Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Spora adalah satu atau beberapa sel (bisa haploid ataupun diploid) yang
terbungkus oleh lapisan pelindung. Sel ini dorman dan hanya tumbuh pada
lingkungan yang memenuhi persyaratan tertentu, yang khas bagi setiap spesies.
Spora dihasilkan di dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian
tengah (central), ujung (terminal) ataupun tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan
bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang secara metabolik mengalami dormansi,
dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama seperti asalnya,
yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi.
Di antara bakteri bentuk batang Gram positif, ada yang di dalam selnya
ditemukan granula polifosfat yang disebut juga granula metakromatik atau volutin
bodies. granula ini bersifat kromofil dan metakromatik yang berarti mempunyai
aktivitas kuat terhadap zat-zat warna, dan seringkali tampak lain dari zat warna yang
diberikan.
Beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang
amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya, melengkungi dinding sel. Bila
bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti (
bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila tidak teratur bentuknya dan
menempelnya pada sel kurang erat maka disebut selaput lendir.
Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi
sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis ( baik dalam tubuh
inang maupun dialam bebas ) atau perlindungan terhadap dehidrasi.
Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa BTA adalah dahak atau
sputum. Dahak yang diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari
5000 dalam 1 cc dahak, maka itu tidak akan kelihatan di bawah mikroskop.

1
1.2. Tujuan Makalah
Untuk memenuhi salah satu tugas mata perkuliahan mikrobiologi.

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan spora? Bagaimana cara pemeriksaan pewarnaan khusus
sepora? Gambar spora?
2. Apa yang dimaksud dengan granula? Bagaimana cara pemeriksaan pewarnaan khusus
sepora? Gambar granula?
3. Apa yang dimaksud dengan kapsul? Bagaimana cara pemeriksaan pewarnaan khusus
kapsul? Gambar kapsul?
4. Apa yang dimaksud dengan BTA? Bagaimana pemeriksaan pewarnaan khusus BTA?
Gambar BTA?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PEWARNAAN SEPORA
Spora adalah satu atau beberapa sel (bisa haploid ataupun diploid) yang
terbungkus oleh lapisan pelindung. Sel ini dorman dan hanya tumbuh pada
lingkungan yang memenuhi persyaratan tertentu, yang khas bagi setiap spesies.
Spora dihasilkan di dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian
tengah (central), ujung (terminal) ataupun tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan
bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang secara metabolik mengalami dormansi,
dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama seperti asalnya,
yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi.
Santoso (2010) menyebutkan bahwa ada dua genus bakteri yang dapat
membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium.Strukturspora
yang terbentuk di dalamtubuh vegetative bakteri disebut sebagai endospora
(endo=dalam, spora=spora) yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara
sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami
dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan
tambahan.
Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat
bertahan pada kondisi yang ekstrim.Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat
membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan
sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di
dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan
pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari
pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan
penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel
vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini
berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan

3
posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga
zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat
warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam
dinding pelindung spora bakteri.
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri,
tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri.Semua spora bakteri
mengandung asam dupikolinat.Yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel
vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora.Dalam
proses pewarnaan, sifat senyawa inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk di warnai
menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan
menurut pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat
kompleks Ca2+dan asam dipikolinan peptidoglikan.
Proses pembentukan spora disebut sprorulasi, pada umumnya proses ini mudah
terjadi saat kondisi medium biakan bakteri telah memburuk, hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa, sampel yang diambil dalam praktikum ini berasal dari biakan
bakteri yang dibuat beberapa minggu yang lalu, sehingga di asumsikan, nutrisi di
dalam medium telah hampir habis, sehingga diharapkan bakteri melakukan proses
sporulasi ini. Haapan ini terbukti benanr dengan kenyataan bahwa dari kedua sampel
yaitu koloni 1 dan koloni 2, keduanya sama-sama menghasilkan spora.
Namun menurut Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora
meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini
dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan
perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi. Masih menurut
Dwijoseputro (1979) jka medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan
disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan
kemampuannya dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena struktur
bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga
perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan bakteri
mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora.

