Anda di halaman 1dari 8

Perlakuan Akuntansi Investor pada SBSN

Ijarah Sale and Lease Back

Oleh: Kukuh Prasetya Wibawa (23)

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara pengambil kebijakan
fiskal ekspansif yang menyebabkan neraca APBN negatif dan ditutup
melalui pembiayaan. Belanja dalam APBN yang digunakan
pemerintah difokuskan dalam belanja produktif atau infrastruktur.
Salah satu alternatif pembiayaan yang dilakukan pemerintah
Indonesia adalah melalui Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
SBSN merupakan Surat Berharga Negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah. Beberapa orang menyebutnya obligasi
syariah atau sukuk.
Pada 07 Mei 2008, Pemerintah telah menerbitkan Undang
Undang Nomor 19 tahun 2008 sebagai payung hukum tentang SBSN.
Dalam kurun waktu dua tahun sejak disahkannya undang-undang
SBSN tersebut, SBSN telah mengambil peran penting sebagai salah
satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Pemerintah telah sukses menerbitkan SBSN untuk
pertama kalinya pada bulan Agustus tahun 2008 melalui cara
bookbuilding, Sukuk Negara Ritel, dan SBSN Valas di pasar
internasional. Pada bulan September 2016, Pemerintah melakukan
penerbitan SBSN melalui lelang pembiayaan infrastruktur dengan
kode SPN-S dan SBSN PBS (Project Based Sukuk). Lelang ini diikuti
oleh berbagai Bank BUMN, Bank Swasta dan Perusahaan Efek
Ikatan Akuntan Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi
Syariah telah menerbitkan PSAK untuk mengatur perlakuan akuntansi
sukuk. yakni PSAK 110. PSAK ini mengakomodir akuntansi sukuk dari
sisi penerbit maupun investor. Sukuk yang diatur dalam PSAK 110 ini
merupakan sukuk dengan akad Ijarah dan Mudharabah. Salah satu
produk sukuk yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia adalah
SBSN Ijarah Sale dan Lease Back. Oleh karena itu paper ini akan
membahas tentang gambaran umum SBSN Ijarah Sale and Lease
Back beserta dengan perlakuan akuntansiya dari sisi investor.

B. Pembahasan
<Judul Buku>
PAGE \* MERGEFORMAT 1
1. Sukuk Ijarah
Menurut PSAK 107, Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran
sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu
sendiri.
Sukuk merupakan efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
tertentu (tidak terpisahkan atau tidak teidak terbagi) atas: aset
berwujud; manfaat atas aset berwujud/ jasa yang sudah ada maupun
yang akan ada; aset proyek; atau kegiatan investasi yang ditentukan.
Sukuk ijarah merupakan sukuk yang menggunakan akad ijarah,
klasifikasi sukuk ijarah antara lain:
1) Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan
Sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset yang disewakan atau
yang akan disewakan, dengan tujuan untuk menjual aset tersebut
danmendapatkan dana dari hasil penjualan, sehingga pemegang
sukuk menjadi pemilik aset tersebut
2) Sukuk kepemilikan manfaat
Sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset atau pemilik manfaat
aset dengan tujuan untuk menyewakan aset/manfaat dari aset
dan menerima uang sewa, sehingga pemegang sukuk menjadi
pemilik manfaat dari aset.
3) Sukuk kepemilikan jasa

Sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk menyediakan suatu


jasa tertentu melalui penyedia jasa (seperti jasa pendidikan pada
universitas) dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut,
sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa

2. SBSN Ijarah Sale and Lease Back

SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) merupakan Sukuk Negara


atau Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip
syariah, sebagia bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN,
baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. SBSN diterbitkan
untuk membiayai APBN termasuk pembangunan proyek infrastruktur.
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 72/ DSN-MUI/VI/2008 salah
satu SBSN jenis SBSN yang diterbitkan oleh negara adalah SBSN
Ijarah Sales dan Leases Back. SBSN Ijarah Sales dan Lease Back
merupakan jual beli suatu aset yang kemudian pembeli menyewakan
aset tersebut kepada penjual. Akad yang digunakan adalah akad jual
beli (bai) dan akad Ijarah (sewa) yang dilaksanakan terpisah.
Penjualan aset pada dasarnya hanyalah penjualan hal manfaatnya
tanpa disertai dengan pemindahan hak kepemilikan.

