PENDAHULUAN
secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua
menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini
dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan gigi dan mulut dapat
mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang
tidak dapat dipisah dari kesehatan tubuh secara umum (Kemenkes RI, 2012).
Pendidikan kesehatan gigi sangat penting dikenalkan pada anak usia pra
sekolah bagaimana cara merawat gigi, makanan yang sehat dan sebagainya pada
masa pertumbuhan dan perkembangan anak, agar anak dapat tumbuh dan
kesehatan gigi.
bahwa prevalensi penduduk yang berumur 5-14 tahun yang mempunyai masalah
gigi dan mulut sebanyak 58,5%, sementara angka kerusakan umum juga
kesehatan gigi secara keseluruhan adalah 1,11 kerusakkan gigi perorangan yang
mengalami karies. Hal ini disebabkan masih banyaknya orang tua yang
berpendapat bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat karena akan berganti dengan
1 1
Kebanyakan anak memiliki rasa cemas terhadap perawatan gigi, sehingga
hal ini menjadi hambatan bagi tenaga kesehatan gigi untuk melaksanakan upaya
dilakukan. Belladom (2009) menyatakan pasien anak yang memiliki rasa takut
dan cemas sulit untuk diatur dan diberi perlakuan sehingga penting untuk merawat
anak yang mengalami rasa takut dan cemas dahulu sebelum dilakukan perawatan
Banyak upaya pencegahan rasa cemas pada anak ini telah dilakukan namun
masih kurang efektif, baik itu dengan cara penyuluhan dengan menggunakan
yang digunakan dengan cara metode pengendalian emosional yang dikenal dalam
dunia psikologi klinis dan konseling, karena kecemasan dan adalah merupakan
Rasa takut terhadap perawatan gigi merupakan hambatan bagi dokter gigi
unit pelayanan kesehatan gigi. Beberapa ahli melaporkan bahwa pada umumnya
kecemasan / rasa takut timbul akibat pengalaman perawatan gigi semasa kanak-
kecemasan /rasa takut harus dimulai pada usia dini. Anak sudah bisa mengadakan
sintesa logis, karena munculnya pengertian, wawasan, dan akal yang sudah
bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur (Rafdi, 2014).
2
Penelitian Abi Rafdi (2014) menunjukkan responden berdasarkan rentang
usia 7-13 tahun secara kumulatif di SD Inpres Tamalanrea II Kota Makassar yang
memiliki persentase kecemasan paling tinggi adalah pada saat apabila gusinya
disuntik sebesar 55,8% diikuti oleh apabila dokter gigi memegang jarum suntik
sebesar 50,2% dan apabila gigi nya akan di bor oleh dokter gigi sebesar 45,7%.
satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi cemas pada anak , dimana
SEFT ini berawal dari ilmu pengobatan cina yaitu akupuntur dan akupresure.
Tekhnik ini dikembangkan oleh Gary Craig pada tahun 1991 dengan nama EFT
sama dengan akupuntur dan akupresur yaitu, dengan merangsang titik titik
kunci sepanjang 12 jalur energi ( garis meridian) tubuh yang sangat berpengaruh
penyakit fisik maupun psikologis , Tekhnik ini telah dipraktekkan oleh lebih dari
100.000 orang di seluruh dunia dengan hampir tidak ada keluhan efek samping
dan Tekhnik SEFT sangat efektif , tetapi adakalanya Tekhnik ini tidak berhasil ini
Freedom Technique) ini untuk menghilangkan rasa cemas pada anak belum
psikologis dan fisik lainnya, seperti anak suka buang air kecil malam, rasa takut
3
yang berlebihan pada sesuatu serta penyakit-penyakit fisik lainnya.
(Zainudin,2014).
