Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan

Dari sudut anatomis, sendi bahu (glenohumeral) merupakan salah satu


sendi paling mobile atau paling bebas bergerak dibanding sendi lainnya
dalam tubuh. Mobilitas sendi bahu yang luas inilah yang sangat membantu
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita frozen shoulder sering
mengeluh mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-harinya
akibat adanya keterbatasan sendi ini sehingga berpengaruh terhadap
kualitas hidup dan pekerjaannya.[1]
Frozen shoulder ialah suatu kondisi yang dikenal dalam dunia medis
ialah Adhesive capsulits. Adhesive capsulitis berarti bahwa kapsul sendi bahu
memiliki suatu adhesi dan peradangan yang membatasi pergerakan dari
bahu. Dimana kondisi ini ialah hal yang sering terjadi namun penyebabnya
masih belum jelas diketahui. [2]
Epidemiologi penyakit ini yaitu paling sering pada wanita dibanding
pria. Dan dari lokasi lebih sering terjadi pada bahu yang non-dominan
daripada pada bahu yang dominan. Prevalensinya lebih sering terjadi pada
orang dengan usia 40 tahun keatas.[2]
Faktor resiko dari frozen shoulder adalah diabetes, stroke, kecelakaan,
penyakit paru, kelainan jaringan ikat, dan penyakit jantung. Kondisi ini jarang
terjadi pada orang-orang dibawah usia 40 tahun.[3]
Penyakit Frozen shoulder secara umum dapat membaik seiring
berjalannya waktu namun hal itu dapat terjadi hingga 3 tahun lamanya.
Fokus pada pengobatan penyakit ini yaitu pada mengontrol nyeri,
mengembalikan ROM serta kekuatan melalui terapi fisik.[3]

Tujuan
Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman penyakit frozen
shoulder.
Penatalaksanaan
Frozen shoulder bersifat self limiting akan tetapi penurunan ROM
mungkin tidak akan kembali pulih seutuhnya. Waktu yang dibutuhkan agar
frozen shoulder membaik dengan sendirinya juga cukup lama (sekitar 3
tahun). Sehingga dengan terapi yang tepat seperti pemberian anti nyeri
serta terapi fisik dan rehabilitasi dapat menurunkan angka komplikasi
maupun mempercepat penyembuhan serta meningkatkan ROM.

Penatalaksanaan nonbedah
Lebih dari 90% pasien relatif menjadi lebih baik dengan pengobatan
yang sederhana untuk control nyeri dan mengembalikan ROM
1. NSAID. Obat sperti aspirin dan ibuprofen mengurangi nyeri dan
bengkak.
2. Injeksi steroid. Kortison ialah obat anti inflamasi kuat yang di
injeksi langsung ke dalam snedi bahu

Penatalaksanaan bedah
Operasi dilakukan apabila manipulasi gagal melepaskan kapsul yang
mengalami perlekatan, Tujuan dari operasi untuk Frozen shoulder ialah untuk
meregangkan dan melepaskan kekakuan dari kapsul sendi. Metode paling
umum termasuk manipulasi dibawah anastesi dan arthroscopy bahu

1. Pembebasan sendi dengan arthroscopy belakangan ini


mulai dipromosikan untuk menghasilkan pelepasan sendi
yang lebih terkontrol dibandingkan dengan manipulasi di
bawah anestesi. Arthroscopy juga dapat menghindari
komplikasi yang dapat terjadi dengan teknik manipulasi
seperti fraktur humerus maupun lesi bahu intra-artikular yang
bersifat iatrogenik.
2 Manipulasi di bawah anestesi, pasien dibius untuk
mengurangi rasa nyeri dan ketahanan otot. Dokter bedah
orthopedic memanipulasi bahu untuk membebaskan
perlekatan. Manipulasi ini akan meregangkan dan merobek
jaringan fibrotic di dalam dan sekitar sendi glenohumeral
sehingga memperlebar luas gerak sendi. .
3 Pemulihan Setelah operasi, terapi fisik sangat perlu untuk
menjaga gerakan dari sendi yang telah didapatkan melalui
operasi. Waktu pemulihasn bervariasi dari 6 minggu hingga 3
bulan. Biarpun ini proses yang lama, komitmen pada terapi
ialah faktor paling penting jika ingin kembali beraktifitas
dengan baik. Hasil jangka panjang setelah operasi secara
umum baik dengan kebanyakan pasien berkurang atau hilang
rasa nyerinya dan meningkatnya ROM pasien. Pada beberapa
kasus, bahkan setelah beberapa tahun, gerakan tidak betul-
betul kembali normal dan masih ada sedikit kekakuan.

