Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

Pada makalah ini kelompok kami akan membahas tentang mekanisme


homeostasis utama dalam sistem perkemihan yang berfungsi mempertahankan
tonisitas, volume, dan susunan (komposisi) ion tertentu, terutama konsentrasi H+
di cairan ekstrasel (CES). Mekanisme homeostasis ini terutama dikerjakan oleh
ginjal dan paru dan sangat berpengaruh pada kerja regulasi susunan dan volume
cairan ekstra celluler. Nantinya bagian intertistial CES membentuk lingkungan
cairan di sekitar sel, dan kehidupan bergantung kepada konstanitas cairan internal
ini.
Sel-sel pada organisme multisel kompleks mampu bertahan hidup dan
berfungsi hanya dalam kisaran komposisi cairan ekstrasel (CES), yaitu
lingkungan cairan internal yang membasahinya, yang sangat sempit.

Sekiranya makalah ini nantinya dapat berguna untuk pendidikan, dan juga
mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan pada makalah ini. Kami memohon
kemakluman Bapak/Ibu karena kami masih dalam tahap pembelajaran.

1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN....................................................................................... 1

ISI

I. Penjagaan Volum Dan Tonisitas Ces.......................................... 3


II. Konsentrasi Elektrolit Di Cairan Tubuh...................................... 7
III. Konsentrasi H+............................................................................. 10

KESIMPULAN ............................................................................................ 11

2
ISI

I. PENJAGAAN VOLUM DAN TONISITAS CES

Air dalam tubuh terdistribusi diantara dua kompartemen cairan utama,


yaitu cairan dalam sel atau cairan intrasel (CIS) dan cairan diluar sel atau cairan
ekstrasel (CES). CIS menempati dua pertiga dari komposisi cairan tubuh, dan
sisanya adalah CES. CES dibedakan menjadi plasma dan cairan instersititial.
Plasma, bagian cair dari darah, dan cairan intersititial adalah cairan yang mengisi
ruang antarsel. Komposisi cairan plasma dan interstitial memiliki komposisi yang
mirip, tetapi CES dan CIS memilki perbedaan yang signifikan.

Keseimbangan cairan dalam tubuh sangat penting untuk menjaga kerja


organ tubuh dalam keadaan homeostasis. Dua faktor utama yang digunakan untuk
menjaga keseimbangan tersebut adalah pengaturan volum CES dan osmolaritas
CES.

Pengaturan Volum CES

Pengaturan ini penting untuk menjaga tekanan darah yang normal. Pengaturan
ini, selaian pengaturan tekanan darah secara langsung, dilakukan dengan cara
mengatur keseimbangan garam yang penting untuk regulasi CES jangka panjang.

Pengaturan jangka pendek


Pengaturan jangka pendek meliputi refleks baroreseptor dan
pertukaran cairan antara plasma dan cairan intersititial unutuk menjaga
tekanan darah. Refleks baroreseptor mencakup pengontrolan curah jantung
dan tekanan perifer total pembuluh darah. Sedangkan pertukaran cairan
antara plasma dan cairan interstitial terjadi sebagai akibat dari perubahan
tekanan hidrostatik dan osmotik dinding pembuluh kapiler ketika volum
plasma meningkat dari normal.

