupun bagian dari psikosis yang diinduksi obat atau apakah gejala psikotik
positif itu adalah gejala yang menyertai keadaan manik, depresi, atau demensia.
Hiperaktivitas neuron-neuron dopaminergik mesolimbik juga bisa memainkan
peran dalam gejala agresif dan tidak bersahabat pada skizofrenia dan penyakit-
penyakit yang berhubungan, khususnya jika terjadi penyimpangan pengendalian
serotonergik dopamin pada pasien yang memiliki pengendalian impuls yang
kurang.
7
eksekutif (Gambar 9-27), sementara cabangnya ke bagian ventromedial dari area
korteks prefrontalis dihipotesiskan mengatur emosi dan perasaan (Gambar 9-28).
8
terutama pada proyeksi mesokorteks ke korteks prefrontal memediasi gejala
kognitif, negatif dan afektif skizofrenia (Gambar 9-29).
9
neuron dopamin mesolimbik yang tidak selaras dan hiperaktif, yang memediasi
gejala positif, dan bagian lain dari neuron dopamin mesolimbik yang tidak selaras
namun hipoaktif, yang memediasi beberapa gejala negatif dan mekanisme reward
(kepuasan terhadap penghargaan) yang mengalami kerusakan.
10
upaya untuk meningkatkan fungsi pusat kesenangan dopaminergik mesolimbik
yang rusak, yang kemungkinan merupakan harga yang harus dibayarkan dalam
mengaktivasi gejala-gejala positif.
11
Gambar 9.30. Jalur dopamin nigrostriatal. Jalur dopamin nigrostriatal
diproyeksikan dari substansia nigra ke ganglia basalis atau striatum. Ini
merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal dan memainkan peran utama
dalam mengatur pergerakan. Saat dalam keadaan kekurangan dopamin, akan
terjadi parkisonisme dengan tremor, rigiditas, dan akinesia/bradikinesia. Saat
dalam keadaan kelebihan DA, akan terjadi pergerakan hiperkinetik seperti tik dan
diskinesia. Pada pasien skizofrenia yang tidak diobati, aktivasi jalur ini diyakini
dalam keadaan normal.
12
Jalur dopamin yang menginervasi talamus pada kera baru-baru ini telah
dijelaskan. Jalur ini muncul dari berbagai tempat, termasuk substansia grisea
periakuaduktus, bagian ventral mesensefalon, berbagai nukleus hipotalamus, dan
nukleus parabrakhial lateral (Gambar 9-24). Fungsinya masih di bawah penelitian
namun kemungkinan terlibat dalam mekanisme tidur dan gairah dengan
menggerbangi informasi yang melalui talamus ke korteks dan ke area otak
lainnya. Tidak ada bukti pada saat ini yang mendukung kelainan fungsi jalur
dopamin ini pada skizofrenia.
Glutamat
Dalam beberapa tahun terakhir, neurotransmiter glutamat telah berhasil
mendapatkan peran utama secara teoritis pada patofisiologi skizofrenia. Sekarang
neurotransmiter ini juga merupakan target agen-agen psikofarmaka terbaru untuk
penatalaksanaan skizofrenia di masa yang akan datang. Untuk memahami teori
mengenai glutamat pada skizofrenia, bagaimana kerusakan sistem glutamat dapat
mempengaruhi sistem dopamin pada skizofrenia, dan bagaimana sistem glutamat
bisa menjadi target penting dari obat terapeutik terbaru untuk skizofrenia, penting
untuk mengulas pengaturan transmisi neurotransmiter glutamat. Glutamat
13
merupakan neurotransmiter eksitatorik utama di sistem saraf pusat dan kadangkala
dianggap sebagai master switch otak, karena neurotransmiter ini dapat
mengeksitasi dan benar-benar menghidupkan semua neuron sistem saraf pusat.
Sintesis, metabolisme, pengaturan reseptor dan jalur glutamat utama oleh karena
itu sangat berguna terhadap fungsi otak dan akan dibahas disini.