Rehabilitasi Medik

1. Terapi fisik. Latihan-latihan spesifik akan membantu


mengembalikan ROM. Hal ini harus dibawah supervisi, terapi
termasuk peregangan atau latihan ROM untuk bahu. Kadang
terapi panas digunakan untuk membantu melonggarkan bahu
sebelum latihan peregangan. Dibawah ialah contoh beberapa
latihan yang direkomendasikan
a. Rotasi External (passive stretch) Penderita berdiri di
depan pintu dan menekuk lengan yang terkena 90 derajat
untuk meraih pinggir pintu. Letakkan tangan pada satu
tempat dan putar tubuh seperti pada gambar 2.11 lalu tahan
30 detik. Relaksasi dan ulangi gerakan tersebut.

Gambar 2.11 Rotasi External

b. Forward Flexion (posisi supinasi) Penderita berbaring


dengan punggung di bawah dan kedua kaki lurus. Gunakan
lengan yang normal untuk mengangkat lengan yang terkena
sampai ke atas kepala sampai merasakan adanya
peregangan. Tahan selama 15 detik dan secara perlahan
kembali ke posisi semula.
Gambar Forward Flexion

c. Crossover Arm Stretch Penderita menarik satu lengan


berlawanan ke arah dada di bawah dagu sejauh mungkin
tanpa menyebabkan nyeri. Tahan selama 30 detik.

Gambar Crossover Arm Stretch

d. Bahu Pendulum (Pendulum Shoulder) Penderita


menggunakan berat lengannya tanpa menambahkan beban,
secara bertahap menggunakan dumbbells ringan. Lengan
yang terkena mengikuti gerak tubuh. Jaga punggung lurus
dan kaki selebar bahu. Gunakan gerakan tubuh untuk
membuat gerakan bahu dan goyangkan tubuh. Latihan ini
dimulai dengan lingkaran kecil secara bertahap menjadi
lingkaran besar.
Gambar Pendulum Shoulder

e. Rotasi Internal Penderita berbaring miring di salah satu sisi,


dengan sisi bahu yang mengalami frozen shoulder di bawah.
Bila posisi ini menyebabkan nyeri, latihan harus dihentikan.
Bila merasa tidak nyaman, dilanjutkan dengan hati-hati. Bahu
frozen shoulder diabduksikan dan rata terhadap lantai. Siku
dibengkokkan 90 derajat sehingga tegak lurus ke lantai.
Tangan yang normal ditempatkan pada lengan frozen shoulder
dan memberikan tekanan ke bawah dengan gentle lalu secara
perlahan memaksa lengan bawah ke lantai. Tahan posisi
selama 10-30 detik.

Gambar Rotasi Internal

f. Fleksi Bahu (Elevasi) Penderita menggeser lengan frozen


shoulder ke atas dinding dengan menggulirkan bola di tangan
terbuka sampai regangan nyaman dirasakan, Bila lengan
frozen shoulder tidak dapat aktif bergerak maka dapat
dibantu dengan lengan yang normal. Tahan selama 10 detik
dan ulangi.