3
Pengaturan jangka panjang
Dilakukan melalui mekanisme rasa haus dan regulasi oleh ginjal.
Pengaturan kadar garam dalam ini krusial, karena garam mempengaruhi
90% dari aktvitas osmotik CES. Ketika ginjal mengkonservasi garam,
secara otomatis air terkonservasi karena secar osmotik air mengkuti
perpindahan Na+. semakin banyak garam di CES, semakin banyak pula
kadar airnya. Air selalu mengikuti garam untuk menjaga keseimbangan
CES, membuat larutan garam menjadi isotonik.
Untuk menjaga kadar garam di tubuh pada tingkat tertentu, total
masukan dan keluaran garam harus sama. Tapi pada kenyataannya,
manusia cenderung untuk mengonsumsi garam melebihi kadar yang
dibutuhkan. Sebagai contoh, asupan garam harian manusia rata-rata 10.5
gram perhari, sementara kebutuhan untuk menggantikan garam yang
hilang oleh keringat dan feses hanya sekitar 0.5 gram. Karena itu,
kelebihan garam akibat konsumsi harus dikeluarkan melalui urin. Ginjal
mengatur kadar garam yang diekskresikan di urin dengan mengontrol dua
proses, yaitu GFR (glomerular filtration rate) dan reabsorpsi Na+ tubulus.
1. GFR
Kadar Na+ yang difilter ginjal bergantung pada pengontrolan
GFR. Jumlah Na+ yang difiltrasi sama dengan kadar Na + plasma
dikali dengan GFR. Kompensasi oleh GFR terlihat ketika jumlah Na +
di tubuh berkurang. Secara otomatis tekanan darah arteri menurun.
Penurunan tekanan darah arteri akan menurunkan tingkat GFR,
dimana hal ini akan menurunkan jumlah Na+ yang diekskresi di urin
dan mengkonservasi Na + dan mengembalikan keseimbangan.
2. Reabsorpsi Na+ tubulus.
Proses reabsorpsi Na+ tubulus ini sebagian besar dikontrol
oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron. Ketika kadar Na+ menurun,
sistem ini akan memicu reabsorpsi Na+ dan menyebabkan retensi
natrium. Walapun secara normal Na+ direabsorpsi di sepanjang
tubulus, reabsorpsi di tubulus distal adalah yang utama dapat dikontrol
oleh sistem RAA

Efek yang ditimbulkan GFR dan reabsorpsi tubulus terhadap kadar Na+

4
Pengaturan Osmolaritas CES

Osmolaritas CES penting untuk diatur, sebab perubahan pada CES akan
mempengaruhi CIS. Ketika osmolaritas CIS terganggu, maka akan berpengaruh
terhadap tonus sel tersebut. Osmolaritas menunjukkan konsentrasi zat terlarut
dalam sel. Osmolaritas tinggi, berarti konsentrasi zat terlarut dalam sel tinggi. Air
cenderung untuk berpindah secara osmosis, yaitu dari kadar air tinggi ke kadar air
rendah. Ketika terjadi perubahan pada CES, kadar air di dalamnya rendah
(menyebabkan larutan hipertonik), atau tinggi (larutan hipotonik), hal ini akan
memicu perpindahan air antara CES dan CIS. Pengontrolan osmolaritas CES
mencegah terjadi efek yang tidak diinginkan, seperti sel mengkerut (karena air
keluar ke CES) atau membengkak (air dari CES masuk). Karena itu, osmolaritas
CES harus diatur tetap isotonic.

Kadar air bebas mempengaruh osmolaritas, karena itu keseimbangna air


penting untuk menjaga osmolaritas. Kadar air dipengaruhi terutama oleh
vasopressin atau ADH, dan mekanisme rasa haus. Untuk menjaga keseimbangan
air, masukan dan keluaran air tubuh harus seimbang.

5
1. Vasopressin.
Walaupun biasanya perubahan kadar air terkait erat terhadap
perubahan kadar garam, pada tubulus distal dan koletivus ginjal dapat
terjadi reabsorpsi air secara fakultatif, tanpa menyertai reabsorpsi garam.
Hal ini disebabkan gradien vertikal medulla renal tempat tubulus distal dan
kolektivus berada. Ketika osmolaritas CES meningkat, vasopressin bekerja
dengan cara membuat permukaan tubulus distal dan kolektivus lebih
permeabel terhadap air. Bergantung pada kadar vasopressin yang ada,
reabsorpsi air dapat menyesuaikan untuk menjaga osmolaritas.
Walaupun utamanya yang memicu regulasi adalah perubahan osmolaritas
CES, perubahan volum CES yang berakibat pada penurunan tekanan darah
arteri dapat memicu
reseptor di atrium kiri
jantung untuk memicu
pengeluaran vasopressin.

2. Mekanisme rasa haus.


Mekanisme ini
penting untuk mencegah
dehidrasi dalam tubuh.
Pusat rasa haus di
hipotalamus merespons
terhadap perubahan
osmolaritas CES dengan
menignkatkan rasa haus
yang mendorong asupan
air dari luar tubuh untuk
mengembalikan kadar air
plasma ke keadaan normal.

6
II. KONSENTRASI ELEKTROLIT DI CAIRAN TUBUH

Isi dari cairan intraseluler berbeda dari cairan ekstraseluler. Di cairan


ekstraseluler, kation yang oaling banyak adalah Na+, dan anionnya adalah Cl-. Di
cairan intraseluler, kation yang paling banyak adalah K +, dan anionnya adalah
beberapa jenis protein dan fosfat (HPO42-). Dengan secara aktif mentranspor Na+
keluan dari sel dan K+ masuk ke dalam sel, pompa natrium-kalium memiliki peran
dalam pengaturan konsentrasi tinggi intraseluler dari K+ dan konsentrasi tinggi
ekstraseluler.

Mekanisme regulasi spesial mengatur level dari ion-ion tertentu di ECF


sama seperti level dari glukosa dan zat-zat penting lainnya di metabolisme.
Umpan balik dari Ca2+ di paratiroid dan sel pensekresi kalsitonin untuk mengatut
mengaturan sekresi ke level tertentu. Mekanisme pengaturan Na + dan K+
merupakan bagian dari penentuan volume dan tonisitas dari ECF. Level dari ion-
ion tersebut juga ergantung pada konsentrasi H+, dan pH merupakan salah satu
faktor utama yang memengaruhi komposisis ECF.

Natrium

Ion natrium (Na+) merupakan ion di cairan ekstraseluler yang paling


banyak, terhitung 90% dari kation ekstraseluler. Konsentrasi ion Na+ plasma darah
normalnya adakah 136-148 mEq/liter. Ion Na+ ber[eran dalam pengauran
osmolariras dari cairan ekstraseluler. Aliran ion Na+ di kanal gerbang voltage di
membran plasma juga dibutuhkan untuk generasi dan konduksi dari potensial aksi
di neuron dan serabut otot.

Level Na+ di darah dikendalikan oleh hormon aldosteron, antidiuretic hormon


(ADH), dan atrial natriuretik peptida (ANP). Aldosteron meningkatkan reabsorpsi
Na+ di ginjal. Saat konsentrasi ion Na+ rendah di bawah 135 mEq/liter, kondisi
yang biasa disebut hiponatremia. Kekurangan ADH mengakibatkan eksresi air
yang lebih besar di urin dan restorasi ion Na + normal di ECF. ANP meningkatkan
eksresi Na+ oleh ginjal saat level Na+ di atas normal, kondisi ini disebut dengan
hipernatremia.

Klorida

Ion klorida (Cl-) merupakan anion yang paling prevalen di cairan


ekstraseluler. Konsentrasi ion Cl- plasma darah yang normal antara 95-105
mEq/liter. Cl- bergerak cenderung mudah antara kompartemen intraseluler dan
ekstraseluler karena kebanyakan membran plasma mengandung banyak kanal Cl -

7
dan antiporter. Cl- dapat menyeimbangkan level dari anion di cairan kompartemen
yang berbeda. Ion klorida juga bagian dari asam klorida yang disekresikan ke
getah lambung. ADH membantu regulasi keseimbangan ion klorida di cairan
tubuh karena mengatur kehilangan air di urin. Proses yang meningkatkan atau
menurunkan reabsorpsi ginjal dari ion natrium juga memengaruhi reabsorpsi ion
klorida.