Sintesis Glutamat
Glutamat atau asam glutamat merupakan neurotransmiter yang merupakan
asam amino. Kegunaan utamanya bukanlah sebagai neurotransmiter namun
sebagai kompleks penyusun asam amino untuk biosintesis protein. Saat digunakan
sebagai neurotransmitter, glutamat disintesis dari glutamin di dalam sel-sel glia,
yang juga membantu dalam mendaur ulang dan membentuk glutamat kembali
dengan lebih banyak setelah terjadi pelepasan glutamat selama transmisi
neurotransmiter. Jadi, pertama-tama glutamat dilepaskan dari vesikel sinaps yang
menyimpan neurotransmiter ini dalam neuron glutamatergik, dan pada tahap
kedua, glutamat dibawa masuk ke dalam sel glia yang berdekatan melalui pompa
reuptake yang dikenal sebagai transporter asam amino eksitatorik (EAAT)
(Gambar 9-33A). Neuron glutamat presinaps dan tempat neurotransmisi glutamat
postsinaps kemungkinan juga mengandung EAAT (tidak diperlihatkan di gambar),
namun EAAT ini tidak terlihat memainkan peran yang sepenting mendaur ulang
dan membentuk ulang glutamat seperti EAAT pada sel-sel glia (Gambar 9-33A).
EAAT dibahas dalam Bab 4 dan diilustrasikan dalam Gambar 4-11 dan subtipe
EAAT 1 hingga 5 disajikan pada Tabel 4-2.
14
dipengaruhi oleh antipsikotik yang digunakan untuk mengobati skizofrenia,
diyakini berada dalam keadaan normal pada skizofrenia yang tidak diobati.
Gambar 9-33B. Glutamat didaur ulang dan dibentuk ulang, bagian 2. Saat
telah berada di dalam sel glia, glutamat dikonversi menjadi glutamin oleh enzim
glutamin sintetase (3).
15
Gambar 9-33C. Glutamat didaur ulang dan dibentuk ulang, bagian 3.
Glutamin dilepaskan dari sel glia oleh transporter asam amino netral spesifik
(SNAT gla) melalui proses transportasi balik (4), dan kemudian diambil oleh
SNAT pada neuron glutamat (5).
16
menyediakan sejumlah kecil glisin pada sinaps glutamat, karena sebagian besar
glisin yang dilepaskan oleh neuron glisin hanya digunakan pada sinaps glisin dan
kemudian dibawa kembali ke dalam neuron glisin presinaps melalui transporter
glisin 2 (GLY-T2) sebelum sejumlah besar glisin dapat menyebar ke sinaps
glutamat. Glisin yang dihasilkan oleh sel-sel glia memainkan peran yang lebih
besar pada sinaps glutamat. Glisin dihasilkan di dalam sel-sel glia saat asam
amino I-serin dibawa masuk ke dalam sel-sel glia melalui transporter i-serin (I-
SER-T) dan kemudian dikonversikan menjadi glisin oleh enzim serin
hidroksimetil transferase (SHMT). Glisin dari sel-sel glia dilepaskan ke dalam
sinaps glutamat melalui transportasi balik oleh transporter glisin 1 (GLY-T1).
Glisin ekstraseluler kemudian diangkut kembali ke dalam sel-sel glia melalui
sebuah pompa reuptake, yang bernama GLY-T1.
17
sejumlah kecil glisin untuk sinaps glutamat, karena glisin tidak mampu menyebar
sangat jauh dari neuron glisin yang berdekatan karena glisin yang dilepaskan oleh
neuron-neuron glisin ini diambil dan dibawa masuk kembali ke dalam neuron-
neuron tersebut oleh suatu jenis pompa reuptake glisin yang dikenal sebagai
transporter glisin tipe 2 atau Gly-T2 (Gambar 9-34).