Gambar Fleksi Bahu


2. Terapi dingin [4]
Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh
cedera muskuloskeletal akut. Demikian pula pada nyeri akut
Capsulitis adhesive lebih baik diberikan terapi dingin.
Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan
spastisitas, mengurangi maupun membebaskan rasa nyeri,
mengurangi edema dan aktivitas enzim destruktif (kolagenase) pada
radang sendi. Pemberian terapi dingin pada peradangan sendi kronis
menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal pengurangan nyeri.
Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai
berikut:
Kompres dingin
Teknik: masukkan potongan potongan es kedalam kantongan
yang tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang
dimaksud. Lama: 20 menit, dapat diulang dengan jarak waktu 10
menit.
Masase es
Teknik: dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang
telah dibungkus. Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali
dengan jarak waktu 10 menit.
3. Terapi panas[4,5]
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun
dalam, terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada
umumnya reaksi fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar
aplikasi terapi panas adalah bahwa panas akan meningkatkan
viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi kekakuan sendi. Panas
mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang
nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah memperbaiki spasme
otot, meningkatkan aliran darah, juga membantu resolusi infiltrat
radang, edema, dan efek eksudasi.
Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan
bersamaan dengan peregangan, dimana efek pemanasan
meningkatkan sirkulasi yang bermanfaat sebagai analgesik.Terapi
panas dangkal menghasilkan panas yang tertinggi pada permukaan
tubuh namun penetrasinya kedalam jaringan hanya beberapa
milimeter. Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara
konversi dari energi listrik atau suara ke energi panas didalam
jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan tubuh kita yang
lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan).
Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari:
Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)
Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)
Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)

Pada Capsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah


ultrasound diathermy (US) yang merupakan gelombang suara
dengan frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya tembus yang paling
dalam diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain
memberikan efek panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/
mikromasase, oleh karena itu banyak digunakan pada kasus
perlekatan jaringan. Frekuensi yang dipakai untuk terapi adalah 0,8
dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4 watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit,
diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US memerlukan media
sebagai penghantarannya dan tidak bisa melalui daerah hampa
udara. Menurut penelitian, medium kontak yang paling ideal adalah
gel.
Efek US pada Capsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah


Meningkatkan metabolisme jaringan
Mengurangi spasme otot
Mengurangi perlekatan jaringan
Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.

Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy.


Disini digunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang
gelombang 11m yang diubah menjadi panas sewaktu melewati
jaringan.Pada umumnya pemanasan ini paling banyak diserap
jaringan dibawah kulit dan otot yang terletak di permukaan.

4.Elektrostimulasi : TENS (Transcutaneus Electrical Nerve


Stimulation )[5]
Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut
maupun nyeri kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri
pada Capsulitis adhesive.
Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter
perangsangan sampai sekarang masih lebih banyak bersifat seni dan
subyektif. Namun peletakkan elektrode harus tetap berdasarkan
pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan fisiologi. Letak elektroda
yang biasa dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom saraf tepi,
motor point, trigger point, titik akupuntur.
Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya
keterbatasan gerak abduksi, elektrode aktif (negatif) ditempatkan
pada tepi depan aksila dan elektroda kedua diletakkan pada bahu
atau diatas otot deltoid penderita. Pasien berdiri disamping sebuah
dinding dan diminta meletakkan jari-jarinya pada permukaan
dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan pasien diminta untuk
berjalan ke atas di dinding tersebut. Lama pemberian stimulasi
bervariasi dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat dilakukan
sendiri oleh penderita. Angka keberhasilan untuk menghilangkan
nyeri bervariasi dari 25% sampai 8095%.
1. Nauzal, Faza. Frozen Shoulder. Universitas Sriwijaya.
http://www.academia.edu/8869945/Tinjauan_pustaka_Frozen_Shoulder

2. William M, Sarah P. Managing the Frozen Shoulder. Walter reed national


military medical center:p(2; 17-21)

3. American Association Orthopaedic Surgeon, 2011, Frozen Shoulder,


http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00071

4. Sianturi, Golfried. 2008. Studi Komparatif Injeksi dan Oral Triamnicolone Acetonide
pada sindroma Frozen Shoulder. Semarang.
5. Harso S. 2010. BST Frozen Shoulder. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta :
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai