Anda di halaman 1dari 6

Teori kepemimpinan yaitu

teori genetis dimana menjelaskan bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan untuk bisa menjadi pemimpin; dia telah memiliki bakat
dan mempunyai pembawaan untuk bisa menjadi pemimpin. Menurut teori
kepemimpinan seperti teori genetis ini mengasumsikan bahwa tidak setiap orang
dapat menjadi pemimpin, hanya beberapa orang yang memiliki pembawaan dan
bakat saja yang dapat menjadi pemimpin. Hal tersebut memunculkan Pemimpin
tidak hanya sekedar dibentuk tapi dilahirkan.
Teori kepemimpinan yang kedua yaitu teori sosial yang menyatakan bahwa
seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena lingkungannya yang mendukung,
keadaan dan waktu memungkinkan ia bisa menjadi pemimpin. Setiap orang dapat
memimpin asal diberikan kesempatan dan diberikan pembinaan untuk dapat
menjadi pemimpin meskipun ia tidak memiliki pembawaan atau bakat. Adapun
istilah dari teori kepemimpinan sosial ini yaitu Pemimpin itu dibentuk bukan
dilahirkan.
Teori kepemimpinan yang ketiga yaitu teori ekologis, dalam teori kepemimpinan
ekologis ini menyatakan bahwa gabungan dari teori genetis dan sosial, dimana
seseorang akan menjadi pemimpin membutuhkan bakat dan bakat tersebut mesti
selalu dibina agar berkembang. Kemungkinan untuk bisa mengembangkan bakat
tersebut itu tergantung dari lingkungannya.
Teori kepemimpinan yang keempat yaitu teori situasi, dalam teori kepemimpinan
situasi ini menyatkaan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin ketika berada
dalam situasi tertentu karena dia memiliki kelebihan-kelebihan yang dibutuhkan
dalam situasi tersebut. Akan tetapi pada situasi yang lainnya, kelebihannya
tersebut tidak dibutuhkan, akhirnya ia tidak akan menjadi pemimpin lagi, bahkan
bisa jadi menjadi pengikut saja.
Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya
direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan
sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam perencanaan
dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana,
kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah
pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki
kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta
menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang
akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang
disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan
kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak
buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.

3. Gaya Kepemimpinan Delegatif


Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin memberikan arahan,
keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat menyelesaikan
permasalahannya sendiri (MacGrefor, 2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku
seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian maka gaya
kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter pribadinya.

Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pimpinan
kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar dapat menjalankan kegiatannya yang
untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai sebab. Gaya
kepemimpinan delegatif sangat cocok dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki kemampuan
dan motivasi yang tinggi. dengan demikian pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi
kepada bawahannya, bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan kepada
bawahannya.

4. Gaya Kepemimpinan Birokratis


Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat memimpin berdasarkan peraturan. Perilaku
pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi pemipin dan anak
buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan
aturan yang ada secara kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada
pimpinan dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh
lepas dari ketentuan yang ada.

5. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan
kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias berjalan apabila bawahan
memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup
tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau
sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.

6. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian


Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah
diberikan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan
tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari
lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang
dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama
sekali tak pernah diperhatikan.

7. Gaya Kepemimpinan Karismatis


Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona
dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya
kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Mungkin,
kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong
Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah
beberapa lama, orang orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa
yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin
akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

8. Gaya Kepemimpinan Diplomatis


Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi
keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua
sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya,
mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya
meninggalkan si pemimpin.

Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya,dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe
kepemimpinan diantaranya sebagai berikut:
1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpi yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki criteria atauciri sebagai
berikut:
a. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan seagai alat
mata-mata
c. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
d. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi
e. Teralu tergantung kepada kekuasaan formalnya
f. Dalam tindaka pengerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengadung unsur
paksaan da bersfat menghukum
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimasud dari seorang pemimpin tipe militerisme
berbeda dengan seorang pemimpin organisasi moliter. Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut:
a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
b. Dalam menggerakkan bawahan senang bertangung kepada pangkat dan jabatannya
c. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
e. Sukar menerims kritikan dar bawaanya
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbaga keadaan

3. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi
(overly protective)
b. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
karakteristik
e. Sering bersikap maha tahu.

4. Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa
seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut
yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya
pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka
sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib
(supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai
kriteria untuk karisma.
5. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia
b. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan
dan tujuan pribadi dari pada bawahannya
c. Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya
d. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan
e. Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang
sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain
f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya

Anda mungkin juga menyukai