<Judul Buku>
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Mekanisme pemindahtanganan Barang Milik Negara (BMN)
sebagai underlying asset SBSN dengan struktur Ijarah Sale and Lease
Back adalah sebagai berikut:
penjualan/penyewaan BMN tersebut hanya atas hak manfaat
(beneficial title) BMN, tidak disertai dengan pemindahan hak
kepemilikan (legal title);
pemerintah akan menyewa kembali BMN tersebut, tidak terjadi
pengalihan fisik BMN sehingga tidak mengurangi kewenangan
Pemerintah dalam menggunakan BMN tersebut;
tidak terdapat permasalahan dari sisi akuntansi mengingat
kepemilikan BMN tidak berpindah sehingga tetap tercantum
dalam neraca atau on balance sheet;
Struktur penerbitan SBSN Ijarah Sale and Lease Back dapat
dipahami dengan skema di bawah ini:

Sumber: Buku Tanya Jawab SBSN Buku Kedua. Direktorat Jenderal


Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan RI. 2010.

3. Perlakuan Akuntansi Investor SBSN Ijarah Sales


and Lease Back

Akuntansi Sukuk Ijarah di Indonesia diatur dalam PSAK 110,


berikut perlakuan akuntansi SBSN Ijarah Sales and Lease Back mulai
dari pengakuan awal sampai dengan penyajian dan pengungkapanya:

Pengakuan Awal
Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah sebesar biaya
perolehan. Biaya perolehan sukuk Ijarah yang diukur pada biaya
<Judul Buku>
PAGE \* MERGEFORMAT 1
perolehan dan pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain
termasuk biaya transaksi. Sedangkan biaya perolehan sukuk ijarah
yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tidak termasuk biaya
transaksi. Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah pada saat
tanggal perdagangan atau penyelesaian transaksi dalam pasar yang
lazim.

Klasifikasi dan Reklasifikasi


Sebelum pengakuan awal, entitas menentukan klasifikasi
investasi pada sukuk Ijarah sebagai diukur pada biaya perolehan,
diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain atau
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Investasi diklasifikasikan
sebagai diukur pada biaya perolehan jika:
a. investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang
bertujuan utama untuk memperoleh arus kas kontraktual; dan
b. persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu
pembayaran pokok dan/atau hasilnya.

Model usaha yang bertujuan untuk memperoleh arus kas


kontraktual didasarkan pada tujuan investasi yang ditentukan oleh
entitas. Arus kas kontraktual yang dimaksud adalah arus kas arus kas
imbalan (consideration/ujrah) dari sukuk Ijarah. Setelah pengakuan
awal, jika aktual berbeda dengan tujuan investasi yang telah
ditetapkan, maka entitas menelaah kembali konsistensi tujuan
investasinya. Investasi diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai wajar
melalui penghasilan komprehensif lain jika:
a. investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang
bertujuan utama untuk memperoleh arus kas kontraktual dan
melakukan penjualan sukuk; dan
b. persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu
pembayaran pokok dan/atau hasilnya.
Entitas tidak dapat mengubah klasifikasi investasi, kecuali terjadi
perubahan tujuan model usaha sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Setelah Pengakuan Awal


Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada biaya perolehan,
selisih antara biaya perolehan dan nilai nominal diamortisasi secara
garis lurus selama jangka waktu sukuk.
Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar melalui
penghasilan komprehensif lain, selisih antara biaya perolehan dan
nilai nominal diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu
sukuk dan diakui dalam laba rugi. Keuntungan atau kerugian dari
perubahan nilai wajar diakui dalam penghasilan komprehensif lain
setelah memperhitungkan saldo selisih biaya perolehan dan nilai
nominal yang belum diamortisasi dan saldo akumulasi keuntungan

