Pre Post Rds
Pre Post Rds
Oleh Kelompok 6:
BAB I
Pendahuluan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peme Skor
riksaa 0 1 2
n
Freku < 60 80 / 80/me
ansi 60/menit menit nit
napas
Retra Tidak Retraksi Retraksi
ksi ada ringan berat
retraksi
Siano Tidak Sianosis Sianosis
sis ada hilang tetap
sianosis dengan O walaupun
diberi O
Air Udara Penurunan Tidak ada
entry masuk ringan udara masuk
udara
masuk
Merint Tidak Dapat Dapat
ih merintih didengar didengar
dengan tanpa alat
stetoskop stetoskop
Evalu
asi
Total Diagnos
is
13 Asfiksia
ringan
45 Asfiksia
sedang
6 Asfiksia
berat
l Kardiovaskuler
Denyut nadi bervariasi dari 90x/menitsaat bayi tidur tenang sampai
180x/menit selama aktivitas. Frekuensi denyut nadi yang tetap tinggi
pada takikardi paroksimal lebih baik dihitung dengan elektrokardiogram
daripada dengan telinga. Denyut jantung bayi prematur yang tenang
berkisar antara 140 150 x/ menit. Nadi di kaki dan di tangan harus
diperiksa pada waktu lahir dan saat dipulangkan.
m Abdomen
Dinding perut BBL lebih datar dinding dada. Bila perut sangat cekung ,
pikirkan kemungkinan hernia diafragmatika.
n Genetalia eksterna
Pada bayi perempuan cukup bulan labia minora tertutup oleh labia
mayora, dan ini adalah salah satu kriteria untuk menilai usia kehamilan
BBL. Lubang uretra terpisah dari lubang vagina, bila terdapat satu
lubang berabti ada kelainan.
o Anus
Pemeriksaan anus bukan hanya untuk melihat ada tidaknya atresia ani
melainkan juga untuk mengetahui posisinya. Kadang kadang fistula
yang besar dianggap sebagai anus yang normal.
p Tulang belakang dan ekstermitas
q Untuk pemeriksaan tulang belakang, BBL diletakkan dalam posisi
tengkurap, tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk
mencari terdapatnya skoliosis, meningokel, spina bifida okulta, atau
pilonidalis.
Ukuran antropometrik
Bayi yang cukup bulan yang sesuai dengan masa kehamilannya
mempunyai ukuran badan sebagai berikut :
Pemeriksaan diagnostik
Darah periks lengkap : untuk mendeteksi anemia atau kehilangan
darah ( penurunan Ht dan Hb), penurunan sel darah merah dan
trombosit, serta abnormalitas hitung sel darah putih dan diferensial
yang dapat mengindikasikan infeksi
Kadar elektrolit serum : untuk menetukan kalium, natrium, magnesium,
dan kadar elektrolit lain
Laju endap darah : untuk mengidetifikasi eksistensi dan / atau resolusi
respon inflamasi
AGD : untuk mengidentifikasi perubahan pH, PO, PCO, atau HCO3
yang mengindikasikan asidosis, sepsis atau masalah pernapasan
Kadar fibrinogen : penurunan dapat mengindikasikan koagulasi
intravaskuler diseminata (DIC), peningkatan dapat terjadi pada cedera
atau inflamasi
Kultur darah, cairan cerebrospinal, feses, urine, atau permukaan :
untuk mengidentifikasi organisme infeksi jika ada
Urinalisis, kultur, dan berat jenis : untuk mengkaji hidrasi dan
mendeteksi infeksi dan/ atau cedera ginjal; berat jenis seharusnya
1,006 hingga 1,013
Analisis feses : untuk mendeteksi darah samar yang mungkin
,merupakan tanda NEC ( feses pertama biasanya positif karena darah
tertelah selama pelahiran)
Ultrsonografi kranial : untuk mendeteksi hemoragi periventrikuler atau
intraventrikular
Produk pecahan fibrin (jika terjadi DIC)
Ringent thoraks (pola retigranular dengan bronkogram udara) : untuk
mendeteksi adanya RDS
Fungsi lumbal : untuk mendeteksi adanya meningitis atau IVH
Pemindaian CT : umtuk mendiagnosis dan mengevaluasi derajad IVH
Penatalaksanaan medis
Periode antepartum : pemberian betametason (atau dexametason)
maternal : untuk mempercepat perkembangan paru janin ketika
kelahiran kurang bulan diperkirakan
Pemberian surfaktan buatan : bayi prematur kekurangan surfaktan
paru, yang menyebabkan RDS
Diagnosis dan penanganan infeksi
Terapi oksigen dan terapi terbantu : jika dibutuhkan untuk apnea atau
RDS
Terapi cairan atau elektrolit
Koreksi ketidakseimbangan asam basa
Nutrisi enteral dan perenteral
Fototerapi untuk hiperbilirubinemia
Penutupan paten duktus arteriosus (PDA) melalui medis endometasin
atau pembedahan
Regulasi suhu
Dukungan pernapasan ( misal; ventilasi, teofilin untuk apnea)
Ultrsonografi kranial serial: untuk mendeteksi hemoragi periventrikuler
atau intraventrikular
Penatalaksanaan Nutrisi
Berat lahir 1750 2500 gram
Bayi sehat
o Biarkan bayi menyusu ke ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil
lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi
menyusu lebih sering ( misal setiap 2 jam) bila perlu.
o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap, tambahkan ASI perah dengan menggunakan satu
alternatif cara pemberian minum.
