Anda di halaman 1dari 15

Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENANGANAN PERTAMA LUKA

BAKAR

Topik : Luka bakar dan Penatalakasanaan Luka Bakar


Sasaran : Kader kader di wilayah kerja Puskesmas Palaran
Tempat: Puskesmas Palaran
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Maret 2017
Waktu : 1 x 35 menit

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit tentang penyakit Luka
Bakar dan Penanganan Pertama Luka Bakar, para kader dan masyarakat
mengerti mengenai Luka Bakar dan dapat mengetahui cara Penanganan
Pertama Luka Bakar.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit tentang penyakit Luka
Bakar dan dapat mengetahui cara Penanganan Pertama Luka Bakar
diharapkan kader dapat :
1. Menjelaskan pengertian Luka Bakar.
2. Menyebutkan penyebab Luka Bakar.
3. Menyebutkan Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar.
4. Menjelaskan komplikasi dari luka bakar.
5. Menjelaskan penatalaksanaan luka abakar.
C. Sasaran
Kader-kader di wilayah kerja Puskesmas Palaran
D. MATERI
1. Pengertian luka bakar.
2. Penyebab Luka Bakar.
3. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar.
4. Komplikasi dari luka bakar.
5. Penatalaksanaan luka bakar

E. METODE
Diskusi,demostrasi, dan tanya jawab
F. Media
1. Power point menggunakan LCD
2. Leaflet
3. Video penatalaksanaan luka bakar
Lampiran 3

G. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan
No Fase Kegiatan penyuluh Waktu
peserta
1. Pra 1. Menyiapkan Satuan Acara 3 menit
Interaksi Penyuluhan & bahan.
2. Menentukan kontrak
waktu & materi dengan
para kader.
2. Kerja 1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam 20 menit
mengucapkan salam. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri.
dan
3. Menjelaskan tujuan dari
memperhatikan
penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
5. Menggali pengetahuan
kader tentang luka bakar
dan penanganan pertama
luka bakar.
6. Menjelaskan konsep luka
bakar dan penatalaksanaan
luka bakar.
7. Memberi kesempatan
kepada kader untuk
mengajukan pertanyaan
kemudian didiskusikan
bersama & menjawab
pertanyaan.
3. Evaluasi Menanyakan kepada peserta Menjawab 10 menit
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan.
4. Terminasi Mengakhiri pertemuan & Mendengarkan 2 menit
mengucapkan terimakasih dan menjawab
atas partisipasi kader-kader di salam
Lampiran 3

wilayah kerja Puskesmas


Palaran

H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi.
b. Kesiapan SAP.
c. Kesiapan media : Power Point dan video.
d. Peserta hadir ditempat penyuluhan.
e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di
f. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
d. Suasana penyuluhan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
a. Warga menjelaskan pengertian luka bakar.
b. Warga menjelaskan penyebab luka bakar
c. Warga menjelaskan faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka
bakar.
d. Warga menjelaskan komplikasi dari luka bakar.
e. Warga menjelaskan penatalaksanaan luka bakar.
Lampiran 3

Materi Penyuluhan

LUKA BAKAR

A. Pengertian

Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal
(mass disaseter) luka bakar tergolong kasus epidemik yang serius dalam
tahun-tahun belakangan ini. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Hardisman, 2014).

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan
fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem
kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).

Kasus luka bakar merupakan suatu bentuk cedera berat yang memerlukan
penatalaksanaan sebaik-baiknya sejak awal. Peran masyarakat yang
berhadapan langsung serta pertolongan petugas yang menerima kasus ini
pertama kali sangat menentukan perjalanan penyakit ini selanjutnya
B. Penyebab/etiologi
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma yang memiliki morbiditas dan
mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus mulai
fase awal hingga fase lanjut. Etiologi terjadinya luka bakar yaitu
(Hardisman, 2014) :

1 Scald Burns
Lampiran 3

Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas dan
0
sering terjadi dalam masyarakat. Air pada suhu 69 C menyebabkan luka
bakar parsial atau dalam dengan waktu hanya dalam 3 detik.

2 Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injury
terminal. Meskipun kejadian injury disebabkan oleh kebakaran rumah
telah menurun seiring penggunaan detektor asap, kebakaran yang
berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan cairan yang mudah
terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor
atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab terhadap luka bakar.

