Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat

secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini

dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan gigi dan mulut dapat

mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh karena kesehatan gigi dan

mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang

tidak dapat dipisah dari kesehatan tubuh secara umum (Kemenkes RI, 2012).

Pendidikan kesehatan gigi sangat penting dikenalkan pada anak usia pra

sekolah bagaimana cara merawat gigi, makanan yang sehat dan sebagainya pada

masa pertumbuhan dan perkembangan anak, agar anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal diperlukan kondisi kesehatan yang baik termasuk

kesehatan gigi.

Masalah kesehatan gigi dan anak Indonesia masih sangat memprihatinkan

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS ) tahun 2013 menunjukkan

bahwa prevalensi penduduk yang berumur 5-14 tahun yang mempunyai masalah

gigi dan mulut sebanyak 58,5%, sementara angka kerusakan umum juga

kesehatan gigi secara keseluruhan adalah 1,11 kerusakkan gigi perorangan yang

mengalami karies. Hal ini disebabkan masih banyaknya orang tua yang

berpendapat bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat karena akan berganti dengan

gigi permanen (Riskesdas, 2013).

1 1
Kebanyakan anak memiliki rasa cemas terhadap perawatan gigi, sehingga

hal ini menjadi hambatan bagi tenaga kesehatan gigi untuk melaksanakan upaya

peningkatan kesehatan gigi masyarakat khusunya anak-anak, karena kecemasan

pasien memberikan efek negatif terhadap prosedur prosedur perawatan yang

dilakukan. Belladom (2009) menyatakan pasien anak yang memiliki rasa takut

dan cemas sulit untuk diatur dan diberi perlakuan sehingga penting untuk merawat

anak yang mengalami rasa takut dan cemas dahulu sebelum dilakukan perawatan

pada giginya ( Hamidah, 2014)

Banyak upaya pencegahan rasa cemas pada anak ini telah dilakukan namun

masih kurang efektif, baik itu dengan cara penyuluhan dengan menggunakan

berbagai media penyuluhan, selain itu banyak juga di gunakan metode-metode

yang digunakan dengan cara metode pengendalian emosional yang dikenal dalam

dunia psikologi klinis dan konseling, karena kecemasan dan adalah merupakan

salah satu gangguan emosional.

Rasa takut terhadap perawatan gigi merupakan hambatan bagi dokter gigi

dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat.Kecemasan dan rasa takut

terhadap perawatan gigi menyebabkan penderita merasa enggan untuk berobat ke

unit pelayanan kesehatan gigi. Beberapa ahli melaporkan bahwa pada umumnya

kecemasan / rasa takut timbul akibat pengalaman perawatan gigi semasa kanak-

kanak, oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa pencegahan timbulnya

kecemasan /rasa takut harus dimulai pada usia dini. Anak sudah bisa mengadakan

sintesa logis, karena munculnya pengertian, wawasan, dan akal yang sudah

mencapai taraf kematangan.Selain itu, anak-anak sudah bisa menghubungkan

bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur (Rafdi, 2014).

2
Penelitian Abi Rafdi (2014) menunjukkan responden berdasarkan rentang

usia 7-13 tahun secara kumulatif di SD Inpres Tamalanrea II Kota Makassar yang

memiliki persentase kecemasan paling tinggi adalah pada saat apabila gusinya

disuntik sebesar 55,8% diikuti oleh apabila dokter gigi memegang jarum suntik

sebesar 50,2% dan apabila gigi nya akan di bor oleh dokter gigi sebesar 45,7%.

Tekhnik SEFT ( Spritual Emotional Freedom Technique) merupakan salah

satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi cemas pada anak , dimana

SEFT ini berawal dari ilmu pengobatan cina yaitu akupuntur dan akupresure.

Tekhnik ini dikembangkan oleh Gary Craig pada tahun 1991 dengan nama EFT

(Emotional Freedom Technique) dan disempurnakan oleh Zainudin dengan

menambahkan unsur spiritual dan sistem energi tubuh . SEFT pelaksanaannya

sama dengan akupuntur dan akupresur yaitu, dengan merangsang titik titik

kunci sepanjang 12 jalur energi ( garis meridian) tubuh yang sangat berpengaruh

pada kesehatan (Zainudin,2014).

Tekhnik SEFT ini telah sering dilakukan untuk menanggulangi penyakit-

penyakit fisik maupun psikologis , Tekhnik ini telah dipraktekkan oleh lebih dari

100.000 orang di seluruh dunia dengan hampir tidak ada keluhan efek samping

dan Tekhnik SEFT sangat efektif , tetapi adakalanya Tekhnik ini tidak berhasil ini

di sarankan untuk kembali mempelajarinya atau meminta bantuan pada

profesional yang telah berpengalaman.Tekhnik SEFT ( Spritual Emotional

Freedom Technique) ini untuk menghilangkan rasa cemas pada anak belum

pernah digunakan, tetapi telah digunakan dalam hal menanggulangi gangguan

psikologis dan fisik lainnya, seperti anak suka buang air kecil malam, rasa takut

3
yang berlebihan pada sesuatu serta penyakit-penyakit fisik lainnya.

(Zainudin,2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Akbar Kautsar (2015) tentang Pengaruh

Metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Terhadap Penurunan

Tingkat Kecemasan Bagi Siswa SMP Dalam Menghadapi Ujian di SMP Negeri 1

Kasihan, menunjukkan bahwa 29 (65,9%) siswa mengalami penurunan

kecemasan pada terapi dan 15 (34,1%) siswa pada kelompok kontrol.Sedangkan

siswa yang mengalami peningkatan kecemasan pada kelompok terapi sebanyak 3

siswa (20%) dan sebanyak 12 (80%) siswa pada sampel kontrol. Terdapat

pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT terhadap

siswa SMP Negeri 1 Kasihan dengan nilai p=0,000.

Anak pada umur 6-12 tahun merupakan anak usia sekolah, sekolah

merupakan perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar pengetahuan

dan sikap untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk pengetahuan dan sikap

kesehatan. Sementara itu populasi anak sekolah didalam suatu komunitas cukup

besar, antara 20% - 30%. Oleh sebab itu, promosi kesehatan disekolah itu sangat

penting dilakukan (Kholid Ahmad, 2012).

Selain itu upaya prefentif dan kuratif sangat perlu sekali dilaksanakan pada

tingkat umur sekolah ini. Oleh karena itu untuk mempermudah upaya ini maka

penulis akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode Tekhnik SEFT

ini di SDN 01 Pasar Tiku kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agamtahun

2017.

SDN 01 Pasar Tiku kecamatan Tanjung Mutiara kabupaten Agam .ini

mempunyai jumlah murid sebanyak 228 orang, yang berusia 6-12 tahun,

4
berdasarkan hasil penjaringan anak pada murid kelas 1 dan II tahun 2016 yang

mana kegiatan ini penulis jadikan sebagai survey awal dari penulisan skripsi ini.

SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara dijadikan sebagai tempat

penelitian dikarenakan sekolah ini pada saat survey awal pada tanggal 20 Agustus

2016 pada program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) pada siswa kelas 1

tahun 2016 diketahui sebanyak siswa 90 orang yang terdiri dari 48 laki-laki 42

orang. Perempuan terdapat 33 orang anak dengan kasus gigi berlobang yang di

rujuk ke Puskesmas, terdapat 15 anak selesai perawatan. Pemeriksaan awal yang

dilakukan terhadap 33 orang anak ditemukan data bahwa 5 orang anak tidak mau

naik ke kursi gigi sehingga perawatan tidak jadi, 3 orang tidak datang dengan

alasan orang tua, 7 orang cemas sewaktu kunjungan pertama, 3 orang tidak datang

pada kunjugan kedua karena tidak mau karena cemas.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis melakukan

penelitian mengenai Efektifitas Terapi SEFT ( Spritual Emotional Freedom

Technique ) Terhadap Tingkat Kecemasan Tindakan Pemeriksaan Gigi pada

Siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam

Tahun 2017

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Efektifitas Terapi

SEFT ( Spritual Emotional Freedom Technique ) Terhadap Tingkat Kecemasan

Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung

Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

5
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Terapi

SEFT Terhadap Tingkat Kecemasan Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN

01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1.3.2.1 Diketahui distribusi frekuensi rasa cemas anak sebelum dilakukan Tekhnik

SEFT pada saat pemeriksaan gigi di SDN 01 Pasar Tiku kecamatan

Tanjung Mutiara kabupaten Agam tahun 2017.


