Bab Iv
Bab Iv
Bab Iv
b. .Hasil Belajar
Hasil belajar pada studi awal pembelajaran IPA tentang keseimbangan ekosistem di kelas
VI masih sangat rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Hal ini bisa dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Nilai Studi Awal
No Nama siswa Jenis Nilai Studi Keterangan
Kelamin Awal
1. Fiki Asfarudin L 20 BT
2. Ahmad Zainul Amri L 60 BT
3. Aziz Musbihan L 40 BT
4. Ayu Marifatus Sholihah P 60 BT
5. Mohamad Aziz Supriyadi L 40 BT
6. Itmamul Wafa L 30 BT
7. Yuni Uswatun Khasanah P 60 BT
8. Affan Fauzi L 40 BT
9. Ahmad Ulun Nangim L 50 BT
10. Alfi Mamunatun Hasanah P 50 BT
11. A.Yaqut Shofiyyulloh L 40 BT
12. Doni Choiruman L 80 T
13. Eka Fahri Kurniawan L 60 BT
14. Febryana Rudiyanto L 60 BT
15. Fuadi Wafa L 80 T
16. Laely Marifah P 70 T
17. Fuad Nur Khafid L 70 T
18. Moh. Syaeful Huda L 80 T
19. Muhamad Darul Muttaqin L 50 BT
20. Mohammad Syafri Assidiq L 80 T
21. Muhammad Wahyu Hidayat L 60 BT
22. Nur Nawangsari P 70 T
23. Reyvanza Febri Prasetya L 70 T
24. Rifqi Deni Masruhan L 50 BT
25. Siti Robingatun Sururriyah P 50 BT
26. Tania Titis Feriyanti P 80 T
27. Rifka Alifianti P 60 BT
Jumlah 1560
KKM 65
Rata-rata Kelas 58
Persentase Ketuntasan 33%
Persentase Belum tuntas 67%
Keterangan
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Grafik 4.1 Nilai Studi Awal
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1 tersebut dapat diperoleh informasi bahwa Kriteria
Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas VI SD Negeri 1 Karangsari
adalah 65, dari 27 siswa kelas VI yang mengalami ketidaktuntasan belajar sebanyak 18 siswa
(67%) di bawah KKM, sisanya 9 siswa telah mengalami ketuntasan belajar yaitu 33% di atas
KKM, dari batas tuntas yang diharapkan oleh guru yaitu 95%. Nilai terendah yang didapatkan
siswa yaitu 20 dan nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 57. Siswa yang mendapatkan nilai di
bawah rata-rata kelas sebanyak 11 siswa dan yang mendapatkan nilai di atas nilai rata-rata kelas
sebanyak 16 siswa.
Dari paparan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada studi awal
masih sangat rendah, maka dari itu sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dari tabel 4.2 dan grafik 4.2, diperoleh informasi bahwa siswa yang memiliki motivasi
tinggi ada 11 siswa (41%), motivasi sedang 9 siswa (33%), dan motivasi rendah 7 siswa (26%).
b. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus I mengalami peningkatan, meskipun
hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari data nilai evaluasi berikut ini:
Jumlah 1660
KKM 65
Rata-rata Kelas 61
Persentase Ketuntasan 52%
Persentase Belum tuntas 48%
Keterangan
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Dari tabel dan grafik di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1) Pada siklus I nilai rata-rata kelas 61.
2) Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 14 siswa atau 52% dari jumlah siswa.
3) Siswa yang belum tuntas belajar ada 13 atau sekitar 48%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah meningkat, meskipun
belum optimal, yaitu 14 siswa dari 27 siswa (52%) sudah mencapai ketuntasan belajar.
Keterangan
T : Motivasi tinggi (memenuhi 3 indikator)
S : Motivasi sedang (memenuhi 2 indikator)
R : Motivasi rendah (memenuhi 1 indikator)
Dari tabel 4.3 dan grafik 4.3 di atas, diperoleh informasi bahwa siswa yang memiliki
motivasi tinggi sebanyak 21 siswa (78%), siswa memiliki motivasi sedang sebanyak 5 siswa
(19%), dan siswa yang bermotivasi rendah hanya ada 1 siswa (4%). Siswa yang bermotivasi
rendah tersebut memang tergolong siswa yang sedikit memiliki kelainan atau keterlambatan
belajar bila dibandingkan dengan siswa yang lain.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus II mengalami peningkatan yang baik,
hanya ada beberapa siswa yang belum tuntas atau masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal
ini dapat dilihat dari data nilai evaluasi siklus II berikut ini:
Jumlah 2190
KKM 65
Rata-rata Kelas 81
Persentase Ketuntasan 81%
Persentase Belum tuntas 19%
Keterangan
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Dari tabel dan grafik di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1) Pada siklus I nilai rata-rata kelas 81.
2) Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 22 siswa atau 81% dari jumlah siswa.
3) Siswa yang belum tuntas belajar ada 5 atau sekitar 19%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah mengalami
peningkatan bila dibandingkan sebelumnya. Pada siklus II ini ketuntasan belajar klasikal telah
mencapai 81%, artinya ketuntasan belajar tersebut telah melebihi kriteria ketuntasan belajar
klasikal yang diharapkan yaiti 75%, sehingga peneliti sudah tidak melakukan pembelajaran
siklus III.
Dari tabel 4.6 dan grafik 4.6 tersebut dapat diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa
pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan hasil belajar siswa pada studi awal. Jika pada
studi awal ketuntasan belajar siswa secara klasikal hanya 33% atau siswa yang tuntas belajar
sebanyak 9 dari 27 siswa, sehingga 18 siswa lainnya belum tuntas belajar atau 67%, sedangkan
pada siklus I sebanyak 14 dari 27 siswa telah tuntas belajar atau 52% dan siswa yang belum
tuntas belajar sebanyak 13 siswa atau 48%.
