Anda di halaman 1dari 5

BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033X

Volume 3, Nomor 1 Januari 2002


Halaman: 169-173 DOI: 10.13057/biodiv/d030101

Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan


pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala
Identification and characterisation of the polymorphic growth hormone gene of
the Bali cattle, the Madura cattle and Ongole cattle

SUTARNO1, ARIS JUNAIDI2, AGUS PURWOKO1, NEO INDRA LELANA1


1 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 57126
2 Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta 55281

Diterima: 26 Nopember 2001. Disetujui: 4 Januari 2002

ABSTRACT

A total of 150 cattle consisting of 3 breeds (Bali, Madura and Ongole) of Indonesian native cattle were used in this
study. The aims of the study were to identify and characterize polymorphisms in the growth hormone loci of those
breeds of cattle. The genomic DNA was extracted using Wizard genomic DNA purification system from Promega. Two
fragments of growth hormone gene were amplified using PCR and continued with RFLP using restriction enzymes of
AluI and MspI. Polymorphisms were found at both loci of GH-L1 and GH-L2 of the growth hormone gene by PCR-
RFLP analysis in all breeds of those cattle.

2002 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Keywords: PCR-RFLP, growth hormone gene, polymorphism, Indonesian local cattle.

PENDAHULUAN awal yang diperlukan dalam konservasi


sumber genetik (Kidd et al, 1974). Dengan
Diversitas genetik pada sapi, dan juga pada demikian maka informasi tentang diversitas
hewan-hewan ternak lainnya mengalami genetik dan kekerabatan genetik pada hewan
penurunan sangat cepat (Hall & Bradley, ternak termasuk sapi adalah sangat penting
1995; Hammond & Leitch, 1995). Pemilihan dalam usaha mengembang-biakkan sapi untuk
suatu jenis sapi tertentu karena pertimbangan- memperoleh bibit unggul.
pertimbangan keunggulan ekonomis dalam hal DNA marker, yang diperoleh dengan
produksi telah menurunkan diversitas genetik, menggunakan teknik deteksi berdasarkan
dan bahkan menjadi salah satu mekanisme PCR telah banyak ditemukan, baik dari DNA
utama yang sangat potensial menurunkan inti maupun DNA sitoplasma. Penemuan-
diversitas genetik. penemuan ini sebenarnya dimulai dari adanya
Diversitas genetik merupakan dasar konsep diversitas genetik yang pada awalnya
perkawinan silang bagi hewan ternak (Buis et hanya didasarkan pada keanekaragaman
al, 1994) karena informasi ini dapat digunakan morfologi. Dengan kemajuan di bidang
sebagai titik awal untuk meningkatkan biomolekuler, maka keanekaragaman
kuantitas dan kualitas jenis melalui seleksi morfologi dapat dicari langsung penyebabnya
buatan. Pengetahuan mengenai pola-pola pada level gen, materi yang bertanggung
variabilitas genetik dari masing-masing jenis jawab terhadap terjadinya variasi morfologi.
akan membantu pengembangan program Namun demikian, belum semua variasi
persilangan, dan merupakan pengetahuan morfologi dapat diketahui penyebabnya,
170 B IOD I VER SI TA S Vol. 3, No. 1, Januari 2002, hal. 169-173