Oleh karena itu, sel-sel glia yang berdekatan diperkirakan merupakan
sumber dari sebagian besar glisin yang tersedia untuk sinaps glutamat. Glisin itu
sendiri dapat dibawa masuk ke dalam sel-sel glia dari ruang ekstraseluler atau
aliran darah oleh transporter glisin tipe 1, atau Gly-T2 (Gambar 9-34). Glisin juga
dapat bawa masuk ke dalam sel-sel glia oleh sebuah SNAT glia. Saat ini glisin
tidak diketahui dapat disimpan di dalam vesikel sinaps sel-sel glia, namun
sebagaimana yang akan kita pelajari di bagian berikut, neurotransmiter rekannya,
yaitu d-serin diperkirakan disimpan di dalam beberapa jenis vesikel sinaps di
dalam sel-sel glia. Meskipun demikian, glisin di sitoplasma sel-sel glia,
bagaimanapun juga, tersedia untuk pelepasan ke dalam sinaps, dan glisin ini
keluar dari dari sel glia ke masuk dalam sinaps glutamat dengan mengendarai
transporter balik Gly-T1 (Gambar 9-34). Saat telah berada diluar, glisin dapat
kembali ke dalam sel glia melalui sebuah Gly-T1 yang mengarah ke arah dalam,
yang berfungsi sebagai pompa reuptake dan merupakan mekanisme utama yang
bertanggung jawab untuk menghentikan kerja glisin sinaps (Gambar 9-34).
Selanjutnya, pada bab 10, kita akan membahas penatalaksanaan terbaru untuk
skizofrenia yang meningkatkan kerja glisin sehingga meningkatkan pula kerja
glutamat pada reseptor NMDA; penatalaksanaan ini masih dalam proses
percobaan dan memasukkan penghambat transporter glisin utama yaitu Gly-T1.
Glisin juga dapat disintesis dari asam amino l-serin, yang berasal dari ruang
ekstraseluler, aliran darah, dan diet; dibawa masuk ke dalam sel glia oleh
transporter l-serin (SER-T); dan konversi dari l-serin menjadi glisin oleh enzim
glia, yaitu serin hidroksi metil transferase (SHMT) (Gambar 9-34). Enzim ini
bekerja dalam dua arah, baik itu mengonversi l-serin menjadi glisin maupun
mengonversi glisin menjadi l-serin.
18
Bagaimana kotransmiter d-serin diproduksi? D-serin merupakan asam
amino yang jarang ditemukan karena merupakan asam amino-d, sementara dua
puluh asam amino esensial yang diketahui semuanya adalah asam amino-l,
termasuk gambar cerminan dari d-serin, yaitu asam amino l-serin. Merupakan
suatu kebetulan bahwa d-serin memiliki afinitas yang tinggi pada posisi glisin di
reseptor NMDA dan bahwa sel-sel glia dilengkapi dengan enzim-enzim yang
dapat mengonversi l-serin biasa menjadi asam amino yang dapat menjadi
neurotransmiter d-serin dengan menggunakan enzim yang dapat bekerja bolak
balik antara d-serin dan l-serin yang dikenal sebagai d-serin racemase (Gambar 9-
35). Oleh karena itu, d-serin dapat berasal apakah itu dari glisin ataupun dari l-
serin, yang keduanya dapat dibawa ke dalam sel-sel glia melalui transporter
mereka masing-masing. Glisin dikonversikan menjadi l-serin oleh enzim SHMT
dan l-serin dikonversikan menjadi d-serin oleh enzim d-serin racemase (Gambar
9-35). Menariknya, d-serin yang baru dihasilkan dapat disimpan dalam beberapa
jenis vesikel di sel-sel glia untuk pelepasan selanjutnya pada melalui d-serin glia
balik (atau d-SER-T) yang berfungsi untuk neurotransmisi pada sinaps glutamat
yang mengandung reseptor NMDA. Kerja d-serin tidak hanya dihentikan oleh
ambilan kembali pada sinaps melalui d-SER-T glia yang bekerja ke arah dalam
namun juga oleh enzim d-asam amino oksidase (DAO), yang mengonversi d-serin
menjadi hidroksipiruvat (Gambar 9-35). Di bagian bawah akan dibahas mengenai
aktivator DAO yang diciptakan oleh otak, yang tidak mengherangkan dikenal
sebagai aktivator d-asam amino oksidase (DAOA). Gen yang membuat DAOA
bisa menjadi salah satu gen regulator yang penting, yang berkontribusi terhadap
basis genetik skizofrenia, sebagaimana yang dijelaskan di bawah pada bagian
hipotesis perkembangan sistem saraf skizofrenia.
Reseptor Glutamat
Terdapat beberapa jenis reseptor glutamat (Gambar 9-36 dan Tabel 9-11),
yang terdiri atas pompa reuptake presinaps neuron (transporter asam amino
eksitatorik, atau EAAT) dan transporter vesikel untuk glutamat ke dalam vesikel
sinaps (vGluT). Reseptor lain yang terlihat juga pada neuron presinaps serta pada
19
neuron postsinaps adalah reseptor glutamat metabotropik (Gambar 9-36).