1.3.2.2 Diketahui distribusi frekuensi rasa cemas anak setelah dilakukan Tekhnik

SEFT pada saat pemeriksaan gigi di SDN 01 Pasar Tiku kecamatan

Tanjung Mutiara kabupaten Agam tahun 2017.


1.3.2.3 Diketahui Efektifitas Terapi SEFT Terhadap Tingkat Kecemasan Tindakan

Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung

Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017.


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan,

pengalaman, dan wawasan dalam melakukan penelitian ilmiah, serta

penerapan ilmu pengetahuan tentang metodologi penelitian yang

didapatkan.
1.4.2 Bagi STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan referensi di Perpustakaan

STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang .


1.4.3 Bagi Puskesmas
Untuk meningkatkan capaian program dalam pelaksanaan kegiatan Upaya

kesehatan gigi dan mulut program UKGS pada anak sekolah dan dapat

menurunkan angka kesakitan gigi pada anak sekolah.


1.4.4 Untuk Peneliti Selanjutnya

6
Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan dan

rujukan atau pembanding untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini membahas efektifitas terapi SEFT ( Spritual Emotional

Freedom Technique) terhadap tingkat kecemasan tindakan pemeriksaan gigi pada

siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun

2017. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Quasi Ekperimen dengan

menggunakan uji T-test dependen ( pre dan post design). Penelitian akan

dilakukan pada bulan Maret 2017 di SDN 01 Pasar Tiku kecamatan Tanjung

Mutiara kabupaten Agam. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV, V dan VI

SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam yaitu sebanyak

90 orang. Sampel penelitian berjumlah 15 orang dengan Tekhnik Purposive

Sampling. Analisis dengan uji T melihat sebelum dan sesudah di laksanakan

metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap murid SD 01

Pasar Tiku kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan,

ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti rasa ketakutan , ketegangan

serta kekhawatiran terhadap situasi yang dianggap berbahaya. berawal dari masa

7
anak-anak (51%) dan remaja (22%). Salah satu aspek terpenting dalam mengatur

tingkah laku anak dalam perawatan gigi adalah dengan mengontrol rasa cemas,

karena pengalaman yang tidak menyenangkan akan berdampak terhadap

perawatan gigi terutama pencabutan gigi dimasa yang akan datang. Kecemasan

terkadang disebut juga sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas bersifat

panjang/meluas (diffuse) dan tidak berkaitan terhadap ancaman spesifik tertentu.

Kecemasan tampak dihasilkan oleh ancaman eksternal, perasaan yang tidak baik,

berbeda dengan rasa takut yang memiliki objek eksternal atau apa yang dilihat

pasien sebagai suatu bahaya. Oleh sebab itu perasaan cemas lebih sulit diatasi

dibandingkan rasa takut (Khasanah, 2014).

Anxiety
Fear =

Ada objek Tidak ada objek

Gambar 2.1
Ilustrasi perbedaan rasa takut dan cemas

Kecemasan merupakan pengalaman perasaan yang menyakitkan, ia timbul


8
dari reaksi- reaksi ketegangan dalam atau intern tubuh, ketegangan ini akibat dari

dorongan dari dalam atau luar dan dikuasai oleh sususnan saraf otonom,

(Agustinus dalam khasanah 2014), Orang yang dilanda kecemasan bisa

mengganggu keseimbangan pribadi seperti; tegang, gelisah, takut, gugup,

berkeringat dan sebagainya, orang yang cemas akan merasa terkungkung dan jauh

dari perasaan bebas, sehingga untuk mendapatkan rasa bebas orang tersebut harus

keluar dari kecemasan. Hayat menyimpulkan kecemasan adalah suatu campuran

8
ke seberang situasi dan waktu, dengan kata lain kecemasan sebagai campuran dari

emosi pokok, bawaan, masing-masing yang di modifikasi dengan pelajaran dan

pegalaman individu ( Khasanah,2014).

Menurut Corey, ada dua jenis kecemasan , yaitu (Khasanah 2014):

a. Kecemasan biasa (normal anxiety) merupakan tanggapan yang cukup wajar

terhadap peristiwa yang dihadapi, kecemasan ini tidak perlu dihilangkan

sebab ini sebagai motivasi ke arah perubahan.


b. Kecemasan Neurotik (neurotik anxiety) adalah kecemasan yang keluar dari

proporsi yang ada, ia terjadi diluar kesadaran dan kecendrungan untuk

menjadikan orang tidak memiliki keseimbangan.


2.1.2 Tanda dan gejala kecemasan
Keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami ansietas,

antara lain (Lestari, 2015):


a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Keluhan-keluhan somatik, misannya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran

berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan

perkemihan dan sakit kepala.

2.1.3Rentang respon kecemasan


Tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain (Lestari, 2015):
a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinnya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tahap ini adalah

kelelahan, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,

motivasi meninngkat dan tingkah laku sesuai situasi.

9
b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.

Manifestasi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung

dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan

volume tinggi, mampu untuk belajar namun belum optimal, kemampuan

konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak

menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar dan mudah menangis.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan ada sesuatu yang terinci

dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk memusatkan pada suatu area yang lain.

Manifestasi yang muncul pada tahap ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,

nausea, tidak dapat tidur, sering kencing, diare, tidak mau belajar secara efektif,

berfokus pada dirinya sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi

pada keadaan ini adalah susah napas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, pembicaraan

inkoheren, tidak dapat berespon tehadap perintah yang sederhana, berteriak,

menjerit mengalami halusinasi dan delusi.

10
2.2 Kecemasan Dental

Kecemasan dental adalah hal yang penting karena merupakan komponen

utama yang menyulitkan pasien didalam perawatan gigi, kecemasan dental lebih

spesifik dibandingkan kecemasan umum. Rasa cemas terhadap perawatan gigi

didefinisikan sebagai suatu sifat kecemasan yang khusus pada situasi tertentu,

yaitu kecendrungan merasa cemas saat perawatan gigi,

Beberapa psikolog berpendapat bahwa kehadiran cemas dapat diketahui dari

cara orang tersebut bertindak. Ini dapat dilihat saat pasien menghindari kunjungan

ke dokter gigi atau tidak membiarkan petugas untuk memegang instrumen dental.

Rasa cemas ini akan muncul disaat anak-anak melihat alat-alat serta bunyi alat

bor.
Rasa cemas memiliki 3 komponen yaitu,
1. Komponen sisi Kognitif adalah bagaimana perubahan yang terjadi dalam

proses berpikir.contohnya rasa khawatir, gelisah, berpikir berlebihan, sedikit

berfirasat, gangguan konsentrasi.


2. Komponen Somatik misalnya denyut jantung meningkat, berdebar-debar,

tekanan darah meningkat, berkeringat, kelakuan anggota badan, sesak napas,

sakit perut dan buang-buang air besar.


3. Komponen reaksi misalnya menunda perjanjian atau meminta semua

perawatan satu kali kunjungan, dan menghindari situasi yang

membangkitkan kecemasan.
Weiner dan Sheehan (1990), mengklasifikasikan dentaly anxious

individuals menjadi 2 kelompok, yaitu:


1. Eksogen adalah bila kecemasan dental yang timbul merupakan hasil

pengkondisian melalui pengalaman traumatik dental atau pengalaman orang

lain.

