Anda di halaman 1dari 48

Sekilas Tentang Jurnal Fitofarmaka

Jurnal Fitofarmaka merupakan media untuk mempublikasikan tulisan asli yang berkaitan
dengan ilmu farmasi khususnya bahan alam. Diterbitkan secara elektronik dan cetak dengan
frekuensi dua kali dalam setahun yaitu Juni dan Desember. Juranl Fitofarmaka dapat
mengakomodasi tulisan ilmiah yang dapat menjadi panduan dan literatur dalam bidang bahan
alam.

Tulisan ilmiah dapat berupa hasil penelitian mutakhir (paling lama 5 tahun yang lalu), ulasan
(review) singkat, laporan dari suatu penelitian pendahuluan, dan laporan kasus. Kategori
penelitian meliputi:
a. Analisis Farmasi
b. Kimia Bahan Alam
c. Farmakologi dan Toksikologi
d. Etnofarmakologi
e. Kimia Medisinal
f. Biologi Molekuler dan Bioteknologi
g. Farmakoterapi
h. Farmasi Klinik
i. Farmasetika dan Teknologi Farmasi
j. Biologi Farmasi

Tulisan yang telah diterima akan di review oleh editor dan mitra bestari yang sesuai dengan
bidangnya.
JURNAL FITOFARMAKA

Dewan Redaksi

Ketua Dewan Redaksi


drh. Min Rahminiwati, M.S., PhD.
(Pusat Studi Biofarmaka LPPM Institut Pertanian Bogor)

Anggota Dewan Redaksi


Dr Tri Panji, M.S.
(Puslit Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia)
Dr. Eli Halimah, M.Si. Apt.
(Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran)
Dr. Ir. Akhmad Endang Zainal Hasan, M.Si.
(Biokimia FMIPA Institut Pertanian Bogor)
Dr. Ietje Wientarsih, M.Sc., Apt.,
(Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor)
Dr. Sata Yoshita Srie Rahayu, M.Si.
(Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan)
Siti Sadiah M.Si, Apt.
(Fakultas Kedokteran Hewan / Pusat Studi Biofarmaka LPPM Institut Pertanian Bogor)
Drs. Almasyhuri , M.Si. , Apt.
(Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Kemenkes)
Bustanussalam, M.Si.
(Puslit Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
JURNAL FITOFARMAKA

ISSN:2087-9164, Vol.5,No.1, Juni 2015

DAFTAR ISI

PEMBUATAN FLAKES UBI KAYU (Manihot esculenta) SEBAGAI PENGGANTI


SARAPAN YANG BERPOTENSI ANTIOKSIDAN.. 1 9
Eka Herlina, Farida Nuraeni

AKTIVITAS ESTROGENIK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum


americanum L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) PRE-
MENOPAUSE 10 18
E.Mulyati Effendi, Hera Maheshwari, Mega Listya M.I

UJI EFEK TONIK EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L). Urb)
PADA MENCIT JANTAN BALB/C. 19 - 23
Rini Prastiwi, R.Tjahyadi, Chusun

AKTIVITAS INHIBISI ENZIM -GLUKOSIDASE EKSTRAK AIR DAN ETANOL UMBI


LAPIS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum).... 24 30
Sitaresmi Yuningtyas, Dian Setiawati Artianti

AKTIVITAS ANTIMIKROBA DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK BEBERAPA BAGIAN


TANAMAN KUNYIT (Curcuma longa). 31 40
Eris Septiana,Partomuan Simanjuntak
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

FORMULASI FLAKES UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)


SEBAGAI PENGGANTI SARAPAN YANG BERPOTENSI ANTIOKSIDAN

Eka Herlina, Farida Nuraeni


Program Studi Kimia FMIPA Universitas Pakuan Bogor
Email : nuraeni.farida@yahoo.com

ABSTRAK

Diversifikasi produk pangan merupakan salah satu cara untuk menunjang ketahanan
pangan. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) dapat digunakan sebagai bahan pangan
alternatif pengganti beras yang diolah menjadi flakes. Salah satu komponen bioaktif pada ubi
kayu yaitu skopoletin suatu senyawa fenolik yang mempunyai aktivitas antioksidan.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mensubstitusi tepung ubi kayu pada pembuatan flakes
ubi kayu menggunakan tepung kacang merah dengan berbagai perbandingan tepung ubi
kayu : tepung kacang merah yaitu 5:0, 4:1, 3:2, 2:3 dan 1:4. Produk olahan dianalisis
kandungan vitamin C, A, E, tingkat penerimaan dengan uji organoleptik dan uji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Analisis kadar vitamin C
menggunakan metode spektrofotometri, sedangkan vitamin A dan E dengan metode HPLC.
Hasil penelitian menunjukkan flakes ubi kayu dengan penambahan tepung kacang merah
pada formula flakes 3:2 merupakan formulasi yang lebih disukai oleh panelis, dengan
kandungan vitamin C 5,23 ppm, vitamin A 166,05 IU/100 gram, nilai IC50 397,06 ppm, dan
tidak mengandung vitamin E.

Kata kunci: Flakes, ubi kayu, kacang merah, antioksidan


FORMULATION OF CASSAVA (Manihot esculenta Crantz) FLAKES
AS BREAKFAST SUBSTITUTE WITH ANTIOXIDANT POTENTIAL
ABSTRACT
Food product diversification is one way to support food security. Cassava (Manihot
esculenta Crantz) can be used as an alternative substituted food stuffs rice is processed into
flakes. One of the active ingredient in cassava such as scopoletin which is a phenolic
compound used as antioxidant activity.This research was done by substituting cassava flour
in manufacture of cassava flakes used red beans flour in ratio concentration cassava flour :
red beans flour 5:0, 4:1, 3:2, 2:3 and 1:4. The process products tested vitamin C, A, E
content, acceptance level of organoleptic test and antioxidant activity used DPPH (1,1-
diphenyl-2-picryl-hydrazyl). Analysis of vitamin C content used spectrophotometric method,
while vitamins A and E by HPLC method. Tesr results of cassava flakes subtituted with red
bean flour showed that the respondents are hedonic like 3:1 formula, with vitamin C content
was 5.23 ppm, vitamin A 166,05 IU/100 grams, IC50 value 397,06 ppm, and no vitamin E
content.

Key words: Flakes, cassava, red bean, antioxidant

PENDAHULUAN singkong. Ubi kayu termasuk tanaman


Indonesia merupakan negara yang pangan yang sudah lama dibudidayakan
kaya akan sumber daya alam termasuk secara tradisional di Indonesia dan sudah
tanaman berkhasiat. Salah satu yang sering dikenal luas di masyarakat. Selain sebagai
digunakan adalah ubi kayu (Mannihot bahan pangan, ubi kayu juga dapat
esculenta Crantz) atau sering disebut digunakan sebagai bahan baku industri dan

1
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

pakan ternak. Ubi kayu mengandung fosfor, telah banyak dilakukan (Matz, 1976). Flakes
karbohidrat, kalsium, vitamin C, protein, zat termasuk jenis kue kering, hanya komposisi
besi, lemak dan vitamin B1 (Haryanto, bahannya lebih sederhana. Flakes dengan
2009). Fenomena pangan fungsional telah formulasi sorgum (Sorghum spp.) dan
menghadirkan paradigma baru bagi jawawut (Setaria italic) mengandung total
perkembangan ilmu dan teknologi pangan, polifenol (16-58 mg ekivalen asam galat
yaitu dilakukannya berbagai modifikasi /100 g), menghasilkan aktivitas antioksidan
produk olahan pangan menuju sifat yang tinggi sehingga dapat digunakan
fungsional. Pangan fungsional adalah pangan sebagai makanan fungsional (Itagi et al.,
yang secara alamiah maupun yang telah 2012). Flakes dari tepung komposit (tepung
melalui proses, mengandung satu atau lebih jagung 70%, ubi kayu 20%, kacang hijau
senyawa yang berdasarkan kajian-kajian 10%) dengan penambahan telur dapat
ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi menambah nilai gizi selain juga telur
fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi digunakan sebagai bahan perekat dalam
kesehatan tubuh (Badan Pengawasan Obat adonan (Suarni, 2009).
dan Makanan, 2001). Saat ini telah banyak Formulasi flakes dapat dikombinasi
dipopulerkan bahan pangan yang dapat dengan suku polong-polongan Fabaceae
mempunyai fungsi fisiologis tertentu di salah satunya yaitu kacang merah (Vigna
dalam tubuh, misalnya untuk antioksidan, angularis (Wild.) Ohwi & H. Ohashi).
menurunkan tekanan darah, menurunkan Kacang merah mengandung vitamin A, B1,
kadar kolesterol, menurunkan kadar gula B2, B6, C, dan niacin. Metabolit sekunder
darah, juga dapat meningkatkan penyerapan pada kacang merah adalah isoflavon yang
kalsium. berperan sebagai antioksidan dan dapat
Ubi kayu dapat digunakan sebagai menurunkan kadar kolesterol (Borradaile et.
bahan baku pangan fungsional, karena al., 2002).
mengandung skopoletin suatu komponen Berdasarkan uraian tersebut maka
bioaktif yang mempunyai fungsi fisiologis perlu dilakukan suatu penelitian formulasi
bagi kesehatan. Ubi kayu varietas Manggu kombinasi tepung ubi kayu dengan kacang
memiliki kadar skopoletin yaitu 16,550 merah dan dilakukan uji aktivitas antioksidan
mg/kg bobot kering dan pada tepung ubi terhadap formulasi tersebut.
kayu menggunakan cara penyawutan
menghasilkan skopoletin tertinggi yaitu METODE PENELITIAN
6,940 mg/kg (Ramadhan, 2011). Penelitian ini dilaksanakan pada
Senyawa skopoletin (6-metoksi-7- bulan September sampai Desember 2013
hidroksi kumarin) termasuk dalam golongan bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi
fenolik turunan kumarin yang berkhasiat Universitas Pakuan Bogor, Pusat Penelitian
sebagai antidiabetes, antidiare dan antikanker Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
(Malik et al., 2011). Khasiat sebagai Indonesia (LIPI), dan Balai Besar Industri
antihipertensi dengan cara memperlebar Agronomi (BBIA), Bogor.
saluran pembuluh darah yang mengalami
penyempitan dan melancarkan peredaran Bahan
darah. Penyakit ini merupakan salah satu Ubi kayu dengan varietas Manggu,
penyakit degeneratif akibat radikal bebas metanol, aquadest, HCl 10%, HCl pekat,
sehingga diperlukan antioksidan untuk FeCl3, pereaksi mayer, pereaksi dragendroff,
mencegah penyakit degeneratif. vitamin C (asam askorbat), 1,1-difenil-2-
Produk olahan flakes merupakan pikrilhidrazil (DPPH), iodium (I2) 0,1 N,
makanan ringan untuk sarapan (breakfast arsen trioksida (As2O3), indikator kanji dan
cereal) yang banyak digemari oleh anak usia indikator fenolftalein.
tumbuh karena rasanya yang renyah dan
gurih. Teknologi pembuatan makanan ringan

2
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

Alat Pembuatan Flakes Tepung Ubi Kayu


Grinder, Moisture Balance, pengayak Bahan-bahan ditimbang sesuai
mesh 80, desikator, oven, penggiling komposisi yaitu gula 10% dan garam 1%,
lembaran, spektrofotometer UV-VIS (DR- margarin 10% dilarutkan dalam air 70oC-
3900), dan alat-alat gelas lainnya. 80oC lalu dicampurkan dengan tepung ubi
kayuyang ditambahkan air panas (70oC-
Cara Kerja 80oC) 80% dan diaduk sampai homogen
Pembuatan Tepung Ubi Kayu atau kalis. Kemudian dibentuk lembaran
Disiapkan beberapa ubi segar (flaking) ukuran 15cm x 15cm x 1mm,
kemudian dikupas dan dibersihkan, dibungkus alumunium foil, dan dikukus
kemudian dilakukan pengirisan (slice). selama 45 menit dengan suhu 90-95oC.
Dikeringkan slice pada suhu 50-55oC selama Proses ini memiliki tujuan yaitu untuk
20 jam. Slice ubi kering yang didapat menggelatinasikan pati pada adonan.
kemudian ditepungkan dan diayak dengan Kemudian didinginkan selama 5 menit pada
ayakan mesh 80. suhu ruangan, agar adonan tidak lengket
sehingga memudahkan dalam pencetakan.
Pembuatan Tepung Kacang Merah Lembaran adonan kemudian dicetak dengan
Disiapkan kacang merah yang telah bentuk tertentu, dipanggang pada suhu
dibersihkan dari pengotornya, kemudian 150oC selama 8 menit lalu didinginkan
dilakukan penyortiran pada kacang merah selama 5 menit (Sari, 2011).
yang telah dibersihkan agar menghasilkan
biji kacang merah seperti yang diinginkan. Pembuatan Flakes Tepung Ubi Kayu dan
Kemudian dijemur dibawah sinar matahari Kacang Merah
agar dapat mengurangi kandungan airnya Tepung ubi kayu ditimbang masing
karena dapat meningkatkan daya simpan masing 80%, 60%, 40%, dan 20%.
tepung kacang merah tersebut. Kacang Komposisi flakes yang diperlukan adalah
merah yang sudah kering kemudian digiling gula 10%, garam 1%, dan margarin 10%
dengan mesin penggiling, namun apabila dilarutkan dalam air 70oC-80oC, kemudian
kacang merah dalam jumlah yang sedikit dicampurkan dengan tepung ubi kayu yang
dapat menggunakan blender kemudian ditambahkan air panas (70oC-80oC) 80%
diayak dengan ayakan mesh 80 sehingga setelah itu ditambahkan tepung kacang
didapat tepung kacang merah. merah dengan perbandingan (0%, 20%,
40%, 60% dan 80%) kemudian diaduk
Formulasi Flakes sampai homogen atau kalis. Dibentuk
Setelah dilakukan proses pembuatan lembaran (15cm x 15cm x1cm) kemudian
tepung ubi kayu dan tepung kacang merah dibungkus alumunium foil. Dikukus selama
menjadi flakes dengan variasi gabungan 45 menit dengan suhu 90-95oC. Proses ini
dalam 100 gram bahan. bertujuan untuk menggelatinasikan pati pada
adonan. Kemudian didinginkan selama 5
Tabel 1. Formula Flakes Ubi Kayu Dan menit pada suhu ruangan, agar adonan tidak
Tepung Kacang Merah lengket sehingga memudahkan dalam
Perbandingan Tepung Tepung pencetakan, lalu digiling. Lembaran adonan
Flakes singkong kacang kemudian dicetak dengan bentuk tertentu.
(%) merah (%) Setelah itu dipanggang dengan oven pada
5:0 100 0 suhu 150oC selama 8 menit lalu didinginkan
4:1 80 20 selama 5 menit (Sari, 2011).
3:2 60 40
2:3 40 60 Penentuan Kadar AirFlakes (SNI, 1992)
1:4 20 80 Sebanyak 2 gram flakes dalam botol
timbang tertutup dikeringkan pada oven suhu

