Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEMAM TIFOID
1. Pengertian (definisi) Penyakit endemis di indonesia yang disebabkan oleh
infeksi sistemik Salmonella Typhi.
2. Anamnesis 1. Demam naik secara bertahap setiap hari
2. Delirium, malaise, letargi, anoreksia, nyeri
kepala
3. Nyeri perut, diare atau konstipasi, muntah,
perut kembung
4. Kasus berat; penurunan kesadaran,
kejang,ikterus
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tifoid tounge
2. Meteorismus
3. Hepatomegali
4. Kadang-kadang terdapat ronki pada
pemeriksaan paru
5. Rose spot pada 50% kasus (dada bawah &
abdomen bagian atas)
4. Kriteria Diagnosis 1. Demam lebih dari 3 hari
2. Leukopenia
3. Widal+
5. Diagnosis Kerja Demam Tifoid
6. Diagnosis Banding Stadium dini : influenza, gastroenteritis,
bronkitis
1. bronkopenumonia
2. Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, malaria
3. Demam tifoid berat ; sepsis, leukemia, limfoma
7. Pemeriksaan penunjang 1. Darah tepi; anemia, leukopenia, limfositosis
relatif, trombositopenia
2. Widal ; Kenaikan titer S. Typhi O 1;200 atau
kenaikan 4x titer fase akut ke kovalesens
8. Terapi Tifoid tanpa komplikasi (rawat jalan)
1. Antibiotik per oral ; kloramfenikol, amoksisilin,
kotrimoksasol
2. Simptomatik;PCT
3. Kontrol 3 Hari
4. Rujuk balik PPK 1
SINDROMA NEFROTIK
1. Pengertian (Definisi) Keadaan klinis dengan gejala proteinuria masif,
hipoalbuninemia, edema dan hiperkolesterolemia.
Kadang-kadang disertai dengan hematuria, hipertensi
2. Anamnesis 1. Bengkak di kedua kelopak mata, perut atau
tungkai atau seluruh tubuh
2. Penurunan jumlah urine
3. Dapat juga ditemukan urine berwarna
kemerahan
3. Pemeriksaan fisik 1. Edema palpebra, tungkai
2. Asites, edema skrotum / labia
3. Kadang-kadang hipertensi ditemukan
4. Kriteria diagnosis 1. Edema
2. Protenuria masif
3. Hipolabuminemia
5. Diagnosis kerja Sindroma nefrotik
6. Diagnosis banding 1. Glomemlonefritis
2. Edema nutritional
3. Edema hepatal
7. Pemeriksaan penunjang 1. Urine ; protein kuaitatif, kuantitatif,
kreatinin,ureum
2. Albumin, protein total, kolestrol
8. Terapi 1. Prednison 2 mg/kgbb/hari (maksimal
80mg/hari) dalam dosis terbagi selama 4
minggu
2. Dilanjutkan dengan 2/3 dosis awal (dosis
tunggal pagi selang sehari ) selama 4-8
minggu
3. Bila ada edema anasarka diperlukan tirah
baring
9. (Hospital Health 4. Diet nefrotik dan diuretik
Promotion ) 1. Mengatur pola makan pasien
2. Mencegah kemungkinan terjadinya infeksi lain
akibat menurunnya sistem imun akibat
penggunaan steroid
10 Prognosis Ad vitam : ad bonam
. Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
11. Standing order
12 Kepustakaan 1. Standar pelayanan medis kesehatan anak.
. Hardiono Pusponegoro, dkk, penyunting.
Departemen kesehatan RI-IDAI.Jakarta.2004
2. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan
anak. Prof Herry Garna,dr.SpA (K) Ph.D,dkk,
penyunting. Bagian ilmu kesehatan anak FK
UNPAD AD-RSHS
CEREBRAL PALSY
1. Pengertian (Definisi) Kelainan dalam otak yang kekal dan non progresif
yang mengakibatkan ganguan motorik pada masa bayi
dengan gejala khas beruupa perubahan tonus otot.
Kelainan tersebut terjadi sebelum SSP mencapau
kematangan.
