Anda di halaman 1dari 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Landasan Teori

II.1.1. Kejang demam


II.1.1.1. Definisi
Menurut American Academy Of Pediatrics (AAP), kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada anak demam diantara usia 6 dan 60 bulan yang tidak
mempunyai infeksi intrakranial, gangguan metabolisme, atau riwayat kejang tanpa
demam (Chung, 2014, p.384). Derajat tingginya demam yang dianggap cukup
untuk diagnosis kejang demam adalah >388 C pada pengukuran suhu rektal
(Dewanti dkk. 2012, hlm.57).
II.1.1.2. Angka kejadian
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai
pada anak-anak, dialami oleh sekitar 2-5% anak dan biasanya terjadi antara usia 6
bulan sampai 5 tahun dengan insiden puncak pada usia 18 bulan (Chung, 2014,
p.385). Hampir 50% anak mengalami kejang demam antara usia 12 dan 30 bulan
dan sekitar 6-15% terjadi setelah usia 4 tahun (Paul dkk. 2012, p.36). Insidensi
dan prevalensi kejadian kejang demam di setiap negara berbeda. Kejang demam
lebih sering terjadi pada populasi Asia. Mengenai 3,4 9,3% anak di Jepang dan 5
10% anak di India, tetapi hanya mengenai 2 5% anak di Amerika Serikat dan
Eropa barat. Prevalensi tertinggi adalah 14% di Guam (Chung, 2014, p.385).
II.1.2.3 Faktor Resiko
Faktor risiko kejang demam meliputi (Leung&Robson, 2007, p.251) :
1. Tingginya suhu tubuh
Pada sebagian besar pasien, tingginya suhu tubuh lebih berperan
penting dalam patogenesis kejang demam dibandingkan dengan
kecepatan naiknya suhu (Leung&Robson, 2007, p.251). Demam
menyebabkan sintesis interleukin -1 di dalam hippokampus. Interleukin
-1 telah terbukti meningkatkan rangsangan saraf (eksitasi), berperan
melalui glutamat dan GABA (chung, 2014, p.386). Ambang batas kejang
bervariasi pada setiap anak. Anak anak yang rentan terhadap kejang

Anda mungkin juga menyukai