3 Flash Burns
Flashburns adalah luka bakar yang disebabkan oleh ledakan gas
alam, propan, butane, minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah
terbakar lain.

4 Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas,
plastik, gelas atau batu bara panas. Kejadian ini terbatas. Balita yang
menyentuh atau jatuh dengan tangan menyentuh setrika, oven, dan bara
kayu menyebabkan luka bakar yang dalam pada telapak tagan.

5 Chemical Burn
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah bersifat
asam kuat atau basa kuat. Kejadian ini sering pada karyawan industri
yang memakai bahan kimia sebagai bagian dari proses pengolahan atau
produksnya, penanganan yang salah dapat memperluas luka bakar yang
terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0,9%) atau aquades atau cairan netral
lainnya adalah penolong terbaik.

6 Electrical Burn
Sel yang dialiri listrik akan mengalami kematian yang bisa
menjalar dari arus masuk sampai bagian tubuh tempat arus keluar. Luka
Lampiran 3

masuk adalah tempat aliran listrik memasuki tubuh, luka keluar adalah
tempat keluarnya arus dari tubuh menuju bumi/ ground. Terdapat tiga
macam terjadinya cidera listrik yaitu luka bakar listrik akibat kontak
langsung, luka bakar akibat percikan atau loncatan bunga api listrik, dan
luka bakar tersambar listrik.

C. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar


1) Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dilihat dari permukaan kulit yang paling luar.
Kedalaman suatu luka bakar terdiri dari beberapa kategori yang didasarkan
pada elemn kulit yang rusak seperti pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Derajat dan kedalaman luka bakar


Derajat Kedalaman Kerusakan Karakteristik

Satu Superfisial Epidermis Kulit kering,


hiperemis, nyeri
Dua Superfisial - Epidermis dan Bula, nyeri
Dangkal Kedalaman sepertiga
Partial (Partial bagian superfisial
Thickness) dermis

Dua Dalam - Kerusakan dua Seperti marbel,


Dalam Kedalaman pertiga bagian putih, dan keras
Partial (Deep superfisial dermis,
Partial dan jaringan
Thickness) dibawahnya
Tiga Kedalaman Kerusakan seluruh Luka berbatas
Penuh (Full lapisan kulit tegas, tidak
Thickness) (dermis dan ditemukan bula,
epidermis) serta berwarna
lapisan yang lebih kecoklatan, kasar,
dalam tidak nyeri
Empat Subdermal Seluruh lapisan Mengenai struktur
kulit dan struktur disekitarnya
disekitarnya seperti
lemak subkutan,
fasia, otot dan
tulang

(Gurnida dan Lilisari, 2011)

2) Luas luka bakar


Lampiran 3

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar


meliputi (1) Rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand
palm. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari
permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan
bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman
seseorang dalam menentukan luas luka bakar (Gurnida dan Lilisari,
2011).

a) Metode rule of nine

Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam


bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9%
kecuali daerah genitalia 1% (lihat gambar 1). Metode ini adalah
metode yang baik dan cepat untuk menilai luka bakar menengah
dan berat pada penderita yang berusia diatas 10 tahun. Tubuh
dibagi menjadi area 9%. Metode ini tidak akurat pada anak
perbedaan proporsi tubuh anak dengan dewasa.

Gambar 2.1 Metode rule of nine (Rahayuningsih, 2012).

b) Metode Hand Palm.


Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan tangan
pasien (termasuk jari tangan) adalah sekitar 1% total luas
permukaan tubuh. Metode ini biasanya digunakan pada luka
bakar kecil (Gurnida dan Lilisari, 2011).
Lampiran 3

Gambar 2.2 Metode Hand Palm

(Gurnida dan Lilisari, 2012)

c) Metode Lund and Bowder


Metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena
berdasarkan lokasi dan usia. Metode ini merupakan metode yang
paling akurat pada anak bila digunakan dengan benar (Gurnida
dan Lilisari, 2011). Metode lund and browder merupakan
modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia,
yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang
luas luka bakar yaitu kepala 20%, tangan masing-masing 10%,
kaki masing-masing 10%, dan badan kanan 20%, badan kiri 20%
(Hardisman, 2014).
Gambar 2.3 Metode Lund and Browder (Rahayuningsih, 2012)
Lampiran 3

3) Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)


Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka
bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali
berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai
wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang
mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi
fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap
kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja
secara permanen (Rahayuningsih, 2012).

Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat


terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang
mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekuatnya
ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner
(Rahayuningsih, 2012).

4) Mekanisme injury
Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan untuk
menentukan berat ringannya luka bakar. Secara umum luka bakar
yang mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian khusus. Pada
luka bakar electrik, panas yang dihantarkan melalui tubuh,
mengakibatkan kerusakan jaringan internal (Rahayuningsih, 2012).
Lampiran 3

Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi


kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjadi lebih luas,
khususnya bila injury electrik dengan voltage tinggi. Oleh karena
itu voltage, tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak, dan
lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan
diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbiditi
(Rahayuningsih, 2012).

5) Usia
Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka
kematiannya (Mortality rate) cukup tinggi pada anak yang berusia
kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan
klien yang berusia di atas 65 tahun. Tingginya statistik mortalitas
dan morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar merupakan
akibat kombinasi dari berbagai gangguan fungsional (seperti
lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan menurunnya
kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya- bahaya
lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih rentan
terhadap injury luka bakar karena kulitnya menjadi lebih tipis, dan
terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga situasi
seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan terjadinya
luka bakar (Rahayuningsih, 2012).

Penilaian luka bakar menurut klasifikasi American Burn


Association dibagi menjadi tiga yaitu ringan, sedang, dan berat.
Keadaan ini dinilai berdasarkan sejumlah faktor, yaitu luas
permukaan total tubuh yang terkena, adanya luka bakar pada bagian
tubuh tertentu, usia penderita, dan cidera lain yang terkait. Luka bakar
ringan pada umumnya dapat diatasi dirumah, luka bakar sedang
biasanya dapat diatasi di rumah sakit, dan luka bakar berat harus
ditangani di perawatan luka bakar (Garmel, 2012).

D. Komplikasi
Lampiran 3

Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien luka bakar seperti,


setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut
atau kematian, lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan
bekuan darah sehingga timbul cerebrovascular accident, infark
miokardium, atau emboli paru. Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau
pembentukan embolus. Dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung
kiri atau infark miokardium, serta sindrom distress pernafasan pada orang
dewasa, gangguan elektrolit dapat menyebabkan distrimia jantung
(Herndon, 2010).

Komplikasi lain yang mungkin terjadi, syok luka bakar dapat secara
irreversible merusak ginjal sehingga timbul gagal ginjal dalam satu atau
dua minggu pertama setelah luka bakar, penurunan aliran darah ke saluran
cerna dapat menyebabkan hipoksia selsel penghasil mucus sehingga
terjadi ulkus peptikum, dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata
karena destruksi jaringan yang luas, pada luka bakar yang luas akan
menyebabkan kecacatan, trauma psikologis dapat menyebabkan depresi,
perpecahan keluarga, dan keinginan untuk bunuh diri, dan beban biaya
pada keluarga pasien luka bakar yang luas sangatlah besar (Herndon,
2010).

E. Penatalaksaan Luka Bakar


Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri).
Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling,
baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan. (Fenlon S &Nene
S,2007)

1) Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar.Bahan


pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk
sampai pada fase cleaning.
2) Cooling :
a) Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air dingin
Lampiran 3

yang mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di


bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai
dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar.
b) Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan
rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang
terlokalisasi.
c) Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut
(vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia.
d) Luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan
air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka
bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram
air yang mengalir.
3) Cleaning : pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria
minor cukup dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria
moderate sampai major dilakukan dengan anastesi umum di ruang operasi
untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati,
proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
4) Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang
lebih dalam dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver
sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka
bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2
bulan.
5) Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan
derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa
atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan)
bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak,
oli atau larutan lainnya, akan menghambat penyembuhan dan meningkatkan
risiko infeksi.
Lampiran 3

6) Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.


Jenis luka bakar yang dapat dilakukan perawatan dirumah yaitu luka bakar
ringan atau grade satu dan dua, sedangkan luka bakar berat seperti grade tiga
dan empat, luka bakar di daerah wajah, leher, dan alat kelamin, dan luka
bakar karena zat kimia dan listrik maka harus segera dirujuk ke rumah sakit
(David, 2010).

Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan


proses luka bakar. Intervensi pertolongan pertama pada situasi: untuk luka
bakar termal (api), berhenti, berbaring, dan berguling. Tutup individu
dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil. Berikan kompres
dingin untuk menurunkan suhu dari luka (es atau air dingin menyebabkan
cedera lanjut pada jaringan yang terkena). Pada luka bakar akibat air panas
atau termal lainnya, jauhkan pasien dari penyebab cedera kemudian
alirkan bagian luka dengan air mengalir kurang lebih 20 menit tidak
dianjurkan menggunakan air dingin atau es (Herndon, 2010). Pada luka
bakar akibat sumber listrik, segera menghentikan sumber arus listrik.
Penolong tidak dianjurkan menyentuh korban sebelum arus listrik
dihentikan. Pertolongan pertama pada luka bakar tidak dianjurkan dengan
menggunakan odol, minyak goreng, minyak tanah, maupun kecap karena
akan memperdalam luka bakar (David, 2010).

Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas paten. Pasien


dianjurkan untuk tarik nafas dalam agar tidak terjadi masalah pada sistem
pernafasan. Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk menjaga
dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan
akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka
bakar. Pasien dianjurkan untuk minum air putih untuk mencegah
terjadinya kekurangan cairan (Herndon, 2010).
Lampiran 3

Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar, setelah keadaan


umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan
luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan
dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang
minimal (Herndon, 2010).

Penatalaksanaan prehospital luka bakar menurut Rahayuningsih


(2012) yaitu :

(a) Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar.


(b) Memadamkan pakaian yang terbakar.
(c) Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar.
(d) Menyiram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia.
(e) Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang
kering dan tidak menghantarkan arus (nonconductive).
Menurut Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan
penatalaksanaan luka bakar terdapat beberapa prioritas tindakan untuk
mengatasi kegawatan pada klien yaitu sebagai berikut :

Menghentikan proses pembakaran. Jika menemukan penderita masih


dalam keadaan terbakar maka harus segera dilakukan pemadaman dengan
cara menyiram dengan air dalam jumlah banyak apabila disebabkan bensin
atau minyak. Menggulingkan penderita pada tanah (drop and roll) atau
menggunakan selimut basah untuk memadamkan api.

Walaupun api sudah mati, luka bakar akan tetap mengalami proses
perjalanan pembakaran, untuk mengurangi proses ini luka dapat disiram atau
direndam dengan air bersih untuk pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses
pendalaman ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila
pertolongan datang setelah 15 menit, usaha sia-sia dan hanya akan
menimbulkan hipotermi. Tidak diperbolehkan sekali-kali mengompres luka
bakar dengan kassa air es karena dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
Lampiran 3

Womens &Childrens Hospital (2010) menyatakan penanganan


pertama luka bakar ringan sebagai berikut :

(a) Padamkan sumber panas


(b) Lepaskan sumber panas: pakaian, bara, bahan kimia, dan lain-lain.
(c) Terapkan air mengalir dingin selama 10- 20 menit
(d) Lepaskan sesuatu yang ketat: perhiasan, pakaian
(e) Irigasi air dingin selama 20 menit
(f) Tutup dengan kassa steril
(g) Hangatkan pasien
(h) Carilah saran medis
Accident Compensation Corporation (2007) menjelaskan penanganan
pertama luka bakar dilakukan dengan menghentikan proses pembakaran
(padamkan sumber panas). Pastikan keselamatan penolong sendiri. Jika pada
kebakaran, hentikan dengan selimut atau menyiramnya dengan air. Untuk
luka bakar listrik, lepaskan korban dari sumber listrik. Lepaskan pakaian dan
perhiasan. Selanjutnya aliri luka bakar dengan air keran (8-15 c) selama
paling sedikit 20 menit. Untuk luka bakar karena bahan kimia, irigasi luka
bakar harus terus selama satu jam. Jangan gunakan es untuk pendinginan.
Hindari hipotermia (menjaga orang dengan luka bakar agar tetap hangat)
untuk menghindari vasokontriksi. Pertongan pertama dapat dilakukan pada
tiga jam setelah cedera.

Anda mungkin juga menyukai