Petunjuk Praktis SBMA PDF
Petunjuk Praktis SBMA PDF
2. Jenis Campuran
Jenis campuran panas dan ketebalan lapisan harus mengikuti Spesifikasi Teknis atau petunjuk Direksi.
Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC atau Laston), terdiri dari tiga Jenis campuran yaitu:
AC Lapis Aus (AC WC) dengan ukuran max agregat 19 mm
AC Lapis Antara (AC Binder Coarse, AC BC) dengan ukuran max agregat 25.4 mm
AC Lapis Pondasi (AC Base) dengan ukuran max agregat 37,5 mm.
Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan aspal SBMA aspal yang dimodifikasi dengan aspal
alam disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.
3. Acuan Normatif
Semua standar pengujian mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan didalam Spesifikasi Teknis PU
Bina Marga.
4.1 Asbuton
Bahan aspal alam yang tersedia di pulau Buton yang digunakan sebagai substitusi aspal minyak dan
aditive dalam campuran beraspal.
Campuran antara aspal minyak pen 60/70 dengan asbuton hasil olahan ditambah bahan lain dan
tambahan anti-oksidan.
Alat pengaduk aspal tambahan pada unit pencampur aspal (AMP) yang dilengkapi pemanas,
berfungsi untuk menjamin homogenitas serta mencegah terjadinya pengendapan mineral SBMA.
Alat tambahan yang ditempatkan pada ketel pemanas aspal unit pencampur aspal (AMP), berfungsi
sebagai alat sirkulasi untuk menjamin homogenitas dan mencegah terjadinya pengendapan SBMA.
a) Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu) atau pasir alam dengan ukuran
lolos saringan No. 8 (2,38 mm);
Proses
Pencampuaran pada
Temp. 155 165C
Karakteristik Syarat*)
No. Jenis Pengujian Metode
SBMA
1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 50 Min. 50
2. Titik Lembek, C SNI 06-2434-1991 55-56 Min. 50
3. Titik Nyala, C SNI 06-2433-1991 270-330 232
4. Daktilitas; 25C, cm SNI 06-2432-1991 50-100 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 1,05-1,13 1,0
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen,% berat RSNI M-04-2004 90-93 90
7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI 06-2440-1991 0,01-2 0,8
8. Penetrasi setelah kehilangan berat,% asli SNI 06-2456-1991 Min. 55 54
9. Daktilitas setelah TFOT, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50 50
10 Mineral Lolos Saringan No. 100,% * SNI 03-1968-1990 Min. 90 Min. 95
Catatan : *) Spesifikasi Umum 2010 R.3
Perencanaan campuran beraspal panas mengggunakan SBMA berlaku untuk lapis aus (AC-WC
asb.Mod), lapis antara (AC-BC Asb.Mod) dan lapis pondasi (AC-BC.Asb.Mod).
Dimana:
Pb = kadar aspal optimum perkiraan
CA = agregat kasar tertahan saringan No. 8
FA = agregat halus lolos No. 8 dan tertahan No. 200
Filler = agregat halus lolos saringan No. 200, tidak termasuk
mineral asbuton
K = Konstanta, dengan nilai 0,5 untuk penyerapan agregat
yang rendah dan nilai 1,0 untuk penyerapan agregat
yang tinggi.
Catatan:
1) Kadar aspal optimum perkiraan yang diperoleh dibulatkan mendekat angka 0,5 % yang
terdekat. Misal dari perhitungan didapat 6,3 %, dibulatkan menjadi 6,5 %, atau bila didapat
5,7 %, dibulatkan menjadi 5,5 %.
2) Pada pelaksanaan pekerjaan campuran panas yang menggunakan SBMA, kadar aspal
perkiraan (Pb) harus dibagi nilai hasil uji kelarutan (%),mengingat didalam SBMA masih
terkandung mineral asbuton.
(3) Melakukan pengujian Marshall dan volumetrik: rongga diantara agregat (VMA), rongga dalam
campuran (VIM) dan rongga terisi aspal (VFA) dari benda uji yang telah dibuat, pada kadar aspal
yang bervariasi.
