Anda di halaman 1dari 7

Humaniora

Filed under: Forensik,med papers ningrum @ 5:45 am

PENDAHULUAN

Secara eksplisit Humaniora tercantum di dalam KIPD II (Dirjen Dikti,1994), dalam


rangkaian Humaniora, Filsafat, Metodologi, Etik dan Hukum Kedokteran. Hal ini bertujuan
untuk memberi landasan bagi pemahaman tentang ilmu dan profesi kedokteran. Akan tetapi tidak
ada ketetapan lebih lanjut tentang arahan, tujuan, lingkup bahasan cabang ilmu, dan buku ajar
sebagai rujukan. Hal-hal tersebut diserahkan kepada masing-masing Fakultas Kedokteran. (1)

Dalam KIPDI III, yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Dirjen Dikti,
2005), kata humaniora tidak lagi secara eksplisit dicantumkan, tetapi terdapat 2 kompetensi yang
berkaitan dengan etika, yakni 1) Kompetensi komunikasi, kemampuan berkomunikasi efektif
secara etis, dan 2) Etika, moral, medikolegal, profesionalisme dan keselamatan pasien. (1)

Perubahan ini mencerminkan lebih difokuskannya humaniora kepada etik, yang antara
keduanya bersinggungan, bahkan adanya bagian yang bertumpang tindih. (1)

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan arti yang tepat dari humaniora, wilayah
kajiannya, dan perlunya humaniora dalam pendidikan dan praktek kedokteran. (1)

Humaniora adalah cerita, ide dan kata-kata yang membantu kita merasakan kehidupan dan dunia
kita. Humaniora mengenalkan kita pada orang-orang yang tidak pernah kita temui, tempat yang
tidak pernah kita kunjungi, dan ide yang tidak pernah terlintas dalam benak kita. Dengan
memperlihatkan bagaimana orang-orang lain hidup dan berpikir tentang kehidupan, humaniora
membantu kita menentukan apa yang penting dalam kehidupan kita dan apa yang dapat kita
lakukan untuk membuatnya lebih baik. (2)

DEFINISI

Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi
manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif, sebagaimana
dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu sosial. (3)

Contoh dari disiplin humaniora adalah bahasa kuno dan moderen, literatur, hukum,
sejarah, filosofi, agama, dan seni visual dan drama (termasuk musik). Subyek-subyek tambahan
yang terkadang masuk dalam humaniora adalah teknologi, antropologi, studi area, studi
komunikasi, studi kultural, dan linguistik, meskipun cabang tersebut selalu dianggap sebagai
ilmu sosial. (3)

BAHASA, PERISTILAHAN
Secara bahasa, kita mengenal istilah humaniora (Latin), humanities (Inggris), humanisme,
humanitarian, humanitarianisme, humanis, yang semuanya berasal dari kata human, yang berarti
mankind, manusia, makhluk dengan derajat tertinggi. Humaniora maupun humanitas, kedua-
duanya dipergunakan dalam bahasa Latin/Yunani, misalnya dalam Literae Humanitates, atau
Literae Humaniores. Oleh karena literatur Yunani/Latin adalah sumber utama dari pengetahuan,
kebijaksanaan dan ekspresi, maka humanitas (Latin) berarti bahasa dan literatur (termasuk
filsafat, sejarah, ilmu pidato, dan sastra), Yunani dan Romawi kuno. (1)

Sebagai gerakan, humaniora bangkit berbarengan dengan renaisans, sesudah ditemukannya


kembali pustaka dan peradaban Yunani/Romawi kuno, yang membangkitkan minat kepada
manusia, budaya, dan karyanya. (1)

Bahasa Indonesia, yang menerjemahkan kata-kata Inggris dengan suku kata akhir ty,
misalnya university, faculty, dan lain-lain, dengan tas, yang menjadi universitas dan fakultas,
cenderung lebih menggunakan kata humaniora daripada humanitas. Hal ini menunjukkan bahwa
humaniora bukan terjemahan dari humanity (Inggris), tetapi dari bahasa Latin humaniores.
Selanjutnya dalam tulisan ini dipakai kata humaniora dan bukan humanitas. Sedang kata
humanitas (kb) diartikan sebagai kodrat manusia atau perikemanusiaan (Fajri dan Senja). Perlu
dicatat juga terdapat penggunaan kata humaniora sebagai padanan dari humanisme, misalnya
oleh Riyadi DS, (2005). (1)