Bayi sakit
o Apabila bayi memerlukan cairan oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
o Apabila bayi memerlukan cairan IV:
Hanya diberikan cairan IV pada 24 jam pertama
Mula berikan minum per oral pada hari kedua atau segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan
bayi menunjukkan tanda tanda siap untuk menyusu
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui ( misal
gangguan napas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa
lambung.
Berat lahir 1500 1749 gram
Bayi sehat
o Berika ASI peras dengan cangkir / sendok
o Apabila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan dengan
menggunakan cangkir atau sendok atau ada risiko terjadi
aspirasi ke dalam paru ( batuk atau tersedak), berikan minum
dengan pipa lambung
o Lanjutkan dengan pemberian cangkir/sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak.
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah mendapat
minum160 ml/kg BB per hari tetapi masih kelihatan lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
o Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusu langsung.
Bayi sakit
o Beri hanya cairan IV dalam 24 jam pertama
o Beri ASI peras denga pipa lambung mulai pada hari kedua dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah mendapat
minum160 ml/kg BB per hari tetapi masih kelihatan lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
o Lanjutkan dengan pemberian cangkir/sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusu langsung
Berat lahir 1250 1499 gram
Bayi sehat
o Beri ASI peras melalui pipa lambung
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah mendapat
minum160 ml/kg BB per hari tetapi masih kelihatan lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
o Lanjutkan dengan pemberian cangkir/sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusu langsung
Bayi sakit
o Beri hanya cairan IV dalam 24 jam pertama
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai pada hari kedua dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah mendapat
minum160 ml/kg BB per hari tetapi masih kelihatan lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
o Lanjutkan dengan pemberian cangkir/sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusu langsung
Berat lahir <1250 gram
o Hanya cairan IV untuk 24 jam pertama
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai pada hari ketiga dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan
o Beri minum 12 kali dalam 24 jam ( tiap 2 jam ). Apabila bayi
telah mendapat minum160 ml/kg BB per hari tetapi masih
kelihatan lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
o Lanjutkan dengan pemberian cangkir/sendok
o Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusu langsung
Penatalaksanaan thermoregulasi
Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat dan umur bayi
Berat
Suhu inkubator (0C) menurut umur
bayi
35 320
0 340C 330C
C C
<1500 1 11 hari 3 3 5 minggu >5
g 10 minggu min
hari ggu
1500 1 10 hari 11 hari 4 >4
2000 g minggu min
ggu
2100 1 2 hari 3 hari 3 >3
2500 g minggu min
ggu
>2500 1 2 hari >2
g hari
Komplikasi
Komplikasi potensial kelahiran kurang bulan :
RDS
Apnea dan bradikardi
Asidosis
Anemia
Hipokalsemi
Hiponatremia
Hipotermi
Hiperbilirubinemia dan kernikterus
Hipoglikemi dan hiperglikemi
Hemoragi periventrikuler/intraventrikuler
Paten duktus arteriosus
Kejang infeksi
Prognosis
Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh usia gestasi dan penanganan awal
yang komperhensif.
2.3 Bayi Post Matur
1. Definisi
Bayi Post Term adalah bayi yang lahir setelah kehamilan lebih dari 42
minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir tanpa memperdulikan berat
badan bayi pada waktu lahir.
2. Etiologi.
Penyebab terjadinya post term tidak diketahui. Pada umumnya sering
dianggap bahwa penyebab post term adalah tidak pekanya uterus terhadap
oksitoksin. Penyebab lain yang dikemukakan ialah faktor herediter karena
lewat waktu tidak jarang terjadi pada suatu keluarga tertentu dan mempunyai
kecendrungan untuk terulang pada wanita yang sama.
3. Patofisiologi
Penyebab partus serotinus belum diketahui dengan pasti. Diduga faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi antara lain faktor yang mengganggu
mulainya persalinan baik faktor ibu, plasenta maupun anak (Sardiansah,
2011)
4. Tanda dan Gejala.
Tanda dan gejala bayi post matur adalah :
- Kecil masa kehamilan dengan kulit kering ,pecah pecah, kulit berkerut
menyerupai perkamen
- Verniks kaseosa dan lanugo berkurang atau menghilang.
- Tali pusat layu dan berwarna kekuningan.