Benda uji (briket) dibuat pada kadar aspal optimum perkiraan (Pb), tiga varian nilai kadar aspal
di atas nilai Pb dan dua varian nilai kadar aspal di bawah nilai Pb dengan interval masing-
masing kadar aspal adalah 0,5%. Pada setiap varian kadar aspal dibuat benda uji berupa briket
(4) Selain itu benda uji disiapkan pula untuk menentukan berat jenis maksimum campuran yang
belum dipadatkan (Gmm).
(5) Untuk mencari nilai VIM pada kepadatan membal/mutlak, buat minimum 3 (tiga) contoh uji
tambahan dengan satu kadar aspal pada VIM 5 % dan dua kadar aspal terdekat yang
memberikan VIM di atas dan di bawah 5 % dengan perbedaan kadar aspal masing-masing 0,5 %.
Padatkan benda uji sampai mencapai kepadatan mutlak dengan alat pemadat getar listrik sesuai
BS 598 Part 104 (1989).
(6) Mengevaluasi hasil pengujian dan menentukan kadar aspal optimum dari campuran dengan
langkah-langkah:
a) Gambarkan di dalam grafik hubungan antara kadar aspal dengan hasil pengujian:
Kepadatan
Stabilitas
Kelelehan
VMA
VFA
VIM dari hasil pengujian Marshall
VIM dari hasil pengujian kepadatan membal/mutlak.
Contoh grafik hubungan nilai karakteristik Marshall dengan kadar aspal adalah seperti
diperlihatkan pada Gambar 2,
b) Gambarkan batas-batas spesifikasi dalam grafik dan tentukan rentang kadar aspal yang
memenuhi persyaratan Untuk masing-masing parameter yang tercantum dalam
persyaratan campuran, seperti diperlihatkan Gambar 3.
VFB (%)
VIM
Marshall
(%)
VIM
kepadatan
mutlak(%)
Stabilitas
(kg)
Keleleha
n (mm)
kuosien
Marshall
(mm)
Rentang
yang
memenuhi
parameter
Gambar 3. Grafik penentuan kadar aspal optimum
c) Periksa kadar aspal optimum rencana yang diperoleh, umumnya berada dekat dengan titik
tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi seluruh persyaratan.
d) Pastikan rentang kadar aspal campuran memenuhi seluruh kriteria lebih dari 0,6 persen sehingga
memenuhi toleransi produksi yang realistis (toleransi penyimpangan kadar aspal selama
pelaksanaan adalah 0,3 persen).
e) Buat benda uji untuk pengujian stabilitas dinamis dengan menggunakan alat Wheel Tracking
Machine (WTM) pada komposisi bahan agregat dan SBMA Blend 55 sesuai formula campuran
rencana (JMD).
(7) Melakukan kalibrasi bukaan pintu bin dingin dan tentukan bukaan sesuai dengan proporsi yang
telah diperoleh. Selanjutnya lakukan pengambilan contoh agregat dari masing-masing bin panas
(hot bin).
6.2.4.2 Agregat dari bin panas
Pembuatan Formula Campuran Rencana (JMD) berdasarkan material dari stock pile atau bin panas
(hot bins):
(1) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi beberapa fraksi agregat yang
diambil dari bin panas. Gradasi campuran yang ditentukan harus sesuai gradasi yang
direncanakan berdasarkan material dari bin dingin.
(2) Melakukan langkah (2) s/d (6) seperti pada pembuatan JMD dengan agregat dari bin
dingin/stockpile.