karena tidak semua sifat yang tampak Pemisahan sel darah putih dari sampel darah
dikodekan oleh gen tunggal. Pada umumnya Sel darah putih diekstrak menggunakan
sifat yang memiliki nilai ekonomi tinggi teknik Buffy coat. Total darah dimasukkan ke
dikodekan oleh banyak gen, yang dikenal dalam tabung sentrifus, kemudian
dengan istilah polygenic traits, dengan disentrifugasi pada kecepatan 1500 g selama
demikian tidaklah mudah untuk memperoleh 15-20 menit. Buffy coat yang diperoleh
gen yang bertanggung jawab terhadap sifat kemudian diambil dengan pipet, dipindahkan
semacam ini. ke dalam tabung sentrifus 20 mL, dipenuhi
Variasi DNA pada lokus gen hormon dengan larutan buffer TE1, dan disentrifugasi
pertumbuhan banyak dipelajari akhir-akhir ini. lagi pada kecepatan 2000 g selama 10-15
Dengan kemajuan teknik molekuler, variasi menit. Pelet yang diperoleh kemudian
gen hormon pertumbuahan dapat dideteksi diresuspensikan dalam 1 mL bufer TE2, dan
secara lebih cepat dan akurat. Variasi pada dipindahkan ke dalam tabung penyimpan
gen ini akan mempengaruhi produk yang (Nunc) untuk disimpan pada suhu 80oC
berupa hormon pertumbuhan. Pengaruh sampai saat digunakan untuk proses
variasi ini dapat bersifat positif dan negatif, selanjutnya.
hormon pertumbuhan yang dihasilkan
mungkin juga dapat defektif. Banyaknya minat Ekstraksi DNA
untuk mempelajari variasi pada gen ini DNA diekstraksi dari sel darah putih
mungkin disebabkan karena produk gen ini dengan menggunakan teknik Wizard Genomic
sangat berpengaruh pada sifat-sifat yang Purification System (Promega, Madison USA).
memiliki nilai ekonomi penting. Hormon
pertumbuhan mempunyai pengaruh utama Amplifikasi gen hormon pertumbuhan
pada pertumbuhan, laktasi dan perkembangan DNA yang diperoleh langsung digunakan
kelenjar susu (Cunningham, 1994; Hoj et al, untuk reaksi PCR yang dilakukan dalam mesin
1993a). PCR (Perkin Elmer 2400/ 9700). Dua fragmen
Dari uraian di atas maka permasalahan gen hormon pertumbuhan, lokus 1 dan lokus 2
yang diangkat dalam penelitian awal ini diamplifikasi dengan PCR menggunakan
adalah: adakah variasi genetik (polimorfisme) primer berturut-turut GH1/GH2 dan GH5/GH6.
pada gen hormon pertumbuhan pada sapi Semua reaksi amplifikasi dilakukan dalam
pedaging lokal Indonesia (sapi Madura, volume 25 L campuran reaksi yang terdiri
Benggala dan Bali). dari: 200 ng DNA template, 0.15 M dari
masing-masing oligonukleotida primer, 200
M dari masing-masing dNTPs, 2 mM MgCl2,
BAHAN DAN METODE 10x bufer dan 1,5 unit Taq DNA polymerase
dalam 0,6 mL tabung effendorf.
Sapi percobaan Kondisi reaksi amplifikasi PCR untuk gen
Tiga jenis sapi digunakan dalam penelitian hormon pertumbuhan adalah sebagai berikut:
ini, yaitu sapi Bali, sapi Madura dan sapi satu tahap reaksi denaturasi awal pada suhu
Ongole (Benggala). Sampel sapi Bali diambil 94oC selama 5 menit, diikuti dengan 30 siklus
dari Lombok, sampel sapi Madura diambil dari amplifikasi yang masing-masing siklus terdiri
Madura dan sapi Benggala diambil di dari: denaturasi pada suhu 94oC selama 45
Surakarta. detik, annealing pada suhu 60oC selama 45
detik, dan ekstensi pada suhu 72oC selama 1
Pengambilan sampel darah menit; diikuti dengan satu tahap polimerasi
Sampel darah diambil dari 150 individu sapi final pada suhu 72oC selama 5 menit.
dari masing-masing jenis tersebut di atas
secara venepuncture, menggunakan venoject. RFLP analisis
Darah yang diperoleh dimasukkan ke dalam Hasil amplifikasi PCR digunakan dalam
50 mL tabung reaksi yang telah diisi heparin reaksi digesti dengan menggunakan enzim
sebagai antikoagulon. Sebanyak 10 mL darah AluI untuk mengidentifikasi situs polimorfisme
ini diambil dan disimpan pada suhu 70oC AluI pada lokus 1, sedangkan lokus 2 didigesti
untuk referensi dikemudian hari, sedangkan menggunakan enzim MspI. Hasil digesti
sisanya digunakan langsung dalam penelitian kemudian dielektroforesis pada bak
untuk diekstrak sel darah putihnya. elektroforesis horizontal dengan mengguna-
SUTARNO dkk. Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Lokal 171