11
2. Endogen adalah bila kecemasan berasal dari akibat adanya suatu kelaianan

( anxiety disorders ) yang ditandai dengan keadaan ketakutan berlebihan.

Faktor-faktor yang menentukan bagaimana anak akan bereaksi terhadap

rasa cemas yaitu :


a. Derajat ketakutan ( the degree of fear), tergantung pada bagaimana anak

merasakan suatu situasi dihubungkan dengan pengalamannya sendiri dan

lingkungannya, apakah anak merasa aman dikelilingi orang yang dipercayai

atau tidak.
b. Kemampuan mengatasi ketakutan berhubungan dengan kedewasaan anak

dan kepribadiannya.
c. Motivasi atau dorongan untuk mengatasi ketakutan berhubungan dengan

tuntutan disekitarnya, kebiasaan anak dan semua ini dipengaruhi oleh

kunjungan dental. (Jurnal kedokteran gigi vol II.No.1,dentino, 2014)

2.3 Etiologi Kecemasan Dental

Faktor etiologi dari rasa cemas dental dapat dibagi menjadi 3 kelompok

besar, yaitu:

a. Faktor personal yang terdiri dari usia, jenis kelamin, budaya , atau sistim

perawatan gigi yang berbeda . walaupun begitu faktor usia lebih dominan

didalam rasa cemas pada perawatan . Kecemasan merupakan prilaku umum

pada anak kecil, merefleksikan perkembangan psikologi anak dalam

kemampuannya menghadapi perawatan dental. Anak kecil akan merasakan

dan mengerti situasi dental berbeda dengan anak yang lebih tua. Alasan

utamanya adalah proses memahami dan motivasi untuk taat terhadap

perawatan dental memerlukan kesiapan anak. Misalnya untuk duduk tanpa

bergerak, rasa aneh didalam mulut, bahkan rasa sakit dengan orang yang

aneh .

12
Temperamen ialah kualitas emosional personal bawaan yang cenderung

stabil. Temperamen juga dipercaya merupakan pengaruh genetik.

Kecenderungan dari temperamen ialah sifat malu, yang ditemukan pada

10% populasi anak. Dikarakteristikkan dengan kecendrungan anak sulit

bertemu dengan orang lain, pada situasi ini anak akan pemalu jadi

disimpulkan anak akan malu dengan tenaga kesehatan giginya karena

mereka menganggap adalah orang asing. Kelainan temperamen lainnya

adalah emosi negatif menangis, takut, marah. Jadi dua temperamen inilah

yang menyebabkan rasa cemas terhadap pemeriksaan gigi.


b. Faktor eksternal yang terdiri dari kecemasan dan ketakutan orang tua

dimana kecemasan orang tua akan berpengaruh terhadap kecemasan anak ,

contoh dengan menanyakan perawatan apa yang akan diberikan dengan raut

muka yang cemas sehingga situasi ini akan menimbulkan kecemasan pula

terhadap anak.
Pengalaman medis dan pemeriksaan gigi pada anak , anak tidak akan

kooperatif atau cemas selama pemeriksaan gigi karena adanya pengalaman

traumatik atau pengalaman menyakitkan pada masa lalu. Yang berperan

penting disini adalah operator baik dokter gigi maupun perawat giginya.

Pengalaman dari teman atau saudara atau orang lain ( vicariouse learning).

Banyak dari orang yang belum mendapatkan pemeriksaan atau perawatan

gigi telah merasa cemas disebabkan karena mendapatkan dental fear melalui

pembelajaran sosial dari saudara kandung, teman .Persepsi anak terhadap

rasa sakit pada giginya pun mempengaruhi rasa cemas pada anak sewaktu

pemeriksaan gigi.
c. Faktor dental yang terdiri dari rasa sakit dan tim dental.

13
Pemahaman orang tua terhadap anak sangatlah berbeda dan bervarisi

tergantung pada kemampuan kognitifnya, reaksi dan pemikiran anak

terhadap stimulasi yang bervariasi tergantung usia dan kematangan . Situasi

ruang perawatan dan operator sangat mempungaruhi juga terhadap rasa

cemas.

2.4 Pengukuran Tingkat kecemasan

Kecemasan dapat di ukur dengan menggunakan pengukuran tingkat

(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan

yang didasarkan pada munculnya Sympton pada Individu yang mengalami

kecemasan. Menurut Skala HARS terdapat 14 Symptoms yang nampak pada

individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5

tingkatan skor (skala likert) antara 0 ( Nol present ) sampai dengan 4 (severe).

Skala ini diperkenalkan oleh Max Hamilton pada tahun 1959. Skala HARS dalam

penilaian kecemasan terdiri dari 14 item,meliputi :

1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan perasaan sendiri, mudah

tersinggung.
2. Ketegangan merasa tegang, gelisah,gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila takut sendiri,

takur pada binatang besar


4. Gangguan tidur sukar tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas

dan mimipi buruk.


5. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit untuk

konsentrasi.
6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan kepada hobi,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.


7. Gejala Somatik.: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakkan gigi, suara tidak

stabil dan kedutan otot.

14
8. Gejala sensorik: Perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah

dan pucat serta merasa lemah.


9. Gejala Cardio Vaskuler : Takikardi, nyeri dada perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.


10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, rasa tercekik, sering menarik napas

panjang dan merasa napas pendek.


11. Gejala Gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual

dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di

perut.
12. Gejala Urogenital: Sering kencing, tidak bisa menahan kencing, aminorea,

ereksi lemah atau impotensi.


13. Gejala Vegetatif : mulut kering,mudah berkeringat, muka merah,bulu roma

berdiri, pusing atau sakit kepala.


14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi

atau kening, muka tegang,tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan menurut skala HARS adalah dengan memberikan

nilai dengan kategori, sebagai berikut (Lestari, 2015):

1 : Tidak ada gejala sama sekali


2 : Ringan/ satu dari gejala yang ada
3 : Sedang/ separuh dari gejala yang ada
4 : Berat/ lebih dari gejala yang ada
5 : Sangat berat/ semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai skor dan

item 1-14 dengan hasil :

Skor < 14 : tidak ada kecemasan

Skor 14-20 : kecemasan ringan

Skor 21-27 : kecemasan sedang

Skor 28-41 : kecemasan berat

Skor 42-56 : panik/ kecemasan sangat berat

15
2.5 Tekhnik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Tekhnique)

SEFT adalah salah satu varian cabang ilmu baru yang dinamai energy

psichology yang merupakan gabungan dengan Spiritual Power .Energy psicholoy

adalah bidang ilmu baru,yang embrionya adalah berupa prinsip-prinsip Energy

Heling telah dipraktiskan oleh para dokter Tiongkok kuno lebih dari 5000 tahun

yang lalu, adalah seperangkat prinsip dan Tekhnik memanfaatkan sistim energi

tubuh untuk memperbaiki kondisi fikiran, emosi, dan prilaku. Dr David Feinsten

dan Dr.Fred Gallo menyatakan bahwa ketidak seimbangan kimia dalam tubuh ikut

berperan dalam menimbulkan berbagai gangguan emosi seperti depresi, stress,

dan cemas . Begitu juga energy tubuh juga berpengaruh besar dalam

menimbulkan gangguan gangguan emosi dan intervensi pada sistem energi tubuh

dapat mengubah kondisi kimiawi otak yang selanjutnya akan mengubah kondisi

emosi kita.Teori Einstein menyatakan bahwa setiap atom didalam sebuah benda

mengandung energy{E=M.C2}. Tangan kita mengandung energy elektomagnetik

setiap sel organ tubuh kitayang lain juga memiliki energi elektrik yang mengalir

dalam system syaraf . Medan energy elektrik melingkupi organ tubuh maupun

seluruh tubuh kita.Begitu juga bentuk energi yang lebih subtle yang mengalir

dalam tubuh kita , para ahli akupuntur menyebutnya Chi dan para ahli yoga

menyebutnya prana.Energy inilah yang sangat penting perannya dalam tubuh

kita yang mengalir di sepanjang 12 jalur energi yang di sebut energy meridian ,

jika aliran ini terhambat atau kacau, maka timbullah emosi atau penyakit

(Zainudin, 2014)