Reseptor glutamat metabotropik berkaitan dengan protein G. Reseptor-reseptor
yang berkaitan dengan protein G dibahas dalam Bab 4.
Setidaknya terdapat empat subtipe reseptor glutamat metabotropik, yang
dimasukkan ke dalam tiga kelompok yang terpisah (Tabel 9-11). Penelitian
menyatakan bahwa reseptor metabotropik untuk kelompok II dan III dapat muncul
di presinaps, dimana reseptor ini berfungsi sebagai autoreseptor yang
menghambat pelepasan glutamat (Gambar 9-37). Oleh karena itu, obat-obatan
yang memicu autoreseptor presinaps ini sebagai suatu obat yang bekerja agonis
dapat mengurangi pelepasan glutamat dan bisa berpotensi berguna sebagai
antikonvulsan dan penstabil mood dan juga sebagai pelindung terhadap
eksitotoksisitas glutamat, sebagaimana yang dijelaskan di bagian bawah. Reseptor
glutamat metabotropik kelompok I sebagian besar bisa berada di postsinaps,
dimana reseptor ini dihipotesiskan berinteraksi dengan reseptor glutamat
postsinaps lainnya untuk mempermudah dan memperkuat respon yang dimediasi
oleh reseptor kanal ion yang diaktivasi oleh ligan untuk glutamat selama
neurotransmisi glutamatergik eksitatorik (Gambar 9-36; lihat juga gambar 5-43A,
B, dan C).
20
Reseptor NMDA, AMPA (asam alfa-amino-3-hidroksi-5metil-4isoksazole
propionat), dan kainate untuk glutamat, dinamakan sesuai dengan agonis yang
secara selektif berikatan padanya, yang semuanya merupakan reseptor anggota
famili kanal ion yang diaktivasi oleh ligan (Gambar 9-36 dan Tabel 9-11). Kanal
ion yang diaktivasi ligan ini juga dikenal sebagai reseptor ionotropik atau reseptor
yang berkaitan dengan kanal ion (dibahas dalam Bab 5 dan diperlihatkan dalam
Gambar 5-24, 5-25, dan 5-43A, B dan C). Semuanya reseptor ini cenderung
berada di postsinaps dan bekerja bersama untuk memodulasi transmisi
neurotransmiter postsinaps eksitatorik yang dipicu oleh glutamat. Secara spesifik,
reseptor AMPA dan kainat bisa memediasi transmisi neurotransmiter eksitatorik
yang cepat, yang memungkinkan natrium untuk memasuki neuron dan
mendepolarisasinya (lihat Gambar 5-25 dan 5-43).
21
NR2C PCP (fensiklidin)
NR2D
Jalur glutamat utama di otak dan hipotesis hipofungsi reseptor NMDA pada
skizofrenia
Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatorik yang terdapat dimana-
mana, yang terlihat mampu mengeksitasi hampir semua neuron di dalam otak;
itulah mengapa ia disebut sebagai master switch. Meskipun demikian, terdapat
beberapa jalur glutamanergik spesifik yang terutama berkaitan dengan
psikofarmakologi dan khususnya terhadap patofisiologi skizofrenia (Gambar 9-
38). Lima jalur ini semuanya berkaitan dengan neuron piramidalis glutamanergik
di korteks prefrontal.
22
Jalur Glutamat Kortikobulbar otak dan Hipofungsi reseptor NMDA pada
skizofrenia
Jalur glutamanergik descending yang sangat penting diproyeksikan dari
neuron piramidalis korteks yang sebagian besar pada lamina ke-5 (lihat gambar 7-
22) ke pusat neurotransmiter batang otak, yang mencakup raphe untuk serotonin,
area ventral tegmental (VTA) dan substansia nigra untuk dopamin, dan locus
coeruleus untuk norepinefrin (jalur a pada gambar 9-38).