Kalium

Ion kalium (K+) merupakan kation yang banyak terdapat di cairan


intraseluler yaitu sekitar 140 mEq/liter. K+ berperan penting dalam membangun
potensial membran istirahar dan saat fase repolarisasi dari potensial aksi di neuron
dan serabut otot; K+ membantu mengatur volume cairan intraseluler normal. Saat
K+ bergerak ke dalam maupun ke luar sel, seringkali bertukar dengan ion H + dan
mengatur regulasi pH cairan tubuh.

Konsentrasi K+ diatur oleh aldosterin. Saar konsentrasinya naik, aldosteron


disekresikan ke dalam daran. Aldosteron kemudian akan menstimulasi sel di
tubulus kotektivus ginjal untuk mensekresi lebih banyak K + sehingga akan
dibuang melalui urin. Ion kalium dibutuhkan selama fase repolarisasi dari
potensial aksi, level ion kalium yang abnormal dapat mengakibatkan kematian.
Hiperkalemia (konsentrasi ion kalium di darah di atas normal) dapat
menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikuler.

Bikarbonat

Ion bikarbonat (HCO3-) merupakan anion ekstraseluler. Konsentrasi ion


bikarbinat di plasma darah normalnya antara 22-26 mEq/liter di darah arteri
sitemik dan 23-27 mEq/liter di darah vena sistemik. Konsentrasi ion bikarbonar
meningkat seiring dengan aliran darah melalui kapiler sistemik karena karbon
dioksida dilepaskan melalui sel yang aktif secara metabolismenya yang
berkombinasi dengan air untuk membentuk asam bikarbonat.

Ginjal merupakan regulator utama dari konsentrasi ion bikarbonat di dalam darah,
sel interkalsi di tubulus renalis dapat membentuk HCO - dan juga melepasnya ke
darah saat levelnya rendah atau mengeluarkan ion biakrbonat ini melalui urin saat
levelnya tinggi.

8
Kalsium

Sekitar 98% kalsium pada orang dewasa terletak di tulang dan gigim yang
berkombinasi dengan fosfat untuk membentuk kristal dari garam mineral. Di
cairan tubuh merupakan kation utama. Konsentrasi normalnya di dalam darah
berkisar antara 4.5-5.5 mEq/liter. Selain berperan dalam kekerasan tulang dan
gigi, ion kalsium juga berperan penting di pembekuan darah, pelepasan
neurotrasnmitter, pengaturan tonus otot, dan eksitabilitas dari jaringan otot.

Regulator paling penting dari konsentrasi ion kalsium adalahan hormon paratiroid
(PTH). Rendahnya level ion kalsium di plasma akan merangsang pelepasan PTH,
yang menstimulasi osteoklas di jaringan tulang untuk melepaskan kalsium dan
fosfat dari matriks ekstraseluler. Jadi PTH meningkatkan resorpsi tulang. PTH
juga meningkatkan absorpsi ion kalsium dari filtrasi glomerulusdan kembali ke
darah untuk meningkatkan kalsitrion untuk pembentukan vitamin D yang
bertindak sebagai hormon.

Fosfat

Sekitar 85% fosfat yang terdapat pada tubuh orang dewasa berbentuk
garam kalsium fosfat, yang merupakan komponen dari tulang dan gigi. Sisa 15%
nya terionisasi. Tiga ion forfat (H 2PO4-, HPO42-, dan PO43-) penting sebagai anion
intraseluler. Ion fosfat berkuntribusi sekitar 200 mEq/liter dari anion cairan
intraseluler. HPO4- penting untuk sistem buffer dari H+ baik di cairan tubuh
maupun di urin. Meskipun beberapa bebas, kebanyakan ion fosfat berikatan
kovalen ke molekul organik seperti lipid, protein, karbohidrat, asam nuklear
(DNA dan RNA), dan ATP.