Tingkat Kecemasan Bagi Siswa SMP Dalam Menghadapi Ujian di SMP Negeri 1
siswa (20%) dan sebanyak 12 (80%) siswa pada sampel kontrol. Terdapat
pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT terhadap
Anak pada umur 6-12 tahun merupakan anak usia sekolah, sekolah
dan sikap untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk pengetahuan dan sikap
kesehatan. Sementara itu populasi anak sekolah didalam suatu komunitas cukup
besar, antara 20% - 30%. Oleh sebab itu, promosi kesehatan disekolah itu sangat
Selain itu upaya prefentif dan kuratif sangat perlu sekali dilaksanakan pada
tingkat umur sekolah ini. Oleh karena itu untuk mempermudah upaya ini maka
2017.
mempunyai jumlah murid sebanyak 228 orang, yang berusia 6-12 tahun,
4
berdasarkan hasil penjaringan anak pada murid kelas 1 dan II tahun 2016 yang
mana kegiatan ini penulis jadikan sebagai survey awal dari penulisan skripsi ini.
penelitian dikarenakan sekolah ini pada saat survey awal pada tanggal 20 Agustus
2016 pada program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) pada siswa kelas 1
tahun 2016 diketahui sebanyak siswa 90 orang yang terdiri dari 48 laki-laki 42
orang. Perempuan terdapat 33 orang anak dengan kasus gigi berlobang yang di
dilakukan terhadap 33 orang anak ditemukan data bahwa 5 orang anak tidak mau
naik ke kursi gigi sehingga perawatan tidak jadi, 3 orang tidak datang dengan
alasan orang tua, 7 orang cemas sewaktu kunjungan pertama, 3 orang tidak datang
Tahun 2017
Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung
5
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Terapi
SEFT Terhadap Tingkat Kecemasan Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN
1.3.2.1 Diketahui distribusi frekuensi rasa cemas anak sebelum dilakukan Tekhnik
didapatkan.
1.4.2 Bagi STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan referensi di Perpustakaan
kesehatan gigi dan mulut program UKGS pada anak sekolah dan dapat
6
Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan dan
siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun
menggunakan uji T-test dependen ( pre dan post design). Penelitian akan
dilakukan pada bulan Maret 2017 di SDN 01 Pasar Tiku kecamatan Tanjung
Mutiara kabupaten Agam. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV, V dan VI
SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam yaitu sebanyak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan
serta kekhawatiran terhadap situasi yang dianggap berbahaya. berawal dari masa
7
anak-anak (51%) dan remaja (22%). Salah satu aspek terpenting dalam mengatur
tingkah laku anak dalam perawatan gigi adalah dengan mengontrol rasa cemas,
perawatan gigi terutama pencabutan gigi dimasa yang akan datang. Kecemasan
terkadang disebut juga sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas bersifat
Kecemasan tampak dihasilkan oleh ancaman eksternal, perasaan yang tidak baik,
berbeda dengan rasa takut yang memiliki objek eksternal atau apa yang dilihat
pasien sebagai suatu bahaya. Oleh sebab itu perasaan cemas lebih sulit diatasi
Anxiety
Fear =
Gambar 2.1
Ilustrasi perbedaan rasa takut dan cemas
dorongan dari dalam atau luar dan dikuasai oleh sususnan saraf otonom,
berkeringat dan sebagainya, orang yang cemas akan merasa terkungkung dan jauh
dari perasaan bebas, sehingga untuk mendapatkan rasa bebas orang tersebut harus
8
ke seberang situasi dan waktu, dengan kata lain kecemasan sebagai campuran dari
9
b. Kecemasan sedang
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Manifestasi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung
konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak
c. Kecemasan berat
dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan ada sesuatu yang terinci
dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk memusatkan pada suatu area yang lain.
