Percobaan III
KONTROL KUALITAS BAHAN ALAM
KADAR SARI LARUT AIR DAN ETANOL
Kelompok A.1.2:
Anggota:
1. Aulia Yolanda 20112100
2. Ballyna Chasaanova 20112100
3. Christina Giovanni 2011210044
4. Citra Maulani 20112100
5. Citra Pratiwi 20112100
6. Conny Mustamu 20112100
7. Dannyl Rudi 2011210050
8. Dewi Maya 20112100
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
Jakarta
2014
PENETAPAN KADAR SARI LARUT AIR DAN LARUT ETANOL
I. JUDUL PERCOBAAN
KONTROL KUALITAS BAHAN ALAM Pengujian Mutu (Kemurnian) Serbuk
Simplisia
b. Alat
1. Erlenmeyer tutup 250 ml 7. Oven
2. Gelas ukur 100 ml 8. Batang pengaduk
3. Timbangan analitik 9. Pengaduk magnetik
4. Kertas saring 10. Alumunium foil
5. Corong gelas 11.OHP pen
6. Cawan penguap yang sudah mempunyai bobot tetap
VII. HASIL PERCOBAAN
A. Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Penimbangan simplisia = 5,2272 g 0,0103 g = 5,2169 g
Bobot cawan kosong = 22,6612 g
Penimbangan Cawan + isi Bobot (g)
1 22,6983
2 22,6970
3 22,6973
VIII. PERHITUNGAN
1. % kadar sari larut dalam etanol
%= (W1-W0) x 100 x 100%
Bobot simplisia 10
= (22,6973 g 22,6612 g) / 5,2169 g x 10 x 100% = 6,9198%
Persyaratan kadar sari larut dalam etanol berdasarkan MMI (Materia Medika
Indonesia) adalah tidak kurang dari 4,4 % (simplisia memenuhi syarat).
2. % kadar sari larut dalam air
%= (W1-W0) x 100 x 100%
Bobot simplisia 10
= (22,8876 g 22,8133 g) / 5,2226 g x 10 x 100% = 14,2266%
Persyaratan kadar sari larut dalam air berdasarkan Materia Medika Indonesia)
adalah tidak kurang dari 15,4% (simplisia tidak memenuhi syarat).
IX. PEMBAHASAN
Pada penetapan kadar sari larut etanol adalah untuk menentukan jumlah
senyawa yang larut dalam etanol (sebagai pelarut organik dan pelarut universal)
begitu pula penetapan kadar sari larut air ditetapkan untuk mengetahui jumlah
senyawa yang larut air (sebagai pelarut senyawa polar, seperti glikosida, flavonoid,
tannin, saponin). Hal ini berguna untuk menentukan pelarut yang cocok untuk
membuat sediaan dari simplisia, misalnya untuk pembuatan jamu dari suatu simplisia
biasanya pelarut yang banyak digunakan adalah air dan etanol.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas penyarian antara lain
adalah kondisi alamiah bahan yang disari (berupa jaringan lunak atau keras, bahan
segar atau dikeringkan), ukuran partikel bahan, dan jenis cairan penyari (berkaitan
dengan polaritas solvent).
Pada percobaan ini, pembuatan sari dilakukan dengan metode ekstraksi
sederhana yaitu dengan maserasi disertai dengan pengocokkan menggunakan alat
homogenizer atau magnetik stirer, agar senyawa dalam simplisia tersari sempurna.
Setelah dilakukan penyarian selama 1 jam, kemudiaan ekstrak dipekatkan dengan cara
dipanaskan diatas waterbath (sebelumnya ekstrak yang sudah tersari disaring terlebih
dahulu), tujuan dari pemekatan ekstrak yaitu untuk meninggikan konsentrasi
kandungan bahan (bioaktif terlarut), pembuatan stissum (ekstrak kental), pembuatan
suatu bahan antara (konsentrat untuk tujuan pembuatan sediaan, pemekatan sebagai
suatu tahap awal pada pembuatan ekstrak kering).
X. KESIMPULAN
1. Kadar sari larut etanol = 6,9198% (memenuhi syarat)
2. Kadar sari larut air = 14,2266% (tidak memenuhi syarat)
XI. PUSTAKA
a. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1978. Materia Medika
Indonesia II. Jakarta. Departemen Kesehatan
b. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta.
Tikus yang diuji dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok I alias kontrol diberi larutan tragakan berkadar 1%.
Tiga kelompok lainnya diberi sambiloto yang diekstrak dengan heksana, etilasetat, dan etanol berdosis 0,5
g/kg bb tikus. Kelompok sisanya diberi tolbutamid berdosis 0,315 g/kg bb untuk perbandingan. Tolbutamid
senyawa aktif yang biasanya terkandung dalam obat diabetes di pasaran.
Sebelum percobaan tikus dipuasakan selamaerdosis 2 g/kg bb secara oral. Kadar guHasil