Dua hormon yang mengatur homeostasis kalsium yaitu PTH dan kalsitrion juga
mengatur kadah dari HPO42- di plasma darah. PTH menstimulasi resorpsi matriks
ekstraseluler tulang oleh osteroklas, yang melepaskan ion fosfat dan kalsium ke
dalam aliran darah. PTH meningkatkan eksresi fosfar di urin dan mengurangi
kadan fosfat di dalam darah.

Magnesium

Pada orang dewasa, sekitar 54% dari magnesium total di tubuh merupakan
bagian dari matriks tulang sebagai garam magnesium. Sisa 46% nya merupakan
ion magnesium di intraseluler (45%) dan cairan ekstraseluler (1%). Ion
magnesium merupakan ion kedua yang paling umum yaitu dengan kadar 35
mEq/liter. Ion magnesium merupakan kofaktor untuk enzim tertentu pada proses

9
metabolisme dari karbohidrat dan protein dan juga sebagai pompa kalium-
natrium. Ion magnesium esensial untuk aktivitas neuromuskular, transmisi
sinaptik, dan fungsi miokardium. Sekresi dari PTH juga bergantung pada ion
magnesium.

Ginjal meningkatkan eksresi urin dari ion magnesium untuk respon dari
hipercalsemia, hiper magnesemia, meningkatkan volume cairan ekstraseluler,
menurunkan kadar PTH, dan asidosis. Kondisi yang sebaliknya menurunkan
eksresi dari ion magnesium di ginjal.

III. KONSENTRASI H+

Upaya Mempertahankan Konsentrasi H+

Notasi pH
merupakan cara yang
bermanfaat untuk
menggambarkan konsentrasi
H+ tubuh, karena konsentrasi
H+ relative lebih rendah
dibandingkan kation lain.
Dengan demikian,
konsentrasi plasma arteri
yang telah disetarakan
dengan sel darah merah adalah sekitar 140 meq/L, sedangkan konsentrasi H +
hanya 0,00004 meq/L.

Keseimbangan H+

pH plasma di arteri dalam keadaan normal ialah 7,40 dan di vena agak
sedikit lebih rendah. Secara teknis, keadaan asidosis timbul bila pH arteri lebih
rendah dari 7,40, dan alkalosis bila pH lebih tinggi dari 7,40, meskipun terdapat
variasi pH sampai 0,05 unit tanpa memberikan dampak yang nyata. Konsentrasi

10
H+ CES yang normal kira-kira dalam kisaran lipat 5, yaitu dari 0,00002 meq/L
(pH 7,70) sampai 0,00001 meq/L (pH 7,00).

Asam amino digunakan oleh hati untuk gluconeogenesis, dan akan


menghasilkan NH4+ dan HCO3- dari gugus amino dan karboksilnya. NH4+ akan
digunakan untuk membentuk urea, dan proton yang dihasilkan akan dibufer di
intrasel oleh HCO3-, sehingga sangat sedikit NH4+ dan HCO3- yang akan lepas dan
masuk ke dalam sirkulasi umum. Namun, metabolism asam amino yang
mengandung sulfur akan menghasilkan H2SO4, dan metabolism asam amino
bergugus fosforil seperti fosfoserin akan menghasilkan H3PO4. Asam-asam kuat
ini akan masuk ke sirkulasi dan menjadi beban H+ besar bagi buffer di CES.
Beban H+ hasil metabolism asam amino dalam keadaan normal sekitar 50
meq/hari. Gas CO2 yang dibentuk akibat metabolism di jaringan sebagian besar
akan dihidrasi membentuk H2CO3, dan jumlah total H+ yang dihasilkan reaksi ini
lebih dari 12.500 meq/hari.

