Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KETIDAKBERDAYAAN

Oleh:

LISKA
C12112111

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
KETIDAKBERDAYAAN

A. Masalah Utama: Ketidakberdayaan


B. Proses Terjadi Masalah
1. Pengertian
Persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu kurang kontrol terhadap
situasi tertentu atau kejadian baru yang dirasakan (Townsend, 1998).
Kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya kontrol
personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang
mempengaruhi pandangan, tujuan dan gaya hidup (Carpenito, 2009).
Ketidakberdayaan adalah perasaan yang dialami semua orang
dalam derajat yang berbeda pada situasi yang berlainan. Pada
ketidakberdayaan, pasien mungkin mengetahui solusi terhadap
masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut diluar kedalinya untuk
mencapai solusi tersebut.
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua
jenis ketidakberdayaan yaitu :
a. Ketidakberdayaan Situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa
spesifik dan mungkin berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan Dasar (Trait Powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi
pandangan, tujuan, gaya hidup dan hubungan.
Secara klinis, diagnosa keperawatan ketidakberdayaan mungkin
lebih bermanfaat jika digunakan untuk menggambarkan individu yang
mengalami ketidakberdayaan dasar dibandingkan ketidakberdayaan
situasional.
2. Tanda dan Gejala
Batasan Karakteristik (Carpenito, 2009)
a. Mayor (Harus ada)
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi
ketidakpuasan atas ketidakmampuan mengontrol situasi
(misalnya pekerjaan, penyakit, prognosis, perawatan, tingkat
penyembuhan) yang mengganggu pandangan, tujuan, dan gaya
hidup.
b. Minor (mungkin ada):
1) Apatis dan pasif
2) Ansietas dan depresi
3) Marah dan perilaku kekerasan
4) Perilaku buruk dan kebergantungan yang tidak
memuaskan orang lain
5) Gelisah dan cenderung menarik diri

Tanda dan gejala (batasan karakteristik) (Townsend, 1998) :


a. Ekspresi verbal dari tidak adanya kontrol atau pengaruh atau
situasi, hasil atau perawatan diri.
b. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan
keputusan saat kesempatan diberikan.
c. Mengekspresikan keragu-raguan yang berkenaan dengan
pelaksanaan peran.
d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya, takut
diasingkan dari pengasuh.
e. Apatis dan pasif.
f. Ketergantungan pada orang lain yang dapat menghasilkan lekas
tersinggung, kebencian, marah dan rasa bersalah.
3. Etiologi
a. Kemungkinan etiologi :
1) Disfungsi proses berduka
2) Kurangnya umpan balik positif
3) Umpan balik negatif yang konsisten
b. Faktor yang berhubungan :
Patofisiologis:
Setiap proses penyakit baik akut maupun kronis dapat
menyebabkan ketidakberdayaan atau berperan menyebabkan
ketidakberdayaan.
Beberapa sumber umum antara lain :
1) Berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi,
sekunder akibat CVA, trauma servikal, infark miokard,
nyeri.
2) Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani
tanggung jawab peran sekunder akibat pembedahan,
trauma, artritis.
3) Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan,
sekunder akibat sklerosis multipel, kanker terminal.
4) Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.
5) Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder akibat
depresi.

Situasional (Personal, lingkungan) :


1) Berhubungan dengan status kuratif menjadi paliatif.
2) Berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol dan
pembatasan gaya hidup sekunder akibat (sebutkan).
3) Berhubungan dengan pola makan berlebihan.
4) Berhubungan dengan karakteristik personal yang sangat
mengontrol nilai (misalnya, lokus kontrol internal).
5) Berhubungan dengan pembatasan RS atau lembaga.
6) Berhubungan dengan gaya hidup berupa ketidakmampuan
(Helplessness).
7) Berhubungan dengan rasa takut akan penolakan
(ketidaksetujuan).
8) Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang tidak
terpenuhi.
9) Berhubungan dengan umpan balik negatif yang terus-
menerus.
10) Berhubungan dengan hubungan abusive jangka panjang.
11) Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
12) Berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak
adekuat.

Maturasional :
1) Anak remaja : berhubungan dengan masalah pengasuhan
anak.
2) Dewasa : berhubungan dengan peristiwa kehilangan lebih
dari satu kali, sekunder akibat penuaan (misalnya, pensiun,
defisit sensori, defisit motorik, uang, orang terdekat)

4. Pohon Masalah

Causa :
Disfungsi Proses berduka
Kurangnya umpan balik yang positif
Umpan balik negatif yang konsisten
Core Problem :
Ketidakberdayaan

Efek :
Harga diri rendah

5. Data yang perlu dikaji :


a. Data subjektif :
1) Mengatakan secara verbal ketidakmampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
2) Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
3) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
b. Data objektif :
1) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan
keputusan saat kesempatan diberikan.
2) Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
3) Tidak memantau kemajuan, ketidakmampuan mencari
informasi tentang perawatan.
4) Apatis, pasif.
5) Ekspresi muka murung.
6) Bicara dan gerakan lambat.
7) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
8) Tidur berlebihan.
9) Menghindari orang lain.

6. Rencana tindakan keperawatan


a. Tujuan
1) Tujuan umum
Klien mampu menyelesaikan masalah-masalah dengan
cara-cara yang efektif untuk mengontrol situasi
kehidupannya, dengan demikian menurunkan perasaan
ketidakberdayaan.
2) Tujuan khusus
Klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berkenaan dengan perawatan kesehatannya sendiri dalam
waktu (misalnya) 5 hari.
b. Intervensi
1) Biarkan klien mengambil sebanyak mungkin tanggung
jawab untuk praktik-praktik perawatan dirinya sendiri.
Rasional : memberikan klien pilihan-pilihan akan
meningkatkan perasaan mampu mengontrol pada klien.
Contoh :
a) Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan
perawatan dirinya yang ingin dicapai
b) Biarkan pasien menetapkan sendiri jadwal aktifitas
perawatan dirinya.
c) Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang
ditentukan.
d) Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang
dibuat. Hargai hak pasien dalam membuat
keputusan-keputusan tersebut secara mandiri, dan
menahan diri dari usaha-usaha untuk
mempengaruhinya terhadap hal-hal yang
kelihatannya lebih logis.
2) Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa
adanya dan bersifat empati.
3) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi
diri perawat sendiri ( misalnya rasa marah, frustasi dan
simpati).
4) Dukung aktifitas secara bertahap, tingkatkan sejalan
dengan mobilisasi energi pasien.
5) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang
sifatnya supportif.
6) Beri waktu untuk pasien berespons.
7) Tunjukkan respons emosional dan menerima pasien.
8) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi
dan klarifikasi.
9) Berikan program yang nyata dan berstruktur.
10) Tetapkan tujuan yang realistik, relevan dengan kebutuhan
dan minat pasien, fokuskan pada aktivitas positif.
11) Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi
kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya
untuk mengontrol.
12) Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-
perasaan yang berhubungan dengan ketidakmampuan.
13) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
14) Bantu pasien untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya
atau perilakunya dan perubahan yang terjadi.
15) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang
dibuat pasien.
16) Motivasi pada keluarga untuk berperan aktif dalam
membantu pasien menurunkan perasaan tidak berdaya.
17) Libatkan keluarga untuk mendukung respons emosional
adaptif pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis keperawatan : aplikasi pada praktik klinis, ed.
9. Jakarta: EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada psikiatri, ed. 3.
Jakarta: EGC

Wilkinson, J. & Ahern, N. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan, diagnosis


nanda, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed. 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai