Anda di halaman 1dari 12

NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

TUGAS 03

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA KEGAGALAN 02

1. Jawaban:
Metalografi didefinisikan sebagai ilmu pengamatan bentuk dan struktur material
dengan tujuan untuk mengontrol kualitas material. Bertujuan untuk mengamati susunan
geometri dari butir dan fasa material. Hasil pengamatan pada umumnya dibuat foto
struktur mikro dengan angka perbesaran yang selalu dicantumkan pada pojok kanan
bawah foto.
Pengamatan struktur mikro material sangat penting karena erat hubungannya dengan
sifat mekanis material. Contohnya adalah material A menunjukkan fasa dan struktur butir
yang lebih homogen dan halus dibandingkan dengan material B, sehingga dapat
diantisipasi bahwa material A akan memunjukkan sifat mekanis pada temperatur ruang
yang lebih baik dibandingkan dengan material B.
Tujuan pengujian metalografi pada FA adalah:
Dapat memberikan informasi tentang tingkat mutu material (ada cacat atau tidak)
yang digunakan serta struktur logam daerah patahan, apakah struktur tersebut
sesuai dengan yang dikehendaki (specification).
Dapat mengidentifikasi struktur mikro dari material yang mengalami perpatahan
atau kegagalan dan dapat mengkaitkannya dengan sifat mekanis material tersebut.
Tahapan dalam preparasi dan pengujian metalografi adalah sebagai berikut:
1.) Preparasi Sampel Metalografi
a. Penentuan ukuran sampel; tergantung pada sifat material dan informasi yang akan
di dapat. Umumnya bervariasi antara 5 hingga 30 mm, dan ketebalan lebih kecil
dibanding dimensi panjang dan lebarnya.
b. Mounting sampel; umunya dilakukan jika sampel berukuran terlalu kecil.
Mounting bertujuan untuk menempatkan sampel pada suatu media, untuk
memudahkan penanganan sampel yang berukuran kecil dan tidak beraturan dengan
tanpa merusak sampel. Spesimen yang berukuran kecil atau memiliki bentuk yang
tidak beraturan akan sulit untuk ditangani khususnya ketika dilakukan
pengamplasan dan pemolesan akhir. Sebagai contoh adalah spesimen yang berupa
kawat, spesimen lembaran logam tipis, potongan yang tipis, dan lain-lain. Untuk
memudahkan penanganannya, maka spesimen-spesimen tersebut harus

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

ditempatkan pada suatu media (media mounting). Secara umum syarat-syarat yang
harus dimiliki bahan mounting adalah:
Bersifat inert (tidak bereaksi dengan material maupun zat etsa).
Sifat eksotermis rendah.
Viskositas rendah.
Penyusutan linier rendah.
Sifat adhesi baik.
Memiliki kekerasan yang sama dengan sampel.
Flowabilitas baik, dapat menembus pori, celah, dan bentuk ketidakteraturan
yang terdapat pada sampel.
Khusus untuk etsa elektrolitik dan pengujian SEM, bahan mounting harus
konduktif.
Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis reagen etsa
yang akan digunakan. Pada umumnya mounting menggunakan material plastik
sintetik. Materialnya dapat berupa:
Resin (castable resin) yang dicampur dengan hardener atau bakelit.
Penggunaan castable resin lebih mudah dan alat yang digunaskan lebih
sederhana dibandingkan bakelit karena tidak diperlukan aplikasi panas dan
tekanan. Namun bahan castable resin ini tidak memiliki sifat mekanis yang
baik (bersifat lunak), sehingga kurang cocok untuk material material yang
keras.
Thermosetting mounting dengan menggunakan material bakelit. Material
ini berupa bubuk yang tersedia dengan warna yang beragam, membutuhkan
alat khusus karena membutuhkan aplikasi tekanan ( 4200 lb/in2) dan panas
( 149oC) pada mold saat mounting.
c. Pengamplasan; terbagi menjadi dua tahapan, yakni:
Amplas kasar (coarse grinding); umumnya untuk menghaluskan
permukaan yang tergores cukup dalam pada proses pemotongan.
Amplas halus (fine grinding); untuk menghilangkan goresan sebelumnya .
Dilakukan menggunakan amplas dengan partikel SiC. Terdapat berbagai
ukuran kertas amplas halus, yaitu antara 400 1200 mesh. Setiap berganti