4
Cara pemeriksaan pewarnaan khusus sepora
PROSEDUR KERJA
Metode : Klein
Tujuan : Untuk melihat spora bakteri
Prinsip : Spora kuman mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan
pemanasan agar pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan
pencucian pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat
dilepas walaupun dilunturkan dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri
warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Cara Kerja :
Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak.
Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada penangas air 80oc selama 10
menit.
Dibuat sediaan dan dikeringkan.
Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik
Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah mengalir.
Sediaan dicuci dengan air.
Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan dikeringkan.
Diperiksa dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : Spora : warna merah dan Badan bakteri : warna biru.

Contoh gambar pewarnaan sepora

5
2.2 PEWARNAAN GRANULA

Di antara bakteri bentuk batang Gram positif, ada yang di dalam selnya ditemukan
granula polifosfat yang disebut juga granula metakromatik atau volutin bodies. granula
ini bersifat kromofil dan metakromatik yang berarti mempunyai aktivitas kuat terhadap
zat-zat warna, dan seringkali tampak lain dari zat warna yang diberikan. Berikut adalah
langkah-langkah pengecetannya:
1. Sebagai bahan cat disediakan tiga macam larutan, yaitu:
Neisser A isinya methylen blue
Neisser B isinya gentian violet
Neisser C isinya chrysoidin (berwarna kuning)
2. Untuk pengecetan pertama digunakan larutan A dan B yang dicampur sesaat sebelum
pengecatan dalam perbandingan dua bagian larutan A dengan satu bagian larutan B.
Lama pengecatan adalah setengah menit
3. Setelah campuran tersebut dibuang preparat dibilas dengan larutan dan larutan ini
didiamkan di atas film preparat selama - 1 menit, kemudian dikeringkan dengan
kertas saring.
4. Selain itu, untuk menonjolkan granula metakromatik ini dapat pula dilakukan
pengecetan Albert.
5. Preparat dicat dengan larutan cat menurut Albert selama 3-5 menit
6. Setelah dicuci dengan air, preparat disiram dengan larutan iodium (menurut Gram)
dan ditunggu satu menit. kemudian dicuci kembali dengan air dan dikeringkan
dengan kertas saring.

6
CARA PEMERIKSAAN PEWARNAAN KHUSUS GRANULA
PROSEDUR KERJA

Metode : Albert & Christensen


Tujuan : Untuk melihat granula bakteri
Prinsip : Pada pengecatan dengan toluidine blue granula bakteri akan berwarna
hitam (karena bersifat metakromatik) dan tidak akan larut oleh air sehingga pada
pemberian safranin warna granula tetap hitam. Sedangkan pada badan bakteri warna
dari toluidin blue akan larut oleh air dan mengambil warna merah dari safranin.
Cara Kerja :
Dibuat sediaan kuman dan fiksasi
Diwarnai dengan zat warna toluidin blue, didiamkan selama 1menit.
Dicuci dengan air mengalir.
Dialiri dengan larutan yodium.
Dicuci dengan air mengalir
Ditambahkan zat warna Safranin, didiamkan selama 1 menit.
Cat dibuang, isapkan dengan tissue, keringkan di udara.
Interpretasi hasil : Granula : hitam dan Badan bakteri : merah

CONTOH GAMBAR GRANULA

7
2.3 PEWARNAAN KAPSUL
Beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang
amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya, melengkungi dinding sel. Bila
bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti (
bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila tidak teratur bentuknya dan
menempelnya pada sel kurang erat maka disebut selaput lendir.
Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi
sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis ( baik dalam tubuh
inang maupun dialam bebas ) atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan
menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi
oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan.
Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul. Ukuran kapsul berbeda-
beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara jalur-jalur yang
berlainan dalam satu spesies.
Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua
kapsul bakteri tampaknya dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang
berupa glukosa ( misalnya dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula
amino (misalnya asam hialuronat pada Staphylococcus piogenik), polipeptida
(misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus antraksis) atau kompleks
polisakarida protein ( misalnya B disentri).
Simpai biasanya diperlihatkan dengan cara pewarnaan negatif atau modifikasi
dari cara itu. Salah satu pewarnaan simpai (kapsul) ini ( metode Welch) meliputi
pemberian larutan kristal ungu panas disusul kemudian dengan pencucian dengan
larutan tembaga sulfat. Tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan zat warna
berlebihan karena pencucian biasa dengan air akan melarutkan simpai. Garam
tembaga memberi pula warna pada latar belakang, sehingga sel dan latar belakang
akan tampak biru tua dan simpai berwarna biru yang lebih muda.