kan gel yang terbuat dari 1-2% agarose dalam restriksi AluI dan MspI terhadap lokus 1 dan
bufer TAE. Elektroforesis dilakukan dengan lokus 2 gen hormon pertumbuhan
menggunakan gel horisontal selama 90 menit dipresentasikan pada Table 1.
pada 55 volt. Lama waktu sangat tergantung
pada konsentrasi gel dan voltase. Agar hasil Tabel 1. Situs restriksi yang dihasilkan dari reaksi digesti
elektroforesis dapat divisualisasi, ethidium dengan menggunakan enzim restriksi AluI terhadap
bromida disertakan pada saat pembuatan gel fragmen 223 bp lokus 1 gen hormon pertumbuhan, dan
dengan konsentrasi final 0,12 g/mL. Setelah MspI terhadap fragmen 329 bp lokus 2 gen hormon
elektroforesis selesai, DNA divisualisasi di pertumbuhan.
bawah sinar ultra violet dalam ruang gelap,
dan diambil gambarnya menggunakan film Enzyme Allel JumLah Ukuran
Polaroid ukuran 57 dengan filter merah. situs fragmen (bp)
restriksi
Pengambilan data fenotip AluI L 1 171, 52
Data fenotip utama yang dikoleksi pada V 0 223
penelitian ini adalah berat badan (berat lahir; MspI MspI + 1 224, 105
berat awal), berat pada hari ke-90 (dan berat MspI - 0 329
pada hari ke-150 dan ke-210 untuk sapi Bali),
sedangkan data fenotip pendukung adalah Seperti yang diperlihatkan pada hasil di
jenis kelamin, umur dan breed. atas, perkembangan-perkembangan yang
terjadi pada teknik molekuler telah
menghasilkan banyak data tentang variasi
HASIL DAN PEMBAHASAN genetik dari analisis DNA. Data-data semacam
ini akan memberikan pemahaman yang lebih
Hasil analisis PCR baik pada kita tentang variasi genetik inter dan
Lima puluh sampel dari masing-masing antar jenis sapi. Analisis dengan PCR-RFLP
jenis sapi Bali, sapi Madura dan sapi Benggala mampu mendeteksi tipe polimorfisme yang
telah dilakukan PCR untuk mengamplifikasi sama seperti yang diperoleh dengan
DNA menggunakan primer GH-1, GH-2, GH-5, menggunakan teknik RFLP secara tradisional,
dan GH-6. Fragmen yang diamplifikasi dengan tanpa melalui Southern Blotting (Cushwa &
primer-primer tersebut adalah dua lokus DNA Medrano, 1996). Karena tanpa Southern
pada gen hormon pertumbuhan. Amplifikasi Blotting, maka waktu yang diperlukan lebih
menggunakan GH-1 dan GH-2 menghasilkan pendek dan sensitivitasnya pun meningkat
fragmen 223 bp lokus 1 gen hormon (Weber & May, 1989). Jadi metode ini sangat
pertumbuhan, sedangkan amplifikasi efektif dan efisien untuk mempelajari variasi
menggunakan GH5 dan GH6 menghasilkan genetik.
fragmen 329 bp lokus 2 gen hormon Variasi genetik pada jenis yang sama
pertumbuhan. adalah sangat penting dan riset di bidang ini
banyak menarik perhatian pada jenis hewan
Hasil RFLP ternak, karena pengetahuan tentang variasi
Analisis pola pemotongan oleh enzim genetik mempunyai banyak aplikasi pada
restriksi terhadap hasil amplifikasi PCR pada penyilangan dan genetika. Aplikasi variasi
lokus 1 dan lokus 2 gen hormon pertumbuhan genetik ini oleh Archibald (1983) disebutkan
dilakukan terhadap 3 jenis sapi pedaging lokal misalnya untuk identifikasi hewan dan analisis
Indonesia. Pada semua jenis ditemukan pedigree (silsilah), pemetaan gen dan
adanya polimorfisme DNA pada kedua lokus identifikasi marker/penanda gen yang
gen hormon pertumbuhan. Polimorfisme yang mengendalikan sifat-sifat yang diinginkan.
dideteksi dengan melakukan digesti Karena semua sifat yang tampak (fenotip)
menggunakan enzim restriksi AluI terhadap dipengaruhi oleh informasi genetik yang
fragmen 223 bp lokus 1, serta dengan digesti dibawa oleh DNA, maka variasi DNA
menggunakan enzim restriksi MspI terhadap berhubungan dengan terjadinya variasi
fragmen 329 bp lokus 2 gen hormon fenotip. Ide inilah yang merupakan dasar
pertumbuhan disajikan pada Gambar 2 dan 3. teknik seleksi yang akhir-akhir ini
Situs-situs restriksi yang dihasilkan dari dikembangkan, yaitu seleksi berdasarkan gen
reaksi digesti dengan menggunakan enzim marker yang dikenal dengan istilah marker
172 B IOD I VER SI TA S Vol. 3, No. 1, Januari 2002, hal. 169-173

100bp marker
Un-cut

V/V

L/V
L/L
600bp

223bp
171bp
100bp
52bp

Gambar 2. Fotograf dari gel agarose memperlihatkan adanya polimorfisme DNA pada lokus 1 gen hormon
pertumbuhan yang dideteksi dengan menggunakan teknik PCR-RFLP menggunakan enzim AluI.