3
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

105oC selama 3 jam. Setelah didinginkan berdasarkan skala hedonik (uji tingkat
dalam eksikator kemudian ditimbang, sampai kesukaan) yang dilakukan oleh 18 orang
diperoleh bobot tetap. panelis. Sebelum pelaksanaan pengujian
diberi penjelasan mengenai instruksi yang
Penentuan Kadar Abu (SNI, 1992) telah ditulis dalam lembar penilaian.
Sebanyak 3 gram flakes dalam Parameter yang diuji meliputi rasa, warna,
cawan porselen diarangkan diatas nyala aroma dan kerenyahan kepada panelis
pembakar, lalu diabukan dalam tanur pada disajikan sampel satu demi satu kemudian
suhu maksimum 550oC sampai pengabuan dimintakan menilai sampel-sampel tersebut
sempurna. Didinginkan dalam eksikator, berdasarkan tingkat kesukaannya. Hasil
lalu ditimbang sampai bobot tetap. penilaian berupa skor: 1 = sangat tidak suka;
2 = tidak suka; 3 = biasa/ netral; 4 = suka
Analisis Vitamin C dan 5 = sangat suka.
(Metode Spektrofotometri UV-VIS) Melalui uji hedonik didapatkan
a. Pembuatan larutan induk vitamin C 100 perbandingan campuran flakes ubi kayu
ppm. dengan penambahan tepung kacang merah
b. Penentuan panjang gelombang () terbaik menggunakan uji Analysis of Varian
maksimum dari 200-600 nm. (ANOVA), sedangkan pengolahan data
c. Pengujian Kurva Kalibrasi ranking dilakukan dengan menggunakan
Menggunakan larutan standar Friedman test.
padakonsentrasi 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm
dan 16 ppm. Penentuan Aktivitas Antioksidan (Metode
d. Penentuan Kadar Sampel DPPH)
Masing-masing formula flakes dibuat a. Pembuatan Larutan DPPH 1 mM
konsentrasi 1000 ppm kemudian Ditimbang 19,716 mg DPPH (BM
ditentukan kadarnya pada panjang 394,32) ditimbang, lalu dilarutkan
gelombang maksimum. dengan metanol hingga 100 mL,
kemudian ditempatkan dalam botol
Analisis Vitamin A (Metode HPLC) gelap.
Pembuatan larutan standar vitamin b. Penentuan Panjang Gelombang
A menggunakan retinol palmitat dengan Maksimum
konsentrasi 1,2; 2,5; 6,2 dan 8,8 ppm. Panjang gelombang maksimum
dilakukan dengan cara:
Analisis Vitamin E Metode HPLC Dipipet 1 mL larutan DPPH 1mM
Pembuatan larutan standar induk kemudian dimasukkan kedalam labu
vitamin E dipipet 0,0328 ml dimasukkan ukur 5 mL yang seluruh bagian labu
kedalam labu takar 50 ml dihimpitkan ukurnya telah ditutup dengan alumunium
dengan etanol p.a. Kemudian dibuat deret foil dan ditambahkan metanol sampai
standar vitamin E dengan konsentrasi yaitu tanda batas, lalu dihomogenkan dan
1,2 ppm, 2,5 ppm, 6,2 ppm dan 8,8 ppm. diinkubasi terlebih dahulu selama waktu
Setelah itu ditimbang 1,25 gram kedalam optimum. Setelah itu serapannya diukur
labu takar 25 ml ditera dengan THF:etanol pada panjang gelombang 400 -600 nm.
1:1. Disaring campuran dengan kertas saring c. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
whatman 42 kedalam tabung reaksi Dipipet sejumlah 1 mL larutan DPPH
kemudian masukkan ke dalam vial dan 1mM ke dalam labu ukur 5 mL yang
diinjek ke dalam HPLC. seluruh bagiannya telah ditutup dengan
alumunium foil, ditambahkan metanol
Uji Organoleptik Flakes sampai tanda batas, lalu dihomogenkan.
Pengujian mutu sensoris dilakukan Serapan diukur pada panjang gelombang
dengan menggunakan uji organoleptik maksimum tiap 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70