Manifestasi yang muncul pada tahap ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,
nausea, tidak dapat tidur, sering kencing, diare, tidak mau belajar secara efektif,
berfokus pada dirinya sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi.
d. Panik
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi
pada keadaan ini adalah susah napas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, pembicaraan
10
2.2 Kecemasan Dental
utama yang menyulitkan pasien didalam perawatan gigi, kecemasan dental lebih
didefinisikan sebagai suatu sifat kecemasan yang khusus pada situasi tertentu,
cara orang tersebut bertindak. Ini dapat dilihat saat pasien menghindari kunjungan
ke dokter gigi atau tidak membiarkan petugas untuk memegang instrumen dental.
Rasa cemas ini akan muncul disaat anak-anak melihat alat-alat serta bunyi alat
bor.
Rasa cemas memiliki 3 komponen yaitu,
1. Komponen sisi Kognitif adalah bagaimana perubahan yang terjadi dalam
membangkitkan kecemasan.
Weiner dan Sheehan (1990), mengklasifikasikan dentaly anxious
lain.
11
2. Endogen adalah bila kecemasan berasal dari akibat adanya suatu kelaianan
atau tidak.
b. Kemampuan mengatasi ketakutan berhubungan dengan kedewasaan anak
dan kepribadiannya.
c. Motivasi atau dorongan untuk mengatasi ketakutan berhubungan dengan
Faktor etiologi dari rasa cemas dental dapat dibagi menjadi 3 kelompok
besar, yaitu:
a. Faktor personal yang terdiri dari usia, jenis kelamin, budaya , atau sistim
perawatan gigi yang berbeda . walaupun begitu faktor usia lebih dominan
dan mengerti situasi dental berbeda dengan anak yang lebih tua. Alasan
bergerak, rasa aneh didalam mulut, bahkan rasa sakit dengan orang yang
aneh .
12
Temperamen ialah kualitas emosional personal bawaan yang cenderung
bertemu dengan orang lain, pada situasi ini anak akan pemalu jadi
adalah emosi negatif menangis, takut, marah. Jadi dua temperamen inilah
contoh dengan menanyakan perawatan apa yang akan diberikan dengan raut
muka yang cemas sehingga situasi ini akan menimbulkan kecemasan pula
terhadap anak.
Pengalaman medis dan pemeriksaan gigi pada anak , anak tidak akan
penting disini adalah operator baik dokter gigi maupun perawat giginya.
Pengalaman dari teman atau saudara atau orang lain ( vicariouse learning).
gigi telah merasa cemas disebabkan karena mendapatkan dental fear melalui
rasa sakit pada giginya pun mempengaruhi rasa cemas pada anak sewaktu
pemeriksaan gigi.
c. Faktor dental yang terdiri dari rasa sakit dan tim dental.
13
Pemahaman orang tua terhadap anak sangatlah berbeda dan bervarisi
cemas.
tingkatan skor (skala likert) antara 0 ( Nol present ) sampai dengan 4 (severe).
Skala ini diperkenalkan oleh Max Hamilton pada tahun 1959. Skala HARS dalam
tersinggung.
2. Ketegangan merasa tegang, gelisah,gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila takut sendiri,
konsentrasi.
6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan kepada hobi,
14
8. Gejala sensorik: Perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di
perut.