Peningkatan hasil belajar pada siklus I ini dipacu oleh perubahan pola pembelajaran yang
semula hanya bersifat konvensional atau transfer pengetahuan saja, beralih kepada pendekatan
kontekstual yang juga melibatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran yang lebih
bermakna yaitu dengan bekerja kelompok dengan anggota kelompok 5 atau 6 siswa setiap
kelompok. Hasil belajar pada suklus I tersebut dirasakan oleh peneliti belumlah optimal,
sehingga peneliti melanjutkan lagi pada pembelajaran siklus II.
2. Siklus II
a. Proses Pembelajaran
Pengkajian data yang peneliti lakukan pada proses pembelajaran studi awal, siklus I, dan
siklus II, secara bertahap mengalami peningkatan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat pada
tabel dan grafik berikut.
Tabel 4.7 Perbandingan Prosentase Peningkatan Motivasi Siswa
Siklus I Siklus II
Tingkat Motivasi Banyak Banyak
Prosentase Prosentase
siswa siswa
Motivasi Tinggi 11 41% 21 78%
Dari data tabel dan grafik tersebut di atas, maka dapat diperoleh informasi bahwa
motivasi siswa pada siklus II meningkat, yang semula pada siklus I siswa bermotivasi tinggi
hanya 41% atau 11 siswa dari 27 siswa, menjadi 78% atau sebanyak 21 siswa dari 27 siswa.
Siswa yang bermotivasi rendah pada siklus I sebanyak 7 siswa atau 26%, pada siklus II hanya
ada 1 siswa atau 4% saja. Hal ini disebabkan perkembangan mental siswa tersebut berbeda dari
siswa secara normal lainnya.
Menurut Winataputra (2005:2.7) motivasi ada dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi
ekstrinsik berasal dari luar misalnya pujian, nasehat dari guru atau orang tua, bisa juga dari
suasana belajar yang menyenangkan.
Penggunaan pendekatan kontekstual yang peneliti lakukan tentunya lebih memunculkan
motivasi intrinsik siswa sebab pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Begitu juga munculnya motivasi
ekstrinsik siswa sangat didukung oleh suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, dalam hal
ini dengan diskusi kelompok, tanya jawab, serta dengan bimbingan peneliti yang sangat berarti
bagi siswa, sehingga suasana belajar yang tercipta lebih menyenangkan dan bermakna.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka
perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran
merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang
menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007 : 5 - 6).
Penguasaan terhadap konsep pada proses pembelajaran tersebut dapat dilihat pada
penilaian evaluasi siswa. Pada siklus II dikatakan bahwa hasil belajar meningkat dibandingkan
siklus I. Peningkatan tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Evaluasi Studi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No Nama siswa Jenis Nilai Studi Siklus Siklus
Kelamin Awal I II
1. Fiki Asfarudin L 20 20 40
2. Ahmad Zainul Amri L 60 70 80
3. Aziz Musbihan L 40 40 60
4. Ayu Marifatus Sholihah P 60 50 60
5. Mohamad Aziz Supriyadi L 40 60 80
6. Itmamul Wafa L 30 30 50
7. Yuni Uswatun Khasanah P 60 60 70
8. Affan Fauzi L 40 70 70
9. Ahmad Ulun Nangim L 50 70 90
10. Alfi Mamunatun Hasanah P 50 60 70
11. A.Yaqut Shofiyyulloh L 40 40 70
12. Doni Choiruman L 80 80 100
13. Eka Fahri Kurniawan L 60 80 90
14. Febryana Rudiyanto L 60 80 100
15. Fuadi Wafa L 80 80 100
16. Laely Marifah P 70 80 100
17. Fuad Nur Khafid L 70 70 100
18. Moh. Syaeful Huda L 80 70 100
19. Muhamad Darul Muttaqin L 50 60 80
20. Mohammad Syafri Assidiq L 80 80 100
21. Muhammad Wahyu Hidayat L 60 80 100
22. Nur Nawangsari P 70 70 90
23. Reyvanza Febri Prasetya L 70 50 70
24. Rifqi Deni Masruhan L 50 50 90
25. Siti Robingatun Sururriyah P 50 20 50
26. Tania Titis Feriyanti P 80 80 100
27. Rifka Alifianti P 60 60 80
Grafik 4.8 Perbandingan Nilai Evaluasi Studi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Grafik 4.8 menunjukkan bahwa perbandingan siswa yang tuntas belajar dengan siswa
yang belum tuntas belajar berbanding terbalik antara studi awal, siklus I, dan siklus II. Data
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar
secara klasikal pada studi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 33%,
52% dan 81% dan ketidaktuntasan atau belum tuntas belajar siswa secara klasikal menurun yaitu
dari 67%, 48%, dan19%.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipicu oleh penggunaan pendekatan
kontekstual yang lebih ditingkatkan lagi dalam pembelajan sehingga lebih bermakna,
pengelolaan kelas dengan diskusi kelompok yang lebih kecil lagi dengan 3 atau 4 anggota tiap
kelompok sesuai kedekatan pertemanan siswa, melibatkan keaktifan dan kreatifitas siswa lebih
tinggi, dan bimbingan peneliti secara menyeluruh kepada siswa.
- See more at: http://jasapembuatanptksd.blogspot.co.id/2014/03/laporan-bab-iv-hasil-penelitian-
dan_74.html#sthash.Nn8LIf62.dpuf