4
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

dan 80 menit, serta ditentukan waktu 2). Syarat mutu sereal menurut SNI 01-3842-
optimum (waktu inkubasi yang 1995 yaitu dengan kadar air maksimum 4%.
memberikan serapan cukup stabil). Dalam penelitian ini dihasilkan kadar air
d. Pembuatan Larutan Blanko melebihi persyaratan mutu, hal ini
Dipipet 1 mL larutan DPPH (0,2 mM) ke menunjukkan bahwa flakes singkong dengan
dalam tabung reaksi yang telah ditara 5 penambahan tepung kacang merah memiliki
mL, lalu ditambahkan metanol, daya tahan simpan yang tidak lama untuk
dihomogenkan dan inkubasi pada suhu dikonsumsi. Kandungan air dalam bahan
37oC selama waktu optimum. Serapan makanan ikut menentukan daya tahan
diukur menggunakan spektrofotometer makanan terhadap mikroba yaitu jumlah air
UV-VIS pada panjang gelombang bebas yang dapat digunakan mikroorganisme
maksimum. untuk pertumbuhannya sehingga flakes
e. Pembuatan Deret Standar Vitamin C mudah berjamur (Rockland & Nishi, 1980).
(kontrol positif) Kadar abu flakes meningkat pada
Larutan Vitamin C 1000 ppm dibuat setiap penambahan tepung kacang merah
deret 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm, kemudian (Tabel 2). Hal ini disebabkan kandungan
ditambahkan 1 mL larutan DPPH 1 mM. mineral yang terdapat pada kacang merah
f. Pembuatan Larutan Uji Flakes lebih banyak dibandingkan dengan singkong.
Larutan flakes 1000 ppm dibuat deret Semakin tinggi kadar abu pada produk
menjadi 100, 200, 300, 400 dan 500 ppm tepung dapat mempengaruhi tingkat
kemudian ditambahkan 1 mL larutan kestabilan adonan tepung (Zahrah &
DPPH 1mM, dibiarkan ditempat gelap Nurfaidah, 2011).
pada suhu kamar selama waktu inkubasi
optimum. Persen penghambatan diukur Tabel 2. Penentuan Kadar Air dan Abu
pada panjang gelombang maksimum Flakes
dengan rumus: Kadar Formula Flakes
(%) 1 2 3 4 5
% Hambatan = x 100 Air 7,14 6,56 6,18 5,42 5,49
Abu 1,75 2,20 2,73 2,94 3,36
g. Nilai % IC50 (Inhibition Concentration Keterangan :
50) Formula Flakes 1 = 5:0
Menentukan nilai IC50 dengan Formula Flakes 2 = 4:1
konsentrasi penghambatan tengah (50%) Formula Flakes 3 = 3:2
dengan persamaan y = ax + b, dimana y Formula Flakes 4 = 2:3
= 50 dan x adalah konsentrasi larutan uji Formula Flakes 5 = 1:4
yang mampu menghambat 50% larutan
radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil. Analisis Kadar Vitamin C Flakes Tepung
Ubi KayuDan Tepung Kacang Merah
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Penentuan Panjang Gelombang
Pembuatan Tepung Ubi Kayu Dan Tepng Maksimum Larutan Induk Vitamin C
Kacang Merah Hasil penentuan panjang gelombang
Sebanyak 5 kg diperoleh hasil tepung maksimum vitamin C adalah 270 nm
ubi kayu dan kacang merah masing-masing (Gambar 1).
sebanyak 1,305 kg dan 2,114 kg.Rendemen b. Pembuatan Kurva Kalibrasi
tepung masing-masing 26% dan 42,28%. Hasil persamaan regresi linier larutan
induk vitamin C adalah:
Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu y = 0,0425x + 0,0015, R2 = 0,9884.
Flakes Kurva kalibrasi standar vitamin C
Kadar air menurun setelah ditampilkan pada Gambar 2.
penambahan tepung kacang merah (Tabel

5
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

tepung kacang merah dapat meningkatkan


kandungan vitamin C pada setiap formula.
Kandungan vitamin C kacang merah
sebesar 19 mg/100 g bahan dapat digunakan
untuk fortifikasi makanan. Menurut SNI 01-
3842-1995 kadar vitamin C untuk makanan
yaitu maksimum 50 mg.

Tabel 3.Penentuan Kadar Vitamin C Flakes


Ubi Kayu Dengan Penambahan
Gambar 1. Penentuan Panjang Gelombang Tepung Kacang Merah
Maksimum Larutan Induk Vitamin C
Formula Kadar
Absorban
Flakes (ppm)

1 0,146 3,4131
2 0,185 4,3286
3 0,224 5,2322
4 0,262 6,1362
5 0,414 9,7042

Asam L-askorbat Asam L-dehidroaskorbat


Gambar 2. Kurva Kalibrasi Standar Gambar 3. Oksidasi Vitamin C
Vitamin C
Formula yang ditambahkan tepung
c. Penentuan Kadar Sampel kacang merah yaitu formula 2,3,4 dan 5
Kadar vitamin C meningkat pada setiap masih belum memenuhi ketentuan SNI 01-
penambahan tepung kacang merah (Tabel 3). 3842-1995 sehingga perlu dicari alternatif
Formulasi flakes ubi kayu dengan pemanasan penambahan suatu bahan makanan yang
70-80 0C dapat menurunkan kandungn lebih tinggi kandungan vitamin C nya.
vitamin C. Proses pengolahan makanan,
dapat mengoksidasi vitamin C menjadi asam Analisis Vitamin A dan E
L-dehidroaskorbat (Gambar 3). Vitamin C Kadar vitamin A menurun pada
suatu molekul yang labil, sehingga dalam sampel flakes ubi kayu dengan penambahan
proses pengolahan makanan dapat menurun tepung kacang merah (Tabel 4). Ubi kayu
kadarnya (Matei, et al 2008; Almatsier, tidak mengandung vitamin A (Rukmana,
2010). Formulasi flakes dengan penambahan 1997).