12. Gejala Urogenital: Sering kencing, tidak bisa menahan kencing, aminorea,
atau kening, muka tegang,tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
15
2.5 Tekhnik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Tekhnique)
SEFT adalah salah satu varian cabang ilmu baru yang dinamai energy
Heling telah dipraktiskan oleh para dokter Tiongkok kuno lebih dari 5000 tahun
yang lalu, adalah seperangkat prinsip dan Tekhnik memanfaatkan sistim energi
tubuh untuk memperbaiki kondisi fikiran, emosi, dan prilaku. Dr David Feinsten
dan Dr.Fred Gallo menyatakan bahwa ketidak seimbangan kimia dalam tubuh ikut
dan cemas . Begitu juga energy tubuh juga berpengaruh besar dalam
menimbulkan gangguan gangguan emosi dan intervensi pada sistem energi tubuh
dapat mengubah kondisi kimiawi otak yang selanjutnya akan mengubah kondisi
emosi kita.Teori Einstein menyatakan bahwa setiap atom didalam sebuah benda
setiap sel organ tubuh kitayang lain juga memiliki energi elektrik yang mengalir
dalam system syaraf . Medan energy elektrik melingkupi organ tubuh maupun
seluruh tubuh kita.Begitu juga bentuk energi yang lebih subtle yang mengalir
dalam tubuh kita , para ahli akupuntur menyebutnya Chi dan para ahli yoga
kita yang mengalir di sepanjang 12 jalur energi yang di sebut energy meridian ,
jika aliran ini terhambat atau kacau, maka timbullah emosi atau penyakit
(Zainudin, 2014)
16
energy tubuh manusia dengan menggunakan standar ilmu fisika modern dengan
ditimbulkan oleh Intensi (pikiran dan kemauan ) manusia.hasil teori ini dikenal
dengan 7 Differentof Substance yang digambarkan dalam suatu bagan dimana ada
pikiran inilah yang bertanggung jawab menghubungkan antara level yang satu
Sistem energi tubuh sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia oleh
sebab itulah para ahli dan pakar telah menemukan berbagi teori tentang ini, ilmu
menciptakan alat EEG ( Electro Enchepalo Gram) yang bisa digunakan untuk
merekam aktivitas elektrik otak. Ahli acupunture percaya bahwa gangguan sistem
nafas dan berbagai penyakit lain dapat di disembuhkan dengan cara merangsang
Sistem energy tubuh ini mempunyai dimensi lain yang luput dari perhatian
peneliti dan akar terdahulu maka Dr.Roger Callahan melakukan penelitian dan
dengan menggunakan ketukan ringan dengan ujung jari (tapping) pada daerah
tubuh tertentu. Dengan penemuan ini dapat disimpulkan bahwa penyebab segala
macam emosi negatif adalah gangguan sistem energi tubuh. Selaras dengan
17
asumsi pakar psikoterapy bahwa penyebab gangguan psikologis atau hambatan
emosi adalah adanya ingatan bawah sadar akan trauma masa lalu, contoh seorang
yang mengalami phobia atau ketakutan yang tidak wajar bisa disebabkan oleh
trauma masa kecil yang sangat membekas dihati sehingga menjadi sesuatu yang
dan psikoanalisa yaitu mengajak pasien untuk mengenang masa lalunya, tapi
sering kali ini proses ini sangat menyakitkan bagi pasien dan membutuhkan
sistem energi tubuh untuk menghilangkan emosi negatif , tidak perlu untuk
membongkar ingatan traumatis masa lalu dengan kata lain metode SEFT
sistem energi tubuh maka emosi negatif dengan sendirinya akan hilang dengan
menggabungkan dunia sains dan spritual dengan cara yang sangat sederhana.
Zainudin (2009) menjelaskan versi lengkap maupun versi ringkas SEFT terdiri
dari 3 tahap yaitu: the set-up, the tune-in dan the tapping yaitu:
emosinya dan melakukan do adengan khusuk, ikhlas, sambil menekan titik sore
spot (titik SEFT yang terletak di dada bagian atas) atau mengetuk titik karate
chop (titik dibagian tangan yang biasa dipakai para karateka untuk memecah batu
bata). Tujuan dari set up adalah untuk mengarahkan fokus pada aliran energi yang
18
bermasalah dan mentralisir psychological reversal atau keyakinan-keyakinan
mengingat persoalan yang dihadapi oleh pengguna SEFT. Adapun pola susunan
________ saya ikhlas menerima rasa ____________ ini, dan saya pasrahkan
perhatian pada persoalan psikisnya sambil terus mengucapkan doa Yaa Allah..
saya ikhlas. Saya pasrah dengan penuh kesadaran. Tujuan dari tune in adalah
agar pengguna SEFT dapat terhubung pada gangguan pada sistem energi.