Pada tahun 1960, Dr Wiliam A. Tiller seorang professor ketua jurusan

material science di Standford University tertarik untuk meneliti realitas sistem

16
energy tubuh manusia dengan menggunakan standar ilmu fisika modern dengan

mengembangkan sebuah alat untuk mengukur gelombang energi yang

ditimbulkan oleh Intensi (pikiran dan kemauan ) manusia.hasil teori ini dikenal

dengan 7 Differentof Substance yang digambarkan dalam suatu bagan dimana ada

7 substansi didalam tubuh manusia yang dikendalikan oleh pikiran ,dimana

pikiran inilah yang bertanggung jawab menghubungkan antara level yang satu

denga level yang lain, serta mengkoordinasikan dengan level-level substansi

tersebut (Zainudin, 2014)

Sistem energi tubuh sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia oleh

sebab itulah para ahli dan pakar telah menemukan berbagi teori tentang ini, ilmu

kedokteran modern mengekploitasi keberadaan sistem elektrik tubuh ini dengan

menciptakan alat EEG ( Electro Enchepalo Gram) yang bisa digunakan untuk

merekam aktivitas elektrik otak. Ahli acupunture percaya bahwa gangguan sistem

energi tubuh dapat menyebabkan penyakit fisik seperti jantung,sakit kepala,sesak

nafas dan berbagai penyakit lain dapat di disembuhkan dengan cara merangsang

titik titik tertentu yang berhubungan dengan sumber penyakit ( dengan

menggunakan jarum dan pijatan khusus) ( Zainudin, 2014)

Sistem energy tubuh ini mempunyai dimensi lain yang luput dari perhatian

peneliti dan akar terdahulu maka Dr.Roger Callahan melakukan penelitian dan

bereksperimentasi dengan Tekhnik baru yaitu tanpa menggunakan jarum (seperti

dalam acupunture) ataupun menekan secara berlebihan (Acupressre), tetapi

dengan menggunakan ketukan ringan dengan ujung jari (tapping) pada daerah

tubuh tertentu. Dengan penemuan ini dapat disimpulkan bahwa penyebab segala

macam emosi negatif adalah gangguan sistem energi tubuh. Selaras dengan

17
asumsi pakar psikoterapy bahwa penyebab gangguan psikologis atau hambatan

emosi adalah adanya ingatan bawah sadar akan trauma masa lalu, contoh seorang

yang mengalami phobia atau ketakutan yang tidak wajar bisa disebabkan oleh

trauma masa kecil yang sangat membekas dihati sehingga menjadi sesuatu yang

sangat ditakutinya. Para ahli psikoterapis ini menggunakan pendekatan kognitif

dan psikoanalisa yaitu mengajak pasien untuk mengenang masa lalunya, tapi

sering kali ini proses ini sangat menyakitkan bagi pasien dan membutuhkan

waktu yang lama ( Zainudin, 2014).

Metode SEFT menemukan cara yang dapat langsung dengan gangguan

sistem energi tubuh untuk menghilangkan emosi negatif , tidak perlu untuk

membongkar ingatan traumatis masa lalu dengan kata lain metode SEFT

melakukan pemotongan mata rantai pengobatan dengan menyelaraskan kembali

sistem energi tubuh maka emosi negatif dengan sendirinya akan hilang dengan

menggabungkan dunia sains dan spritual dengan cara yang sangat sederhana.

2.6 Cara Pelaksanaan Tekhnik SEFT

Zainudin (2009) menjelaskan versi lengkap maupun versi ringkas SEFT terdiri

dari 3 tahap yaitu: the set-up, the tune-in dan the tapping yaitu:

2.6.1 The set-up


The set-up adalah tahap dimana pengguna SEFT mengakses persoalan

emosinya dan melakukan do adengan khusuk, ikhlas, sambil menekan titik sore

spot (titik SEFT yang terletak di dada bagian atas) atau mengetuk titik karate

chop (titik dibagian tangan yang biasa dipakai para karateka untuk memecah batu

bata). Tujuan dari set up adalah untuk mengarahkan fokus pada aliran energi yang

18
bermasalah dan mentralisir psychological reversal atau keyakinan-keyakinan

bawah sadar yang bersifat merugikan.


Cara untuk dapat mengakses persoalan yang dihadapi adalah dengan

mengingat persoalan yang dihadapi oleh pengguna SEFT. Adapun pola susunan

doa dalam Tekhnik SEFT adalah sebagai berikut : Ya Allahmeskipun saya

merasa ___________(disesuaikan dengan kondisi pengguna SEFT) karena

________ saya ikhlas menerima rasa ____________ ini, dan saya pasrahkan

kepadaMu ketenangan hati dan pikiran saya.


2.6.2 The tune-in
The tune in adalah tahapan dimana pengguna SEFT tetap memfokuskan

perhatian pada persoalan psikisnya sambil terus mengucapkan doa Yaa Allah..

saya ikhlas. Saya pasrah dengan penuh kesadaran. Tujuan dari tune in adalah

agar pengguna SEFT dapat terhubung pada gangguan pada sistem energi.
2.6.3 The Tapping
The tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada ke 14

titik SEFT secara berurutan maupun tidak berurutan sambil tetap melakukan tune

in. jika titik ini di ketuk beberapa kali maka akan berdampak pada ternetralisirnya

gangguan emosi yang dirasakan individu, hal ini terjadi karena aliran energi tubuh

berjalan dengan normal dan seimbang kembali dengan melakukan tapping

tersebut.

Titik-titik tersebut adalah :

Cr = Crown,terletak dibagian atas kepala.

EB = Eye Brow, terletak permulaan alis mata.

SE = Side of the Eye, terletak terdaerah diatas tulang disamping mata.

UE = Under the Eye, terletak titik yang terletak 2 cm dibawah kelopak mata.

UN = Under the Nose,terletak tepat dibawah hidung.

Ch = Chin, terletak antara dagu dan bagian bawah bibir.

19
CB = Collar Bone, terletak diujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone
dan tulang rusuk pertama.

UA = Under the Arm, terletak dibawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria)
atau tepat di bagian tengah bra (wanita.)

BN = Bellow Nipple, terletak 2,5 cm dibawah putting susu (pria) atau di


perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa payudara.

IH = Inside of Hand, terletak di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan


telapak tangan.

OH = Outside of Hand, terletak di bagian luar tangan yang berbatasan dengan


telapak tangan.

Th = Thumb, terletak pada samping luar bagian bawah kuku pada ibu jari.

IF = Index Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada jari telunjuk
(dibagian yang menghadap ibu jari).

MF = Middle Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada jari tengah
(di bagian yang menghadap ibu jari).

RF = Ring Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada jari manis (di
bagian yang menghadap ibu jari).

BF = Baby Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada jari
kelingking (di bagian yang menghadap ibu jari).

KC = Karate Chop, terletak di samping telapak tangan, bagian yang digunakan


untuk mematahkan balok saat berkarate.

GS = Gamut Spot, terletak dibagian antara perpanjangan tulang jari manis dan
tulang jari kelingking.