Tabel 4. Analisis Vitamin A Dan E Flakes


Formula Flakes
Kadar Satuan
1 2 3 4 5
Vitamin A IU/100 gram 305,15 189,72 166,05 84,75 64,35
Vitamin E mg/100 gram 0,97 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01

6
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

Kacang merah memiliki kandungan Berdasarkan uji hedonik pada parameter


vitamin A sebesar 30 SI/100 g bahan warna menunjukkan bahwa semakin banyak
(Direktorat Gizi, Depkes, 1992). Kombinasi jumlah tepung ubi kayu yang ditambahkan,
flakes tepung ubi kayu dengan tepung semakin kurang disukai oleh panelis. Hal
kacang merah diharapkan dapat ini disebabkan oleh warna produk semakin
meningkatkan kadar vitamin A. Turunnya gelap (kuning kecoklatan).
kadar vitamin A disebabkan karena pada
proses penetralan KOH dengan penambahan Tabel 5. Analisis Parameter Warna, Aroma,
asam asetat glasial. Hal tersebut dapat Rasa, Kerenyahan Dan Kerenyahan
menyebabkan sebagian dari vitamin A Setelah Direndam Susu
hilang, karena vitamin A tidak tahan Parameter
terhadap asam. Dalam penelitian ini Kerenyahan
dihasilkan kandungan vitamin A tertinggi Formula Warna Aroma Rasa Kerenyahan Setelah
Direndam
pada formula flakes 5:0 yaitu 305,15 IU/100 susu
gram atau 1,02 mg/100 gram dimana nilai 1 4,28a 4,11a 4,33a 4,06a 4,75b
tersebut belum memenuhi angka kecukupan 2 3,94a 4,00a 3,89a 4,17a 4,28ab
vitamin A untuk anak usia tumbuh yang 3 4,06 a
3,94 a
4,44 a
3,78 a
3,83b
seharusnya 500 mg/100gram (Almatsier, 4 4,06a 3,39a 3,72a 3,89a 3,67b
2010).
5 3,50a 3,83a 3,63a 3,83a 3,72b
Pada analisis vitamin E, setiap formula
menurun dengan penambahan tepung kacang Berdasarkan uji hedonik ke lima
merah (Tabel 4). Pada formula 2, 3, 4 dan 5 formula yang disajikan memiliki nilai yang
tidak terdeteksi kandungan vitamin E hal ini hampir sama. Formula 3 dengan
dipengaruhi oleh proses saat akan dilakukan perbandingan 3:2 dapat dijadikan sebagai
pembuatan tepung kacang merah yaitu pengganti sarapan, karena memiliki warna,
dengan cara mengupas kulitnya kemudian aroma, rasa, kerenyahan setelah direndam
dijemur diatas sinar matahari pada udara paling disukai. Kandungan flakes ubi kayu
terbuka. Karakteristik sifat fisik dan kimia formula 3 telah dilakukan uji proksimat
tepung kacang merah dengan beberapa dengan kadar karbohidrat 30,98%, kadar
perlakuan pendahuluan dapat mempengaruhi lemak 7,14% dan kadar serat kasar 7,14%
sifat fisik, kimia dan fungsional pada tepung (Latifah, 2014).
kacang merah. Juga dipengaruhi oleh sifat
kimia dari vitamin E yang tidak tahan Penentuan Aktivitas Antioksidan Flakes
terhadap sinar matahari dan oksigen Aktivitas antioksidan bisa digunakan
(Pangastuti dkk., 2013). Syarat mutu sereal untuk menggambarkan kemampuan suatu
menurut SNI 01-3842-1995 yaitu dengan senyawa yang mengandung antioksidan
kandungan vitamin E 300 mg/kg, jadi untuk untuk menghambat laju reaksi pembentukan
flakes singkong dengan penambahan tepung radikal bebas. Panjang gelombang
kacang merah belum memenuhi standar maksimum dan waktu inkubasi optimum
mutu. Setiap kali penambahan tepung kacang didapatkan hasil pada 515 nm dan 40 menit
merah pada flakes singkong dapat (Gambar 3 dan 4).
meningkatkan nilai kadar abu dan kadar Hasil penentuan aktivitas antioksidan
vitamin C. Namun, kadar air, kadar vitamin flakes formula 1, 2, 3, 4 dan 5 nilai IC50
A dan kadar vitamin E menurun. berturut-turut 429,94; 423,65; 397,06;
390,06 dan 381,38 ppm. Formula flakes
Uji Organoleptik Flakes dengan perbandingan 1:4 paling aktif
Skor rata-rata kesukaan panelis dibandingkan flakes dengan perbandingan
anak-anak usia 5-10 tahun terhadap warna, lainnya tetapi tidak lebih kuat dibandingkan
aroma, rasa dan kerenyahan flakes bekisar dengan kontrol positif vitamin C dimana
menuju kepada suka sampai netral (Tabel 5). nilai IC50= 11,56 ppm. Penurunan nilai IC50