- Kulit agak pucat dengan deskuamasi, kadang bermekonium
- Kadang disertai asfiksia
- Ekspresi terjaga dengan mata terbuka lebar
- Ekstermitas panjang dan kurus
- Kuku panjang, rambut kepala yang sangat tebal
- Biasanya terdapat riwayat oligohidramnion dan kompresi tali pusat
5. Pemeriksaan Penunjang
Profil biofisik : untuk mengevaluasi kesejahteraan janin
Nonstress test : mencerminkan fungsi batang otak janin, sistem saraf
otonom, dan jantung
Contraction stress test : kaji DJJ sebagai responterhadap kontrkasi uterus
Uji aliran doppler : untuk mengidentifikasi jantung janin dan abnormalitas
pembuluh darah mayor serta variasi aliran darah
Pemantauan janin elektronik : mengidentifikasi adanya variasi DJJ, seperti
deselerasi, yang menurunkan variabelitas nilai dasar atau meningkatkan
laju dasar
pH kulit kepala janin : digunakan untuk menyingkirkan adanya asidosis,
alkalosis, atau hipoksia
uji metabolisme/ hormon : menyingkirkan adanya gangguan endokrin atau
metabolisme yang dapat memengaruhi kelahiran lewat waktu
6. Penatalaksanaan.
Pemantauan obstetrik yang teliti termasuk non stres testing/OCT (oxytocin
Challenge Test) biasanya dapat memberikan landasan rasional untuk
melakukan pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di
induksi atau melakukan sectio caesaria.
7. Komplikasi
- trauma lahir sekunder akibat makrosomia
- Hipoglikemi.
- Polisitemia.
- Aspirasi mekonium
- hiperbilirubinemia
- persisten pumonary hypertention
8. Prognosis.
Kalau persalinan terlambat 3 minggu atau lebih dari usia aterm, maka
terdapat peningkatan angka kematian yang cukup berarti
2.4 Respirasi Distress Sindrom
Definisi
Merupakn kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, frekuensi
pernapasan yang lebih dari 60x/ menit, adanya sianosis rintihan pada saat
ekspirasi ( expiratory grunting) serta adanya retraksi supraeksternal,
interkostal, epgastrum saat inspirasi.
Penyakit ini merupakan penyakit membran hialin juga dikenal sebagai
sindrom gawat napas dimana terjadi perubahan atau kurangnya komponen
surfaktan.
( A. Aziz Alimul H. 2004)
Perkembangan yang imatur pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru.
Faktor penyebab
Faktor predisposisi terjadinya respirasi distress sindrom :
Bayi kurang bulan : paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan
kekurangan surfaktan yang melapisi alveoli
Depresi neonatal ( kegawatan neonatal) :
- Kehilangan darah dapa periode perinatal
- Aspirasi mekonium
- Pnemothoraks akibat tindakan resusitasi
- Hipertensi pulmonal dengan pirau kanan ke kiri yang memebawa
darah keluar dari paru
Bayi dari ibu DM : terjadi respirasi distress akibat kelambatan
pematangan paru
Bayi lahir dengan operasi saecar : bayi yang lahir dengan operasi
saecar berapapun usia gestasi nya dapat mengakibatkan terlambatnya
absorbsi cairan paru
Bayi yang lahir dari ibu menderita demam, ketuban pecah dini atau air
ketuban yang berbau busuk dapat terjadi pnemonie bakterialis atau
sepsis.
Patofisiologi
Penyebab RDS adalah kekurangan surfaktan paru. Surfaktan adalah zat yang
memegang peran dalam pengembang dan merupakan suatu kompleksyang
terdiri dari protein, karbohidrat atau lemak. Fungsi surfaktan adalah untuk
merendahkan tegangan permukaan alveolus hingga tidak terjadi kolaps dan
mampu menggantikan sisa udara pada akhir ekspirasi. Alveolus akan
menjadi kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk pernapasan berikutnya
dibutuhkan tenkanan negatif intrathoraks yang lebih besar dan disertai usaha
inspirasi yang lebih kuat.
Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi
hipoksia, retensi CO dari asidosis , hipoksia akan menimbulkan :
1. Oksigenasi jaringan menurun, sehingga akan terjadiasidosis metabolik
pada bayi
2. Kerusakan endotel kapiler atau epitil duktus alveularis yang akan
menyebabkan terjadinya transudasi kedalam alveoli dan terbentuknya
fibrin. Aliran darah akan menurun dan mengakibatkan kekurangan
pembentukan surfaktan. Secara singkat patofisiologinya sebagai
berikut
Atelektasis hipoksemia hipoksia transudasi penurunan
aliran darah paru hambatan pembentukan zat surfaktan
atelektasis
Berlangsungnya secara terus menerus sampai terjadinya penyembuhan atau
kematian ( ngasiah l1997: 03-04)
Tanda tanda klinis
Takipnea yang meningkat ( rr. 60x/menit)
Retraksi dada
Sianosis
Pernapasan cuping hidung
Merintih/grunting
Suara napas yang berat saat ekspirasi
Apnea atau henti napasn
Foto rongent : yang khas menunjukkan adanya pola retikulogranulasi
seragam dan bronkogram udara
Sianosis jika berat
WOC RDS
MK :
Gangguan MK : PemenuhanMK :
MK MKImaturitas
: Gangguan Distende
Penggunaan pembentukanMetabolisme
Penurunan
membran Sirkulasi
rasa Gangguan
nutrisi kurang dari
:Ketidakefektifan
RR ,bantu
Sistem
Sirkulasi HR
darah ke Sirkulasi
Suplai
perfusi ke
darah
CO Defisiensi
kardiovaskul
ke Kebutuhan
Sususnan
oksidatif
Gangguan OPK :
Penggunaan
cerebral
kesadaran Peristaltik
d
Gastrointesti
darah ke
Penyerapan d
Fungsi
Oliguri,
CO ginjal
hiperventil
otot Akral dingin, RDS
hialin Risiko nyaman perkemiha
kebutuhan pola
hipoglikemi usus
Bernafas atau menangis? YA Perawatan Rutin :
Pertimbangka
Ventilasi Tekanan Positif Distres nafas Sianosis sentral n
(VTP) (Takipnea, retraksi, suplementasi
persisten tanpa
Pemantauan SpO2 merintih) oksigen
distress nafas
Setiap 30 detik sekali nilai laju denyut jantung, usaha nafas & tonus
Pemantauan
SpO2
Bila LDJ tetap < 100x / menit Gagal CPAP
Continuous PEEP 8 CMh2o
positive airway FiO2 > 40%
pressure (CPAP) Dengan ditres nafas
Pengembangan dada adekuat ? PEEP 5 8 cmH2O Pertimbangka intubasi
Pemantauan SpO2
Keterangan :
Apabila LDJ > 100x / menit dan target saturasi
tercapai :
Dada mengembang adekuat Bila dada tidak mengembang Tanpa alat : lanjutkan ke perawatan
namun LDJ < 60X / menit adekuat evaluasi : observasi
VTP (O2 100%) + kompresi Posisi kepala bayi Dengan alat : lanjutkan ke perawatan
dada Obstruksi jalan napas paska-resusitasi
(3 kompresi tiap 1 napas) Kebocoran sungkup
Pertimbangkan intubasi Tekanan puncak
Observasi LDJ dan usaha inspirasi cukup atau Waktu dari lahir Target SpO2
(napas tiap 60 detik) tidak : preduktal
1menit 60-70%
2menit 65-85%
3menit 70-90%
LDJ < 60/ Menit 5menit 80-90%
Keterangan :
Intubasi endotrakea dapat dipertimbangkan pada
Pertimbangkan pemberian obat dan cairan intravena langkah ini apabila VTP tidak efektif / telah dilakukan
ALUR RESUSITASI selama 2 menit.
YA TIDAK
Penilaian :
Apakah bayi menangis, atau bernapas spontan dan teratur ?
YA TIDAK
6. Intervensi Keperawatan
a. Komplikasi potensial kelahiran kurang bulan: sindrom gawat napas
(respiratori distres sindrom)
Pengkajian Fokus Rasional
Kaji usia gestasi dan Semakin imatur bayi, semakin
faktor resiko gawat napas besar kemungkinan ia
dengan cermat mengalami RDS. Bayi yang
lahir sebelum gestasi 30
minggu dan / atau memiliki
berat badan kurang darti 1500
gr berisiko paling besar
mengalami RDS, kebanyakan
kematia RDS terjadi pada bayi
yang memiliki berat badan lahir
rendah(BBLR). Bayi laki laki
lebih rentan terhadap RDS
daripada bayi perempuan, dan
bayi kaukasia lebih rentan
Kaji jantung untuk dibandingkan bayi Afrika
takikardi dan murmur Amerika
( patologis dan benigna) Guna mendeteksi terjadinya
RDS, untuk mengimbangi
hipoksia yang berhubungan
dengan RDS, metabolisme
meningkat, yang
mengakibatkan takikardi.
Dekompensasi ditandai dengan
bradikardi. Murmur mungkin
timbul akibat PDA yang
Kaji pernapasan disebabkan oleh hipoksia dan
( frekuensi normal adalah asidosis yang terkait dengan
30 60 x/menit tanpa RDS.
ventilasi terbantu) Untuk mendeteksi RDS. Bayi
kurang bulan lahir dengan
banyak alveolus yang belum
matur dan tidak dapat
mengembang, yang membatasi
aliran darah pulmonal dan
mengurangiproduksi surfaktan
lebih lanjut. Tidak ada atau
defisiensi surfaktan pada paru
imatur memicu penurunan
komplians paru dan
oeningkatan kerja pernapasan.