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

ukuran amplas, sampel diputar 90o dari posisi sebelumnya untuk


menghilangkan goresan pada tahap sebelumnya.
Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan sampel
dengan cara menggosokan sampel pada kain abrasif/amplas. Sampel yang baru saja
dipotong, atau sampel yang telah terkorosi memiliki permukaan yang kasar.
Permukaan yang kasar ini harus diratakan agar pengamatan struktur mudah untuk
dilakukan. Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan kertas amplas yang
ukuran butir abrasifnya dinyatakan dengan mesh. Urutan pengamplasan harus
dilakukan dari nomor mesh yang rendah (hingga 150 mesh) ke nomor mesh yang
tinggi (180 hingga 600 mesh). Ukuran grit pertama yang dipakai tergantung pada
kekasaran permukaan dan kedalaman kerusakan yang ditimbulkan oleh
pemotongan. Ukuran grit pada pengamplasan pertama dengan alat potong yang
berbeda, disajikan dalam tabel berikut ini.

Ukuran Kertas Amplas (grit)


Jenis Alat Potong
untuk Pengamplasan Pertama
Gergaji Pita 60-120
Gergaji Abrasif 120-240
Gergaji Kawat/Intan Kecepatan Rendah 320-400
Hal yang harus diperhatikan pada saat pengamplasan adalah pemberian air. Dalam
hal ini air berfungsi sebagai pemindah geram dan memperpanjang masa pemakaian
kertas amplas. Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketika melakukan
perubahan arah pengamplasan, maka arah yang baru adalah 45o atau 90o terhadap
arah sebelumnya dengan tujuan menghilangkan goresan pada tahap sebelumnya.
d. Pemolesan; terbagi menjadi dua tahapan, yakni:
Poles kasar (rough polishing); dilakukan dengan menggunakan partikel
alumina atau intan, dengan besar partikel sekitar 5 m, untuk
menghilangkan goresan yang masih tersisa dan untuk meminimalisir sisa
daerah yang terdeformasi dari amplas halus.
Poles halus (final polihing); untuk menghilangkan goresan yang amat halus
dan daerah deformasi yang dihasilkan selama proses kasar sehingga
nantinya akan menghasilkan sampel yang tanpa goresan, dengan
menggunakan partikel poles alumina atau intan kurang dari 1 m (biasanya
0,5 m). Hasil poles ini menunjukkan permukaan yang bebas goresan dan
siap untuk dietsa.

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

Tahap pemolesan dimulai dengan pemolesan kasar terlebih dahulu kemudian


dilanjutkkan dengan pemolesan halus. Permukaan sampel yang akan diamati
dibawah mikroskop harus benar-benar rata. Apabila permukaan sampel kasar atau
bergelombang, maka pengamatan struktur mikro akan sulit untuk dilakukan
dikarenakan cahaya yang datang dari mikroskop akan dipantulkan secara acak oleh
permukaan sampel. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut.

e. Etsa; dilakukan pasa sampel yang telah dikeringkan setelah poles halus dengan
menggunakan zat kimia bersifat asam atau basa. Jenis zat kimia yang digunakan
sangat bergantung kepada jenis material itu sendiri. Zat etsa akan menyerang
berbagai daerah permukaan. Terjadi karena adanya afinitas kimia yang berbeda
antara detail satu dan lainnya, serangan zat kimia akan menyebabkan pantulan
sinar yang berbeda ke lensa objektif yang menyebabkan dapat membedakan antara
fasa satu dan lainnya. Setelah proses etsa, sampel siap diamati dengan mikroskop
optik.
Tujuan perlakuan etsa ini adalah untuk memudahkan dalam mengamati dan
mengidentifikasi detail struktur material yang gagal dengan bantuan mikroskop
optik. Etsa merupakan suatu proses penyerangan atau pengikisan batas butir secara
selektif dan terkendali dengan pencelupan ke dalam larutan pengetsa baik
menggunakan listrik maupun listrik maupun tidak ke permukaan sampel sehingga
detil struktur yang akan diamati akan terlihat dengan jelas dan tajam. Jenis etsa
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Etsa Kimia
Merupakan proses pengetsaan dengan menggunakan larutan kimia dimana
zat etsa yang digunakan ini memiliki karakteristik tersendiri sehingga
pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Sebagai
contoh, yakni:
MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA
DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

a) Nitrid acid/nital: asam nitrit + alkohol 95% (khusus untuk baja karbon)
yang bertujuan untuk mendapatkan perlit, ferit, dan ferit dari martensit.
b) Picral: asam picric + alkohol (khusus untuk baja) yang bertujuan untuk
mendapatkan perlit, ferit, dan ferit dari martensit.
c) Ferric chloride: ferric chloride + HCl + air untuk melihat struktur pada
SS, nikel austenitic, dan paduan tembaga.
d) Hydroflouric acid: HF + air untuk mengamati struktur pada alumunium
dan paduannya.
Keterangan:
1) Hindari waktu etsa yang terlalu lama (umumnya sekitar 4 30 detik).
2) Setelah dietsa, segera dicuci dengan air mengalir lalu dengan alkohol
kemudian dikeringkan dengan hair dryer.
Etsa Elektrolitik
Merupakan proses etsa dengan menggunakan reaksi elektroetsa. Cara ini
dilakukan khusus untuk stainless steel karena dengan etsa kimia susah
untuk mendapatkan detil strukturnya. Skema peralatan elektro etsa standar
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar diatas merupakan rangkaian dasar alat elektro etsa yang umum
digunakan dalam skala percobaan laboratorium. Hubungan kuat arus dan
tegangan dalam etsa dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini, dimana
kurva tersebut terbagi menjadi beberapa daerah karakteristik, antara lain
yaitu:

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

Daerah A B; daerah proses etsa, dimana ion logam sebagai anoda,


larut dalam larutan elektrolit.
Daerah B C; daerah tidak stabil, karena permukaan logam
merupakan gabungan dari daerah pasif dan aktif yang disebabkan
oleh perbedaan energi bebas antara butir dan batas butir.
Daerah C D; daerah poles, terjadi kestabilan arus, meskipun
tegangan ditambahkan . Hal ini disebabkan oleh stabilnya larutan.
Meskipun pada daerah ini logam berubah menjadi logam oksida,
tetapi oleh larutan elektrolit logam itu dilarutkan kembali.
Daerah D E; terjadi evolusi oksigen pada anoda, dimana gelembung
gas melekat dan menetap pada permukaan anoda untuk waktu yang
lama, sehingga menyebabkan pitting. Dengan penambahan tegangan,
rapat arus melonjak tinggi tak terkendali.
2.) Pengujian Sampel Metalografi
Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik mikrostruktur
suatu logam dan paduannya serta hubungannya dengan sifat-sifat logam dan
paduannya tersebut. Ada beberapa metode yang dipakai yaitu: mikroskop (optik
maupun elektron), difraksi (sinar-X, elektron dan neutron), analisis (X-ray fluoresence,
elektron mikroprobe) dan juga stereometric metalografi. Pada pengujian metalografi
ini, umumnya digunakan metode mikroskop, sehingga pemahaman akan cara kerja
mikroskop dapat diketahui, khususnya mikroskop optik. Pengamatan metalografi
dengan mikroskop umumnya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Metalografi makro, yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10 100
kali.

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

b. Metalografi mikro, yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran diatas 100


kali.

2. Jawaban:
Pengujian komposisi kimia merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
informasi mengenai kandungan unsur maupun senyawa, baik dalam bentuk data kualitatif
maupun kuantitatif. Berdasarkan hasil pengujian komposisi kimia ini, maka dapat
diketahui tahapan-tahapan selanjutnya untuk melakukan teknik analisis failure pada
material. Pengujian komposisi kimia meliputi:
a. Analisa komposisi bahan dasar (base metal), yang berguna untuk menjamin bahwa
material yang gagal sesuai dengan yang telah di-spesifikasikan dengan menggunakan
alat spectometer.
b. Analisa unsur (inclusion, phase) secara mikro) yang bertujuan untuk mengetahui
komposisi kimia dari suatu inklusi atau fasa yang berbentuk mikro dan ada di dalam
matriks.
c. Analisa hasil korosi (endapan atau kerak), yang ada di material baik berupa endapan
atau berupa kerak.