100bp marker
MspI +/+

MspI +/+
MspI +/-
MspI -/-
Un-cut

329bp 600bp

224bp
100bp
105bp

Gambar 3. Fotograf dari gel agarose memperlihatkan adanya polimorfisme DNA pada lokus 2 gen hormon
pertumbuhan yang dideteksi dengan menggunakan teknik PCR-RFLP menggunakan enzim MspI.

assisted selection (MAS). Teknik seleksi Polimorfisme pada situs restriksi oleh enzim
melalui MAS ini telah berkembang sangat AluI dan MspI pada lokus 1 dan lokus 2 gen
cepat pada beberapa tahun terakhir (Schwerin hormon pertumbuhan telah dilaporkan
et al, 1995; Soller, 1994). Variasi genetik yang sebelumnya pada sapi penghasil susu (Hoj et
diukur langsung pada level DNA, dapat juga al, 1993; Lucy et al, 1993; Schwerin et al,
digunakan untuk melakukan test terhadap 1995; Soller, 1994), Bavarian Simmental
munculnya variasi genetik pada sifat kuantitatif (Schlee et al, 1994) dan sapi India (Mitra et al,
pada suatu jenis. Hal ini sangat bermanfaat 1995). Analisis menggunakan PCR-RFLP di
dalam menjaga diversitas genetik. atas menunjukkan bahwa terjadinya polimor-
SUTARNO dkk. Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Lokal 173

fisme pada situs restriksi oleh enzim restriksi Hammond, K., and H. Leitch. 1995. Towards better
AluI disebabkan oleh adanya substitusi antara management of animal genetic resources. World
Leusin/Valin pada posisi 127 (Sutarno, 1998). Animal Review 84/85: 48-53
Sedangkan terjadinya polimorfisme pada situs Hoj, S., M. Fredholm, N.J. Larsen, and V.H. Nielsen.
restriksi oleh enzim restriksi MspI disebabkan 1993. Growth hormone gene polymorphism
oleh adanya transisi C menjadi T pada posisi associated with selection for milk fat production in
+837 (Sutarno, 1998). lines of cattle. Animal Genetics 24: 91-96
Kidd, K. K., L. Osterhoff, L. Erhard, and W.H. Stone.
1974. The use of genetic relationships among cattle
KESIMPULAN breeds in the formulation of rational breeding
policies: an example with South Devon (South
Dari hasil-hasil di atas dapat disimpulkan Africa) and Gelbvieh (Germany). Animal Blood
bahwa polimorfisme ditemukan pada sapi Bali Groups and Biochemical Genetics 4: 21-28
dan sapi Benggala, serta pada sapi Madura Lucy, M. C., S.D. Hauser, P.J. Eppard, G.G. Krivi, and
namun dengan prosentase yang rendah. J.H. Clark. 1993. Variants of somatotropin in cattle -
Perubahan leusin menjadi valin posisi 127 gene frequencies in major dairy breeds and
pada lokus 1 gen hormon pertumbuhan yang associated milk production. Domestic Animal
dideteksi dengan RFLP menggunakan enzim Endocrinology 10: 325-333
restriksi AluI, serta polimorfisme pada lokus 2 Mitra, A., P.P. Schlee, C.R. Balakrishnan, and F.
yang dideteksi dengan RFLP menggunakan Pirchner. 1995. Polymorphisms at growth-hormone
MspI ditemukan pada ketiga jenis sapi ini. and prolactin loci in Indian cattle and buffalo. Journal
of Animal Breeding & Genetics Zeitschrift fur
Tierzuchtung und Zuchtungsbiologie 112: 71-74
DAFTAR PUSTAKA Schlee, P., R. Gram, L.O. Rottmann, and F. Pirchner.
1994. Influence of growth-hormone genotypes on
breeding values of simmental bulls. Journal of Animal
Archibald, A. L. 1983. Genetic variation-the raw material
Breeding & Genetics Zeitschrift fur Tierzuchtung und
of animal breeding. ABRO Report 28-32
Zuchtungsbiologie 111: 253-256
Buis, R. C., J. K. Oldenbroek, and J.H.J. Vanderwerf.
Schwerin, M., G. Brockmann, J. Vanselow, and H.M.
1994. Preserving genetic variance resources in
Seyfert. 1995. Perspectives of molecular genome
commercial and non-commercial populations.
analysis in livestock improvement. Archiv fur
Netherlands Journal of Agricultural Science 42: 29-36
Tierzucht Archives of Animal Breeding 38: 21-31
Cunningham, E.P. 1994. The use of bovine somatotropin
Soller, M. 1994. Marker assisted selection - an overview.
in milk production - a review. Irish Veterinary Journal
Animal Biotechnology 5: 193-207
45 (5) 207-210.
Sutarno. 1998. Candidate gene marker for production
Cushwa, W. T., and J.F. Medrano. 1996. Applications of
traits in beef cattle. In Veterinary Biology. Perth:
the Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)
Murdoch University.
Assay for Genetic Analysis of Livestock Species.
Weber, J. L., and P.E. May. 1989. Abundant class of
Animal Biotechnology 7: 11-31
human DNA polymorphisms which can be typed
Hall, S. J. G., and D.G. Bradley. 1995. Conserving
using the polymerase chain reaction. American
livestock breed biodiversity [Review]. Trends in
Journal of Human Genetics 44: 388-396.
Ecology & Evolution 10: 267-270

Anda mungkin juga menyukai