G. TIPE-TIPE METAMORFOSA
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa
yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada
daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu :
metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi
proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan
metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan
membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer.
Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama berkisar
antara puluhan juta tahun lalu.
Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur
pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian
terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral
dengan fluida.
Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera
di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan
metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa.
Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia
antara batuan dan air laut tersebut.
2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit
berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini
dapat dibedakan menjadi
Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar kontak
massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena
pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh
deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact
aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara
mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian dan
penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.
Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.
Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi
volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada
patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang
mengakibatkan penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan
bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge,
ataumilonit.
Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan
antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan
perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh
adanya confining pressure.
Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite danstishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya
dengan panas bumi (geothermal).
Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan
mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral
stabil pada temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).
Gambar Lokasi dan Tipe Metamorfisme
1. Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau
malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh
gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut
membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur
asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer
Indonesia diperkirakan berumur sekitar 3060 juta tahun atau berumur
Kuarter hingga Tersier. Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan
batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada batugamping,
walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena
keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang
mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang
tinggi. Di Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti
dapat dilihat pada. Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa
dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio.
Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-
meja, dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk
seni pahat dan patung. Ditemukan di gunung Jokotuwo, Bayat, Klaten.
2. Marmer merah
Warna yang cenderung ngejreng dan terkesan vokal, membuat jeni batu ini
menjadi batu marmer favorit masyarakat. Batu ini pun sudah lama
dimanfaatkan sebagai bahan untuk mempercantik bangunan. Hingga saat ini
jenis batu marmer merah masih digunakan sebagai bahan elemen interior
dan eksterior. Ditemukan di karangsambung, Kebumen.
3. Sekismika
Batuan sekis mika memiliki warna abu-abu dan mengkilap putih, dengan
komponen mineralnya yaitu mika, merupakan metamorf foliasi. Pada
deretan batuan sekis mika ini terdapat aliran sungai yang merupakan arah
aliran subsekuaen karena sungainya sejajar dengan arah straight. Pada
struktunya terdapat rekahan yang telah terisi oleh mineral kuarsa yang
masuk ke celah-celah rekahan tersebut. Sekis mika berfoliasi lemah terdapat
komponen mika dan kuarsa. Terbentuk karena akibat tektonik yang
merupakan fanerik lepidoblastik skistosa. Batuan dengan mineral mika yang
berkilauan ketika tertimpa sinar matahari ini adalah batu tertua yang
tersingkap di Pulau Jawa. Ditemukan di bayat, Klaten.
4. Sekis hijau
Batuan Sekis hijau (metamorf) merupakan satuan batuan tertua sebagai
basement yang berumur Trias (TrS) terdapat di bagian timur daerah
penyelidikan. Luas penyebarannya cukup luas sekitar 20% menutupi daerah
penelitian dengan ketebalan diperkirakan lebih dari 300 meter (?). Batuan
Sekis hijau ini tersingkap pada penorehan struktur sesar dijumpai pada
bagian tebing sungai Binangga hingga ke bagian selatan didaerah desa
Pakuli dan Simoro. Batuan ini tersingkap sebagai Sekis hijau, berwarna hijau
tua, berlapis sebagai bidang foliasi, kompak, berbutir halus, lanau sampai
lempung dan setempat-setempat rekahan terisi oleh urat-urat kwarsa
maupun kalsit. Ditemukan di sadang, Kebumen.
5. Sekis biru
Fasies blueschist atau sekis biru yang mengandung mineral sodic biru amp
hibol, glaukopan bersama dengan mineral lawstonite. Ditemukann di sadang,
Kebumen.
6. Gneis
Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada
saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang
dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua
jejak jejak asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk
struktur lapisan ( seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat
dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada
batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari mineral mineral
seperti hornblende yang tidak terdapat pada batuan batuan sediment.
Ditemukan di Pulau bangka, belitung.
7. Filit
Filit berwarna hitam terdapat pada dinding sungai yang terjal. Batuan ini
terbentuk selama proses penunjaman serta merupakan batuan metamorf
berderajat rendah. Proses tektonik dan deformasi lebih lanjut berupa
patahan geser searah aliran sungai, membentuk lipatan-lipatan kecil serta
struktur gores garis pada batuan filit. Ditemukan di Bayat, klaten.
8. Agate
Agate adalah mikrokristalin berbagai kuarsa ( silika ), ditandai oleh
kehalusan yang gandum dan kecerahan warna. Meski agates dapat
ditemukan di berbagai jenis batu, mereka klasik terkait dengan gunung
berapi batu tetapi dapat umum di beberapa batu metamorfik dan lainnya
chalcedonies diperoleh lebih dari 3.000 tahun yang lalu dari Sungai Achates,
sekarang disebut Dirillo , di Sisilia . Agate adalah salah satu yang paling
bahan umum digunakan dalam seni ukir hardstone , dan telah pulih di
sejumlah situs kuno, yang menunjukkan penggunaan meluas dalam dunia
kuno, misalnya, pemulihan arkeologi di Knossos situs di Kreta
menggambarkan perannya dalam Zaman Perunggu Minoan budaya.
Ditemukan di karangsambunng, Kebumen.
9. Nefrit
Nefrit adalah permata , berbagai amphibole , bersama dengan giok giok
dikenal nama. (Jadeit je pyroxen.) warna giok adalah bayam hijau tua,
mineral memiliki kekerasan sekitar 7 derajat skala Mohs, seperti kuarsa,
tetapi lebih sulit karena struktur mikrokristalin. Setelah polishing sangat
estetika, dengan kemilau kaca sempurna. Ditemukan di Karang sambung
Kebumen.
10. Horenfels
Hornfels ( Jerman , yang berarti "hornstone," setelah sering hubungan
dengan glasial "puncak" tanduk di Alps, menjadi batu yang sangat keras dan
dengan demikian lebih mungkin untuk menolak tindakan glasial dan tanduk
berbentuk seperti bentuk puncak Matterhorn ) adalah kelompok peruntukan
untuk serangkaian metamorf kontak batuan yang telah dipanggang dan
indurated oleh panas mengganggu massa beku dan telah diberikan besar,
keras, splintery, dan dalam beberapa kasus yang sangat tangguh dan tahan
lama. Ditemukan di watumpang, Kebumen.
11. Asbes