Evaluasi jenis
campuran dan
persyaratannya
Kesesuaian
mutu bahan dengan tidak Ganti bahan
spesifikasi
ya
Kesesuaian
Perbaikan alat
peralatan dengan standar tidak
atau ganti alat uji
pengujian
ya
ya
ya
Pengesahan FCR
menjadi FCK
(Selesai)
Permintaan untuk
mulai melakukan
pekerjaan (request)
Periksa tidak
Pengendalian
Batasan cuaca Kesiapan permukaan jalan
lalu-lintas
Pencampuran
Penghamparan
Pemadatan
Ya
Pengukuran,
pembayaran
Pemeliharaan
rutin
Selesai
Terdapat dua jenis alat penyiapan/penyimpan SBMA pada unit pencampur aspal jenis takaran
maupun menerus yaitu:
a) Ketel aspal standar yang diberi tambahan alat sirkulasi berupa rangkaian pipa-pipa logam
berdiameter tiga in serta pompa sirkulasi dengan tenaga penggerak 11-15 KW yang cukup kuat
untuk mensirkulasikan aspal, alat sirkulasi dipasang di luar dinding tanki standar, atau
b) Tanki khusus yang dapat menampung SBMA sekitar 15 - 20 ton. Tanki ini dilengkapi alat
pemanas yang mampu memanaskan SBMA Blend 55 sampai temperatur 165oC dan alat
pengaduk dengan putaran maksimal 100 rpm yang dapat menjamin kehomogenan dan
terdispersinya butir Asbuton di dalaM SBMA.
c) Pompa sirkulasi pada tanki standar dan alat pengaduk yang terdapat pada tanki khusus harus
dihidupkan dan difungsikan selama proses produksi campuran panas yang menggunakan SBMA.
d) Apabila pompa sirkulasi dan alat pengaduk tidak dioperasikan sesuai petunjuk, maka akan
terjadi pengendapan. Apabila terjadi hal demikian maka ketel khusus harus dibersihkan.
7.2.3. Alat pengangkut
a) Truk jungkit (dump truck) untuk mengangkut campuran beraspal panas harus mempunyai bak
terbuat dari logam yang kokoh, bersih dan rata yang telah disemprot dengan sedikit air sabun
atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran beraspal ke bak. Penggunaan minyak
untuk keperluan ini tidak dibenarkan.
b) Harus tersedia truk jungkit untuk pengangkut campuran beraspal panas dengan jumlah yang
cukup dan truk-truk tersebut harus diatur sedemikian rupa agar operasi mesin penghampar
dapat bekerja menerus pada kecepatan yang disetujui.
7.2.4. Alat penghampar
a) Alat penghampar harus berupa mesin penghampar yang telah disetujui, mempunyai mesin
penggerak sendiri yang mampu menghampar dan membentuk campuran beraspal sesuai
dengan alinyemen horisontal dan vertikal yang direncanakan;
b) Mesin penghampar harus dilengkapi penampung (hoper) dan ulir-ulir pembagi dalam arah yang
berlawanan untuk menempatkan campuran beraspal secara seragam di depan perata yang
dapat diatur. Mesin ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat dan efisien dan
harus dapat bergerak maju mundur. Penampung harus mempunyai sayap yang dapat dilipat ke
dalam setiap saat truk selesai mencurahkan campuran beraspal, untuk menghindari pengaruh
penurunan temperatur;
c) Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti penyeimbang (equalizing
runners), pisau perata (straight edge runners), lengan perata (evener arms) atau perlengkapan
lainnya untuk mempertahankan kerataan permukaan dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa
perlu menggunakan pembentuk tepi yang tetap;
d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan perata jenis tamping atau jenis vibrator serta alat
untuk memanaskan perata hingga temperatur yang cukup untuk menghampar campuran
beraspal tanpa menggores atau merusak permukaan;
e) Istilah perata meliputi pemangkasan, pembentukan kemiringan melintang atau tindakan praktis
lainnya yang efektif utnuk menghasilkan permukaan akhir dengan kertaan dan tekstur yang
disyaratkan, tanpa tergores, terdorong atau terungkit;
f) Jika selama pelaksanaan diketahui bahwa alat penghampar dalam operasinya meninggalkan
bekas pada permukaan atau cacat atau ketidakrataan pada permukaan perkerasan yang tidak
MASUK
BIN SARING BIN CAMPUR
KERINGKAN TIMBANG
DINGIN PANAS
AGREGAT DARI
CAMPURAN
STOCKPILE
PANAS
DISTRIBUSI DENGAN SBMA
Gambar 6. Bagan alir proses produksi campuran beraspal panas dengan SBMA
pada AMP jenis takaran
AGREGAT DARI
STOCKPILE BIN DINGIN KERINGKAN CAMPUR
CAMPURAN
PANAS
DISTRIBUSI DENGAN SBMA
Gambar 7 Bagan alir proses produksi campuran beraspal panas dengan SBMA pada
AMP jenis Drum/menerus.
Viskositas SBMA
No. Prosedur Pelaksanaan
Aspal (Pas) (Type II.A)
1 Pencampuran benda uji Marshall 0.2 155 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0.4 145 1
3 Pencampuran, rentang tempratur 0.2 0.5 145 155
sasaran
4 Menuangkan campuran aspal dari 0.5 135 150
alat pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0.5 1.0 130 150
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 145
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 20 100 125
8 Pemadatan Akhir (roda baja) <20 >95
c) Pada tempat dimana permukaan yang akan dilapis terdiri atas atau mengandung sejumlah
bahan yang mempunyai rongga dalam campuran tidak memadai, yang ditunjukkan oleh
adanya deformasi plastis, seluruh lapisan plastis harus dibongkar. Pembongkaran harus
dilakukan hingga mencapai bagian yang masih baik.
d) Sesaat sebelum penghamparan campuran beraspal panas menggunakan SBMA dilaksanakan,
permukaan yang ada harus dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki
dengan sapu mesin dan dibantu secara manual jika diperlukan. Yang dilanjutkan pemberian
lapis ikat atau lapis resap ikat harus diberikan sesuai persyaratan.
7.6.2. Perataan tepi perkerasan
Jika dipandang perlu balok kayu atau kerangka lain harus dipasang sesuai dengan garis serta
ketinggian yang diperlukan pada tepi-tepi di tempat n campuran beraspal panas akan dihampar.
7.6.3 Penghamparan dan pembentukan
a) Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) alat penghampar harus dipanaskan.
Campuran beraspal panas harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, ketinggian,
serta bentuk melintang yang disyaratkan;
b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada kecepatan yang tidak akan menyebabkan retak
permukaan, goresan atau bentuk ketidakteraturan lainnya pada permukaan, dan harus dimulai
dari lajur yang lebih rendah ke lajur yang lebih tinggi bila pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari
satu lajur;
c) Jika terjadi segregasi, goresan atau alur pada permukaan, mesin penghampar harus dihentikan
dan tidak dijalankan lagi sampai penyebab kerusakan telah ditemukan dan diperbaiki;
d) Proses perbaikan lubang-lubang yang kasar atau tersegregasi dengan menaburkan bahan yang
halus dan perataan sebelum penggilasan sedapat mungkin dihindari. Butir-butir kasar tidak
boleh ditaburkan di atas permukaan yang telah dihampar rata;
e) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi penampung
atau tempat lainnya di dalam mesin penghampar;
a) Pengambilan contoh campuran beraspal panas menggunakan SBMA harus dilakukan di unit
pencampur aspal tetapi pengambilan contoh harus juga dilakukan dari alat penghampar di
lapangan, jika terjadi segregasi berlebihan selama transportasi dan proses penghamparan.
b) Frekuensi minimum pengujian untuk tujuan proses pengendalian mutu harus sesuai
persyaratan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7.3.
c) Untuk mengurangi resiko penolakan bahan dari setiap pengujian. Pengambilan contoh uji dapat
dilakukan pada seksi yang lebih pendek (frekuensi pengambilan lebih besar) sebagaimana yang
disyaratkan dalam Tabel 7.3.
d) Inspeksi dan pengujian rutin harus dilakukan untuk menguji pekerjaan yang selesai sesuai
dengan toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan lapisan dan persyaratan lebih lanjut yang
dinyatakan pada pedoman ini. Seluruh seksi pengujian yang mengandung bahan atau cara
pengujian yang tidak memenuhi persyaratan harus dibuang dan diganti dengan bahan dan
pengerjaan yang memenuhi persyaratan atau dilakukan perbaikan sehingga setelah perbaikan
seluruh seksi memenuhi syarat.