Humaniora dapat berarti : (1)

1. Studi tentang bahasa-bahasa dan sastra klasik Yunani dan Romawi

2. Cabang pengetahuan yang mempelajari manusia dan budayanya, seperti filsafat, sastra,
dan seni; tidak termasuk di dalamnya ilmu (science) seperti biologi dan ilmu politik.
Agama/kepercayaan kepada Tuhan, juga kemudian, sejak William Caxton (1422-1491)
tidak dimasukkan dalam kajian humaniora (Morris, 1981; Encycl Brit 1973)

3. Dalam arti yang paling umum, humaniora adalah kualitas, perasaan dan kecenderungan,
bukan saja deskriptif tetapi juga normatif. Dalam kaitan ini humaniora mempunyai
konotasi perasaan dan perilaku manusia sebagai gentleman, orang yang berbudi luhur dan
sifat-sifat luhur yang melekat dengannya. Humaniora juga mempunyai konotasi budaya
intelektual. Humaniora dimaksudkan juga studi, pelatihan, proses yang menghasilkan
kualifikasi tersebut. Istilah inhumanitas diartikan sebagai not civilized, tidak berbudaya,
atau bar-bar.

Kata-kata yang berdekatan dengan humaniora, bahkan sering disama artikan, adalah sebagai
berikut: (1)

Humanitarian (kata sifat)

o Memfokuskan pada kebutuhan manusia dan menghilangkan/mengangkat


penderitaan manusia
o Berkaitan dengan pengabdian pada usaha-usaha kesejahteraan manusia dan
dorongan untuk perubahan masyarakat (social reform) = phylantopist, filantropis

Humanitarianisme

o Pandangan, dasar-dasar, metoda dari humanitarian = filantropi

o Keyakinan, bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk


kesejahteraan kemanusiaan yang lebih baik (berdekatan dengan pengertian etik)

o Keyakinan bahwa kondisi manusia dapat mencapai kesempurnaan dengan


upayanya sendiri, tanpa Tuhan

Humanisme

o Keadaan atau kondisi atau kualitas sebagai manusia, makhluk berderajat tinggi

o Filsafat atau sikap yang menaruh perhatian terhadap manusia, perhatian dan
pencapaiannya

o Studi humaniora; ajaran tentang kesopanan dan budaya

o Gerakan/budaya dan intelektual yang terjadi pada masa renaisans

Humanis

o Orang yang mengkaji humaniora, terutama mahasiswa tentang masalah-masalah


klasik

o Orang yang menaruh perhatian kepada kajian tentang upaya dan


kemampuan/pencapaian manusia

o Pengkaji/mahasiswa tentang renaisans, atau pengikut dari paham humanisme

Humanistik (ks)

Berhubungan dengan humanisme atau humaniora

Dari uraian diatas, istilah Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab, yang dapat
mewadahi humaniora ialah adab. Dalam ilmu al adab terkandung ilmu sastra, sejarah sastra, ilmu
kritik sastra, filologi. Adab juga berarti budaya yang baik. Tidak beradab berarti tidak berbudaya,
tidak berperilaku baik, sebagaimana Cicero (filsuf Yunani) mengartikan inhumanitas dengan
barbar. (1)
Adab dapat berarti antara lain discipline of mind and manners, and of conduct or
behaviour (Huges, 2004). Karya al Makdisi (2005), dapat lebih memastikan bahwa ilmu adab
adalah Humaniora. (1)

SEJARAH HUMANIORA

Di dunia Barat, studi humaniora dapat dilacak hingga ke Yunani Kuno, sebagai basis
pendidikan yang besar bagi masyarakat. Selama masa Romawi, konsep tujuh seni liberal
bertingkat, termasuk grammar, retorika dan logika (trivium), bersama dengan aritmatika,
geometri, astronomi dan musik (quadrivium). Subjek-subjek ini membentuk curahan pendidikan
pertengahan, dengan penekanan pada humaniora sebagai keterampilan atau cara melakukan
sesuatu. (3)

Sebuah pergeseran utama selama masa Renaissance, ketika humaniora mulai dihargai
sebagai subyek untuk lebih dipelajari daripada dipraktekkan, dengan penyesuaian bergeser dari
bidang tradisional kepada area seperti literatur dan sejarah. Pada abad ke 20, pandangan ini
ditantang oleh pergerakan paska-modernisasi, yang dicari untuk menggambarkan kembali
humaniora dalam istilah yang lebih menganut persamaan untuk masyarakat demokratis. (3)

