Anda di halaman 1dari 13

MENGHITUNG POPULASI DENGAN METODE MENANGKAP-

MENANDAI DAN MENANGKAP ULANG (CAPTURE-RECAPTURE)

Disusun oleh :
Desti Rianita Hapsari B1J014026
Rizky Fajar Azkia B1J014031
Nindya Nuraida Ayuningtyas B1J014118
Edwin Muttaqin B1J014132
Kelompok :8
Asisten : Shokhikhun Natiq

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satuan utama suatu populasi adalah individu dari makhluk hidup.Studi
yang mendalam mengenai individu dalam populasi tidak akan banyak membantu
seseorang untuk memahami seperti apakah sebenarnya populasi itu. Setiap
populasi memiliki suatu kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu yang
membangun populasi. Kekhasan dasar dari suatu populasi yang menarik bagi para
ilmuwan atau peneliti (ekologiawan) adalah ukuran dan kerapatannya. Jumlah
individu dalam suatu populasi mencirikan ukurannya, sedang jumlah individu
dalam satuan area/daerah atau dalam satuan volume tertentu mencirikan
kepadatannya (Umar, 2013).
Setiap individu yang ada di alam suatu populasi maupun komunitas sangat
sulit dihitung bila tanpa menggunakan metode dan satuan yang telah ditentukan.
Untuk menerangkan populasi atau komunitas diperlukan sejumlah satuan
pengukuran seperti kepadatan (density), frekuensi, luas penutupan (coverage)
dan biomasa. Penarikan contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling
yang tepat, sebab bila tidak hasil yang diperoleh akan bias (Priyono, 2012).
Mempelajari populasi serta kepadatannya baik pada tumbuhan maupun
hewan merupakan hal yang penting. Kepadatan diambil dari estimasi populasi
dibagi luas area. Organisme yang bergerak cukup sulit untuk diidentifikasi.
Perhitungan populasi baik untuk hewan ataupun tumbuhan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung dengan
memperkirakan besarnya populasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat
hewan atau tumbuhan yang akan di hitung. Misalnya, untuk padang rumput dapat
digunakan metode kuadrat untuk memperkirakan memperkirakan populasi dengan
cara track count atau fecal count. Untuk hewan yang ralatif mudah
ditangkap, misalnya tikus, belalang dapat di perkirakan dengan metode capture-
mark-release-recapture (CMRR). Metode Capture-Recapture adalah salah satu
metode yang paling umum untuk memperkirakan ukuran populasiyang tidak
diketahui. Metodologi ini awalnya dikembangkan dalam ekologi untuk
memperkirakan ukuran populasi satwa liar. Hewan yang terperangkap, ditandai,
dan ditangkap kembali, kemudian digunakan untuk memperkirakan ukuran
seluruh populasi (Rossi, 2010).
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengetahui jumlah populasi Fejervarya
cancrivora dengan metode Capture-Recapture (metode menangkap-menandai dan
menangkap kembali).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua


pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan
ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup
besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang
dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang
dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan
kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam
(Naughton, 1973).
Menurut Naughton (1973), penyebaran populasi merupakan pola
pergerakan individu-individu kedalam atau keluar dari populasi yang disebabkan
oleh dorongan mencari makan, menghindar dari predator, pengaruh iklim, terbawa
angin atau air, perilaku kawin dan faktor fisik lain.Penyebaran populasi dapat
terjadi melalui 3 cara yakni :
a. Emigrasi : merupakan pola pergerakan individu keluar dari daerah populasinya
ke tempat lain, dan tinggal permanen di tempat barunya.
b.Imigrasi : merupakan pola penyebaran individu ke dalam suatau daerah populasi
lain dan individu tersebut menetap di tempat baru.
c. Migrasi : merupakan pola penyebaran individu dua arah, ke luar dan masuk
atau pergi dan dating secara periodik selama kondisi lingkungan tidak
menguntungkan sehingga individu suatu populasi akan berpindah tempat.
Metode capture-mark-release-recapture (CMRR) dikembangkan untuk
mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan estimasi ukuran populasi pada
hewan. Prinsip umum percobaan CMRR adalah untuk menandai individu dalam
penangkapan sesi pertama dan kemudian untuk mencatat proporsi individu yang
ditandai dalam penangkapan kembali sesi berikutnya (Williams et al., 2001).
Model sederhana, populasi berukuran N kemudian diperkirakan dari rasio
individu yang ditandai dan individu yang tidak ditandai dalam sesi penangkapan
kembali (Seber, 1973), dengan asumsi bahwa semua individu (ditandai dan tidak
ditandai) dicampur secara acak setelah penangkapan pertama dan dengan
demikian semua individu bisa ditangkap kembali dalam sesi penangkapan
kembali. Kelemahan metode capture recapture ini adalah penggunaan metode ini
masih sangat sulit untuk memperoleh estimasi ukuran populasi yang dapat
diandalkan bagi spesies yang sulit untuk menangkapnya, seperti spesies langka,
atau spesies yang sulit untuk ditangani (Darroch, 1998).
Metode ini mengasumsikan populasi tertutup (tidak ada imigrasi,
emigrasi, kelahiran atau kematian antara pemberian tanda dan penangkapan
kembali). Metode ini juga mengasumsikan semua anggota populasi sama-sama
mungkin ditandai dan ditangkap kembali, dan hewan ditandai secara acak
didistribusikan dalam populasi hingga saat penangkapan kembali. Tujuan
menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui kerapatan suatu populasi
hewan. Metode capture recapture bermanfaat untuk mengatasi kesulitan yang
berhubungan dengan estimasi ukuran populasi pada hewan (McFarlane, 2003).

III. DESKRIPSI LOKASI


Lokasi pengambilan sampel dilakukan di areal persawahan Fakultas
Biologi Universitas Jenderal Soedirman, sedangkan lokasi penyebaran sampel
dilakukan di taman belakang didekat stasiun percobaan Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman. Kondisi vegetasi ditempat ini cukup banyak
ditumbuhi jenis-jenis tumbuhannya mulai dari semak, perdu, dan pohon. Tanah
memiliki nilah pH 7, suhu udara 26 0 C dan kelembapan 84%. Tanah cukup basah
dikarenakan sedang musim hujan.
Gambar 1. Lokasi Penyebaran Gambar 2. Peta Lokasi (Google
Map)

IV. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alat tulis, benang
wol, dan kamera. Bahan yang digunakan adalah Fejervarya cancrivora.

B. Metode
1. Penangkapan Fejervarya cancrivora dilakukan di lapangan.
2. Hewan-hewan yang tertangkap diberi tanda dengan benang wol pada kakinya,
jangan sampai benang wol lepas.
3. Fejervarya cancrivora yang telah diberi tanda kemudian dilepaskan kembali
4. Setelah 1 hari kemudian dilakukan recapture atau penangkapan kembali.
Perhitungan populasi dengan menggunakan indeks Peterson-Lincoln, yaitu :
M.n
N=
m

2
M .n (nm)
var N =
m3

Keterangan :
N : taksiran jumlah individu populasi.
M : jumlah individu yang ditandai pada penangkapan pertama.
n : jumlah total individu-induvidu yang tertangkap kembali baik yang
bertanda maupun tidak bertanda.
m :jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan
kedua.
Rumus-rumus di atas digunakan untuk jumlah individu yang bertanda
yang dileps kembali, yang cukup besar (> 20). Untuk M < 20 dipakai rumus
berikut :

m(n+1)
N=
m+1
Varian estimasinya
M 2 .n ( nm )
varN =
( m+ 1 )2 ( n+2 )

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Gambar 2. Fejervarya cancrivora yang telah diberi tanda

1. Tabel Hasil Perhitungan Populasi Fejervarya cancrivora dengan Metode


Capture Recapture
Perlakuan Praktikum Capture Recapture
Jumlah Fejervarya 5 3
cancrivora

2. Hasil Perhitungan Populasi Fejervarya cancrivora dengan Metode Capture


Recapture

Dari hasil tersebut, dihitung besarnya populasi Fejervarya cancrivora


dangan, yaitu Metode Peterson. Rumus dasar yang digunakan untuk perhitungan
adalah:
N=MXn Varian N = M2 X n ( n m )
m m3
Keterangan :
N = Taksiran jumlah individu populasi
M = jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n = jumlah individu individu yang tertangkap kembali baik yang bertanda
maupun yang tidak bertanda
m = jumlah individu yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua
Perhitungan
N = M X n = 5 x 3 = 15
m 1
Varian N = M X n ( n m ) = 52 X 1 (3 1) = 50
2

m3 13
B. Pembahasan
Preparat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah katak
Fejervarya cancrivora. Katak adalah hewan amphibia yang paling dikenal orang
di Indonesia. Katak berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul,
kerap kali kering, dan kaki belakangnya pendek, sehingga kebanyakan kurang
pandai melompat jauh. Beberapa jenis katak sisi tubuhnya terdapat lipatan kulit
berkelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas pangkal paha yang disebut
lipatan dorsolateral. Katak mempunyai mata berukuran besar, dengan pupil mata
horisontal dan vertikal. Beberapa jenis katak, pupil matanya berbentuk berlian
atau segi empat yang khas bagi masing-masing kelompok. Kebanyakan binatang
betina lebih besar daripada yang jantan. Ukuran katak dan kodok di Indonesia
bervariasi dari yang terkecil hanya 10 mm, dengan berat hanya satu atau dua gram
sampai jenis yang mencapai 280 mm dengan berat lebih dari 1500 gram
(Tjitrosoepomo, 1993).
Cara hidup katak sangat berbeda dengan ikan. Hewan ini tidak hidup di
dalam perairan yang dalam dan menggunakan sebagian besar waktunya di darat.
Katak juga memiliki bermacam-macam warna kulit dengan pola yang berlainan.
Warna-warna itu ditimbukan oleh pigmen-pigmen yang terdapat di dalam sel-sel
pigmen di dalam dermis. Perubahan warna pada kulit Katak dapat terjadi karena
stimuli lingkungan, misalnya gelap, panas, dan dingin (Marwoto et al., 2011).
Ketika habitat sudah tidak layak untuk kelangsungan hidupnya karena persaingan
makanan dengan jenis lain, adanya perubahan habitat dan perubahan kualitas air,
beberapa jenis yang rentan cenderung mati namun beberapa jenis yang lebih tahan
akan mampu melangsungkan kehidupannya bahkan bila tidak ada predator, jenis
ini akan mendominasi perairan. Banyak faktor yang terkait dengan habitat,
diantaranya adalah sumber pakan dan tempat berlindung, substrat untuk
melekatkan telur, atau tempat terlindung dari predator, bagi katak dewasa dan
anakan- anakannya. Perilaku harian dan pemilihan unit habitat diduga sangat
dipengaruhi oleh kondisi habitat dan posisi unit habitat essensial dalam suatu
ekosistem (Abdullah, 2013).
Percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah menggunakan
metode capture-recapture, metode ini pada dasarnya menangkap sejumlah
individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap
kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam
periode waktu yang pendek. Setelah keesokan harinya individu ditangkap kembali
dihitung apakah ada yang bertanda atau tidak.Sejauh ini metode termudah untuk
penaksiran ukuran populasi adalah Metode Lincoln-Petersen. Metode ini
menghitung proporsi besar dari populasi dapat ditangkap dalam satu periode
waktu. Metode ini hanya membutuhkan 2 periode census, melibatkan inisial
Penanda dari Individu (M) dimana m diperoleh dari n binatang yang ditangkap
pada penangkapan kedua. Jika populasi tertutup (yaitu tidak adanya penambahan
atau pengurangan seperti Imigrasi, Emigrasi, mortalitas, dll.) maka secara intuisi
hal ini dapat diperkirakan bahwa pengacakan satwa tertandai dalam populasi
(M/N) dapat ditaksir dengan proporsi dari satwa yang ditandai pada pengambilan
sampel kedua yaitu :
M .n
N= m