8
Cara pewarnaan khusus kapsul
PROSEDUR KERJA
Metode : Burry Gins
Tujuan : Untuk melihat kapsul bakteri
Prinsip : Kapsul pada kuman tidak dapat mengikat zat warna, sehingga pada
pemberian cat tinta cina dan calbol fuchsin terlihat bulatan terang atau transparan
dengan latar belakang gelap dan badan kuman berwarna merah dari fuchsin.
Cara Kerja :
Persiapkan 2 buah objek glass yang bersih dan bebas lemak
Letakkan 1 ose tinta cina pada bagian pinggir objek glass
Diambil 1 ose suspensi bakteri, campurkan dengan tinta cina sampai homogen
Dengan ujung objek glass yang lain, buat hapusan, dibiarkan kering dan fiksasi
Ditambahkan carbol fuchsin 1/10 selama 1 menit
Sisa cat dibuang dan dikeringkan..
Diperiksa dibawah mikroskop.

Interpretasi hasil : Kapsul: transparan dan Badan bakteri : warna merah

CONTOH GAMBAR KAPSUL

9
2.4 Pewarnaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau sputum.
Dahak yang diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari 5000
dalam 1 cc dahak, maka itu tidak akan kelihatan di bawah mikroskop.
Dahak yang diambil ialah dahak yang kental kuning kehijauan sebanyak 3-5 cc,
dengan waktu pengambilan sebagai berikut :
Dahak sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik.
Dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur.
Dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut.
Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam rongga mulut.
Biasanya dalam ludah tidak terdapat kuman TB.
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-
fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air)
10
meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas
alas disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian dipanaskan sampai keluar uap.
Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol dan akhirnya diberi warna kontras
(biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies Mycobakterium dan beberapa
Actinomycetes yang serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna
sesuai dengan warna kontras.
Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk
spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan
warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan
asam. Ciri ciri khas Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel
merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 m. Pada perbenihan
buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat diklasifikasikan
sebagai gram positif atau gram negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna
tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium.
Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95 % etil
alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol) dengan cepat akan
menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobakteria. Sifat tahan asam ini
bergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Pada dahak atau irisan jaringan,
Mycobakteria dapat diperlihatkan karena memberi fluoresensi kuning jingga setelah
diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin, rodamin. Di bawah ini
adalah cara pengerjaan BTA (bakteri tahan asam) dan Ada dua metode yang berbeda
berikut ini adalah caranya:

Cara pemeriksaan pewarnaan khusus pada BTA( Bakteri tahan asam)


PROSEDUR KERJA

Metode : Zeihl neelsen


Tujuan : Untuk mencari BTA
Prinsip :
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus
cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat
ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan

11
merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas.
Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari
methylen blue.

Prosedur Pembuatan Sediaan


Diambil kaca sediaan yang bersih, bebas lemak dan tidak ada goresan.
Disiapkan sebuah kaca sediaan yang diberi tanda ukuran 2X3 cm sebagai pola.
Diletakkan kaca pola dibawah kaca sediaan.
Lampu speritus dinyalakan dan ose dipanaskan sampai membara mulai ujung sampai
kepangkal.
Dengan menggunakan ose steril lalu diambil bagian sputum yang kental berwarna putih
kekuninggan atau putih kehijauan, lalu diletakkan pada kaca sediaan.
Sputum diratakan seperti terlihat pada gambar :
Dimasukkan ose kedalam botol yang berisi pasir dan olkohol 70 %(tinggi alkohol 3 cm
diatas pasir). Kemudian tangkai ose digoyangkan pelan-pelan untuk melepaskan sisa partikel
sputum yang melekat pada ose.
Letakkan ose berdekatan pada api spiritus, setelah kering barulah dibakar sampai pijar.
Keringkan sediaan pada suhu kamar, jangan dikeringkan di atas nyala api.sediaan
dilewatkan diatas nyala api lampu speritus sebanyak 3 X selama 3-5 detik.