BIDANG-BIDANG HUMANIORA

Sebagai sebuah bidang studi, humaniora menekankan pada analisa dan pertukaran ide-ide
dibandingkan ekspresi kreatif seni atau penjelasan kuantitatif ilmu pengetahuan. (2)

1. Sejarah, Antropologi, dan Arkeologi mempelajari perkembangan sosial, politik dan


budaya manusia. (2)

2. Literatur, Bahasa dan Linguistik mempelajari bagaimana kita berkomunikasi satu sama
lain, dan bagaimana ide dan pengalaman kita akan pengalaman kemanusiaan
diekspresikan dan diinterpretasikan. (2)

3. Filosofi, Etika, dan Perbandingan Agama mempertimbangkan ide tentang makna hidup
dan alasan bagi pemikiran dan tindakan kita. (2)

4. Yurisprudensi menguji nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menginformasikan hukum


kita. (2)

5. Pendekatan Historis, Kritis, dan Teoritis terhadap Seni merefleksikan dan menganalisa
proses kreatif. (2)

Pembagian bidang humaniora (3)

Sastra Klasik

Sejarah
Bahasa

Hukum

Literatur

Seni Drama

o Musik

o Teater

o Dansa

o Filosofi

o Agama

o Seni visual

Melukis

HUMANIORA DAN ETIKA

Bila humaniora memusatkan perhatian kepada manusia, etika sebagai ilmu merupakan
bagian dari filsafat yang mempelajari nilai baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak pantas dalam
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya (Hariadi, 2005).
Tampak ada bidang tumpang tindih antara humaniora dan etika. Humanisme atau
humanitarianisme dapat berarti juga etika, yakni faham, ajaran, bahwa satu-satunya kewajiban
moral manusia adalah bekerja untuk kebaikan, perbaikan dan kesejahteraan manusia (Moris (ed),
1981). (1)

HUMANIORA DAN AGAMA

Semula humaniora mencakup didalamnya juga agama/kepercayaan, tetapi kemudian, sejak


William Caxton (1422-1491) (Encycl Britt, 1973) agama dipisahkan dari humaniora
mempercayai adanya kekuatan supranatural merupakan naluri manusia. Nilai-nilai agama
diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh utusanNya. Nilai-nilai religius
seharusnya merupakan nilai-nilai yang paling dasar dari segala tata nilai dan karena itu ada titik
temu dengan nilia-nilai budaya yang dikembangkan manusia (Muljohardjono,2004). (1)

Penguasaan ilmu dan pengembangan teknologi adalah upaya pemenuhan kebutuhan


manusia. Untuk menjaga tercapainya tujuan tersebut, perlu hal tersebut dijaga, dikoridori oleh
nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai agama. Para agamawan/ruhaniawan tidak seharusnya terpaku
pada kaidah-kaidah klasik dan baku, dalam mengantar, mengawal, perkembangan ilmu dan
teknologi agar benar-benar bermanfaat bagi manusia. Agama (Islam) membuka pintu kajian-
kajian terhadap rancangan, hasil, dan pemanfaatan dari pengembangan iptek. Pintu tersebut
adalah ijtihad. Dengan persyaratan-persyaratan tertentu agamawan/ruhaniawan dapat mengkaji
masalah-masalah kemajuan iptek, dan menghasilkan fatwa-fatwa kontemporer yang menjadi
dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bagi pemanfaatan hasil pengembangan serta rancangan
pengembangan selanjutnya. (1)

HUMANIORA DAN PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI

Penguasaan dan pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, oleh
karena itu harus memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia. Humaniora membawa nilai-nilai
budaya manusia. Nilai-nilai tersebut adalah universal. Tanpa humaniora pengembangan ilmu dan
teknologi tidak lagi bermanfaat bagi manusia. Pengembangan/ perkembangan yang banyak
disusupi nilai-nilai bisnis menimbulkan hedonisme yang bermula di masyarakat bisnis, yang
berlanjut pada umunya. (1)

HUMANIORA DAN ILMU KEDOKTERAN

Lebih khusus dalam kaitan dengan pengembangan ilmu dan teknologi, ialah Iptek
Kedokteran. Kedokteran adalah ilmu yang paling manusiawi, seni yang paling indah, dan
humaniora yang paling ilmiah (Pellegrino, 1970). (1)