23
Hipotesis terbaru yang paling banyak mengenai skizofrenia melibatkan
reseptor NMDA pada jalur ini. Hipotesis mengenai hipofungsi reseptor NMDA
pada skizofrenia muncul dari pengamatan bahwa saat reseptor NMDA
dihipofungsikan oleh antagonis reseptor NMDA fenisiklidin (PCP), akan terjadi
keadaan psikotik pada manusia normal yang sangat serupa dengan gejala positif
skizofrenia, meliputi halusinasi dan delusi. Pada pengamatan yang lebih kecil,
antagonis reseptor NMDA yaitu ketamin juga dapat menimbulkan psikosis pada
orang normal yang menyerupai skizofrenia.
Pengamatan tersebut telah mengarahkan pada hipotesis bahwa reseptor
NMDA khususnya pada proyeksi glutamat kortikobulbar kemungkinan dalam
keadaan hipoaktif pada skizofrenia yang tidak diobati dan oleh karena itu tidak
dapat melakukan perannya untuk menghambat neuron dopamin mesolimbik
dengan kuat. Saat hal ini terjadi, terjadi hiperaktivitas dopamin mesolimbik. Hal
ini secara teori merupakan akibat dari hipoaktivitas glutamat kortikobulbar pada
reseptor NMDA (Gambar 9-39B).
Gambar 9-39A dan B. Hipotesis hipofungsi reseptor NMDA dan gejala positif
skizofrenia. (A) Proyeksi glutamat kortikobulbar berhubungan dengan jalur
dopamin mesolimbik melalui interneuron asam gamma aminobutirat (GABA) di
area ventral tegmental. Glutamat eksitatorik menstimulasi reseptor N-metil-d-
aspartat (NMDA) pada interneuron, yang menyebabkan pelepasan GABA, dan
GABA, selanjutnya akan menghambat pelepasan dopamin dari jalur dopamin
mesolimbik: oleh karena itu jalur descending dari glutamanergik normalnya
bertindak sebagai rem untuk jalur dopamin mesolimbik. (B) Jika reseptor NMDA
pada proyeksi glutamat kortikobulbar berada dalam keadaan hipoaktif, maka efek
penurunan efek inhibisi kuat jalur dopamin mesolimbik tidak akan terjadi, yang
menyebabkan hiperaktivitas jalur ini. Ini merupakan dasar biologis teoritik untuk
hiperaktivitas dopamin mesolimbik yang diperkirakan berkaitan dengan gejala
positif psikosis.
24
Oleh karena itu hipotesis dopamin mesolimbik untuk gejala positif
skizofrenia yang diperlihatkan dalam gambar 9-25 dan 9-26 dapat dijelaskan oleh
hipotesis mengenai hipofungsi reseptor NMDA pada skizofrenia yang
diperlihatkan dalam gambar 9-39. Yang artinya, hiperaktivitas dopamin
mesolimbik yang menimbulkan gejala positif skizofrenia sebenarnya
kemungkinan merupakan akibat dari hipoaktivitas reseptor NMDA pada proyeksi
glutamat kortikobulbar, sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 9-39.
Apa yang sangat menarik mengenai hipotesis hipofungsi reseptor NMDA
pada skizofrenia adalah bahwa tidak seperti amfetamin yang hanya mengaktifkan
gejala positif, PCP juga menyerupai gejala kognitif, negatif dan afektif
skizofrenia. Yang artinya, manusia normal yang mengonsumsi PCP dan
menjadikan reseptor NMDA dalam keadaan hipofungsi reseptor tidak hanya
mengalami gejala positif seperti delusi dan halusinasi, namun juga mengalami
gejala afektif seperti afek tumpul, gejala negatif seperti penarikan diri dari
lingkungan sosial, dan gejala kognitif seperti kelainan fungsi kognitif.
25
mesokorteks. Tidak seperti aksi neuron glutamat kortikobulbar pada neuron
dopamin mesolimbik yang diperlihatkan dalam Gambar 9-39A, dimana neuron ini
bekerja melalui interneuron GABA penghubung, neuron glutamat kortikobulbar
bersinaps secara langsung pada neuron dopamin tersebut di area ventral tegmental
yang diproyeksikan ke korteks, sehingga neuron ini disebut neuron dopamin
mesokortikal (Gambar 9-40A). Hal ini berarti bahwa neuron glutamat
kortikobulbar normalnya berfungsi sebagai akselerator neuron dopamin
mesokorteks; oleh karena itu neuron ini mengeksitasinya dengan kuat (Gambar 9-
40A).