7
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

pada produk flake yang disubstitusi tepung SIMPULAN DAN SARAN


kacang merah menunjukkan semakin Simpulan
besarnya kandungan antioksidan.Hal Formula flakes yang paling disukai
inidisebabkan karena kacang merah adalah dengan perbandingan tepung ubi kayu
mengandung flavonoid yang dapat dan kacang merah 3:2, nilai IC50 397,06
meningkatkan kandungan antioksidan (Nisha ppm, kandungan vitamin A 166,05 IU/100 g,
et al., 2012). Nilai IC50 100-1000 ppm vitamin C 5,23 ppm dan tidak memiliki
menunjukkan antioksidan kurang aktif kandungan vitamin E.
namun masih memiliki aktivitas antioksidan
(Chung et al., 2003). Nilai antioksidan Saran
tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya Saran dari penelitian ini adalah perlu
pengukusan. Karena pada saat pengukusan, dilakukan uji lanjutan yaitu reformulasi
bahan dasar panci yang digunakan misalnya dengan mempercepat pemanasan
mengandung campuran beberapa logam pada saat pengolahan dan tanpa pengupasan
seperti alumunium. Logam-logam tersebut pada kulit kacang merah. Perlu dilakukan uji
akan membentuk ikatan ionik dengan OH lanjut mengenai proses penyimpanan dan
yang berasal dari antosianin yang tidak pengemasan apabila flakes singkong dengan
berikatan dengan Zn sehingga jumlah penambahan tepung kacang merah akan
antioksidan pun menurun (Rohmaryani, dipasarkan.
2012).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Cetakan ke sembilan. Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
2001. Kajian proses standarisasi
produk panganfungsional di badan
Pengawas Obat dan makanan.
Lokakarya Kajian PenyusunanStandar
Pangan Fungsional. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan,
Jakarta.
Gambar 3. Grafik Penentuan Panjang Borradaile, N.M., Dreu, L.E., Wilcox, L.J.,
Gelombang Maksimum Larutan DPPH Edwards, J.Y., Huff, M.W. 2002. Soya
phytoestrogens, genistein and daidzein,
reduce apoliporotein B secretion from
Hep G2 cells through multiple
mechanisms. Biochem Journal. 366
(2): 531-539.
Chung, Y. C., C. T. Chang, W. W. Chao, C.
F. Lin, S. T. Chou. 2003.
Antioxidative activity and safety of
the 50% ethanolic extract from red
bean fermented by Bacillus subtilis
IMR-NK1. Journal of Agriculture and
Gambar 4. Grafik Hasil Penetapan Food Chemistry.American Chemical
WaktuInkubasi Optimum Larutan DPPH Society. 50: 2454-2458.
Direktorat Gizi Departemen Kesehata RI.
1992. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Penerbit Bhatara, Jakarta.

8
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

Haryanto.2009. Ensiklopedia Tanaman Obat singkong (Manihot esculenta Crantz)


Indonesia. Palmall.Yogyakarta. dengan metode kromatografi cair
Itagi, H. N., Baragi, V.R.S.R., Padmanabhan, kinerja tinggi fluoresensi. Skripsi
A. J. and Vasudeva S. 2012. Functional Program Studi Farmasi. FMIPA
and antioxidant properties of ready-to- Universitas Pakuan. Bogor.
eat flakes from various cereals Rockland, L.B. and Nishi, S.K. 1980.
including sorghum and millets. Quality Influence of water activity on food
Assurance and Safety of Crops & product quality and stability. J.Food
Foods. 4(3): 126-133. Tech. 34:334-335.
Latifah, I. 2014. Peningkatan nilai gizi Rohmaryani, I. 2012. Pengaruh chellating
produk olahan flakes berbasis tepung terhadap kapasitas antioksidan ekstrak
singkong (Manihot esculentaCrantz) antosianin ubi jalar ungu (Ipomoea
dengan penambahan tepung kacang batatas L. Var Ayamurasaki). Skripsi.
merah (Phaseolus vulgaris L). Skripsi. Fakultas Sains dan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Universitas Kristen Satya Wacana,
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan. Salatiga.
Bogor. Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu. Budi Daya
Malik, A., Ashok, K., Vipin, S., Sarita S., dan Paskapanen. Yogyakarta: Penerbit
Sharad, K. and Yogesh C.Y. 2011. In Kanisius.
vitro antioxidant properties of Sari, N. 2011. Aktivitas antioksidan produk
Scopoletin. J. Chem. Pharm. Res. 3(3): olahan fungsional dari singkong
659. (Manihot esculenta Crantz). Skripsi.
Matei, N., S. Birghila, V. Popescu, S. Program Studi Farmasi. FMIPA
Dobrinas, A. Soceanu, C. Oprea,V. Universitas Pakuan. Bogor.
Magearu. 2008. Kinetic study of SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan
vitamin C degradation from Minuman. Jakarta: Pusat Standarisasi
pharmaceutical products. Rom. Journ. Industri, Departemen Industri.
Phys. 53 (12): 343351. SNI 01-3842-1995. Makanan Pelengkap
Matz, S.A. 1976. Snack food technology. Serelia Instan Untuk Bayi dan Anak.
The Avi Publishing Company. Inc. Jakarta: Pusat Standarisasi Industri,
Westfort:12-14. Departemen Industri.
Nishaa, S., Vishnupriya, M., Sasikumar, Suarni. 2009. Produk makanan ringan
J.M., Hephzibah, P., Christabel, (flakes) berbasis jagung dan kacang
Gopalakrishnan,V.K.2012. Antioxidant hijau sebagai sumber proteinuntuk
activity of ethanolic extract of Maranta perbaikan gizi anak usia tumbuh.
arundinacea L. Tuberous Rhizomes. Prosiding Seminar Nasional Serealia.
Asian Journal of Pharmaceutical and 297-306.
Clinical Research. 5(4): 85-88. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami Dan
Pangastuti, H.A., Dian, R..A. dan Dwi, I. Radikal Bebas, Potensi Dan
2012. Karakterisasi sifat fisik dan Aplikasinya Dalam Kesehatan.
kimia tepung kacang merah (Phaseolus Yogyakarta: Kanisius
vulgaris L.) dengan beberapa Zahrah, I. dan Nurfaidah, T. 2011. Evaluasi
perlakuan pendahuluan. Jurnal. good halal manufacturing practice
Program Studi dan Ilmu Teknologi (GHMP) di Mill MNO PT. ISM
Pangan Universsitas Sebelas Maret. Bogasari Flour Mills. Skripsi Program
Surakarta. Studi Teknik Industri Jurusan Mesin
Ramadhan, D. 2011. Penentuan kandungan Fakultas Teknik Universitas
skopoletin dalam berbagai pengolahan Hasanuddin, Makassar.

