Sekiranya makalah ini nantinya dapat berguna untuk pendidikan, dan juga
mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan pada makalah ini. Kami memohon
kemakluman Bapak/Ibu karena kami masih dalam tahap pembelajaran.
1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
ISI
KESIMPULAN ............................................................................................ 11
2
ISI
Pengaturan ini penting untuk menjaga tekanan darah yang normal. Pengaturan
ini, selaian pengaturan tekanan darah secara langsung, dilakukan dengan cara
mengatur keseimbangan garam yang penting untuk regulasi CES jangka panjang.
3
Pengaturan jangka panjang
Dilakukan melalui mekanisme rasa haus dan regulasi oleh ginjal.
Pengaturan kadar garam dalam ini krusial, karena garam mempengaruhi
90% dari aktvitas osmotik CES. Ketika ginjal mengkonservasi garam,
secara otomatis air terkonservasi karena secar osmotik air mengkuti
perpindahan Na+. semakin banyak garam di CES, semakin banyak pula
kadar airnya. Air selalu mengikuti garam untuk menjaga keseimbangan
CES, membuat larutan garam menjadi isotonik.
Untuk menjaga kadar garam di tubuh pada tingkat tertentu, total
masukan dan keluaran garam harus sama. Tapi pada kenyataannya,
manusia cenderung untuk mengonsumsi garam melebihi kadar yang
dibutuhkan. Sebagai contoh, asupan garam harian manusia rata-rata 10.5
gram perhari, sementara kebutuhan untuk menggantikan garam yang
hilang oleh keringat dan feses hanya sekitar 0.5 gram. Karena itu,
kelebihan garam akibat konsumsi harus dikeluarkan melalui urin. Ginjal
mengatur kadar garam yang diekskresikan di urin dengan mengontrol dua
proses, yaitu GFR (glomerular filtration rate) dan reabsorpsi Na+ tubulus.
1. GFR
Kadar Na+ yang difilter ginjal bergantung pada pengontrolan
GFR. Jumlah Na+ yang difiltrasi sama dengan kadar Na + plasma
dikali dengan GFR. Kompensasi oleh GFR terlihat ketika jumlah Na +
di tubuh berkurang. Secara otomatis tekanan darah arteri menurun.
Penurunan tekanan darah arteri akan menurunkan tingkat GFR,
dimana hal ini akan menurunkan jumlah Na+ yang diekskresi di urin
dan mengkonservasi Na + dan mengembalikan keseimbangan.
2. Reabsorpsi Na+ tubulus.
Proses reabsorpsi Na+ tubulus ini sebagian besar dikontrol
oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron. Ketika kadar Na+ menurun,
sistem ini akan memicu reabsorpsi Na+ dan menyebabkan retensi
natrium. Walapun secara normal Na+ direabsorpsi di sepanjang
tubulus, reabsorpsi di tubulus distal adalah yang utama dapat dikontrol
oleh sistem RAA
Efek yang ditimbulkan GFR dan reabsorpsi tubulus terhadap kadar Na+
4
Pengaturan Osmolaritas CES
Osmolaritas CES penting untuk diatur, sebab perubahan pada CES akan
mempengaruhi CIS. Ketika osmolaritas CIS terganggu, maka akan berpengaruh
terhadap tonus sel tersebut. Osmolaritas menunjukkan konsentrasi zat terlarut
dalam sel. Osmolaritas tinggi, berarti konsentrasi zat terlarut dalam sel tinggi. Air
cenderung untuk berpindah secara osmosis, yaitu dari kadar air tinggi ke kadar air
rendah. Ketika terjadi perubahan pada CES, kadar air di dalamnya rendah
(menyebabkan larutan hipertonik), atau tinggi (larutan hipotonik), hal ini akan
memicu perpindahan air antara CES dan CIS. Pengontrolan osmolaritas CES
mencegah terjadi efek yang tidak diinginkan, seperti sel mengkerut (karena air
keluar ke CES) atau membengkak (air dari CES masuk). Karena itu, osmolaritas
CES harus diatur tetap isotonic.
5
1. Vasopressin.
Walaupun biasanya perubahan kadar air terkait erat terhadap
perubahan kadar garam, pada tubulus distal dan koletivus ginjal dapat
terjadi reabsorpsi air secara fakultatif, tanpa menyertai reabsorpsi garam.