Peralatan yang digunakan dalam melakukan pengujian ini bergantung pada jenis analisa
komposisi kimia yang diinginkan, yang dapat diuraikan sebagai berikut.
Spectrometer
Alat ini digunakan untuk menganalisa komposisi bahan dasar (base metal),
sehingga dapat menjamin bahwa material yang gagal sesuai dengan yang telah di-
spesifikasi-kan.
Energy Dispersive Spectroscopy (EDS)
Digunakan untuk mengamati komposisi senyawa secara mikro. Alat ini biasanya
berada menjadi satu di dalam SEM.

X-Ray Diffraction (XRD)


Alat ini dapat digunakan dalam analisa hasil korosi (endapan atau kerak), untuk
mengetahui komposisi senyawa hasil reaksi dengan lingkungan.

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

3. Jawaban:
1
3

Bila hendak melakukan proses pengujian metalografi, ada 4 sampel yang bisa diambil
untuk pengujian. Setiap sampel yang ada diambil 2 bagian sehingga ada perbandingan.
Adapun penjelasan mengapa harus mengambil 4 sampel adalah sebagai berikut:

No sampel Lokasi pengambilan Observasi


1 Bagian yang tidak mengalami Dengan perbesaran 100 X dan 200
kerusakan X untuk mengetahui jenis phasa
pada matriks yang tidak mengalami
keretakan sehingga nantinya bisa
dibandingkan dengan phasa yang
mengalami kerusakan.
2 Bagian permukaan yang Untuk mengetahui perubahan phasa
mengalami keretakan apa yang terbentuk sehingga
menghasilkan kerusakan berupa
crack. Perbesaran yang dilakukan
juga sekitar 100 X hingga 200X
3 Bagian inisiasi crack Untuk mengetahui atau
mengobservasi fasa atau mungkin
terbentuknya inklusi yang keras

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

sehingga terjadi crack pada bagian


tersebut.
0
4 180 dari Bagian permukaan yang Mengetahui fasa dan
mengalami keretakan membandingkannya dengan sampel
nomor 2.

Pemilihan sampel yang tepat dari suatu benda uji studi mikroskopik merupakan hal yang
sangat penting. Pemilihan sampel tersebut didasarkan pada tujuan pengamatan yang
hendak dilakukan. Pengambilan sampel dilakukan pada daerah yang akan diamati
mikrostruktur maupun makrostrukturnya. Sebagai contoh untuk pengamatan
mikrostruktur material yang mengalami kegagalan (dalam kasus ini adalah tabung boiler
yang pecah dalam arah longitudinal), maka sampel diambil sedekat mungkin pada daerah
kegagalan (pada daerah kritis dengan kondisi terparah), untuk kemudian dibandingkan
dengan sampel yang diambil dari daerah yang jauh dari daerah gagal. Kalau untuk
ukuran butir, pengambilan sampel sebaiknya pada arah longitudinal dan diambil dengan
ukuran lebarnya. Untuk mengetahui penyebab material gagal dilakukan analisis
metalografi. Dilakukan pembandingan analisis untuk membandingkan struktur mikro di
daerah awal retak, terkena gagal, dan daerah tidak terkena gagal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam pengambilan sampel untuk menganalisa kerusakan
pada tabung boiler tersebut, harus diambil minimal tiga buah sampel, yakni di daerah
awak keretakan, daerah kegagalan, dan daerah yang jauh dari lokasi kegagalan. Hal ini
akan memudahkan untuk melakukan perbandingan struktur makro dan mikro, sehingga
hasil analisa kegagalan menjadi lebih akurat dan tepat.