a) Contoh dan catat seluruh hasil pengujian dan catatan-catatan tersebut harus disimpan dengan
baik.
b) Setiap hari produksi harus dilakukan pengujian:
o Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh uji agregat dari setiap bin panas;
o Pengamatan temperatur campuran beraspal di unit pencampur aspal (AMP) maupun di
lokasi penghamparan setiap jam;
o Uji Marshall harian sehingga diperoleh nilai stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling
sedikit dua contoh uji.
o Derajat kepadatan lapangan yang dibandingkan terhadap kepadatan Campuran Kerja (Job
Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core);
o Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal paling
sedikit dua contoh;
o Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung berdasarkan
Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO T209);
o Kadar aspal yang terserap oleh agregat dihitung berdasarkan Berat jenis maksimum
campuran perkerasan aspal sesuai dengan SNI 03 6893-2002;
Data hasil pengujian di atas harus disertai data lokasi pengambilan contoh uji.
Pemeriksaan kadar aspal harus dilakukan dengan metoda soklet terhadap contoh uji yang mewakili
jumlah tidak kurang dari 1 kg. Pelarut yang digunakan adalah trichloroethylene (TCE) dan lama
ekstraksi tidak boleh kurang dari 24 jam atau pelarut relatif bersih.
Bin Dingin
o Kalibrasi Bukaan
o Pemisah antar Bin (Agregat tidak
Tercampur.
o Kelengkapan Penggetar & Tenaga
Pembersih
Sebelum dilakukan Pekerjaan Prime Coat atau Tac Coat harus dilakukan dahulu
pembersihan permukaan jalan dengan menggunakan Compresor dan dipastikan
kondisi existing bebas dari kotoran yang tidak diiinginkan. Pada daerah tertentu yang
mengalami kerusakan harus diperbaiki dahulu sebelum Pekerjaan ini dilakukan.
Pekerjaan Penghamparan
Kecepatan dari alat penghampar harus dijaga tetap konstan selama proses
penghamparan agar diperoleh tekstur dan ketebalan yang disyaratkan. Kecepatan
alat penghampar disesuaikan dengan kapasitas produksi unit pencampur aspal.
Sebagai contoh untuk produksi unit pencampur aspal (AMP) 454 ton (500 ton) per
jam, untuk lebar penghamparan 3,7 m, dan ketebalan lapisan 5 cm (tebal padat),
maka kecepatan alat penghampar (finisher) adalah sekitar 11,5 m per menit, atau
dengan rumus : Kecepatan alat (meter/jam) = produksi AMP (m3/jam) / luas
hamparan (m2)
Pemadatan menggunakan jenis roda baja dengan roda belakang dan depan berupa
drum (2 roda) untuk memperoleh tekstur yang lebih baik.Berat dari pemadat ini
bervariasi dari 3 sampai 14 ton atau lebih dengan lebar drum bervariasi dari 1
sampai 1,5 m atau lebih. Jika diperlukan berat yang lebih, maka dapat ditambahkan
beban tambahan. Untuk jalan-jalan dengan lalu-lintas yang berat maka berat
minimum alat yang digunakan adalah 10 ton.
Alat pemadat roda karet pneumatik (Tire rollers, TR) merupakan alat pemadat
dengan roda karet, mempunyai dua gandar dengan roda karet 3 sampai 4 roda
dibagiandepan dan 4 sampai 5 roda di bagian belakang. Berat total alat ini
bervariasi dari 10 ton sampai 35 ton tergantung pada ukuran dan jenisnya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah berat pada satu roda harus berkisar antara 680
kg sampai 907 kg. Roda karet yang digunakan harus rata dengan lebar roda 380
mm, 430 mm, 510 mm atau 610 mm. Tekanan pada setiap roda harus sama dan
toleransi perbedaan tekanan tidak boleh melebihi 5 psi (kPa). Kecepatan harus
dijaga tidak boleh lebih dari 10 km/jam dan roda tetap harus dibasahi dengan air dan
tidak diijinkan pemberian air secara berlebihan.