Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

PERTEMUAN - 4
BERORIENTASI PADA TINDAKAN

Disusun Oleh:
RAHMAD DONI ADI SAPUTRA : 13.811.0046
MAINIDAR HUSNI : 13.811.0021

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2017
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Covey, manusia yang efektif adalah manusia yang dilandasi oleh sikap-sikap
adil (fairness), mengedepankan persamaan (equity), memiliki (integrity), jujur (honesty),
martabat dan keseimbangan, serta senantiasa berfikir positif.
Nilai nilai seperti diatas sangat penting karena akan membuat lebih percaya diri lebih
ringan dalam bertindak. Orang-orang yang tidak memiliki integritas, kurang adil, dan tidak jujur
cenderung tidak stabil emosinya dan hidupnya tidak damai. Dia bisa memiliki usaha tetapi sulit
menjadi besar. Selain itu, Covey juga mengemukakan bahwa karakter seseorang itu dibentuk
oleh kebiasaan (habit). Oleh karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh seseorang
wirausaha adalah kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif secara spesifik, kedelapan
kebiasan tersebut adalah be proactive, begin with the end in mind, put first things first, think
win/win, seek first to understand-the to be understood, synergize, sharpen the saw, they friend
their voice, and help others find theirs (Covey,2004).
Salah satu ciri seseorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih berorientasi pada
tindakan (action). Dari pada sekedar bermimipi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana.
Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap
masalah yang dihadapi. Jika seorang wirausaha hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala
kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian).
Wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar dapat menggunakan kesempatan
sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan
mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus memandang
persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat bahwa keputusan-keputusan utama
akan mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya.
1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud berorientasi pada tindakan?


2) Bagaimana sikap yang berorientasi pada tindakan?
3) Bagaimana sikap berorientasi pada resiko?
4) Bagaimana cara mengelola resiko?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui definisi dari berorientasi pada tindakan.


2) Untuk mengetahui sikap-sikap yang berorientasi pada tindakan.
3) Untuk mengetahui sikap-sikap yang berorientasi pada resiko.
4) Untuk mengetahui cara-cara mengelola resiko.

1.4 Manfaat Penulisan

Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Dari makalah ini,
kita juga akan mengetahui sikap-sikap wirausaha yang berorientasi pada tindakan dan resiko.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1Definisi Berorientasi pada Tindakan

Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu keadaan
untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Sikap ini terkadang dikaitkan
dengan seberapa seseorang responsif terhadap keadaan, seberapa cepat untuk mengambil
tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang ada, dan seberapa jauh komitmen orang
tersebut atas perkataannya.
Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam
setiap masalah yang dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala
kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian).
Selain itu, seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check,
and action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik,
tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus menghindari NATO
(no action talk only), NADO (no action dream only) dan NACO (no action concept only).
NATO hanya akan menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa
tindakan, dan NACO hanya menghasilkan teori dan falsafah. Umumnya, yang berpikiran
NACO adalah akademisi yang berpikir menggunakan logika formal.
Seorang konseptor atau teoretikus, bekerja dengan data dan jarang sekali berada di
lapangan. Sebaliknya, seorang wirausaha menghabiskan 90% dari waktunya di lapangan
bersama-sama dengan karyawan, pemasok, dan pelanggan-pelanggannya. Karena bekerja
dengan data, maka supaya valid dan ilmiah, seorang konseptor harus terbiasa menguji data-
datanya, membangun model, dan melakukan validasi. Masalahnya, kalau seorang konseptor
tidak menguasai keadaan dan informasi di lapangan, dia bisa menjadi ragu akan keputusannya,
sehingga cenderung mengulangi lagi siklus di atas, yaitu mengumpulkan data lagi. Akibatnya,
dia bisa berputar-putar dan lebih berorientasi pada pikiran daripada tindakan.
Sebaliknya, seseorang yang berorientasi pada tindakan adalah orang yang memiliki
tingkat efektivitas yang tinggi. Dalam hal ini, akan digunakan konsep seseorang yang efektif
yang dikemukakan oleh Stephen Covey (2004).
Sehebat apapun angan-angan untuk menciptakan perubahan, belum tentu dapat
dijalankan jika tidak berorientasi pada tindakan dan tidak berani mengambil risiko. Begitu juga
sebaliknya tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul akan sia-sia. Strategi
dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan perubahan. Strategi yang
berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan inovasi dan dilandasi oleh suatu
pemikiran atau mindset.
2.2 Sikap Berorientasi pada Tindakan

Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha. Rencana
akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa adanya tindakan. Keberanian mengambil
tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam menentukan nilai hidupnya. Dalam
menentukan perencanaan terhadap tindakan yang diambil berarti memerlukan cara
pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir
dari keputusan dan tindakan yang kita ambil.
Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan merupakan hal yang
penting. Pribadi yang berorientasi pada tindakan akan berpikir dan bertindak cepat terhadap
suatu keadaan yang dianggap menghasilkan solusi terbaik dan efektif dalam suatu
permasalahan. Menurut Stephen Covey, pribadi seseorang itu dibentuk karena kebiasaan. Oleh
karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh seseorang adalah kebiasaan-kebiasaan
yang bersifat produktif. Berikut ini merupakan sikap dan tindakan pribadi yang berorientasi
pada tindakan dalam melakukan suatu tindakan:
1. Proaktif
Seseorang yang efektif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu atau berwacana.
Orang yang efektif adalah orang yang proaktif. Bertindak proaktif merupakan pengambilan
tindakan sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki muncul. Dengan kata lain, orang-
orang proaktif selalu mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dan cepat mengambil tindakan
sebelum kejadian.
2. Bermula dari Ujung Pemikiran (end of mind) atau Tujuan
Orang yang berorientasi pada tindakan tidak hanya mengejar pencapaian tujuan, akan tetapi
juga berburu tujuan yang benar. Agar tujuan tercapai dengan baik maka perlu menyusun
rencana tujuan yang jelas dan tepat.
3. Mendahulukan Hal yang Utama
Intinya adalah seseorang harus fokus pada hal-hal yang urgent (mendesak) dengan membuat
prioritas, dan menyadari bahwa tidak semua hal dikategorikan prioritas. Hal yang paling
penting atau membutuhkan perhatian besar harus diutamakan.
4. Berpikir dan bertindak Menang-Menang
Berpikir menang-menang, dalam hal ini individu berusaha memenangkan kehidupan dan
membantu masing-masing individu untuk mencari solusi akhir yang sama-sama
menguntungkan atau baik.
5. Memahami untuk dipahami
Individu harus dapat memahami dan memiliki keterbukaan terhadap apa yang di utarakan
orang lain. Dengan demikian akan terjadi komunikasi antar dua belah pihak dengan baik, dan
tujuan yang ingin dicapai antara kedua belah pihak dapat berjalan dengan efektif.
6. Sinergi
Dalam berwirausaha, seseorang harus mencari sinergi, yaitu suatu total yang lebih besar dari
penjumlahan elemen-elemen tunggalnya. Misalnya, ada 2 pihak A dan B, dan masing-masing
bekerja sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan menghasilkan 5 buah, dan kalau
dijumlahkan A+B=10. Dengan sinergi antara A dan B maka 5+5=10, inilah yang disebut
sinergi.
7. Menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatan
Kebiasaan ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk melatih ketahanan,
fleksibilitas, dan kekuatannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberi makanan pada
jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup yang seimbang, melakukan meditasi atau bisa
juga dengan membaca buku-buku self hep yang membangkitkan semangat dengan kata-kata
yang memotivasi.
8. Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya
Menemukan keunikan berarti mengenal potensi yang dimiliki, yang tersebar pada empat
elemen utama, yaitu pikiran (mind), tubuh, hati, dan jiwa. Jika pikiran terus dikembangkan dan
visi yang hebat dapat dirumuskan, maka hal tersebut dapat memampukan seseorang untuk
mengembangkan potensi terbesar seseorang, lembaga, atau perusahaan. Hal ini berlaku juga
dalam kaitannya membantu orang lain menemukan keunikan pribadinya.

2.3 Berorientasi pada Resiko

Seorang wirausaha seharusnya tidak hanya berorientasi pada tindakan, tetapi juga harus
berorintasi pada risiko. Bagi seorang wirausaha (dalam kewirausahaan), menghadapi risiko
adalah tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta
merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi kenyataan. Demikian pula
pengambilan risiko bagi wirausaha berkaitan dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar
pula keyakinan pada kemampuan dirinya, semakin besar pada kesanggupan untuk menelurkan
hasil dari keputusan yang diambil. Bagi orang yang bukan wirausaha (misalnya pegawai
negeri) kegiatan tersebut merupakan risiko, tetapi bagi wirausaha adalah tantangan dan
peluang untuk memperoleh hasil. Wirausaha berprinsip biar mundur satu langkah, tetapi nanti
harus maju dua langkah
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu
kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak diinginkan atau
tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau
kejadian yang akan datang. Risiko ini biasanya menjurus pada suatu hal yang merugikan bagi
pelaku suatu kegiatan.
Berikut ini pengertian resiko menurut beberapa ahli :
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu
(Arthur Williams dan Richard M.H.)
Resiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss)
(A.Abbas Salim)
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)
Resiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan
(Herman Darmawi)
Resiko adalah probabilitas seseuatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang
diharapkan (Herman Darmawi)