2.6.3 The Tapping
The tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada ke 14
titik SEFT secara berurutan maupun tidak berurutan sambil tetap melakukan tune
in. jika titik ini di ketuk beberapa kali maka akan berdampak pada ternetralisirnya
gangguan emosi yang dirasakan individu, hal ini terjadi karena aliran energi tubuh
tersebut.
UE = Under the Eye, terletak titik yang terletak 2 cm dibawah kelopak mata.
19
CB = Collar Bone, terletak diujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone
dan tulang rusuk pertama.
UA = Under the Arm, terletak dibawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria)
atau tepat di bagian tengah bra (wanita.)
Th = Thumb, terletak pada samping luar bagian bawah kuku pada ibu jari.
IF = Index Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada jari telunjuk
(dibagian yang menghadap ibu jari).
MF = Middle Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada jari tengah
(di bagian yang menghadap ibu jari).
RF = Ring Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada jari manis (di
bagian yang menghadap ibu jari).
BF = Baby Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada jari
kelingking (di bagian yang menghadap ibu jari).
GS = Gamut Spot, terletak dibagian antara perpanjangan tulang jari manis dan
tulang jari kelingking.
20
Gambar 2.2 Titik-titik SEFT
Sumber: http://proyeknulisbukubareng.com/seft/tahapan-sefting
pengguna SEFT juga melakukan gerakan the 9 gamut procedure. The 9 gamut
kanan agar aktif dan bekerja. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil melakukan
tapping pada salah satu titik energi tubuh yang dinamakan gamut spot. Gamut
spot terletak diantara ruas tulang jari kelingking dan jari manis. Sembilan gerakan
itu adalah:
1. Menutup mata.
2. Membuka mata.
21
5. Memutar bola mata searah jarum jam.
8. Menghitung 1, 2, 3, 4, 5.
menyelesaikan 9 gamut procedure, langkah terakhir dari tahap the tapping adalah
mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di karate chop).
Dalam diri setiap anak terdapat harapan baru bagi masa depan umat
manusia, kalimat yang sering kita dengar di dalam ilmu psikologi anak. Tekhnik
a) Cara preventif
Yaitu kita melakukan SEFT pada anak setiap hari sewaktu anak akan tidur
malam dengan cara memeluk atau tidur disampingnya, anak diminta menceritakan
kejadian kejadian yang dialaminya pada hari itu (Tune- In) sambil kita
penyelarasan sistem energy merediannya secara teratur. Selain itu kebiasaan ini
22
akan berdampak meningkatkan hubungan baik dan komunikasi empatik antara
b) Cara Kuratif
Untuk mengatasi masalah emosi atau fisik pada anak bisa dilakukan dengan
3 cara :
1. Mengajarkan SEFT pada anak dengan tentang SEFT melalui gambar pada
komik (Steve Well) sambil kita mengajari Tekhnik SEFT ini untuk
padahal ibu maunya Andi makan buah , tapi Andi tetap anak baik, ibu tetap
jauh maka kita bisa melakukan SEFT jarak jauh disebut juga Tekhnik
advance.
23
g. Jika semua sampah tidak dibersihkan , akan menghambat
Jenis Kelamin
Pendididkan
Kecemasan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Desain penelitian ini bersifat eksperimen. Penelitian eksperimen adalah
mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya
tingkat kecemasan tindakan perawatan gigi pada siswa SDN 01 Pasar Tiku
24
Jenis eksperimen yang digunakan adalah onegroup pretest-posttest, yaitu
sebelum diberikan terapi SEFT terlebih dahulu pre test (pengukuran tingkat
maka dilakukan lagi post test (pengukuran tingkat kecemasan sesudah) untuk
Keterangan :
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V dan VI SDN 01 Pasar Tiku
3.3.2 Sampel
sampel, supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel
dikehendaki harus sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan kriteria sampel
25
(Saryono, 2011). Menurut Sugiono (2012), untuk penelitian eksperimen sederhana
jumlah anggota sampelnya adalah 10-20. Maka pada penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 15 orang siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara
1. Kriteria Inklusi
a.Bisa tulis baca
b. Bersedia menjadi responden
c.Hadir pada saat penelitian
2. Kriteria Ekslusi
a. Siswa yang mempunyai gangguan psikologis.
diagnostik).