Ketike kelelahan bertambah,
semakin sedikit alveolus yang
mampu dibuka neonatus
sehingga menyebabkan
atelektasis. Tanda kompensasi
pernapasan atau peningkatan
beban kerja mencakup
Kaji warna kulit dan takipnea, mendengkur,
perfusi (pengisian ulang pernapasan cuping
kapiler) hidung,retraksi dan pernapasan
see saw. Patologi yang timbul
pada RDS menyebabkan
krekels, ronki, mengi, dan
penurunan aerasi.
Hipoksia akibat RDS
menyebabkan perfusi jaringan
yang buruk, dengan
menimbulkan perubahan pada
warna kulit ( pucat, abu abu,
sianotik). Sianosis adalah tanda
lanjut hipoksia, dan tidak
Analisa AGD muncul hingga saturasi oksigen
mencapai 75% hingga 85% dan
kadar PO kurang dari
40mmHg. Sianosis merupakan
indikasi untuk intervensi yang
cepat .
Untuk menentukan keefektifan
ventilasi. Atelektasis
menyebabkan hipoksemia dan
retensi karbondioksida, yang
Lakukan pemeriksaan mengakibatkan asidosis
oksimetri nadi (saturasi respiratori. Hipoksemia ( PaO
oksigen harus 92% hingga kurang dari 50 70 mmHg),
94%) hiperkapnea ( PaCO kurang
dari 35 45 mmHg), dan
asidosis lebih lanjut
mengurangi surfaktan pada
paru imatur, yang
meningkatkan
kecenderungan/keparahan
RDS.
Lakukan pemeriksaan Untuk mengevaluasi keparahan
rongent thoraks ( pola RDS dan keefektifan
retikulogranular dengan pertukaran gas/udara serta
bronkogram udara dan absorbsi oksigen sistemik di
volume paru yang rendah) dalam aliran darah. Saturasi
Observasi adanya indikasi oksigen ( jumlah oksigen yang
bahwa oksigen dibutuhkan tersedia untuk jaringan ) dan
akhirnya perfusi jaringan
berkurang akibat penurunan
pertukaran gas di dalam paru
dan/ atau disebabkan oleh
apnea dan bradikardia
Pantau hidrasi dan Temuan radiografi
berikan cairan IV dalam menunjukkan relief bronkus
kisaran tertentu yang terisi udara terhadap area
atelektasis dan hiperekspansi
pada seluruh paru.
Tanda klinis bahwa oksigen
diperlukan mencakup
peningkatan upaya
pernapasan, mendengkur,
pernapasan dangkal, takepnea,
apnea, takikardi, bradikardia,
dan sianosis sentral, disertai
atau tanpa hipotonia. Data
laboratorium meliputi PaO <
60 mmHg atau Saturasi
oksigen < 92%
Dehidrasi menyebabkan mukus
Pantau untuk komplikasi menjadi kental, sehingga sulit
yang terkait dengan terapi untuk membersihkan jalan
oksigen (misal: retinopati napas.Hidrasi berlebihan
prematuritas, displasia berperan dalam oedem
bronkopulmonal ) pulmonal
Pembuluh darah retina yang
berkembang pada bayi
prematur sensitif terhadap
kadar PaO yang tinggi, yang
menyebabkan pertumbuhan
berlebihan pada pembuluh
darah retina. Perubahan
sekunder yang menyebabkan
gangguan penglihatan akibat
konstriksi pembuluh darah
retina dan retina yang
melengkung dapat
menyebabkan pelepasan
TINDAKAN retina. Toksisitas oksigen yang
KEPERAWATAN diperparah oleh barotrauma
PREVENTIF terkait ventilasi mekanik
Berikan steroid antenatal mencederai sel paru, yang
(betametason) kepada ibu menyebabkan displasia
ketika kelahiran prematur ( bronkopulmonal. Pemberian
gestasi 33 minggu atau oksigen dengan konsentrasi
kurang) diperkirakan lebih dari 70% meningkatkan
terjadi risiko edema pulmonal dan
Berikan surfaktan buatan retinopati karena menghasilkan
pada neonatus jika RDS PaO yang sangat tingggi.
telah dipastikan melalui Komplikasi ini cenderung terjadi
temuan gejala klinis, gas jika saturasi oksigen darah
darah dan rongent thoraks >100 mmHg dalam waktu
lama. Sebalikanya, ketika
saturasi oksigen / uhsistem t
PaO rendah, bayi dapat
menderita sekuelae yang
berkaitan dengan hipoksia,
yang mempengaruhi seluruh
sistem tubuh
TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
PREVENTIF
Lakukan resusitasi Untuk mencegah asidosis metabolic dan
dalam beberapa respiratory berturut turut. Karena
menit pertama kebanyakan bayi kurang bulan memiliki
setelah kelahiran; bantalan kapiler paru yang imatur untuk
sediakan jalan mengabsorbsi oksigen selain jumlah
napass yang paten surfaktan paru endogenus yang tidak
dan pernafasan adekuat, bayi mengalami kesulitan
dengan sumber mempertahankan pernafasan yang
oksigen yang adekuat pada saat lahir guna memenuhi
adekuat untuk kebutuhan tubuh. Ketika bayi tidak
bayi ; pertahankan memiliki jumlah surfaktan yang adekuat
bayi tetap hangat dalam paru, kantong udara kolaps, dan
selama resusitasi pertukaran gas / udara terganggu.
untuk mencegah Sejumlah besar energy dihabiskan hanya
stress dingin untuk memompa alveolus pada setiap kali
bernafas. Jika bayi tidak di pertahankan
hangat, bayi harus meningkatlan laju
metabolise untuk mempertahankan suhu
tubuh ; hal itu membutuhkan pengeluaran
energy (dan oksigen), yang menyebabkan
asidosis ireversibel dengan cepat.