20
Gambar 2.2 Titik-titik SEFT

Sumber: http://proyeknulisbukubareng.com/seft/tahapan-sefting

Pada titik terakhir, sambil melakukan tapping pada titik-titik SEFT,

pengguna SEFT juga melakukan gerakan the 9 gamut procedure. The 9 gamut

procedure adalah kegiatan melakukan 9 gerakan untuk merangsang bagian otak

kanan agar aktif dan bekerja. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil melakukan

tapping pada salah satu titik energi tubuh yang dinamakan gamut spot. Gamut

spot terletak diantara ruas tulang jari kelingking dan jari manis. Sembilan gerakan

itu adalah:

1. Menutup mata.

2. Membuka mata.

3. Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah.

4. Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah.

21
5. Memutar bola mata searah jarum jam.

6. Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam.

7. Bergumam dengan berirama selama 3 detik.

8. Menghitung 1, 2, 3, 4, 5.

9. Bergumam lagi selama 3 detik.

Dalam psikoterapi, Tekhnik the 9 gamut procedure dikenal juga sebagai

Tekhnik EMDR (eye movement desensitization repatterning). Setelah

menyelesaikan 9 gamut procedure, langkah terakhir dari tahap the tapping adalah

mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di karate chop).

Proses SEFT diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan menghembuskan

nafas dengan pelan, sambil mengucap rasa syukur kepada Tuhan.

3. Cara Pelaksanaan Tekhnik SEFT pada Anak

Dalam diri setiap anak terdapat harapan baru bagi masa depan umat

manusia, kalimat yang sering kita dengar di dalam ilmu psikologi anak. Tekhnik

SEFT menggunakan 2 cara dalam mengatasi masalah pada anak-anak

(Zainudin, 2014) yaitu :

a) Cara preventif

Yaitu kita melakukan SEFT pada anak setiap hari sewaktu anak akan tidur

malam dengan cara memeluk atau tidur disampingnya, anak diminta menceritakan

kejadian kejadian yang dialaminya pada hari itu (Tune- In) sambil kita

melakukan Tapping pada mereka. Dengan demikian kita telah melakukan

emotional detoxification (pembersihan sampah-sampah emosi) pada anak melalui

penyelarasan sistem energy merediannya secara teratur. Selain itu kebiasaan ini

22
akan berdampak meningkatkan hubungan baik dan komunikasi empatik antara

anak dan orang tua (Zainudin, 2014).

b) Cara Kuratif

Untuk mengatasi masalah emosi atau fisik pada anak bisa dilakukan dengan

3 cara :

1. Mengajarkan SEFT pada anak dengan tentang SEFT melalui gambar pada

komik (Steve Well) sambil kita mengajari Tekhnik SEFT ini untuk

mengatasi rasa takut mereka dengan mengatakan Tekhnik adalah untuk

mengatasi rasa takut mereka atau dengan menggantinya dengan kalimat-

kalimat Set-Up standard seperti walaupun Andi suka makan coklat ,

padahal ibu maunya Andi makan buah , tapi Andi tetap anak baik, ibu tetap

sayang pada Andi


2. Melakukan SEFT pada anak yang masih terlalu kecil kita melakukan set-Up

dan Tapping , anak cukup melakukan Tune-In nya saja.


3. Surragate SEFT jika kedua cara diatas tidak mungkin dilakukan karena

jauh maka kita bisa melakukan SEFT jarak jauh disebut juga Tekhnik

advance.

Tapping dapat perlu dilakukan tiap hari pada anak untuk :

a. Emotional cleansing ( membersihkan sampah-sampah emosi sebelum

mengendap di alam bawah sadar ).


b. Emotional Bounding ( memperkuat ikatan emosi antara orang tua dan anak,

guru dan murid ) .


c. Understanding dan Anticipation ( memahami dan mengantisipasi).
d. Hati anak seperti kertas kosong putih dan suci.
e. Hati seorang anak menyerap semua kejadian dan pengalaman dengan sangat

cepat dan tersimpan dengan sangat rapat, dibawa hingga dewasa.


f. Dengan tapping kita membersihkan warna-warni kelam dari hatinya.

23
g. Jika semua sampah tidak dibersihkan , akan menghambat

perkembangannya, kebahagiaan dan prestasi hidupnya.


h. Peran orang tua dan guru adalah untuk mebersihkan sampah emosi dari

fikiran dan hati anak dengan SEFT (Preventif).


4. Kerangka Teori

Usia dan tingkat perkembangan

Jenis Kelamin

Pendididkan
Kecemasan

Gambar 2.3 Kerangka teori Perilaku Stuart dan Liaraia, (2005) .


Sistem Pendukung
-SEFT(Spiritual Emotional Freedom Tekhnik).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Desain penelitian ini bersifat eksperimen. Penelitian eksperimen adalah

suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk

mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya

perlakuan tertentu (Notoatmodjo, 2012). Pemilihan desain eksperimen mendalam

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas terapi SEFT terhadap

tingkat kecemasan tindakan perawatan gigi pada siswa SDN 01 Pasar Tiku

Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

24
Jenis eksperimen yang digunakan adalah onegroup pretest-posttest, yaitu

sebelum diberikan terapi SEFT terlebih dahulu pre test (pengukuran tingkat

kecemasan sebelumnya) kemudian setelah perlakuan (pemberian terapi SEFT)

maka dilakukan lagi post test (pengukuran tingkat kecemasan sesudah) untuk

mengetahui adanya perubahan pada tingkat kecemasan setelah perlakuan tersebut.


Bentuk rancangan penelitian tersebut sebagai berikut :
Tes Tes
Sebelum Sesudah
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
01 X 02

Keterangan :

1 : Pengukuran tingkat kecemasan sebelum

X : Pemberian terapi SEFT

02 : Pengukuran tingkat kecemasan sesudah


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Pasar Tiku kecamatan Tanjung
26
Mutiara kabupaten Agam. Pengumpulan data dilakukan bulan Maret 2017.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi bukan sekedar

jumlah tapi lebih menekankan pada karakteristik yang dimiliki (Arikunto,2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V dan VI SDN 01 Pasar Tiku

Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam yaitu sebanyak 90 orang.

3.3.2 Sampel

Sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi disebut sebagai

sampel, supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel

dikehendaki harus sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan kriteria sampel

25
(Saryono, 2011). Menurut Sugiono (2012), untuk penelitian eksperimen sederhana

jumlah anggota sampelnya adalah 10-20. Maka pada penelitian ini menggunakan

sampel sebanyak 15 orang siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara

Kabupaten Agam. Dengan kriteria sampel sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi
a.Bisa tulis baca
b. Bersedia menjadi responden
c.Hadir pada saat penelitian
2. Kriteria Ekslusi
a. Siswa yang mempunyai gangguan psikologis.

3.4 Media dan Alat yang Digunakan


Pada penelitian ini menggunakan alat yaitu : kaca mulut, sonde, pinset (oral

diagnostik).
3.5 Prosedur Penelitian
1. Pre test

a) Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan

peneliti.

b) Menyerahkan lembar persetujuan sebagai responden dan meminta

kerjasama dengan responden.

c) Peneliti melakukan pengukuran terhadap tingkat kecemasan anak

sebelum diberikan terapi.

d) Melakukan terapi SEFT kepada responden.

2. Intervensi (Terapi SEFT)


a) Mengajarkan SEFT pada anak dengan tentang SEFT melalui

mengajari Tekhnik SEFT ini untuk mengatasi rasa takut mereka

dengan mengatakan Tekhnik adalah untuk mengatasi rasa takut

mereka atau dengan menggantinya dengan kalimat-kalimat Set-Up

standard seperti walaupun Andi suka makan coklat, padahal ibu

26
maunya Andi makan buah , tapi Andi tetap anak baik, ibu tetap

sayang pada Andi


b) Melakukan SEFT pada anak yang masih terlalu kecil kita

melakukan set-Up dan Tapping , anak cukup melakukan Tune-In

nya saja.

3. Posttest
Setelah selesai melakukan terapi SEFT maka peneliti melakukan

pengukuran tingkat kecemasan kembali kepada responden.