2. Anamnesis 1. Ganguan perkembangan motorik
2. Ganguan belajar dan komunikasi
3. Ganguan pertumbuhan, gangguan mental
4. Kejang / epilepsi
3. Pemeriksaan fisik 1. Tipe spatik; hemiparesis, diplegia, kuadriparesi
2. Tipe diskinetik; atetoid, distoni, korea, balismus,
tremor
3. Tipe rigid, ataksik dan campuran
4. Kriteria diagnosis 1. Riwayat kehamilan, persalinan dan pasca
persalinan
2. Ganguan perkembangan
3. Ganguan neurologik (dibedakan berdasarkan
usia)
<1th; terutama perubahan refleks postural
1-3th; tonus dan perubahan refleks
5. Diagnosis kerja 4. Cerebral palsy
6. Diagnosis banding 1. Kelainan SSP progresif
7. Pemeriksaan penunjang 1. Darah perifer,GDS,elekrolit darah
2. LP
8. Terapi 1. Multidisipliner terdiri dari ; dokter anak
(neouropediantri ) , regabilitasi medis
2. Gerakan abnormal; haloperidol 0,05-0,1
mg/kgbb/hari
3. Mengurangi spastisitas; baklofen,
benzodiazepin, toksin botulinium
9. (Hospital Health Promotion) 1. Imunisasi H Influenza tipe B
2. Imunisasi N Meningitis
10 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
. Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad malam
11. Standing order
12 Kepustakaan 1. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan
. anak, baian ilmu kesehatan anak FK UNPAD-
RSHS bandung 2005
2. Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan
pelayanan kesehatan provinsi jawa barat 2012
THALASEMIA
1. Pengertian (definisi) Golongan penyakit yang bersifat keturunan (herediter )
ditandai dengan adanya defisiensi pembentukan rantai
globin spesfik dari HB
2. Anamnesis 1. Pucat
2. Ganguan nafsu makan, ganguan tumbuh
kembang
3. Perut membesar karena pembesaran limpa
dan hati
3. Pemeriksaan fisik 1. Anemis, bentuk muka mongoloid (facies
cooley)
2. Dapat ditemukan ikterik, ganguan
pertumbuhan
3. Splenomegali, hepatomegali
4. Kriteria Diagnosis 1. Anemia berat
2. Morfologi erotrosit; gambaran hemolitik
3. Dapat terjadi leukopenia dan trombositipenia
4. Peningkatan retikulosit, MCV rendah
5. HbF atau Hb A2 meningkat
5. Diagnosis kerja Thalasemia
6. Diagnosis banding 1. Hemoglobinopathly
2. Anemia defisiensi besi
3. Anemia deseritropoetik kongenital
7. Pemeriksaan penunjang 1. Hb,MCV,MCH,SADT,retikulosit,fragilitas
osmotik
2. Hb F,Hb A2, kadar besi, saturasi tarnsferin dan
feritin
8. Terapi 1. Desferoxamine (kelasi besi ) diberikan bila
feritin serum mencapai 1000mg/l.
Desferoxamine diberikan secara subkutan 25-
50mg/kgbb dalam waktu 8-12 jam selama %
hari berturt-turt tiap selesai transfusi darah
2. Vitamin C 100-250mg/hari selama pemberian
kelas besi
3. Asam folat 2-5mg/hari
4. Vit E 200
5. Transfusi PRC 3 ml/kgbb untuk setiap
kenaikan Hb 1 g/dl
9. (Hospital Health Promotion)