11
Persamaan Henderson-Hesselbalch

Persamaan umum untuk suatu sistem buffer ialah:

HA H+ + A-

A- mewakili semua anion dan HA ialah asam yang tidak terurai. Apabila
ditambahkan suatu asam yang lebih kuat dibanding HA ke dalam suatu larutan
yang mengandung sistem ini, keseimbangan akan bergeser ke kiri. Ion-ion
hydrogen menjadi terikat karena terbentuk lebih banyak HA yang tidak dapat
terurai sehingga peningkatan konsentrasi H+ akan jauh lebih sedikit dari yang
seharusnya. Sebaliknya, apabila ditambahkan suatu basa ke dalam larutan, H+ dan
OH- bereaksi untuk membentuk H2O, namun, makin banyak HA yang terurai,
membatasi penurunan konsentrasi H+.

Buffer dalam Darah

Dalam darah, protein (terutama protein plasma), merupakan buffer yang


efektif karena baik gugus karboksil bebas maupun gugus amino bebasnya
berdisosiasi:

12
Sistem buffer penting lainnya disosiasi gugus imidazole residu histidin dalam
hemoglobin:

Sistem buffer utama ketiga dalam darah ialah sistem asam karbonat-bikarbonat:

Asidosis dan Alkalosis Respiratorik

Peningkatan PCO2 arteri akibat berkurangnya ventilasi akan menyebabkan


asidosis respiratorik. CO2 yang tertahan dalam tubuh berada dalam keseimbangan
dengan H2CO3, yang selanjutnya akan berada dalam keseimbangan dengan HCO3-
sehingga konsentrasi HCO3- plasma meningkat dan tercapai keseimbangan baru
pada pH yang lebih rendah. Sebaliknya, penurunan P CO2 menyebabkan alkalosis
respiratorik.

13
Asidosis Metabolik

Bila asam yang lebih kuat dibanding Hb dan asam buffer lainnya
ditambahkan ke darah, terjadilah asidosis metabolic, dan bila konsentrasi H+ bebas
berkurang akibat penambahan basa atau kehilangan asam, terjadilah alkalosis
metabolic.

14
KESIMPULAN

Cadangan internal suatu bahan adalah jumlah bahan tersebut di CES.


Pemasukan ke cadangan internal tersebut adalah melalui ingesti atau produksi
bahan secara metabolis. Pengeluaran dari cadangan internal adalah melalui
ekskresi atau konsumsi metabolik bahan. Pemasukan harus sama dengan
pengeluaran agar keseimbangan bahan rerjaga.

Secara rerata, cairan tubuh membentuk 60% dari berat tubuh total.
Angka ini bervariasi di antara orang, bergantung pada berapa banyak lemak
H2O
(jaringan yang kandungan -nya rendah) yang dimiliki seseorang. Dua
H2O
pertiga dari tubuh terdapar di cairan intrasel (CIS). Sisa sepertiganya
terdapat di cairan ekstrasel (CES) yang terdistribusi antara plasma (20% CES)
dan cairan interstisium (80% CES). Karena semua konstituen plasma
dipertukarkan secara bebas menembus dinding kapiler, maka plasma dan
cairan interstisium memiliki komposisi hampir identik, kecuali tidak adanya
protein plasma di cairan intertisium. Sebaliknya, CES dan CIS memiliki
komposisi yang sama sekali berbeda, karena sawar membran plasma bersifat
sangat selektif terhadap bahan-bahan apa yang dapat masuk atau keluar sel.
Komponen esensial keseimbangan cairan adalah kontrol volume CES dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan kontrol osmolaritas CES dengan
mempertahankan keseimbangan air.

15
DAFTAR PUSTAKA

Barrett, Kim, dkk.2010.Ganongs Review of Medical Physiology, Twenty


Third Edition.New York:The McGraw-Hill Companies Inc.
Ganong, W F. 2000. Fisiologi Kedokteran, terjemahan Adrianto, P. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2010. Human Physiology from Cells to System, 7th Ed.
USA: Brooks&Cole, Inc.
Tortora,Gerard J dan Derrickson, Bryan.(2012). Principles of Anatomy and
Physiology 13th edition. USA: John Wiley & Sons Inc.

16

Anda mungkin juga menyukai