Keterangan :
N = taksiran jumlah populasi
M = jumlah individu yang ditandai pada penangkapan pertama
n = jumlah total individu-individu yang tertangkap kembali (bertanda atautidak)
m = jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua
Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan
dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi, merupakan
metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi.
Metode capture recapture yang digunakan yaitu Lincoln-Peterson dimana jumlah
sampel lebih dari 20. Penerapan metode ini baik untuk hewan maupun manusia
relatif sama. Hal yang perlu diperhatikan menurut Yuan et al. (2014) adalah
sebagai berikut
1. Populasi tertutup (tidak ada kelahiran, kematian, Imigrasi, dan Emigrasi)
2. Probabilitas menangkap sama setiap individu dalam populasi sampel
3. Sampel indipendent
4. Tanda tidak hilang.
Metode capture-recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga
ukuran populasi alami.Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode
capture-recapture pada kenyataannya sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, ada beberapa cara yang dapat digunakan salah
satunya adalah dengan cara pendugaan yang dilakukan tanpa melepaskan kembali
hewan yang telah disampling. Metode ini dikenal dengan nama removal sampling
(Umar, 2013).
Berdasarkan rumus metode capture-recapture, diperoleh nilai N 15 dengan
Variasi 50. Jumlah Fejervarya cancrivora yang ditangkap kembali tidak sama
dengan jumlah diawal pelepasan. Hal ini dikarenakan terjadinya migrasi atau
perpindahan Fejervarya cancrivora ke luar dari populasi awalnya menuju ke
populasi yang baru, adanya dorongan mencari makanan, menghindari predator,
atau mungkin karena pergerakan kaki serta faktor non-teknis menyebabkan
benang wol terlepas.
Faktor lingkungan ada dua yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik.
Kehidupan hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan
dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan
keadaan daerah itu. Menurut Heddy (1989), faktor lingkungan abiotik secara
besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain
ialah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah
salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor
lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang
terdapat di suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan tanah adalah
organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-
tumbuhan dan golongan hewan lainya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode capture-recapture adalah metode yang digunakan untuk mengukur
kerapatan suatu populasi.
2. Jumlah populasi Fejervarya cancrivora yang dihitung menggunakan metode
capture-recapture adalah sebanyak 15 dengan variasi 50.

B. Saran
Saran dalam praktikum ini adalah sebaiknya Fejervarya cancrivora benar-
benar diambil dari tempat aslinya agar dapat diketahui faktor yang mempengaruhi
jumlah setelah ditangkap kembali serta dilakukan pengambilan sampel pada
malam hari atau menjelang hujan.
DAFTAR REFERENSI

Abdullah. 2013. Karakterisitik Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus


sumatranus Temminck. Jurnal EduBio Tropika.1(1):57-60.

Darroch, D. 1998. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan


Laboraturium. Universitas Indonesia. Jakarta.

Rossi, P. Pepe, O. Curzio., & M. Marchi. 2010. Generalized Linear Models and
Capture-Recapture Method In a Closed Population: Strengths and
Weaknesses. Statistica. Vol. LXX (3): 371-389.

Heddy, S. 1989. Kunci Identifikasi Zooplankton. Penerbit Universitas Indonesia,


Jakarta.

Mc Farlane, A. A. 2003. Bekicot Budidaya dan Pemanfaatannya. PT Penebar


Swadaya, Jakarta.

Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. Yogyakarta: UGM Press


Priyono, B., 2012. Ekologi kuantitatif. Jakarta:Lembaga Informasi dan Studi
Pembangunan Indonesia.

Seber, C.F. 1973. Biology of Freshwater Pollution.New York:Longman Inc.


Tjitrosoepomo. 1993. Morfologi Hewan. Jakarta: Gajah mada University Press.

Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makassar: Universitas


Hasanuddin.

Williams, J.T. 2001. Guide to The Study of Animal Populaion. Knoxvilie:The


University ofTannasse Press.
Yuan Xu, M. Fyfe, L. Walker dan L. Cowen. 2014. Estimating the number of
injection drug users in greater Victoria, Canada using capture-
recapturemethods. Harm Reduction Journal. 11(9):1-7.

Anda mungkin juga menyukai