Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai Negara yang besar dan dengan sumber daya
alamnya yang melimpah pada dasarnya Indonesia memiliki
potensi yang besar untuk menjadi salah satu Bangsa yang maju,
bermartabat dan lebih baik dari saat ini, dan itu semua dapat
terwujud tentunya dengan dukungan sumber daya manusia yang
berkualitas, kreatif dan memiliki visi yang jelas dan terarah untuk
kemajuan Bangsa. Untuk memenuhi tujuan terciptanya sumber
daya manusia yang berkualitas tentunya pendidikan adalah
faktor terpenting yang tidak dapat dipisahkan.
Tujuan dari pendidikan nasional tidak saja hanya mencetak
sumber daya manusia yang cerdas akan tetapi juga mampu
mencetak kepribadian yang berkarakter, berakhlak, kreatif,
memiliki misi visi dan bertanggung jawab serta sebagai warga
negara yang baik. Kesuksesan seseorang tidak pernah lepas dari
potensi yang dimiliki oleh orang tersebut, potensi dalam arti
tidak saja berbicara tentang skil akan tetapi meliputi kemampuan
seseorang mengimplementasikan potensi yang dimiliki untuk
orang banyak, kemampuan mengelola diri dan orang lain.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Pengertian dan ruang lingkup pendidikan karakter.?

b. Pendidikan karakter dalam perspektif islam.?

c. Implementasi dalam pendidikan karakter dalam


kehidupan.?

C. TUJUAN MASALAH
a. Untuk mengetahui apa Pengertian dan ruang lingkup
pendidikan karakter.

d. Untuk mengetahui apa Pendidikan karakter dalam


perspektif islam.

e. Untuk mengetahui apa Implementasi dalam pendidikan


karakter dalam kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi Pendidikan Karakter

Sebelum membicarakan mengenai pendidikan karakter,


kata majemuk tersebut sebaiknya dikupas secara mendalam.
Pendidikan: Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia, berasal
dari kata didik dengan memberinya awalan pe dan akhiran
kan yang mengandung arti perbuatan. Secara terminologi
terdapat beberapa pendapat, antara lain secara sederhana dapat
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Menurut Zahroh, pendidikan adalah proses pengubahan


sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam
upaya mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan
latihan.

Menurut Brubacher, sebagaimana yang dikutip Aziz, adalah


proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian
dirinya dengan alam dan dengan alam semesta, Sebagaimana
yang dikutip Naim dan Sauqi, mengemukakan pendidikan
sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup
dan kemajuan yang lebih baik. Sementara itu, Koentjaraningrat,
sebagaimana yang dikutip Naim dan Sauqi, mendefinisikan
pendidikan adalah usaha untuk mengalihkan adat istiadat dan
seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru.

Menurut Langeveld, sebagaimana yang dikutip Hasbullah,


pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak, tertuju kepada
pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu
datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang
dewasa, seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan
sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

Menurut Ahmad D.Marimba, pendidikan adalah bimbingan


atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah berbagai usaha


yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap
seseorang(anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal
yang positif. Menurut Indra Kusuma, pendidikan adalah suatu
usaha sadar yang teratur dan sistematis yang dilakukan oleh
orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi
anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita
pendidikan.

Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Jadi pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan mengembangkan
potensi manusia agar mampu menuju kedewasaannya.

Sedangkan karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia


didefinisikan sebagai tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter adalah sikap
pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan
dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan. Karakter adalah
kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari
diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan. Istilah karakter memiliki dua pengertian
tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana
seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak
jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut
memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang
berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat
kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut
orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah
lakunya sesuai kaidah moral. Sedangkan Imam Ghozali
menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu
spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan
yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul
tidak perlu dipikirkan lagi.
Jadi yang dinamakan pendidikan karakter adalah
pendidikan kepribadian atau tarbiyah syakhsiyyah. Pendidikan
kepribadian disini mencakup pendidikan aqidah, syariah dan
akhlak. Dan pendidikan ini sebenarnya tidak hanya dilaksanakan
di sekolah atau lembaga formal saja, namun dilaksanakan di
lingkungan mana saja, dan kapanpun, bahkan sejak manusia itu
belum dilahirkan.

Pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan


saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), tetapi juga
merasakan dengan baik atau loving the good (moral feeling) dan
perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter dilakukan
melalui berbagai media yaitu keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media
massa. Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas
psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural
pada konteks interaksi dalam keluarga, satuan
pendidikan serta masyarakat.

Berikut ruang lingkup pendidikan karakter ;

Olah Pikir

cerdas, kritis,kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka,


produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif.
Olah Hati

beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung


jawab, berempati, berani mengambil resiko,pantang
menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.
Olah Raga
bersih dan sehat,disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya
tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,kompetitif,
ceria,dan gigih
Olah Rasa Karsa

ramah, saling menghargai, toleran,peduli, suka


menolong,gotong royong,nasionalis, kosmopolit,
mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan
bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan
beretos kerja.