3.5 Prosedur Penelitian
1. Pre test
peneliti.
26
maunya Andi makan buah , tapi Andi tetap anak baik, ibu tetap
nya saja.
3. Posttest
Setelah selesai melakukan terapi SEFT maka peneliti melakukan
3.6.1 Bagian A adalah karakteristik responden yang terdiri dari nama responden,
kecemasan.
3.7 Tekhnik Pengumpulan data
3.7.1 Data Primer
intervensi. Data lain yang juga didapatkan langsung dari responden adalah
identitas responden.
Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah tentang data jumlah siswa di
27
3.8 Tekhnik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah terlebih dahulu secara manual yaitu dengan
1. Editing
2. Coding
struktur pengisian data berdasarkan format pengisian dalam bentuk master tabel.
3. Processing
4. Cleaning
Data yang telah di entri, di cek kembali untuk memastikan bahwa data
telah bersih dari kesalahan, baik kesalahan dalam pembacaan maupun dalam
28
Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
metode SEFT.
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan test uji paired simples
dan sesudah dilakukan terapi SEFT. Apabila tingkat kemaknaan p value 0,05
dari hal-hal yang khusus . Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep
tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melalui
kontruk atau lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau
lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan konsep. Variabel adalah sesuatu
Pada penelitian ini dapat dilihat alur pikir peneliti sebagai berikut:
J. Definisi Operasional
Gambar.3.1
Kerangka Konsep Efektifitas Tekhnik SEFT terhadap Rasa Cemas Anak sewaktu
Pemeriksaan Gigi di SDN 01 Pasar Tiku kecamatan Tanjung Mutiara kabupaten
Agam
29
3.11 Hipotesis Penelitian
Kabupaten Agam.
Kabupaten Agam.
30
1. Tingkat Keadaan emosi yang Kuesioner Wawancara 1. Tidak Ada Interval
kecemasan tidak memiliki objek /form Kecemasan:
sebelum yang spesifik dan pengisian Jika skor < 14.
pemberian kondisi ini dialami 2. Kecemasan
Tekhnik secara subjektif.( ringan : Jika
SEFT Stuart,2001) skor 14 - 20.
3. Kecemasan
sedang : Jika
skor 21 - 27.
4. Kecemasan
berat : Jika
skor 28 - 41.
5. Panik/kecemas
an sangat berat
: Jika skor 42 -
56.
(Max Hamilton,
1959)
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
32
Penelitian telah dilaksanakan di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung
Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017 pada tanggal 15 sampai 17 Maret 2017
SDN 01 Pasar Tiku berdiri pada tahun 1916 diatas tanah seluas 2500 m .
Pada awalnya SDN 01 Tiku bernama Sekolah Rakyat nomor 1, sekolah ini
dengan kata lain bangunan pada waktu itu hanya semi permanen. SDN 01 Pasar
Tiku merupakan sekolah negeri yang terletak di jorong Pasar Tiku Kecamatan
Tanjung Mutiara kabupaten Agam. Sekolah ini dipimpin oleh Kepala Sekolah
sebanyak 3 orang jumlah murid sebanyak 228 orang terdiri dari laki-laki 122
orang dan perempuan sebanyak 106 orang yang berusia 6-12 tahun.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
35
Di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam tahun 2017
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 9 60.0
33
Perempuan 6 40.0
Total 15 100.0
4.2.1.2 Umur
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
DiSDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam tahun 2017
Umur f %
9 3 20.0
10 7 46.7
11 4 26.7
12 1 6.7
Total 15 100.0
Tabel 4.3
34
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan Sebelum
Terapi SEFT Pada Siswa di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan
Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017
Tingkat Kecemasan f %
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan
SesudahTerapi SEFT Pada Siswadi SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan
Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017
35
Tingkat Kecemasan f %
Tabel 4.5
36
Hasil Uji Beda rata-rata Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi SEFT
Terhadap Tingkat Kecemasan Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa
SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam Tahun 2017
Pre-Test 3.80 dan Post- Test 2.20 dan selisihnya 1.60. Hasil uji statistik
2017.
