discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/287584850
CITATIONS READS
0 683
2 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Hermenegildus Bramantyo Agung Suprapto on 21 December 2015.
The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Konsep Pemanfaatan Air Hujan sebagai Air Siap Pakai
H. Bramantyo Agung Suprapto*
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia
*Corresponding Author: h.bramantyo.a.s@students.itb.ac.id
Abstrak
Kebutuhan air bersih adalah masalah yang dihadapi hampir semua kota besar di dunia. Kebutuhan
ini dapat dipenuhi dengan memanfaatkan air hujan dengan teknologi yang ada. Teknologi
penangkapan dan pemanfaatan air hujan yang tersedia saat ini terdiri dari luasan penangkap air,
pengaliran, tangki penyimpanan, dan pemurnian. Pemurnian dapat dilakukan dengan disi nfektan,
filtrasi, dan ozonisasi.
mengolah air hujan adalah membran filtrasi Kualitas air yang diolah bergantung pada
logam (Metal membran filtration, MMF) [15]. kondisi, operasi, dan perawatan sistem
MMF memiliki beberapa keunggulan pengumpulan air hujan. Selain itu, kualitas air
dibandingkan membran polimer konvensional: terolah juga bergantung pada kualitas air
lebih tahan lama, lebih tahan pada tekanan (1 hujan, yang terkait pada kualitas udara dan
Mpa) dan temperatur (350C) tinggi, tahan kebersihan luasan penampang (atap). Studi
goncangan dan reaksi kimiawi korosif seperti menunjukkan bahwa kualitas air hujan di
ozonasi. Indonesia sudah cukup baik untuk diolah
menjadi air siap pakai [16].
Teknologi distilasi memisahkan air dari
pengotornya menggunakan penguapan dan Penggunaan air hujan secara terbatas diyakini
pengumpulan kondensat. Karena dasar dari tidak akan memengaruhi kesehatan secara
teknologi ini adalah penguapan, distilasi signifikan [18]. Selain itu, apabila luasan
membutuhkan energi yang relatif lebih tinggi penampang dirawat secara berkala, konsentrasi
dibandingkan teknologi lainnya. Namun mikroorganisme yang membahayakan
demikian, distilasi dapat memurnikan air lebih (patogenik) seperti F. streptococci dan P.
baik dari hampir seluruh jenis pengotor. aeruginosa adalah sangat rendah [19].
Pengotor yang terikut dalam uap air biasanya
Kondisi atap merupakan bagian terpenting
berupa zat organik yang mudah menguap, dan
dalam menentukan kualitas air hujan yang
dapat dengan mudah disaring menggunakan
terkumpul. Partikulat, mikroorganisme, logam
activated carbon.
berat, dan zat organik dapat terkumpul pada
atap, sehingga mengontaminasi air hujan yang
dikumpulkan. Oleh karena itu, disarankan
untuk mengumpulkan air hujan setelah
membersihkan atap [17].
Selain itu, dianjurkan juga untuk
membersihkan tangki penampung air hujan
secara berkala untuk membersihkan
kontaminasi partikulat yang mengendap pada
tangki tersebut. Partikulat ini dapat berasal
dari kontaminan pada sistem sebelumnya
maupun akibat pembersihan itu sendiri. Di
dalam tangki penyimpan, mungkin saja
terbentuk biofilm yang menyerap zat logam,
senyawa organik, maupun mikroorganisme
patogen. Selain itu, logam-logam berat dan
kontaminan lainnya dapat mengendap di dasar
tangki.
Gambar 3. Sistem Penangkapan Air Hujan
Domestik Beberapa karakteristik dari air hujan yang
perlu diperhatikan dalam merancang sistem
penampungan dan pemurnian air hujan adalah:
4. Kualitas Air Terolah Kesadahan.
Pengumpulan dan pemanfaatan air hujan Kandungan Besi dan Mangan
memiliki sejarah yang panjang. Air hujan pH
dipandang sebagai salah satu sumber air yang Klorida
aman dalam sisi banyak dan jenis kontaminan, Fluorida
namun tidak menutup kemungkinan bahwa Total Dissolved Solids
masih terdapat risiko kesehatan. Kekeruhan
Warna dan Aroma
Hermenegildus B.A. Suprapto, 2015, xx-xx 5