Clauser (1990) berpendapat bahwa mempelajari humaniora sastra, filsafat, sejarah


dapat meningkatkan kualitas pikir (qualities of mind) yang diperlukan dalam ilmu kedokteran.
Kualitas pikir tidak lagi terfokus pada hal-hal hafalan, materi baku, konsep mati, tetapi
ditingkatkan dalam hal kemampuan kritik, perspektif yang lentur, tidak terpaku pada dogma, dan
penggalian nilai-nilai yang berlaku didalam ilmu kedokteran. Menurunnya studi kedokteran
cenderung memfokuskan mindset pada ujian, diskusi yang monoton tentang pasien, hasil
laboratorium, insiden, banyak pasien, dan lain-lain. Humaniora membebaskan kita dari terkunci
dalam satu mindset. Kita perlu kelenturan dalam mengubah perspektif, dan mengubah
interpretasi bila diperlukan. Dengan sastra, seseorang (mahasiswa kedokteran) dapat
mengembangkan empati dan toleransi, mencoba menempatkan diri dalam gaya hidup, imaginasi,
keyakinan yang berbeda. (1)

Ilmu kedokteran, selain ilmu-ilmu dasar, adalah juga profesi. Pengembangan profesi
cenderung mengkotak-kotakkan pada bidang spesialisasi. Seorang spesialis cenderung
memahami hanya bidang spesialisasinya saja. Tuntutan efektif-efisien, perhitungan cost-benefit
cenderung menghapus nilai empati, kurang dapat menempatkan diri sebagai penderita.
Hubungan dokter-pasien menjadi kurang manusiawi. Humaniora memperbaiki kondisi tersebut.
(1)

Humaniora medis

Humaniora medis merupakan bidang interdisipliner medis dimana termasuk humaniora


(literatur, filosofi, etika, sejarah dan bahasa), ilmu sosial (antropologi, studi budaya, psikologi,
sosiologi), dan seni (literatur, teater, film dan seni visual) dan aplikasinya terhadap edukasi dan
praktek medis. (4)

Humaniora dan seni memberikan pengertian yang dalam tentang kondisi manusia,
penderitaan, kemanusiaan dan tanggung jawab kita satu sama lain, dan menawarkan perspektif
sejarah dalam praktek medis. Perhatian terhadap literatur dan seni membantu dalam membangun
dan memelihara kemampuan observasi, analisis, empati dan refleksi-diri kemampuan yang
penting bagi pengobatan medis manusia. Ilmu sosial membantu kita memahami bagaimana
biologi dan medis menempatkan diri dalam konteks sosial dan budaya dan juga bagaimana
budaya berinteraksi dengan pengalaman individual akan kesakitan dan cara ilmu medis
dipraktekkan. (4)

KESIMPULAN

1. Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi
manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif,
sebagaimana dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu sosial.

2. Humaniora terdiri atas unsur-unsur seni, etika, kearifan, nilai-nilai kejujuran, kebenaran,
kelembutan, memanusiakan manusia, menyingkirkan beban dari dan berbuat baik bagi
manusia. Tanpa nilai-nilai tersebut, manusia atau perilakunya dapat dikategorikan tidak
human, tidak manusiawi, tidak berbudaya atau barbar.

3. Pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, untuk kesejahteraan


manusia. Oleh karena itu perlu dipandu oleh nilai-nilai humaniora, agar terjamin
kemanfaatannya untuk manusia.

4. Agama seharusnya merupakan nilai yang paling azasi dari seluruh nilai-nilai humaniora.
Nilai-nilai agama diharapkan dapat dikembangkan oleh agamawan/ruhaniawan untuk
memandu pengembangan ilmu/teknologi dan penerapannya.

5. Ilmu kedokteran adalah ilmu yang sarat dengan nilai-nilai, namun hal ini sering
dilupakan. Oleh karena itu humaniora perlu diberikan untuk membuat profesi medik lebih
sensitif terhadap adanya nilai-nilai tersebut dan pengetrapannya dalam praktek.

6. Humaniora diharapkan dapat meningkatkan kualitas berfikir, yang ditengarai sebagai


sifat kritis, lentur dalam perspektif, tidak terpaku pada dogma, tanggap terhadap nilai-
nilai, dan sifat empati.

Anda mungkin juga menyukai