BAB V
PEMBAHASAN
37
5.1.1 Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Terapi SEFT Terhadap Tingkat
Kecemasan Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN 01 Pasar
Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017
berat di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun
2017.
rata - rata kecemasan responden pre test sebesar 147,34 menggunakan analisa
skala thurstone
Kecemasan terkadang disebut juga sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas
tidak baik, berbeda dengan rasa takut yang memiliki objek eksternal atau apa yang
dilihat pasien sebagai suatu bahaya. Oleh sebab itu perasaan cemas lebih sulit
40 2014).
diatasi dibandingkan rasa takut (Khasanah,
38
Ditemukan cukup banyaknya anak yang mengalami kecemasan
menunjukkan respon psikologis anak pada saat dilakukan pemeriksaan gigi. Rasa
cemas terhadap perawatan gigi ini selalu dialami oleh banyak anak. Hal ini
Belladom (2009) menyatakan pasien anak yang memiliki rasa takut dan cemas
sulit untuk diatur dan diberi perlakuan sehingga penting untuk merawat anak yang
mengalami rasa takut dan cemas dahulu sebelum dilakukan perawatan pada
Berdasarkan hal ini maka menurut asumsi peneliti terhadap penelitian ini
adalah ditemukan adanya siswa yang mengalami tingkat kecemasan sangat berat
di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.
Hal ini menunjukkan belum adanya kesiapan siswa secara mental dalam tindakan
pemeriksaan gigi. Kondisi ini perlu segera diatasi yaitu perlu adanya penanganan
untuk mengatasi kecemasan pada siswa. Karena jika tidak diatasi dapat
terapi dengan metode pengendalian emosional yang dikenal dalam dunia psikologi
klinis dan konseling, karena kecemasan adalah merupakan salah satu gangguan
39
Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun
2017
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah diberikan terapi SEFT terjadi
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar
satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi cemas pada anak , dimana
SEFT ini berawal dari ilmu pengobatan cina yaitu akupuntur dan akupresure.
Tekhnik ini dikembangkan oleh Gary Craig pada tahun 1991 dengan nama EFT
menambahkan unsur spiritual dan sistem energi tubuh.Tekhnik SEFT ini telah
psikologis. Tekhnik ini telah dipraktekkan oleh lebih dari 100.000 orang di
seluruh dunia dengan hampir tidak ada keluhan efek samping dan tekhnik SEFT
40
sangat efektif , tetapi adakalanya Tekhnik ini tidak berhasil ini di sarankan untuk
gangguan psikologis dan fisik lainnya, seperti anak suka buang air kecil malam,
rasa takut yang berlebihan pada sesuatu serta penyakit-penyakit fisik lainnya.
(Zainudin,2014).
merangsang titik titik kunci sepanjang 12 jalur energi ( garis meridian) tubuh
yang sangat berpengaruh pada kesehatan. Metode SEFT menemukan cara yang
dapat langsung dengan gangguan sistem energi tubuh untuk menghilangkan emosi
negatif , tidak perlu untuk membongkar ingatan traumatis masa lalu dengan kata
sendirinya akan hilang dengan menggabungkan dunia sains dan spritual dengan
Berdasarkan hal ini maka menurut asumsi peneliti terhadap penelitian ini
Kabupaten Agam tahun 2017. Hal ini menunjukkan terjadi relaksasi pada tubuh
siswa setelah diberikan terapi SEFT sehingga dapat mengurangi ketegangan otot,
sehingga dapat mengurangi terjadinya kecemasan pada pasien. Hal ini dapat
41
menjadi bahan rekomendasi bagi petugas kesehatan untuk menerapkan terapi
Pre-Test 3.80 dan Post- Test 2.20 dan selisihnya 1.60. Hasil uji statistik dengan
uji paired sampel T-test didapatkan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kecemasan sebelum dan setelah terapi SEFT di SDN 01 Pasar
dilakukan terapi SEFT terhadap siswa SMP Negeri 1 Kasihan dengan nilai
p=0,000.