Hal ini disebabkan gradien vertikal medulla renal tempat tubulus distal dan
kolektivus berada. Ketika osmolaritas CES meningkat, vasopressin bekerja
dengan cara membuat permukaan tubulus distal dan kolektivus lebih
permeabel terhadap air. Bergantung pada kadar vasopressin yang ada,
reabsorpsi air dapat menyesuaikan untuk menjaga osmolaritas.
Walaupun utamanya yang memicu regulasi adalah perubahan osmolaritas
CES, perubahan volum CES yang berakibat pada penurunan tekanan darah
arteri dapat memicu
reseptor di atrium kiri
jantung untuk memicu
pengeluaran vasopressin.
6
II. KONSENTRASI ELEKTROLIT DI CAIRAN TUBUH
Natrium
Klorida
7
dan antiporter. Cl- dapat menyeimbangkan level dari anion di cairan kompartemen
yang berbeda. Ion klorida juga bagian dari asam klorida yang disekresikan ke
getah lambung. ADH membantu regulasi keseimbangan ion klorida di cairan
tubuh karena mengatur kehilangan air di urin. Proses yang meningkatkan atau
menurunkan reabsorpsi ginjal dari ion natrium juga memengaruhi reabsorpsi ion
klorida.
Kalium
Bikarbonat
Ginjal merupakan regulator utama dari konsentrasi ion bikarbonat di dalam darah,
sel interkalsi di tubulus renalis dapat membentuk HCO - dan juga melepasnya ke
darah saat levelnya rendah atau mengeluarkan ion biakrbonat ini melalui urin saat
levelnya tinggi.
8
Kalsium
Sekitar 98% kalsium pada orang dewasa terletak di tulang dan gigim yang
berkombinasi dengan fosfat untuk membentuk kristal dari garam mineral. Di
cairan tubuh merupakan kation utama. Konsentrasi normalnya di dalam darah
berkisar antara 4.5-5.5 mEq/liter. Selain berperan dalam kekerasan tulang dan
gigi, ion kalsium juga berperan penting di pembekuan darah, pelepasan
neurotrasnmitter, pengaturan tonus otot, dan eksitabilitas dari jaringan otot.
Regulator paling penting dari konsentrasi ion kalsium adalahan hormon paratiroid
(PTH). Rendahnya level ion kalsium di plasma akan merangsang pelepasan PTH,
yang menstimulasi osteoklas di jaringan tulang untuk melepaskan kalsium dan
fosfat dari matriks ekstraseluler. Jadi PTH meningkatkan resorpsi tulang. PTH
juga meningkatkan absorpsi ion kalsium dari filtrasi glomerulusdan kembali ke
darah untuk meningkatkan kalsitrion untuk pembentukan vitamin D yang
bertindak sebagai hormon.
Fosfat
Sekitar 85% fosfat yang terdapat pada tubuh orang dewasa berbentuk
garam kalsium fosfat, yang merupakan komponen dari tulang dan gigi. Sisa 15%
nya terionisasi. Tiga ion forfat (H 2PO4-, HPO42-, dan PO43-) penting sebagai anion
intraseluler. Ion fosfat berkuntribusi sekitar 200 mEq/liter dari anion cairan
intraseluler. HPO4- penting untuk sistem buffer dari H+ baik di cairan tubuh
maupun di urin. Meskipun beberapa bebas, kebanyakan ion fosfat berikatan
kovalen ke molekul organik seperti lipid, protein, karbohidrat, asam nuklear
(DNA dan RNA), dan ATP.
Dua hormon yang mengatur homeostasis kalsium yaitu PTH dan kalsitrion juga
mengatur kadah dari HPO42- di plasma darah. PTH menstimulasi resorpsi matriks
ekstraseluler tulang oleh osteroklas, yang melepaskan ion fosfat dan kalsium ke
dalam aliran darah. PTH meningkatkan eksresi fosfar di urin dan mengurangi
kadan fosfat di dalam darah.