6. Intervensi keperawatan
a Asfiksia berhubungan dengan penurunan fungsi respirasi (plasenta
bertambah umur)
Ditandai dengan pernafasan tachipnoe, nilai apgar score kurang dari 6,
denyut jantung janin kurang dari 100 x/menit atau lebih dari 160 x/menit.
Tujuan : bayi tidak mengalami asfiksia dengan kriteria nilai apgar score
normal (lebih dari 6), nafas normal antara 100 160 x/menit.
Intervensi :
Lakukan resusita si setelah bayi baru lahir bila terdapat asfiksia.
Usahakan dipusatkan pada pembersihan jalan nafas sedini mungkin.
Usahakan agar tubuh bayi konstan dengan mengeringkan tubuh bayi
dan memberikan selimut kalau perlu menggunakan pemanas (lampu).
Tentukan apgar score 1 menit.
b Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan fungsi
plasenta dalam memenuhi nutrisi
ditandai dengan berat badan kurang dari 2500 gram dan tampak kurang
gizi.
Tujuan : Berat badan bayi normal atau bertambah sesuai dengan tahap
tumbuh kembang bayi.
Rencana Intervensi :
Beri Asi yang adekuat
Berikan PASI bila asi tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayi.
Anjurkan kepada ibu untuk banyak memakan makanan yang
mengandung gizi.
c Komplikasi potensial kelahiran lewat waktu : trauma lahir sekunder akibat
makrosomia
2.7 RDS
PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Riwayat persalinan dan kehamilan
3. Pemeriksaan fisik
o Sistem pernafasan
RR > 60 menit, retraksi dinding dada
o Sistempersarafan
letargis
o Sistem kardiovaskuler
Akral dingoin, bradikardi atau takikardi
o Sistem perkemihan
Produksi urin menurun
o Sistem pencernaan
Pengosongan lambung lambat
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : GDA, AGD, DL
Rongent : mengungkapkan kepadatan retikulo glanural bilateral dan adanya
udara bronkogram
5. Diagnosa Keperawatan
o Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan berkurangnya
surfaktan berkenaan prematuritas
o Gangguan perfussi jaringan berhubungan dengan suplai darah ke
perifer menurun
o Komplikasi potensial asfiksia neonatal : hipoksia, gangguan janin,
kematian janin
o Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan fungsi ginjal
menurun
6. Intervensi keperawatan
o Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan berkurangnya
surfaktan
Tujuan : dalam waktu 1 jam masalah gangguan pola napas dapat
teratasi
Kriteria hasil
Nilai nilai gas darah dalam batas normal
Tidak ada distres napas
Tidak ada pernapasan cuping hidung
Intervensi Keperawatan :
Berikan suhu lingkungan netral
Bebaskan jalan napas dengan memeberikan posisi sedikit
ekstensi
Berikan oksigen 40% yang sudah dihangatkan dan dilembabkan
dengan menggunakan headbox atau sesuai terapi dokter
Sediakan alat resusitasi setiap waktu, oksigen,
penghisap/suction, alat baging dan obat obatan
Perhatikan pemantauan pernapasan dan jantung, perhatikan
frekuensinya
Kolaborasi dengan timn medis untuk pemasangan IV line
Auskultasi dada tiap 2 jam
Lakukan pemeriksaan skor downe bila ada perubahan pada
napas
o Kompliksai potensial asfiksia neonatal : hipoksia, gangguan janin,
kematian janin
PENGKAJIAN FOKUS RASIONAL
Untuk periode antepartum dan intrapartum :
Kaji data laboratorium ( lihat Pemeriksaan Untuk mendeteksi abnormalitas yang
Diagnostik, sebelumnya ). menandakan ketidakadekuatan
oksigenasi atau gangguan
Pantau DJJ ( kurang dari 100 atau lebih dari janin/neonates.
160 kali/menit ). Untuk menentukan DJJ dan
variabilitas ( peningkatan, penurunan,
atau tidak ada ) atau deselerasi
lambat, yang mengindikasikan
penurunan oksigenasi janin. Pantau
minimal setiap 30 menit selama
Pantau untuk perubahan pergerakan janin.
persalinan aktif dan setiap 15 menit
selama kala dua persalinan.