3.6 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrument dalam penelitian ini adalah

lembar observasi tingkat kecemasan.

Instrument pada penelitian terdiri dari 2 bagian yaitu :

3.6.1 Bagian A adalah karakteristik responden yang terdiri dari nama responden,

umur, alamat dan jenis kelamin


3.6.2 Bagian B adalah instrumen untuk mengukur variabel dependen (tingkat

kecemasan) dengan menggunakan lembar cecklist pengukuran tingkat

kecemasan.
3.7 Tekhnik Pengumpulan data
3.7.1 Data Primer

Data primer yaitu pengambilan data dilakukan secara langsung dari

pengukuran tingkat kecemasan responden sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi. Data lain yang juga didapatkan langsung dari responden adalah

identitas responden.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah tentang data jumlah siswa di

SDN 01 Pasar Tiku kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.

27
3.8 Tekhnik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah terlebih dahulu secara manual yaitu dengan

cara pengecekan kelengkapan data (editing), pemberian kode (coding), proses

(process), dan (cleaning). Kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi untuk kepentingan analisa.

1. Editing

Memeriksa kelengkapan data dengan cara mengecek kembali format

pengisian setelah peneliti mengisi format pengisian.

2. Coding

Membuat kode data, membuat lembaran petunjuk pengisian data, membuat

struktur pengisian data berdasarkan format pengisian dalam bentuk master tabel.

3. Processing

Memproses data agar dapat dianalisis dengan cara memindahkan data

format pengisian kedalam master tabel.

4. Cleaning

Data yang telah di entri, di cek kembali untuk memastikan bahwa data

telah bersih dari kesalahan, baik kesalahan dalam pembacaan maupun dalam

membaca kode sehingga data siap dianalisa.

3.9 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan cara univariat dan bivariat.

3.9.1 Analisa Univariat

28
Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan dengan menggunakan

metode SEFT.

3.9.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan test uji paired simples

T untuk membandingkan tingkat kecemasan pada kelompok intervensi sebelum

dan sesudah dilakukan terapi SEFT. Apabila tingkat kemaknaan p value 0,05

maka Ho dalam penelitian ini ditolak.

3.10 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk dari generasi

dari hal-hal yang khusus . Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep

tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melalui

kontruk atau lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau

lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan konsep. Variabel adalah sesuatu

yang bervariasi ( Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini dapat dilihat alur pikir peneliti sebagai berikut:

Pre Intervensi Post

mas dengan menggunakan Tes Scale/Tingkat Tekhnik


Rasakecemasan
cemas SEFT
anakpada
dengan
anakmenggunakan Tes Scale/Tingkat K

J. Definisi Operasional
Gambar.3.1
Kerangka Konsep Efektifitas Tekhnik SEFT terhadap Rasa Cemas Anak sewaktu
Pemeriksaan Gigi di SDN 01 Pasar Tiku kecamatan Tanjung Mutiara kabupaten
Agam

29
3.11 Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak adanya efektifitas pemberian terapi SEFT terhadap penurunan tingkat

kecemasan siswa di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara

Kabupaten Agam.

Ha : Adanya efektifitas pemberian terapi SEFT terhadap penurunan tingkat

kecemasan siswa di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara

Kabupaten Agam.

3.12. Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

30
1. Tingkat Keadaan emosi yang Kuesioner Wawancara 1. Tidak Ada Interval
kecemasan tidak memiliki objek /form Kecemasan:
sebelum yang spesifik dan pengisian Jika skor < 14.
pemberian kondisi ini dialami 2. Kecemasan
Tekhnik secara subjektif.( ringan : Jika
SEFT Stuart,2001) skor 14 - 20.
3. Kecemasan
sedang : Jika
skor 21 - 27.
4. Kecemasan
berat : Jika
skor 28 - 41.
5. Panik/kecemas
an sangat berat
: Jika skor 42 -
56.
(Max Hamilton,
1959)

2. Tingkat Keadaan emosi yang Kuesioner Wawancara 1. Tidak Ada Interval


kecemasan tidak memiliki objek Kecemasan:
sesudah yang spesifik dan Jika skor < 14.
pemberian kondisi ini dialami 2. Kecemasan
Tekhnik secara subjektif.( ringan : Jika
SEFT Stuart,2001) skor 14 - 20.
(Spiritual 3. Kecemasan
Emotional sedang : Jika
Fredoom skor 21 - 27.
Teknique) 4. Kecemasan
berat : Jika
skor 28 - 41.
5. Panik/kecemas
an sangat berat
: Jika skor 42 -
56.
(Max Hamilton,
1959)

3 Terapi SEFT adalah terapi


SEFT yang menggunakan
seperangkat prinsip
dan Tekhnik
memanfaatkan sistim
- - - -
energi tubuh untuk
memperbaiki kondisi
fikiran, emosi, dan
prilaku

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

32
Penelitian telah dilaksanakan di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung

Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017 pada tanggal 15 sampai 17 Maret 2017

terhadap 15 orang sampel adapun gambaran umum penelitian sebagai berikut:

SDN 01 Pasar Tiku berdiri pada tahun 1916 diatas tanah seluas 2500 m .

Pada awalnya SDN 01 Tiku bernama Sekolah Rakyat nomor 1, sekolah ini

didirikan oleh pemerintahan Belanda. Sekolah ini hanya berdindingkan talang

dengan kata lain bangunan pada waktu itu hanya semi permanen. SDN 01 Pasar

Tiku merupakan sekolah negeri yang terletak di jorong Pasar Tiku Kecamatan

Tanjung Mutiara kabupaten Agam. Sekolah ini dipimpin oleh Kepala Sekolah

dan mempunyai tenaga Pendidik sebanyak 8 orang dan mempunyai staf TU

sebanyak 3 orang jumlah murid sebanyak 228 orang terdiri dari laki-laki 122

orang dan perempuan sebanyak 106 orang yang berusia 6-12 tahun.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

4.2.1.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis tentang jenis kelamin responden didapatkan

data sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
35
Di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam tahun 2017

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 9 60.0

33
Perempuan 6 40.0
Total 15 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa lebih dari 15 responden

terdapat laki laki sebanyak 9 orang (60.0%) di SDN 01 Pasar Tiku

Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

4.2.1.2 Umur

Berdasarkan hasil analisis tentang umur responden didapatkan data

sebagai berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
DiSDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam tahun 2017

Umur f %

9 3 20.0
10 7 46.7
11 4 26.7
12 1 6.7
Total 15 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa lebih dari 15 responden

terdapat responden berusia 10 tahun sebanyak 7 orang (46.7%) di SDN 01

Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

4.2.2 Analisa Univariat

4.2.2.1 Distribusi Frekuensi Kecemasan Sebelum Terapi SEFT Pada Siswa


di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam
tahun 2017

Berdasarkan hasil analisis didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.3

34
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan Sebelum
Terapi SEFT Pada Siswa di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan
Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017

Tingkat Kecemasan f %

Kecemasan Ringan 0 0.0


Kecemasan Sedang 6 40,0
Kecemasan Berat 6 40.0
Kecemasan Sangat Berat 3 20.0
Total 15 100

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa lebih dari 15 responden

terdapat 3 orang (20.0%) siswa mengalami tingkat kecemasan sangat

berat sebelum diberikan terapi SEFT di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan

Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

4.2.2.2 Distribusi Frekuensi Kecemasan SesudahTerapi SEFT Pada Siswa


di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam
tahun 2017

Berdasarkan hasil analisis didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan
SesudahTerapi SEFT Pada Siswadi SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan
Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017

35
Tingkat Kecemasan f %

Tidak Ada Kecemasan 2 13.3


Kecemasan Ringan 8 53.3
Kecemasan Sedang 5 33.3
Total 15 100

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa lebih dari 15 responden

terdapat 8 orang (53.3%) siswa mengalami kecemasan ringan sesudah

diberikan terapi SEFT di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung

Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

4.2.3 Analisa Bivariat

4.3.2.1 Efektifitas Terapi SEFT Terhadap Tingkat Kecemasan Tindakan


Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan
Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Berdasarkan hasil analisis didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.5

36
Hasil Uji Beda rata-rata Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi SEFT
Terhadap Tingkat Kecemasan Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa
SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam Tahun 2017

Variabel Pengukuran Mean SD N p value


Pre Tes 3.80 0.775 15
Tingkat Post Test 2.20 0.676 15 0.000
Kecemasan Selisih 1.60 0.099 15

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat nilai rata rata kecemasan siswa

Pre-Test 3.80 dan Post- Test 2.20 dan selisihnya 1.60. Hasil uji statistik

dengan uji paired sampel T-test didapatkan nilai p = 0,000. Dapat

disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kecemasan sebelum dan setelah terapi SEFT di SDN

01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun

2017.