Magnesium
Pada orang dewasa, sekitar 54% dari magnesium total di tubuh merupakan
bagian dari matriks tulang sebagai garam magnesium. Sisa 46% nya merupakan
ion magnesium di intraseluler (45%) dan cairan ekstraseluler (1%). Ion
magnesium merupakan ion kedua yang paling umum yaitu dengan kadar 35
mEq/liter. Ion magnesium merupakan kofaktor untuk enzim tertentu pada proses
9
metabolisme dari karbohidrat dan protein dan juga sebagai pompa kalium-
natrium. Ion magnesium esensial untuk aktivitas neuromuskular, transmisi
sinaptik, dan fungsi miokardium. Sekresi dari PTH juga bergantung pada ion
magnesium.
Ginjal meningkatkan eksresi urin dari ion magnesium untuk respon dari
hipercalsemia, hiper magnesemia, meningkatkan volume cairan ekstraseluler,
menurunkan kadar PTH, dan asidosis. Kondisi yang sebaliknya menurunkan
eksresi dari ion magnesium di ginjal.
III. KONSENTRASI H+
Notasi pH
merupakan cara yang
bermanfaat untuk
menggambarkan konsentrasi
H+ tubuh, karena konsentrasi
H+ relative lebih rendah
dibandingkan kation lain.
Dengan demikian,
konsentrasi plasma arteri
yang telah disetarakan
dengan sel darah merah adalah sekitar 140 meq/L, sedangkan konsentrasi H +
hanya 0,00004 meq/L.
Keseimbangan H+
pH plasma di arteri dalam keadaan normal ialah 7,40 dan di vena agak
sedikit lebih rendah. Secara teknis, keadaan asidosis timbul bila pH arteri lebih
rendah dari 7,40, dan alkalosis bila pH lebih tinggi dari 7,40, meskipun terdapat
variasi pH sampai 0,05 unit tanpa memberikan dampak yang nyata. Konsentrasi
10
H+ CES yang normal kira-kira dalam kisaran lipat 5, yaitu dari 0,00002 meq/L
(pH 7,70) sampai 0,00001 meq/L (pH 7,00).
11
Persamaan Henderson-Hesselbalch
HA H+ + A-
A- mewakili semua anion dan HA ialah asam yang tidak terurai. Apabila
ditambahkan suatu asam yang lebih kuat dibanding HA ke dalam suatu larutan
yang mengandung sistem ini, keseimbangan akan bergeser ke kiri. Ion-ion
hydrogen menjadi terikat karena terbentuk lebih banyak HA yang tidak dapat
terurai sehingga peningkatan konsentrasi H+ akan jauh lebih sedikit dari yang
seharusnya. Sebaliknya, apabila ditambahkan suatu basa ke dalam larutan, H+ dan
OH- bereaksi untuk membentuk H2O, namun, makin banyak HA yang terurai,
membatasi penurunan konsentrasi H+.
12
Sistem buffer penting lainnya disosiasi gugus imidazole residu histidin dalam
hemoglobin:
Sistem buffer utama ketiga dalam darah ialah sistem asam karbonat-bikarbonat:
13
Asidosis Metabolik
Bila asam yang lebih kuat dibanding Hb dan asam buffer lainnya
ditambahkan ke darah, terjadilah asidosis metabolic, dan bila konsentrasi H+ bebas
berkurang akibat penambahan basa atau kehilangan asam, terjadilah alkalosis
metabolic.
14
KESIMPULAN
Secara rerata, cairan tubuh membentuk 60% dari berat tubuh total.
Angka ini bervariasi di antara orang, bergantung pada berapa banyak lemak
H2O
(jaringan yang kandungan -nya rendah) yang dimiliki seseorang. Dua
H2O
pertiga dari tubuh terdapar di cairan intrasel (CIS). Sisa sepertiganya
terdapat di cairan ekstrasel (CES) yang terdistribusi antara plasma (20% CES)
dan cairan interstisium (80% CES). Karena semua konstituen plasma
dipertukarkan secara bebas menembus dinding kapiler, maka plasma dan
cairan interstisium memiliki komposisi hampir identik, kecuali tidak adanya
protein plasma di cairan intertisium. Sebaliknya, CES dan CIS memiliki
komposisi yang sama sekali berbeda, karena sawar membran plasma bersifat
sangat selektif terhadap bahan-bahan apa yang dapat masuk atau keluar sel.
Komponen esensial keseimbangan cairan adalah kontrol volume CES dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan kontrol osmolaritas CES dengan
mempertahankan keseimbangan air.
15
DAFTAR PUSTAKA
16