10 Prognosis Ad vitam : ad bonam
. Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad malam`
11. Satnding order
12 Kepustakaan 1. Standar pelayanan medis kesehatan aka.
. Departemen kesehatan RI-ADAI. Jakarta 2004
2. Buku pedoman pelaksanaa sistem rujukan
pelayanan kesehatan provinsi jawa barat 2012
EPILEPSI
1. Pengertian (definisi) Suatu kondisi ganguan kronik yang ditandai dengan
berulangnya bangkitan epilepsi
2. Anamnesis 1. Kejang tanpa demam, sensasi, gerakan /
kelainan psikis abnormal tegantung daerah
yang terkena
2. Terdapat perasaan tidak enak (aura) sebelum
terjadi demam
3. Ganguan penglihatan sementara
4. Tidak tergigit, inkontinesia virine
3. Pemeriksaan fisik 1. Apakah terdapat gigitan di lidah pada saat
kejang berlangsung
2. Defisit neurologis seperti hemiparese, distonia,
disfasis
3. Ganguan lapang pandang, nistagmus, dipopia
4. Kriteria diagnosis Adanya gejala dan tanda klinik dalam bentuk
bangkitan epilepsi berulang (minimal 2x) yang
ditunjang gambaran epiletiform pada EEG
5. Diagnosis banding Epilepsi
6. Diagnosis banding 1. Psendo seizzure
2. TIA
3. Narkolepsi, Hipoglikemia
7. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan elektrolit darah, glukosa
2. Calsium, magnesium, BUN, Kreatinin
3. EEG
4. CT Scan, MRI
8. Terapi 1. Karbamazepin 10-25mg/kgbb/hari dibagi 3
dosis
2. Asam valproat 20-60/kgbb/hari/dibagi 2-3 dosis
3. Fenitoin 4-8mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
4. Etosuksim
5. Klobazam 0,25mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
6. Klonazepam; 0,1-03mg/mg/kgbb/hari
7. Fenobarbital : 4-8mg/kgbb dibagi 2 dosis
8. Topiramat 6-9mg/kgbb/hari/ dibagi 2 dosisi
1. Edukasi konsumsi obat epilepsi yang teratur
2. Edukasi pertolongan pertama saat kejang
misalkan tidak memasukan sendok ke dalam
mulut saat pasien pulang
10 Prognosis Ad vitam : ad bonam
. Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad malam
12 Status epileptikus 1. 1-5 menit : diazepam 0,3mg/kg/IV
. 2. Bila kejang berhenti dalam 5-10 menit, ulangi
dengan dosis 4 cara yang sama
3. 15 menit ; fenitoin 20mg/kg IV maks 1 gram,
did rip 20 menit dalam 50 ml Nacl
4. 30 menit ; fenobarbital 20 mg / kg IV bolus 5-
10 menit (1mg/kg/mnt)
5. Bila masih kejang setelah 10 menit pemberfian
fenobarbital tetai sebagai status epileptikus
rerakter
6. 45-50 mnt; midazolam IV
7. Bolus 0,2 mg/kg dilanjutkan drip 0,02-0,4
mgkg/jam
12 Kepustakaan 1. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan
. anak , bagian ilmu kesehatan anak FK
UNPAD-RSHS bandung 2005
2. Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan
pelayanan kesehatan privinsi jawa barat 2012
TUBERKULOSIS
1. Pengertian (definisi) Penyakit akibat mycobacterium tuberculosis
2. Anamnesis 1. Nafsu makan berkurang, BB sulit naik
2. Demam kronik, batuk kronik
3. Pembesaran KGB superfisial di leher, axilla,
inguinal atau tempat lain
4. Keluhan spesifik organ terjadi apabila TB
mengenal organ ekstra pulmonal misalnya;
gibbus, sklofuloderma
3. Pemeriksaan fisik 1. Suara napas bronkial, amforeik, suara nafas
melemah
2. Ronki basah, pembesaran KGB
3. Tanda penarikan paru, diagfragma,
mediastinum
4. Kriteria diagnosis 1. Kontak erat dengan penderita TB sputum
BTA+
2. Reaksi kemerahan 3-7 hari setelah
penyuntikan BCG
3. Gejala umum TB
4. Gejala spesisfik pada TB ekstra paru
5. Tes tiberkulin +
6. Gambaran radilologis sugestif TB
7. Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan
bakteriologis (M.TB)+
5. Diagnosis kerja Tuberkolosis
6. Diagnosis banding 1. Bronkiektasisi
2. Bronkitis kronis
3. Asma, Ca Paru
7. Pemeriksaan penunjang 1. Tes mantoux
2. Pemeriksaan BTA
3. Rontgen thorax
8. Terapi 1. Fase intensif ; 2 RHZ
2. Fase lanjutan ; 4 RH
3. Rifampisin 15mg/kgbb, Pyrazinamide 25-
35mg/Kgbb, INH 10mg/kgbb
9. (Hospital Health Promotion) 1. Imunisasi BCG
2. Asupan Gizi yang baik
3. Mencari orang dewasa sebagi sumber
penularan TB
10 Prognosis Ad vitam : ad bonam
. Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad malam
11. Standing order
12 Kepeustakaan 1. Standar pelayan medis kesehatan anak.
. Departemen kesehatan RI=IDAI . Jakarta.
2004
2. Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan
pelayanan kesehatan provivnsi jawa barat
2012