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisa Univariat

37
5.1.1 Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Terapi SEFT Terhadap Tingkat
Kecemasan Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN 01 Pasar
Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi SEFT

ditemukan sebanyak 3 orang (20.0%) siswa mengalami tingkat kecemasan sangat

berat di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun

2017.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kautsar (2015) tentang Pengaruh Metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Bagi Siswa SMP Dalam

Menghadapi Ujian di SMP Negeri 1 Kasihan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa 80% siswa mengalami kecemasan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi (2015) tentang

efektivitas terapi SEFT (Spritual Emotional Freedom Technique) Menurunkan

Kecemasan Siswa Asrama SMA Stella Duce Yogyakarta Kelas X Hendak

Menghadapi Ujian Akhir Semester Ganjil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata - rata kecemasan responden pre test sebesar 147,34 menggunakan analisa

skala thurstone

Kecemasan terkadang disebut juga sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas

bersifat panjang/meluas (diffuse) dan tidak berkaitan terhadap ancaman spesifik

tertentu. Kecemasan tampak dihasilkan oleh ancaman eksternal, perasaan yang

tidak baik, berbeda dengan rasa takut yang memiliki objek eksternal atau apa yang

dilihat pasien sebagai suatu bahaya. Oleh sebab itu perasaan cemas lebih sulit
40 2014).
diatasi dibandingkan rasa takut (Khasanah,

38
Ditemukan cukup banyaknya anak yang mengalami kecemasan

menunjukkan respon psikologis anak pada saat dilakukan pemeriksaan gigi. Rasa

cemas terhadap perawatan gigi ini selalu dialami oleh banyak anak. Hal ini

menjadi hambatan bagi tenaga kesehatan gigi untuk melaksanakan upaya

peningkatan kesehatan gigi masyarakat khususnya anak-anak, karena kecemasan

pasien memberikan efek negatif terhadap prosedur perawatan yang dilakukan.

Belladom (2009) menyatakan pasien anak yang memiliki rasa takut dan cemas

sulit untuk diatur dan diberi perlakuan sehingga penting untuk merawat anak yang

mengalami rasa takut dan cemas dahulu sebelum dilakukan perawatan pada

giginya ( Hamidah, 2014).

Berdasarkan hal ini maka menurut asumsi peneliti terhadap penelitian ini

adalah ditemukan adanya siswa yang mengalami tingkat kecemasan sangat berat

di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

Hal ini menunjukkan belum adanya kesiapan siswa secara mental dalam tindakan

pemeriksaan gigi. Kondisi ini perlu segera diatasi yaitu perlu adanya penanganan

untuk mengatasi kecemasan pada siswa. Karena jika tidak diatasi dapat

menyebabkan gangguan selama pemeriksaan bahkan salah dalam penanganan.

Penanganan kecemasan dapat dilakukan secara pendekatan psikologis berupa

terapi dengan metode pengendalian emosional yang dikenal dalam dunia psikologi

klinis dan konseling, karena kecemasan adalah merupakan salah satu gangguan

emosional. Terapi ini diharapkan dapat meningkatkan keyakinan siswa dalam

menjalani pemeriksaaan sehingga tidak menimbulkan kecemasan selama

menjalani pemeriksaan gigi.

5.1.2 Kecemasan Pasien Sesudah Dilakukan Terapi SEFT Terhadap


Tingkat Kecemasan Tindakan Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN 01

39
Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun
2017
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah diberikan terapi SEFT terjadi

penurunan tingkat kecemasan yaitu ditemukan sebanyak 2 orang (13.3%) siswa

mengalami tidak ada mengalami kecemasan di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan

Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar

Kautsar (2015) tentang Pengaruh Metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Bagi Siswa SMP Dalam

Menghadapi Ujian di SMP Negeri 1 Kasihan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa 65,9% siswa mengalami penurunan kecemasan setelah terapi.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi (2015) tentang

efektivitas terapi SEFT (Spritual Emotional Freedom Technique) Menurunkan

Kecemasan Siswa Asrama SMA Stella Duce Yogyakarta Kelas X Hendak

Menghadapi Ujian Akhir Semester Ganjil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata - rata kecemasan responden post test sebesar 139.66

Tekhnik SEFT ( Spritual Emotional Freedom Technique) merupakan salah

satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi cemas pada anak , dimana

SEFT ini berawal dari ilmu pengobatan cina yaitu akupuntur dan akupresure.

Tekhnik ini dikembangkan oleh Gary Craig pada tahun 1991 dengan nama EFT

(Emotional Freedom Technique) dan disempurnakan oleh Zainudin dengan

menambahkan unsur spiritual dan sistem energi tubuh.Tekhnik SEFT ini telah

sering dilakukan untuk menanggulangi penyakit-penyakit fisik maupun

psikologis. Tekhnik ini telah dipraktekkan oleh lebih dari 100.000 orang di

seluruh dunia dengan hampir tidak ada keluhan efek samping dan tekhnik SEFT

40
sangat efektif , tetapi adakalanya Tekhnik ini tidak berhasil ini di sarankan untuk

kembali mempelajarinya atau meminta bantuan pada profesional yang telah

berpengalaman.Tekhnik SEFT ini untuk menghilangkan rasa cemas pada anak

belum pernah digunakan, tetapi telah digunakan dalam hal menanggulangi

gangguan psikologis dan fisik lainnya, seperti anak suka buang air kecil malam,

rasa takut yang berlebihan pada sesuatu serta penyakit-penyakit fisik lainnya.

(Zainudin,2014).

SEFT pelaksanaannya sama dengan akupuntur dan akupresur yaitu, dengan

merangsang titik titik kunci sepanjang 12 jalur energi ( garis meridian) tubuh

yang sangat berpengaruh pada kesehatan. Metode SEFT menemukan cara yang

dapat langsung dengan gangguan sistem energi tubuh untuk menghilangkan emosi

negatif , tidak perlu untuk membongkar ingatan traumatis masa lalu dengan kata

lain metode SEFT melakukan pemotongan mata rantai pengobatan dengan

menyelaraskan kembali sistem energi tubuh maka emosi negatif dengan

sendirinya akan hilang dengan menggabungkan dunia sains dan spritual dengan

cara yang sangat sederhana ( Zainudin, 2014 )

Berdasarkan hal ini maka menurut asumsi peneliti terhadap penelitian ini

adalah ditemukan bahwa terjadi penurunan tingkat kecemasan siswa setelah

diberikan terapi SEFT di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara

Kabupaten Agam tahun 2017. Hal ini menunjukkan terjadi relaksasi pada tubuh

siswa setelah diberikan terapi SEFT sehingga dapat mengurangi ketegangan otot,

denyut jantung yang normal sehingga menimbulkan kebugaran bagi tubuh

sehingga dapat mengurangi terjadinya kecemasan pada pasien. Hal ini dapat

41
menjadi bahan rekomendasi bagi petugas kesehatan untuk menerapkan terapi

SEFT dalam mengatasi kecemasan pasien.