B.Pendidikan karakter dalam perspektif islam

Pendidikan karakter merupakan langkah penting dan


strategis dalam membangun kembali jati diri individu maupun
bangsa. Tetapi penting untuk segera dikemukakan bahwa
pendidikan karakter harusah melibatkan semua pihak;
rumahtangga dan keluarga; sekolah; dan lingkungan sekolah
lebih luas (masyarakat). Karena itu, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menyambung kembali hubungan
dan educational network yang nyaris terputus antara ketiga
lingkungan pendidikan ini.
Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Anas r.a,
keluarga yang baik memiliki empat ciri. Pertama, keluarga yang
memiliki semangat (ghirah) dan kecintaan untuk mempelajari
dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan sebaik-baiknya
untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualitaskannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, keluarga dimana setiap
anggotanya saling menghormati dan menyayangi;saling asah
dan asuh. Ketiga, keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi)
tidak berlebih-lebihan; tidak ngoyo atau tidak serakah dalam
usaha mendapatkan nafkah; sederhana atau tidak konsumtif
dalam pembelanjaan. Keempat, keluarga yang sadar akan
kelemahan dan kekurangannya.
Pembentukan watak dan pendidikan karakter melalui
sekolah, dengan demikian, tidak bisa dilakukan semata-mata
melalui membelajaran pengetahuan, tetapi melalui penanaman
atau pendidikan nilai-nilai.
Lingkungan masyarakat luas juga memiliki pengaruh besar
terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai estetika dan etika
untuk pembentukan karakter. Dari perspektis Islam, menurut
Quraish Shihab (1996:321), situasi kemasyarakatan dengan
sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara
pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan
pandangan mereka terbatas pada kini dan di sini, maka upaya
dan ambisinya terbatas pada kini dan di sini pula.
Dalam konteks itu, Al-Quran dalam banyak ayatnya
menekankan tentang kebersamaan anggota masyarakat
menyangkut pengalaman sejarah yang sama, tujuan bersama,
gerak langkah yang sama, solidaritas yang sama.
Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan dalam
kerangka gerak dinamis diakletis, berupa tanggapan individu
atau impuls natural (fisik dan psikis), sosial,
kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa dirinya
menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada dalam
dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin
menjadi manusiawi.
Munculnya pendidikan karakter memberikan warna
tersendiri terhadap dunia pendidikankhususnya di Indonesia,
meskipun dalam kenyataannya pendidikan karakter itu telah ada
seiringdengan lahirnya sistem pendidikan Islam karena
pendidikan karakter itu merupakan ruh dari pada pendidikan
Islam itu sendiri.
Pendidikan Islam merupakan sebuah sistem. Definisi tradisi
onalmenyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau
unsur unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
(Ramayulis, 2010: 19). Maka dari itu pendidikan Islammemiliki
komponen-komponen yang saling berkaitan yang menjadi ruang
lingkupnya. Adapunruang lingkup pendidikan Islam menurut
Uhbiyati (2005: 14-15) adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan mendidik itu sendiri
Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan
atau perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh pendidik
sewaktu menghadapi/ mengasuh anak didik.
2. Anak didik
Anak didik yaitu pihak yang merupakan objek terpenting
dalam pendidikan. Halini disebabkan perbuatan atau tindakan
mendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah
untukmembawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang
dicita-citakan.
3. Dasar dan tujuan pendidikan Islam
Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaitu landasan
yangmenjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan
pendidikan Islam ini dilakukan.
4. Pendidik
Pendidik yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam.
5. Materi pendidikan Islam
Adapun materi pendidikan Islam yaitu bahan-bahan,
atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam
yang disusun sedemikian rupa (dengansusunan yang lazim
tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak
didik.
6. Metode pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat
dilakukanoleh pendidik untuk menyampaikan bahan
atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.
7. Evaluasi pendidikan
Adapun evaluasi pendidikan yaitu memuat cara-cara
bagaimanamengadakan evaluasi atau penilaian terhadap
hasil belajar anak didik.
8. Alat-alat pendidikan
Alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan
islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
9. Lingkungan sekitar atau millieu pendidikan Islam
yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam
pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam

C. Implimentasi pendidikan karakter dalam kehidupan

Di kehidupan yang begitu modern dengan kehidupan yang


serba baru pendidikan karakter adalah hal yang sangat perlu di
kembangkan dan perlu di implementasikan dalam kehidupan
sehari- hari. Jika kita lihat dari pengertian karakter itu sendiri
dapat kita bayangkan pendidikan karakter adalah pendidikan
yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
pada diri seorang sehingga mereka memiliki dan menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari- hari, sebagai anggota
keluarga, masyarakat, dan warga negara yang religius,
nasionalis, patriotisme, produktif, kreatif dan inovatif. Dilihat dari
sudut pandang sekolah Pendidikan karakter dapat di artikan
sebagai suatu usaha bersama semua guru dan kepala sekolah
melalui semua mata pelajaran dan budaya sekolah dalam
membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa pada peserta didik.
Pembinaan dan pengembangan pendidikan karakter
bangsa terjadi melalui proses aktif peserta didik di bawah
bimbingan guru dalam kegiatan belajar dan siswa dapat
memahami apa arti dari pendidikan karakter tersebut.
Sedangkan jika pendidikan karakter di lihat dari sudut pandang
umum maka pendidikan karakter dapat di artikan sebagai proses
internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya, karakter
bangsa dan nilai-nilai luhur akhlak mulia yang dilakukan oleh
peserta didik secara aktif di bawah bimbingan dan contoh
perilaku guru, kepala sekolah dan tenaga pendidik di lingkungan
sekolah, serta diwujudkan dalam interaksi sosial di lingkungan
keluarga dan masyarakat.
Pendidikan karakter dapat di artikan sebagai proses
internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya, karakter
bangsa dan nilai-nilai luhur akhlak mulia yang dilakukan oleh
peserta didik secara aktif di bawah bimbingan dan contoh
perilaku guru, kepala sekolah dan tenaga pendidik di lingkungan
sekolah, serta diwujudkan dalam interaksi sosial di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Sesuai dengan apa yang telah kita
ketahui sebelumnya, ada 18 Nilai Karakter Bangsa yang harus
ditanamkan dalam ucapan dan tindakan/perilaku peserta didik
dalam aktivitasnya di lingkungan sekolah, keluarga dan
lingkungan masyarakat, yaitu :
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,
dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya).
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan

Dalam tataran implementasi dalam sikap dan perilaku


sehari-hari, 18 nilai karakter bangsa sungguh tidak mudah untuk
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan harus
kita akui bahwa 18 nilai karakter bangsa di atas sudah semakin
luntur dan pudar bahkan menghilang dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari yang serba modern ini. Kondisi seperti ini
memerlukan komitmen seluruh elemen masyarakat untuk
menanam, menyiram dan memupuk kembali nilai-nilai karakter
bangsa di dalam hati nurani generasi bangsa, sehingga tumbuh
dan berkembang kembali dalam ucapan dan perilaku kehidupan
masyarakat.Menumbuh kembangkan nilai-nilai karakter bangsa
harus sinergi dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Apabila ketiga pilar penopang keberhasilan pendidikan
tidak memiliki komitmen, dan integritas moral, maka sulit
kiranya nilai-nilai karakter bangsa tersebut di atas tertanam
dalam ucapan dan perbuatan peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa.Pendidikan karakter tentunya sangat bermanfaat
untuk melewati kehidupan yang penuh dengan misteri. Untuk
mendapatkan kehidupan yang harmonis dan penuh dengan
kebahagiaan, tentunya dengan menerapkan nilai karakter
bangsa sangat perlu tingkatkan.Implementasi dari 18 nilai
karakter ini sangat perlu dilaksanakan dan sangat perlu
dikembangkan. Tidak hanya dalam kehidupan sekolah, di
lingkungan masyarakat dan keluarga tentu diperlukannya 18 nilai
karakter in
BAB III
PENUTUP

9.A. Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-
nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri,sesama,lingkungan,maupun kebangsaan.Pengembangan
karakter bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter
individu seseorang.Akan tetapi, karena manusia hidup dalam
lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka perkembangan
karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam
lingkungan social dan budaya yang bersangkutan.
Strategi-strategi dalam Perkembangan Pendidikan
Berkarakter salah satunya adalah Strategi Pendidikan Karakter
melalui Multiple Intelligence (Multiple Talent Approach) Strategi
ini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik
yang merupakan Pengembangan potensi yang membangun self
concept yang menunjang kesehatan mental.
Tujuan Pendidikan Pendidikan Karakter Bangsa diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik
sebagai manusia dan Warga Negara yang memiliki nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta
didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal
dan tradisi budaya dan karakter bangsa.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung
jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas, dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Daftar Pustaka

'

Barnawi dan M.Arifin. Strategi dan Kebijakan Pendidikan Krakter (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), 212
Moch. Said, Pendidikan Karakter di Sekola, (Surabaya: Jaring pena ),82
Dr. Mursidin, M.Pd, Moral ;Sumber Pendidikan, (Bandung :Ghalia Indonesia,
2011), 46
[1] Mansur Muslich, Pendidikan Karakter, (Jakarta:Bumi aksara, 2011,
cet i),70

Anda mungkin juga menyukai