Prosedur Pewarnaan
Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan dengan apusan menghadap ke atas.
Tuangkan Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh permukaan kaca sediaan.
Panaskan kaca sediaan secara hati-hati dengan caara melewatkan nyala api pada bagian
bawah kaca sehingga keluar uap(jangan sampai mendidih) selama 3 menit.
Sediaan dibiarkan hingga dinginn selama 5 menit.
Sediaan dicuci dengan air mengalir.
Tuangkan asam alkohol 3% di atas kaca sediaan sampai warna merah dari fuchsin hilang.
Sediaan dicuci dengann air mengalir
Tuangkan larutan methylen blue 0,3% diatas sediaan dan biarkan selama 10-20 detik atau
larutan methylen blue 0,1% selama 1 menit.
Sediaan dicuci dengan air mengalir dan keringka pada suhu kamar.

12
Prosedur Pembacaan dan Interpretasi Hasil
Sediaan yang sudah kering diperiksa dibawah mikroskop.
Teteskan satu tetes minyak emersi diatas sediaan, periksa dengan okuler 10X dan objektif
100X.
Carilah basil tahan asaam (BTA) yang berwarna merah dengan latar belakang biru.
Periksa paling sedikit 100 lapangan pandang dengan cara menggeserkan sediaan dari kiri ke
kanan atau dari kanan ke kiripada garis lurus.
Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
2. Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
3. Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
4. Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+)
5. Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)

Metode : Kinyoun Gabbet


Tujuan : Untuk mencari BTA
Prinsip :
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus
cat. Oleh karena pengaruh fenol dan kadar cat yang tinggi maka lapisan lilin dan lemak itu
dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka
akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas.
Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari
methylen blue.
Cara Kerja :
Dibuat sediaan kuman dan difiksasi.
Diwarnai dengan Kinyoun selama 3 menit
Sediaan dicuci dengan air.
Diwarnai dengan Gabbet selama 1 menit.
Dicuci dan dikeringkan
Diperiksa di bawah mikroskop.

13
Sediaan yang telah diperiksa kemudian direndam dengan xylol selama 15-30 menit, lalu
disimpan dalam kotak sediaan.

Interpretasi hasil : BTA : warna merah dan Non BTA : warna biru

CONTOH GAMBAR BAKTERI TAHAN ASAM

14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sepora
metode Klein
Vegetatif bewarna biru, spora batang basil, susunan rantai, spora merah, letak spora
central.
2. Granula
Setelah melakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x
ditemukan bakteri bergranula pada sediaan yang diamati. Bakteri yang ditemukan
berbentuk basil yang mempunyai granula pada ujungnya bahkan di kedua ujungnya.
Badan sel bakteri berwarna orange / kuning dan granulanya berwarna biru.
3. Kapsul
Setelah melakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x ,
ditemukan bakteri berbentuk basil dengan kapsul
4. BTA(Bakteri Tahan Asam)
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut
bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin)
sewaktu dicuci dengan larutan alkohol asam. Larutan asam terlihat berwarna merah,
sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat akan melakukan
fuksin karbol dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan cat
warna kedua bakteri tidak tahan asam berwarna biru.

Saran
Adapun sehubungan dengan praktikum ini, khususnya ditujukan bagi mahasiswa yaitu:
Diharapkan bagi seluruh mahasiswa agar selama kegiatan praktikum ini berlangsung,
Mahasiswa harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).Diharapkan pula bagi semua
mahasiswa, bahwa selama kegiatan praktikum ini berlangsung, agar semua mahasiswa
bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum.

15
DAFTAR FUSTAKA
Jutono, dkk. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.
Pelczar, M. J. And E. C. S. Chan. 1986. Elements of Mycrobiology. New York : Mc grow-Hill Book
Company. Sechlegel, H. G. And Schimt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : UGM Press.
Staf pengajar FKUI, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binawa Aksara.
Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: UI
Dwidjoseputro, D.2005. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Penerbit Djambatan.
Jawetz, E., Joseph Melnick&Edward Aldeberg.1996. Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan
oleh Edi Nugroho dan R. F Maulany.Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.Pelczar, M
J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1Jakarta: UI Press.
Razali, U. 1987. Mikrobiologi Dasar.Jatinangor:FMIPA UNPAD.
Volk, W.A dan Margaret Fwheeler.1988.Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh: Markham,
M.sc.Jakarta: Erlangga

16

Anda mungkin juga menyukai