5.2 Analisa Bivariat

Efektifitas Terapi SEFT Terhadap Tingkat Kecemasan Tindakan

Pemeriksaan Gigi pada Siswa SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung

Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata rata kecemasan siswa

Pre-Test 3.80 dan Post- Test 2.20 dan selisihnya 1.60. Hasil uji statistik dengan

uji paired sampel T-test didapatkan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kecemasan sebelum dan setelah terapi SEFT di SDN 01 Pasar

Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Akbar Kautsar (2015) tentang Pengaruh Metode Seft (Spiritual Emotional

Freedom Technique) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Bagi Siswa SMP

Dalam Menghadapi Ujian di SMP Negeri 1 Kasihan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah

dilakukan terapi SEFT terhadap siswa SMP Negeri 1 Kasihan dengan nilai

p=0,000.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi (2015) tentang

efektivitas terapi SEFT (Spritual Emotional Freedom Technique) Menurunkan

Kecemasan Siswa Asrama SMA Stella Duce Yogyakarta Kelas X Hendak

Menghadapi Ujian Akhir Semester Ganjil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

42
terapi SEFT (Spritual Emotional Freedom Technique) efektif menurunkan

kecemasan siswa.

Terbukti pada penelitian bahwa terapi SEFT efektif untuk menurunkan

kecemasan pada siswa dalam melakukan pemeriksaan gigi. Hal ini terlihat pada

penelitian yaitu terjadi penurunan tingkat kecemasan ssiwa sesudah diberikan

terapi SEFT, dimana sebelum diberikan terapi SEFT didapatkan adanya siswa

yang mengalami tingkat kecemasan sangat berat, kemudian setelah diberikan

terapi SEFT tidak ada lagi siswa yang mengalami kecemasan sangat berat bahkan

sudah adanya siswa yang tidak lagi mengalami kecemasan selama menjalani

pemeriksaaan.

Adanya perbedaan tingkat kecemasan sebelum dengan sesudah terapi SEFT

menunjukkan terapi SEFT efektif terhadap penurunan tingkat kecemasan.

Menurut Zainudin (2014) bahwa metode SEFT menemukan cara yang dapat

langsung dengan gangguan sistem energi tubuh untuk menghilangkan emosi

negatif, tidak perlu untuk membongkar ingatan traumatis masa lalu dengan kata

lain metode SEFT melakukan pemotongan mata rantai pengobatan dengan

menyelaraskan kembali sistem energi tubuh maka emosi negatif dengan

sendirinya akan hilang dengan menggabungkan dunia sains dan spritual dengan

cara yang sangat sederhana .

SEFT adalah salah satu varian cabang ilmu baru yang dinamai energy

psichology yang merupakan gabungan dengan Spiritual Power .Energy psicholoy

adalah bidang ilmu baru,yang embrionya adalah berupa prinsip-prinsip Energy

Heling telah dipraktiskan oleh para dokter Tiongkok kuno lebih dari 5000 tahun

yang lalu, adalah seperangkat prinsip dan Tekhnik memanfaatkan sistim energi

43
tubuh untuk memperbaiki kondisi fikiran, emosi, dan prilaku. Mekanisme

fisiologis SEFT dalam mengatasi kecemasan berhubungan dengan proses

ternetralisirnya gangguan emosi yang dirasakan individu, hal ini terjadi karena

aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali dengan

melakukan tapping tersebut (Zainudin, 2014).

Berdasarkan hal ini maka menurut asumsi peneliti terhadap penelitian

ini adalah ditemukan bahwa terapi SEFT efektif terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada anak yang melakukan pemeriksaaan gigi. Hal ini dapat

disebabkan karena adanya keseimbangan emosi anak karena aliran energi tubuh

berjalan dengan normal dan seimbang kembali setelah dilakukan terapi.

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif bagi dunia kesehatan karena

sebagaimana diketahui bahwa rata rata anak mengalami kecemasan dalam

menjalani pemeriksaan gigi. Rasa takut terhadap perawatan gigi merupakan

hambatan bagi petugas kesehatan gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi

masyarakat. Kecemasan dan rasa takut terhadap perawatan gigi menyebabkan

penderita merasa enggan untuk berobat ke unit pelayanan kesehatan gigi.Terapi

SEFT ini dapat dilakukan sebagai langkah awal mengatasi kecemasan sebelum

diberikan tindakan pemeriksaan pada anak. Perlu sosialisasi kepada petugas

kesehatan gigi untuk menerapkan terapi SEFT dalam mengatasi tingkat

kecemasan pada anak untuk menjalani pemeriksaan gigi. Hal mudah dilakukan

dan tidak menimbulkan efek samping pada anak.

44
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Kurang dari separoh (40.0%) siswa mengalami kecemasan berat sebelum

diberikan terapi SEFT pada saat pemeriksaan gigi di SDN 01 Pasar Tiku

Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

6.1.2 Lebih dari separoh (53.3%) siswa mengalami kecemasan ringan sesudah

diberikan terapi SEFT pada saat pemeriksaan gigi di SDN 01 Pasar Tiku

Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam tahun 2017.

6.1.3 Terdapat perbedaan kecemasan sebelum dan setelah terapi SEFT

diberikan pada siswa di SDN 01 Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara

Kabupaten Agam tahun 2017.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan,

pengalaman, dan wawasan dalam melakukan penelitian ilmiah peneliti serta

penerapan ilmu pengetahuan tentang penerapan terapi SEFT dalam mengatasi

kecemasan pasien.

6.2.2 Bagi Puskesmas

Disarankan kepada pimpinan Puskesmas Tiku untuk memberikan

pelatihan terapi SEFT bagi perawat pelaksana agar perawat dapat menerapkan

terapi SEFT dalam mengatasi kecemasan pasien.

47 45
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih

lanjut untuk penurunan tingkat kecemasan pada anak dengan menggunakan

terapi lainnya seperti pengaruh theraphy spiritual terhadap penurunan tingkat

kecemasan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Adelina Barus.2002. Kesehatan Gigi dan Mulut yang Efektif Dalam


Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia

Belladom. 2009. Perilaku Anak Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Dalam
Jurnal Kedokteran Gigi. Dentino.
Corey.1996. Dalam Khasanah Vol.XII.No. Januari-Juni 2014.
Dentino. 2014. Peranan Penyuluhan Demonstrasi Terhadap Rasa Takut dan
Cemas Anak Selama Perawatan Gigi Di Puskesmas Cempaka
Putih:Banjarmasin.Jurnal Kedokteran Gigi Vol.II.No.1 Maret 2014
Hayat,Abdul. 2014. Kecemasan Dan Metode Pengendaliannya.

Izzaty Eka. R.2014. Pentingnya Pendidikkan Karakter Pada Anak


Usia Dini

Sudut Pandang Psikologi Perkembangan Anak.

Indriani. 2014. Rasa takut dan Cemas dalam Perawatan Gigi Pada Anak. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Kementerian Kesehatan. Republik.Indonesia.2014. Rencana Aksi


Nasional

Kesehatan Gigi dan Mulut.

Kementerian Kesehatan. Republik Indonesia.2012. Usaha


Kesehatan Gigi Sekolah

Lestari Titik. 2015. Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka


Penelitian Kesehatan

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta.


Rineka Tjipta Jakarta

RISKESDAS. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.

47
Santi.2015. Efektifitas Terapi SEFT(Spiritual Emotional Freedom
Tekhnik) Menurunkan Kecemasan Siswa Asrama SMA
Stella Duce Yogyakarta Kelas X Hendak Menghadapi Ujian
Akhir Semester Ganjil. Skripsi S1 Program Studi Psikologi
Jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D

Zainudin. 2014. Spiritual Emotional Freedom Technique.

48

Anda mungkin juga menyukai