4. Jawaban:
Cara terbaik dalam pengambilan kesimpulan dari data-data pengujian yang diperoleh
adalah dengan menggunakan Root Cause Analysis. Root Cause Analysis merupakan
sebuah metode yang digunakan untuk memecahkan sebuah permasalahan, dengan tujuan
dapat mencapai sumber yang menjadi akar permasalahan ini. Analisis ini digunakan agar
peneliti dapat mengeleminasi penyebab-penyebab yang mungkin terjadi, hingga
didapatkan akar permasalahan yang benar. Analisis ini juga berguna untuk mencegah
terjadinya permasalahan yang sama dalam jangka waktu ke depan. Dengan kata lain, Root
Cause merupakan salah satu metode untuk menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya
kegagalan, sehingga dapat diketahui kapan komponen tersebut harus diperbaiki hingga
MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA
DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

permasalahan tersebut dapat terpecahkan, dan diupayakan agar permasalahan tersebut


tidak terulang lagi. Analisis ini bersifat sistematis untuk mendapatkan akar permasalahan
pada proses kegagalan material atau komponen.
Berikut ini adalah tools yang dapat digunakan dalam Root Cause Analysis.

Untuk mengambil kesimpulan dari data-data pengujian kita bisa menggunakan


berbagai macam cara yaitu:

Cause-Consequence Analysis
Checklist
Event Tree Analysis
Failure Modes & Effects Analysis (FMEA)
Failure Modes, Effects and Criticality Analysis (FMECA)
Fault Tree Analysis (FTA)

Dari beberapa cara yang ada menurut saya yang merupakan cara terbaik adalah Fault
Tree Analysis (FTA) karena sangat dilihat semua kemungkinan yang mungkin terjadi baru
setelah itu didiskusikan mana penyebab yang paling benar. Salah satu cara yang bisa
digunakan adalah checklist, yang merupakan sebuah cara pengambilan kesimpulan dengan
me-list pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pengumpulan data-data bantuan.
Contoh dari list pertanyaan checklist adalah:

Jenis Pertanyaan Paraf


Mendapatkan gambar dari peralatan yang mengalami kerusakan secepat
mungkin.
Mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan peralatan dan
MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA
DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

menyimpannya agar tidak rusak.


Melakukan penggandaan dari gambar atau video selama proses recovery
dan analisis kerusakan.
Meng-generate semua jadwal dari failure review.
Melakukan Review dari semua prosedur operasi dari peralatan.
Membuat timeline yang akurat.
Membuat initial fault tree (bisa juga menggunakan fish bone diagram.
Melakukan proses brainstroming untuk semua kemungkinan kerusakan
yang terjadi.
Melakukan proses pencoretan untuk kemungkinan yang tidak mungkin
pada fault tree berdasarkan analisis langsung atau hasil dari tes.

Tabel diatas merupakan beberapa contoh checklist question yang bisa digunakan
untuk membantu dalam mencari kesimpulan dari penyebab kerusakan sebuah
komponen. Bila sudah melakukan salah satu list tersebut maka langsung diberkan paraf
sehingga semua orang tahu bahwa list tersebut sudah dilakukan.

Check-list of question cenderung dapat membantu pengambilan kesimpulan tersebut.


Namun, metode check-list of question ini akan menjadi lebih akurat hasilnya apabila
disusun dengan menggunakan fishbone diagram, dimana diagram ini digunakan untuk
memecahkan kemungkinan-kemungkinan penyebab yang didapatkan dari proses
brainstorming, sehingga dapat difokuskan pada beberapa kemungkinan, sehingga dapat
diketahui akar permasalahan yang sebenarnya. Berikut ini adalah katergori-kategori yang
dapat digunakan untuk melakukan check-list of question dalam bentuk diagram.

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02
NURADITYATAMA/1306448400 OKTOBER 2011

Dilihat dari skema fishbone diagram diatas, maka teknik ini mampu mengidentifikasi
secara grafikal dan mengorganisir beberapa kemungkian penyebab dari permasalahan
yang ada. Diagram ini dapat membantu dalam fokus penyelesaian permasalahan dan
mampu mereduksi pendapat-pendapat yang sebelumnya telah didiskusikan oleh tim
(dengan metode brainstorming). Setelah penyebab-penyebab permasalahan difokuskan
berdasarkan diagram ini, maka akan dihasilkan akar permasalahan yang sebenarnya dan
didapatkan kesimpulan permasalahan yang tepat dan akurat.

MEKANIKA PERPATAHAN & ANALISA


DTTM FTUI
KEGAGALAN - 02

Anda mungkin juga menyukai