Peningkatan pergerakan yang diikuti
oleh penurunan atau tidak ada
pergerakan adalah indikasi hipoksia.
Untuk ibu berisiko-rendah, pantau
DJJ setiap 30 menit selama
Inspeksi cairan amnion mekonium ( encer, persalinan aktif dan setiap 15 menit
moderat, atau partikulat ). selama kala dua persalinan. Untuk
ibu berisiko tinggi, pantau setiap 15
menit selama fase aktif dan setiap 5
menit selama kala dua.
Lakukan pemeriksaan vagina steril.
Adanya mekonium dalam cairan
amnion menandakan gawat janin dan
dapat mengakibatkan gawat napas,
Untuk periode neonatal pneumotoraks, dan obstruksi jalan
Tentukan penilaian APGAR pada menit ke 1, napas neonatal.
ke 5 dan ke 10 kehidupan sebagai pengkajian Untuk mendeteksi prolaps tali pusat,
menyeluruh respons neonates terhadap yang merupakan kedaruratan
kelahiran dan adaptasi neonatal terhadap obstetric factual dan mengindikasikan
kehidupan ekstrauteri. intervensi segera guna memulihkan
sirkulasi janin.
KASUS SEMU
Bayi Ny. E lahir SC atas indikasi ibu pre eklamsia tanggal 9 Mei 2015 jam 18.00 d
OK RSWS. Usia kehamilan 30 31 minggu. Lahir tidak langsung menangis, retraksi
sedang,RR 72x/mnt,HR 140x/mnt,AS 1-3-5 , bayi merintih, BB : 2200 gram, PB : 45
cm, LK:32 cm, LD : 27 cm, bayi terpasang CPAP modifikasi dengan PEEP 7 cm
HO,FiO 30% , bayi terpasang OGT, ronkhi -/-, wheezing -/- , s : 36,3 0C, sianosis
ekstermitas atas bawah, terdapat pernapasan cuping hidung.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas
Nama bayi : By. Ny.E
Umur : 0 hari
Tanggal lahir: 9 Mei 2015
Alamat : Sepanjang
Jenis kelamin : laki laki
Tanggal MRS : 9 Mei 2015
Diagnosa medis : N preterm/BBLR/SMK/S. RDS
Orang tua
Nama ibu : Ny E
Umur : 22 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Nama ayah : Tn A
Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
2. Anamnesa
Riwayat penyakit sekarang
Bayi lahir SC atas indikasi ibu pre eklamsia tanggal 9 Mei 2015 jam 18.00
WIB di OK RSWS, bayi tidak lanngsung menangis, ketuban jernih, retraksi
sedang,RR : 72x/mnt HR : 140x/mnt, suhu 36,3 0C. Di ruang NICU keadaan
umum bayi lemah, terpasang CPAP modifikasi dengan PEEP : 7 cm HO,
FiO 30%, terpasang OGT.
Riwayat kehamilan dan persalinan
Prenatal
Tidak terkaji
Natal
Bayi lahir SC atas indikasi ibu pre eklamsia tanggal 9 mei 2015 jam
18.00 WIB di OK RSWS. Lahir tidak langsung menangis, ketuban
jernih, AS : 1-3-5, bayi merintih,retraksi ringan,RR : 72x/mnt, HR :
140x/mnt, sianosis ekstermitas atas dan bawah, umur kehamilan 30-31
minggu,BBL : 2200 gram, PB : 45 cm,LK : 32 cm, LD : 27 cm
Post natal
Bayi merintih, sianosis ekstermitas atas dan bawah, retraksi sedang,
RR : 72x/mnt, HR : 140x/mnt, ronchi -/-,wheezing -/-, down score 4,
terpasang CPAP modifikasi PEEP 7 cmHO, FiO 30%
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak terkaji
3. Pemeriksaan fisik
B1
Pernapasan : spontan
RR : 72x/mnt
AS : 1-3-5
Oksigen : CPAP modifikasi PEEP 7 cmHO FiO 30%
Retraksi sedang, down scor 4, merintih, Pch (+)
B2
Nadi : 140x/mnt
Syanosis : ekstermitas atas dan bawah
Akral dingin
B3
Tingkat kesadaran : berespon terhadap nyeri
Tangisan : merintih
B4
Produksi urine 1,5 cc/jam, jernih, tidak terpasang kateter
B5
Umur 0 hari
BBL : 2200 gram
Reflek rooting ada, cara minum OGT, retensi tidak ada,lidah
lembab,abdomen supel,bising usus (+), turgor kulit baik, minum
dengan OGT, peristaltik usus menurun
B6
Gerak tangis lemah
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hb : 14,6
Leukosit : 14.700
LED : 44,6%
Trombosit : 224.000
CRP :5
GDA : 127
Thorax foto
Saat ini cor dan pulmo tidak tampak kelainan
Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. S:- surfaktan Ketidak
O: efektifan
usia kehamilan 30- 31 paru tidak pola napas
minggu mampu
BBL : 2200 gram berkembang
RR : 72x/mnt maksimal
HR : 140x/menit
Retraksi dada : sedang Hiperventilasi
GT : lemah HR RR
Merintih
Pch (+) Penggunaan otot
bantu napas
2. Keridakefektifan
S: pola napas Resiko
O tinggi
usia kehamilan 30- 31 CO hipotermi
minggu
BBL : 2200 gram Sirkulasi O ke
Akral dingin perifer
Suhu : 36,30C
Sianosis ekstermitas Suplai darah ke
atas dan bawah perifer
3.