42
terapi SEFT (Spritual Emotional Freedom Technique) efektif menurunkan
kecemasan siswa.
kecemasan pada siswa dalam melakukan pemeriksaan gigi. Hal ini terlihat pada
terapi SEFT, dimana sebelum diberikan terapi SEFT didapatkan adanya siswa
terapi SEFT tidak ada lagi siswa yang mengalami kecemasan sangat berat bahkan
sudah adanya siswa yang tidak lagi mengalami kecemasan selama menjalani
pemeriksaaan.
Menurut Zainudin (2014) bahwa metode SEFT menemukan cara yang dapat
negatif, tidak perlu untuk membongkar ingatan traumatis masa lalu dengan kata
sendirinya akan hilang dengan menggabungkan dunia sains dan spritual dengan
SEFT adalah salah satu varian cabang ilmu baru yang dinamai energy
Heling telah dipraktiskan oleh para dokter Tiongkok kuno lebih dari 5000 tahun
yang lalu, adalah seperangkat prinsip dan Tekhnik memanfaatkan sistim energi
43
tubuh untuk memperbaiki kondisi fikiran, emosi, dan prilaku. Mekanisme
ternetralisirnya gangguan emosi yang dirasakan individu, hal ini terjadi karena
aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali dengan
ini adalah ditemukan bahwa terapi SEFT efektif terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada anak yang melakukan pemeriksaaan gigi. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya keseimbangan emosi anak karena aliran energi tubuh
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif bagi dunia kesehatan karena
hambatan bagi petugas kesehatan gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi
SEFT ini dapat dilakukan sebagai langkah awal mengatasi kecemasan sebelum
kecemasan pada anak untuk menjalani pemeriksaan gigi. Hal mudah dilakukan
44
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Kurang dari separoh (40.0%) siswa mengalami kecemasan berat sebelum
diberikan terapi SEFT pada saat pemeriksaan gigi di SDN 01 Pasar Tiku
6.1.2 Lebih dari separoh (53.3%) siswa mengalami kecemasan ringan sesudah
diberikan terapi SEFT pada saat pemeriksaan gigi di SDN 01 Pasar Tiku
6.2 Saran
kecemasan pasien.
pelatihan terapi SEFT bagi perawat pelaksana agar perawat dapat menerapkan
47 45
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
kecemasan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Belladom. 2009. Perilaku Anak Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Dalam
Jurnal Kedokteran Gigi. Dentino.
Corey.1996. Dalam Khasanah Vol.XII.No. Januari-Juni 2014.
Dentino. 2014. Peranan Penyuluhan Demonstrasi Terhadap Rasa Takut dan
Cemas Anak Selama Perawatan Gigi Di Puskesmas Cempaka
Putih:Banjarmasin.Jurnal Kedokteran Gigi Vol.II.No.1 Maret 2014
Hayat,Abdul. 2014. Kecemasan Dan Metode Pengendaliannya.
Indriani. 2014. Rasa takut dan Cemas dalam Perawatan Gigi Pada Anak. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
47
Santi.2015. Efektifitas Terapi SEFT(Spiritual Emotional Freedom
Tekhnik) Menurunkan Kecemasan Siswa Asrama SMA
Stella Duce Yogyakarta Kelas X Hendak Menghadapi Ujian
Akhir Semester Ganjil. Skripsi S1 Program Studi Psikologi
Jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
48