Identifikasi sebuah risiko merupakan sebuah proses memahami kejadian potensial yang
mana dapat merugikan sebuah objek tertentu. Proses ini mengidentifikasi suatu risiko yang
kemungkinan terjadi dalam suatu aktivitas. Sumber dari risiko potensial adalah semua faktor
yang bisa menyebabkan risiko tersebut.
Menentukan risiko potensial harus dilakukan cepat, tetapi juga harus berlanjut untuk
mengidentifikasi risiko berdasar perubahan lingkungan. Berikut ini merupakan teknik-teknik
yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi risiko antara lain Brainstorming (menghasilkan
ide mengenai topik tertentu), Survey atau observasi, Wawancara, Informasi historis, Kelompok
kerja, dan Eksperimen. Berikut kami bahas mengenai survey dan eksperimen:

1. Survey atau Observasi


Pelajari keputusan yang akan diambil untuk suatu hal yang kita akan tentukan. Hal hal apa
yang akan mempengaruhi pilihan kita.
2. Eksperimen
Setelah kita mempelajari hendaknya kita mencoba dulu keputusan yang kita ambil dalam skala
kecil. Bila hal-hal berpengaruh yang kita pelajari sebelumnya ditahap observasi berdampak
terlalu besar maka kita hendaknya mengulang proses observasi sampai selesai terlebih dahulu
agar nantinya sesuai dengan keputusan yang akan kita ambil.

2.4 Pengelolaan Resiko

Mengelola risiko atau disebut juga dengan manajemen risiko merupakan suatu proses
indentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber
daya yang tersedia. Tujuan dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat.
Adapun jenis-jenis strategi untuk mengelola risiko antara lain:
Risk Transfer, merupakan sebuah tindakan dengan cara memindahkan risiko kepada pihak
lain.
Risk Avoidance, merupakan tindakan untuk menghindari atau tidak melakukan aktivitas
yang mengandung risiko.
Risk Retention, merupakan tindakan untuk menerima sebagian atau seluruh konsekuensi
dari risiko tertentu.
Risk Reduction, merupakan tindakan untuk mengurangi efek buruk dari sebuah risiko
Risk Deferral, merupakan tindakan untuk menunda aspek suatu proyek hingga peluang
terjadinya suatu risiko itu kecil.

Berikut merupakan cara untuk mengelola suatu risiko yaitu:


1. Pahami bahwa risiko yang sedang dihadapi itu bukan hambatan untuk maju. Sebagai hukum
alam, semakin tinggi hasil yang kita inginkan maka akan semakin tinggi pula risiko yang akan
kita terima.
2. Tidak perlu panik, secara perlahan kita identifikasi risiko dengan teliti. Dari kita mendeteksi
risiko dari lingkungan sekitar hingga kepada risiko dari hubungan kita dengan pemasok,
pelanggan, atau kompetitor.
3. Menentukan seberapa sering risiko akan muncul.
4. Menentukan seberapa besar potensi dampak yang terjadi dari sebuah risiko yang telah
teridentifikasi.
5. Fokus kepada risiko-risiko yang dominan supaya tidak membuang waktu.
Gunakan pendekatan manfaat-biaya. Kita akumulasi biaya yang harus dikeluarkan
untuk mengelola risiko yaitu manfaat yang kita terima haruslah lebih besar dari biaya yang kita
keluarkan.
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa :


Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu keadaan untuk
menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Selain itu, seorang pengusaha juga harus
memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action). Secara spesifik, seorang pengusaha harus
menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only) dan NACO (no action
concept only).
Sikap dan tindakan pribadi yang berorientasi pada tindakan dalam melakukan suatu tindakan, yaitu :
o Proaktif
o Bermula dari Ujung Pemikiran (end of mind) atau Tujuan
o Mendahulukan Hal yang Utama
o Berpikir dan bertindak Menang-Menang
o Memahami untuk dipahami
o Sinergi
o Menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatan
o Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya
Risiko adalah suatu kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak
diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang sedang
berlangsung atau kejadian yang akan datang.
Adapun jenis-jenis strategi untuk mengelola risiko antara lain:
o Risk Transfer
o Risk Avoidance
o Risk Retention
o Risk Reduction
o Risk Deferral

Anda mungkin juga menyukai