Hipotermi
S: Resiko
O: Sirkulasi darah kebutuhan
Umur 0 hari ke abdomen nutrisi
usia kehamilan 30- 31 kurang dari
minggu Peristaltik usus kebutuhan
BBL : 2200 gram
Terpasang OGT Penyerapan di
Retensi negatif usus
BU (+)
Reflek menghisap dan Kebutuhan nutrisi
menelan masih lemah kurang dari
kebutuhan tubuh
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napan berhubungan dengan kurangnya surfaktan
sekunder akibat prematuritas
2. Resiko tinggi hipotermi berhubungan dengan lapisan lemak subkutan tipis
3. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
peristaltik usus, relfek menelan lemah
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi keperawatan
keperawatan
Ketidakefektif Oksigen - Cuci tangan sebelum dan
an pola terpenuhi sesudah melakukan tindakan
napas dalam keperawatan
berhubungan waktu 2 - Atur posisi kepala sedikit
dengan jam ekstensi
kurangnya - Bersihkan jalan napas
surfaktan Kriteria bila ada sumbatan
hasil : - Observasi down score
sekunder
RR : 40 tiap 2 jam
akibat
60x/menit - Pantau warna kulit 2 jam
prematuritas
HR : 140 ( merah muda, sianosis sentral,
acrosianosis),frekuensi
160x/mnt pernapasan
GT mulai - Auskultasi suara napas
kuat - Kolaborasi dengan tim
Tidak medis untuk pemberian oksigen
ada Pch
Retraksi
berkuran
g
Resiko tinggi Tidak - Cuci tangan sebelum dan
hipotermi terjadi sesudah melakukan tindakan
berhubungan hipotermi keperawatan
dengan dalam - Sesuaikan suhu
lapisan waktu 2 inkubator dengan berat badan
lemak jam bayi
subkutan - Jaga agar bayi tetap
tipis Kriteria tenang
hasil : - Beri topi pada kepala
Suhu : bayi
0
36,5 C - Pertahankan suhu
0 0
37,50C ruangan antara 24 C - 26 C
Akral - Observasi suhu, RR,HR
hangat tiap 2 jam
Kulit - Ajarkan pada ibu /
merah keluarga bayi tentang
muda perawatan metode kanguru bila
Tangis kondisi sudah stabil
kuat
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir melalui
jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis
kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram. Bayi
Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37
minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik.Prematuritas
dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara
bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan
dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di
anggap sebagai periode kehamilan pendek. Postmatur menunjukan atau
menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas waktu
persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. (Buku
Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450). Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi
antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan
kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.
Etiologi bayi prematur dipengaruhi oleh faktor ibu, janin dan plasenta.
Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
menghasilkan kalori melalui metabolisme. Hal itu disebabkan karena respons
menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat menambah aktivitas.
Kegiatan metabolisme anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak daripada
metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemi. Termoregulasi
bayi prematur umumnya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena
struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja
seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap
kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam
batas normal.
Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada factor
yang diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah
factor hormonal yaitu kadar progesterone, kurangnya air ketuban dan insufisiensi
plasenta.
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput,
mengelupas lebar-lebar, sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan
energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput
telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup
panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan
karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.
Banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia
lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami
kerusakan otak.
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium,
namun kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu.
4.2 SARAN
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi
yang cukup dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah
mempersiapkan persalinan dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan
pemeriksaan rutin baik untuk mengetahui kesehatan janin dan sang ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban :
1. Tatalaksana trauma jalan lahir pada bayi post matur, sebenarnya hal tersebut
masuk pada kasus persalinan post matur, jika hal tersebut terjadi maka, kaji
seberapa berat tingkat keparahan trauma jalan lahir, kolaborasi dengan tim
medis ( dokter spesialis obgyn), atau jika memang perlu dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi.
2. Apabila di daerah belum ada inkubator, maka untuk termoregulasi bisa
dengan menggunakan lampu
3. Managemen laktasi pada bayi prematur :
Reflek hisap dan menelan bayi ada setelah usia 32 minggu, maka
untuk management laktasi pada hari pertama dilakukan pemasangan
OGT hingga ada reflek menghisap.
Jika sudah ada reflek menghisap, dicoba untuk minum dengan
menggunakan cangkir dan sendok.
Jika bayi telah dapat minum baik dengan cangkir atau sendok, maka
coba untuk menyusu langsung ke ibu