Akibat dari sirkuit neuronal ini adalah bahwa saat proyeksi kortikobulbar ke
neuron dopamin mesokorteks telah mengalami hipoaktivitas reseptor NMDA,
maka mereka neuron ini akan kehilangan dorongan eksitatoriknya dan menjadi
hipoaktif, sebagaimana yang terlihat pada gambar 9-40B. Hal ini dihipotesiskan
dapat menjelaskan mengapa neuron dopamin menjadi hipoaktif sehingga dapat
menjelaskan hubungannya terhadap gejala kognitif, negatif dan afektif
skizofrenia, sebagaimana yang terlihat dalam Gambar 9-27B, 9-28B, dan 9-29.
26
neuron GABA ini menciptakan sebuah filter sensorik untuk mencegah terlalu
banyak lalu lintas sensorik yang masuk ke dalam talamus untuk terlepas ke
korteks, dimana hal ini dapat membingungkan atau membanjiri pengolahan
informasi di korteks (panah 3 dalam Gambar 9-41A).
Fungsi dopamin dalam putaran CSTC ini adalah untuk menghambat
proyeksi neuron GABA ke talamus, sehingga mengurangi efektivitas filter
talamus (Gambar 9-41B). Dopamin ini melawan input eksitatorik glutamat yang
diproyeksikan dari kortikostriatal ke striatum (Gambar 9-41A dan B).
27
yang masuk ke talamus, sehingga memungkinkannya untuk masuk ke korteks
melalui jalan neuron talamus ascending.
Jika keadaan ini tidak cukup buruk, terdapat hipotesis mengenai hipofungsi
reseptor NMDA pada jalur glutamat kortikostriatal descending pula (Gambar 9-
41E). Hal ini mengurangi dorongan eksitatorik pada neuron GABA yang
menciptakan filter talamus. Digabungkan dengan kelebihan dopamin yang berasal
dari neuron mesolimbik, filter talamus mengalami kegagalan, dan terlalu banyak
informasi yang keluar secara menyebar ke korteks, dimana hal ini dapat
menyebabkan manifestasi halusinasi atau juga dapat menciptakan gejala akibat
kelainan pada korteks lainnya seperti gejala kognitif, afektif, dan negatif
skizofrenia (Gambar 9-41E).
28
yang tidak berfungsi dengan baik secara langsung ke filter thalamus (Gambar 9-
41E).
Gambar 9-41C. Inhibisi kuat input sensorik dari thalamus. Filter talamus
untuk input sensorik ke korteks diatur oleh neuron glutamat yang mengarah ke
nucleus accumbens (1), yang memicu pelepasan GABA di talamus (2). Jika
efektif, GABA inhibitorik menyaring sebagian besar input sensorik yang sampai
ke talamus, sehingga hanya jenis input sensorik yang terpilihlah yang
disampaikan ke korteks (3).
29
piramidalis lainnya dengan glutamat namun juga menerima informasi dari neuron
lainnya melalui glutamat (Gambar 9-38). Glutamat merupakan neurotransmiter
utama yang digunakan untuk mengirimkan informasi sebagai output dari neuron
piramidalis, namun neuron-neuron dapat ini menerima sebagian besar pesan yang
disampaikan oleh neurotransmiter sebagai input dari neuron lain, sebagaimana
yang dibahas dalam Bab 7 dan diilustrasikan untuk input interneuron GABA-ergik
ke neuron piramidalis di dalam Gambar 7-23 dan untuk sejumlah input
neurotransmiter lainnya ke neuron piramidalis dalam gambar 7-24.
30
korteks sehingga gejala positif psikosis dapat muncul (3) (lihat gambaran gejala
positif di korteks).
31
mesolimbik untuk gejala positif dan terlalu hipoaktifnya jalur dopamin
mesokortikal untuk gejala kognitif, afektif dan negatif pada skizofrenia. Banyak
teori-teori kontemporer saat ini mengenai dasar genetik skizofrenia yang berfokus
pada reseptor NMDA, sebagaimana yang dibahas di bawah, begitu pula dengan
upaya pengembangan obat-obatan baru untuk penatalaksanaan skizofrenia terbaru,
yang dibahas dalam Bab 10.
32
33