Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO HERNIA INGUINALIS LATERALIS

INKARSERATA

No. ID dan Nama Peserta : dr. Desi Rasid


No. ID dan Nama Wahana : RSD Madani
Topik : Hernia Inguinal Lateralis Dextra Inkarserata
Tanggal (kasus) : 4 Februari 2017
Nama Pasien : Tn. A No. RM : 051239
Tanggal Presentasi : - Pendamping : dr. Deciana
Tempat Presentasi : -
Objektif Presentasi :
Tinjauan
Keilmuan Keterampilan Penyegaran
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Laki-laki, 36 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan nyeri seluruh
Deskripsi :
perut dan adanya benjolan pada buah zakar sebelah kanan
Mengetahui dan mendalami anamnesis dan diagnosis penyakit Hernia
Tujuan :
Inguinalis Lateralis Inkarserata
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos
Membahas :

Data
Nama : Tn. A No. Registrasi : 051239
Pasien :
Nama Klinik : RSD Madani Telp : Terdaftar sejak :
Anamnesis :
1. Keluhan Utama: Nyeri seluruh perut dan adanya benjolan pada buah zakar sebelah kanan
2. Keluhan Tambahan: Mual, muntah, dan sulit BAB
3. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Disertai dengan adanya benjolan pada buah zakar sebelah
kanan sejak 7 bulan yang lalu. Riwayat demam (+), mual (+), muntah (+). BAK : normal,
BAB : sulit
4. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini
sebelumnya.
6. Riwayat Kebiasaan: Riwayat merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol disangkal
oleh pasien.
7. Riwayat Pekerjaan: Pasien memiliki pekerjaan sebagai petani.
Pemeriksaan Fisik:
Status Umum
Keadaan Umum: Lemah
Kesadaran: Compos Mentis
Vital Sign:
T: 140/100 mmHg R: 26 kali/menit
N: 138 kali/menit S: 37,8 oC
Kepala: Simetris, mesochepal, rambut hitam, tidak ada hematom
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), refleks cahaya
(+/+)
Hidung: Deviasi septum (-), discharge (-)
Telinga: Simetris, discharge (-/-)
Mulut: Mukosa basah
Leher: JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Thorax: Simetris
Jantung: S1 > S2, reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru: Suara vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi: Distensi (+)
Palpasi: Nyeri tekan (+) di seluruh abdomen

Perkusi: Pekak berpindah

Auskultasi: Bising usus (+) menurun


Ekstremitas:
Superior: akral hangat
Inferior: akral hangat
Status Lokalis:
Regio Inguinal dextra: Inspeksi : terdapat benjolan di Regio inguinal dextra
Palpasi : bentuk lonjong, ukuran 5 x 6 cm, hiperemis (-) permukaan

rata, konsistensi kenyal, fluktuasi (-), nyeri tekan (+).

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Finger Test. Teraba impuls diujung jari berarti hernia inguinalis lateralis.

Pemeriksaan Ziemen Test. Teraba benjolan di jari ke 3 : hernia inguinalis lateralis.

Pemeriksaan Thumb Test. Tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.

Pemeriksaan Penunjang:
Hemoglobin : 12,0
Lekosit : 18400
Eritrosit : 4,0
Hematokrit : 34
Trombosit : 382000
Diagnosa: Hernia Inguinal Lateralis Inkarserata Dextra
Diagnosa Banding: Tumor Testis Dextra
Penatalaksanaan:
Medikamentosa:
IVFD RL 24 tpm
Ceftriaxone 1gr/ 12 jam/IV (ST)
Ketorolac 3%/ 8 jam/IV
Ranitidine /12 jam/IV
Pasang NGT
Pasang kateter urin
Herniorafi
Prognosis: Dubia et Bonam
Daftar Pustaka :
1. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640-
645. Jakarta: EGC.
2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid
II. Hal 314-315. Jakarta: Media Aesculapius.
3. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency Surgery. Edisi XXIII. Penerbit Hodder
Arnold. 2006
Hasil Pembelajaran :
1. Etiologi Hernia Inguinal Lateralis
2. Penegakan Diagnosa Hernia Inguinal Lateralis
3. Patofisiologi Hernia Inguinal Lateralis
4. Penatalaksanaan Hernia Inguinal Lateralis
Catatan:
1. Subject:

Keluhan subjektif yang umumnya dikeluhkan oleh pasien dengan Hernia Inguinalis
Lateralis adalah:

Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, bersin,
berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring (apabila masih reponibel)
Nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrium atau para umbilical sewaktu segmen
usus halus masuk ke kantong hernia
Mual, muntah, kolik bila terjadi inkaserasi ataupun strangulasi
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Disertai dengan adanya benjolan pada buah zakar sebelah kanan sejak 7 bulan yang lalu. Riwayat
demam (+), mual (+), muntah (-). BAK : normal, BAB : sulit.

2. Object:

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis Hernia


Inguinalis Lateralis adalah :

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5, dimasukkan
lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh
batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia ingunalis lateralis, bila impuls
disamping jari hernia inguinalis medialis.

Pemeriksaan Ziemen test posisi berbaring, bila
ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan
diperiksa dengan tangan kanan, penderita disuruh
batuk bila rangsangan pada jari ke-2 hernia
ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis
medialis, jari ke-4 hernia femoralis.

Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan
dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan berarti
hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis
lateralis.

Pemeriksaan penunjang
Leukosit > 10.000 18.000/mm3
Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata
dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang
teraba di inguinal.
CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia
obturator.

Pada kasus ini hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan
adalah :

Status Lokalis

Regio inguinal : Inspeksi : terdapat benjolan di Regio inguinal dextra

Palpasi : bentuk lonjong, ukuran 5 x 6 cm, hiperemis (-) permukaan

rata, konsistensi kenyal, fluktuasi (-), nyeri tekan (+).

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Finger Test. teraba impuls diujung jari berarti hernia inguinalis lateralis.

Pemeriksaan Ziemen Test. teraba benjolan di jari ke 3 : hernia inguinalis lateralis.

Pemeriksaan Thumb Test. tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan (+), pada regio inguinal dextra di dapati
benjolan, keras dan nyeri.

3. Assessment (penalaran klinis):

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Klasifikasi Hernia

Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi:

Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk
menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.
Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang
dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
umbilikalis, dan hernia skrotalis.
Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia
inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga
lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat
perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan
intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit,
dll).
Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui
kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior
oleh fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari
dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.

Pada kasus ini berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
disimpulkan bahwa pasien didiagnosis sebagai Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata.

4. Plan:
Penatalaksaan definitive pada kasus ini adalah melalui operasi. Operasi elektif
dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi seperti inkaserasi dan
strangulasi. Pengobatan non operatif direkomendasikan hanya pada hernia yang
asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka dan memotong
kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen kanalis ingunalis.

Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester secara
hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya dan
kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup hanya
melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.

Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh
dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam
tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein
dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.

Pada kasus ini terapi yang dilakukan adalah:


IVFD RL 24 tpm
Ceftriaxone 1gr/ 12 jam/IV (ST)
Ketorolac 3%/ 8 jam/IV
Ranitidine /12 jam/IV
Rencana dilakukan Herniorrhapy tanggal 31 Januari 2017
Palu, 4 Februari 2017

Presenter Pendamping Internsip

dr. Desi Rasid Dr. Deciana Sri Dewayanti

Anda mungkin juga menyukai