<Judul Buku>
PAGE \* MERGEFORMAT 1
atau kerugian nilai wajar yang telah diakui dalam penghasilan
komprehensif sebelumnya, kecuali untuk kerugian penurunan nilai
dan keuntungan atau kerugian selisih kurs, sampai dengan investasi
sukuk itu dihentikan pengakuannya atau direklasifikasi. Ketika
investasi sudah dihentikan pengakuannya akumulasi keuntungan atau
kerugian yang sebelumnya diakui dalam penghasilan komprehensif
lain direklasifikasi ke laba rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi
(PSAK: 101)
Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi, selisih antara nilai wajar dan jumlah tercatat diakui dalam
laba rugi. Nilai wajar investasi ditentukan dengan mengacu pada
urutan sebagai berikut:
a. harga kuotasian (tanpa penyesuaian) harga di pasar aktif, atau
b. input selain harga kuotasian yang termasuk dalam huruf (a) yang
dapat diobservasi.
Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada biaya perolehan
dan nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain, jika terdapat
indikasi penurunan nilai, maka entitas mengukur jumlah
terpulihkannya. Jika jumlah terpulihkan lebih kecil daripada jumlah
tercatat, maka entitas mengakui rugi penurunan nilai. Untuk investasi
sukuk pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain, rugi
penurunan nilai yang diakui pada laba rugi adalah jumlah setelah
memperhitungkan saldo dalam penghasilan komprehensif lain. Jumlah
terpulihkan merupakan jumlah yang akan diperoleh dari
pengembalian pokok tanpa memperhitungkan nilai kininya.

Penyajian
Pendapatan investasi dan beban amortisasi disajikan secara neto
dalam laba rugi.
Pengungkapan
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini:
a. Klasifikasi investasi berdasarkan jumlah investasi;
b. Tujuan model usaha yang digunakan;
c. Jumlah investasi yang direklasifikasikan, jika ada, dan
penyebabnya;
d. Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya perolehan;
dan
e. Lain lain

<Judul Buku>
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Penyajian Pendapatan Investasi pada Laporan Bank Syariah Mandiri
tahun 2015

Pengungkapan rincian atas Pendapatan SBSN Ijarah pada Laporan


Bank Syariah Mandiri tahun 2015

<Judul Buku>
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Penyajian Investasi di Neraca pada Laporan Bank Syariah Mandiri
2015

Salah satu bentuk pengungkapan rincian atas Investasi SBSN


berdasarkan sisa umur jatuh tempo (Laporan Keuangan Bank Sayriah
Mandiri 2015)

C. Penutup
Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah)
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk
ijarah merupakan sukuk yang menggunakan akad ijarah, memiliki
klasifikasi sebagai berikut: sukuk kepemilikan aset berwujud yang
disewakan, sukuk kepemilikan manfaat, dan sukuk kepemilikan jasa.

SBSN Ijarah Sales dan Lease Back merupakan jual beli suatu aset
yang kemudian pembeli menyewakan aset tersebut kepada penjual.
Akad yang digunakan adalah akad jual beli (bai) dan akad Ijarah
(sewa) yang dilaksanakan terpisah. Sehingga penjualan aset pada
dasarnya hanyalah penjualan hal manfaatnya tanpa disertai dengan
pemindahan hak kepemilikan.
Dalam PSAK 110, Dewan Standar Akuntansi Syariah telah
menjelaskan perlakuan akuntansi dari sisi investor mulai dengan
pengakuan awal, klasifikasi dan reklasifikasi, setelah pengakuan awal,
penyajian dan pengungkapan. Penerapan atas PSAK 110 dari pihak
investor juga telah dilakukan oleh beberapa entitas seperti Bank
Syariah Mandiri.

D. Referensi
Pramono. 2012. Analisis Perlakuan Akuntansi Investor Sukuk Ijarah
dengan ED PSAK 110. Universitas Indonesia.

<Judul Buku>
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Buku
Kedua.2010. Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan
Risiko, Kementerian Keuangan RI.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008


tentang Surat Berharga Syariah Negara.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang


Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Sales and Lease Back.

Peraturan OJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan


Persyaratan Sukuk.

PSAK 110 (2015): Akuntansi Sukuk. Dewan Standar Akuntansi Syariah.


IAI.

PSAK 107: Akuntansi Ijarah. Dewan Standar Akuntansi Syariah. IAI

Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri tahun 2015

<Judul Buku>
PAGE \* MERGEFORMAT 1

Anda mungkin juga menyukai