9
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

AKTIVITAS ESTROGENIK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI


(Ocimum americanum L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) PRE-
MENOPAUSE

E.Mulyati Effendi1, Hera Maheshwari2, Mega Listya M.I3


1,3)
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan
2)
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Email : mulyatichandra@ymail.com

ABSTRAK

Ocimum americanum L.(Lamiaceae) dikenal sebagai Kemangi di Indonesia,


merupakan tanaman semak dengan bau aromatik yang kuat. Bagian daun dan akar secara
tradisional digunakan untuk berbagai pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui aktivitas estrogenik ekstrak etanol 70% herba kemangi (Ocimum americanum L.)
pada tikus putih betina (Rattus norvegicus) pre-menopause. Sebanyak 20 tikus putih betina
dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing diberi perlakuan dengan etinil
estradiol (kontrol positif), CMC-Na 1% (kontrol negatif), ekstrak etanol 70% dosis I, II dan II
(0,8g/200gBB, 1,6g/200gBB, 3,2g/200gBB). Siklus estrus, vaskularisasi ovarium dan uterus
diamati untuk mengetahui efek dari masing-masing perlakuan. Perlakuan dosis 0,8g/200g BB
dapat memperpanjang siklus estrus, meningkatkan vaskularisasi dan bobot ovarium
dibandingkan dengan kontrol negatif dan setara dengan etinil estradiol (910-3mg/200gBB).

Kata kunci: Herba kemangi, estrogenik, pre-menopause

ESTROGENIC ACTIVITIES OF ETHANOLIC 70% EXTRACTED OF


KEMANGI (Ocimum americanum L.) HERBS IN PRE-MENOPAUSE FEMALE
WHITE RATS (Rattus norvegicus)

ABSTRACT

Ocimum americanum L.(Lamiaceae) commonly known as Kemangi in Indonesia, is a


small shrub with strong aromatic odor. The plant leaves and roots are traditionally used to
possess a wide range of medicinal activities. The main objective of this study is to evaluate
the estrogenic activity of 70% ethanol basil herbs extract in female white rats (rattus
norvegicus) pre-menopause use whitten effect method. Twenty female white rats were
divided into five treatment groups, each group treated with ethynil estradiol (positive
control), CMC-Na 1% (control negative), 70% ethanol extract dose I, II and II (0.8g/200g
BW, 1.6g/200g BW, 3.2g/200g BW). Estrus cycle, uterine and ovarian vascularization
evaluated to know the effect of each treatment. Dose treatment of 0.8g/200 g BW has resulted
in extended estrus cycle, improved vascularization and ovarian weights compared with
negative control and equal with etinil estradiol (910-3mg/200g BW).

Key words: Ocimum americanim L. herbs, estrogenic, pre-menopause

PENDAHULUAN alam dengan berbagai macam tanaman obat


Indonesia merupakan negara yang yang yang dapat digunakan sebagai obat
beriklim tropis dan kaya akan sumber daya tradisional. Berbagai macam tanaman obat

10
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

telah terbukti mengobati berbagai macam ekstrak etanol 70% herba kemangi pada tikus
penyakit, tetapi secara ilmiah masih belum putih betina (Rattus norvegicus)
dapat dipertanggung jawabkan. premenopause juga melakukan pengamatan
Salah satu tanaman obat yaitu vaskularisasi ovarium dan uterus pada fase
kemangi (Ocimum americanum L.) famili estrus.
Lamiaceae (Labiatae) memiliki bau dan rasa
yang khas, digunakan sebagai lalapan segar METODE PENELITIAN
untuk dimakan dan memiliki berbagai Penelitian ini dilaksanakan pada
macam khasiat (Hadipoentyanti & Wahyuni, bulan Juni sampai September 2013
2008). Spesies Ocimum merupakan salah bertempat di Laboratorium Farmasi
satu tanaman yang berkhasiat sebagai Universitas Pakuan.
kemopreventif dan berkhasiat sebagai obat
(Karthikeyan et al., 1999, Rastogi et al., Bahan
2007). Kandungan utamanya adalah minyak Tikus putih (Rattus norvegicus)
atsiri, flavonoid, fitosterol, karbohidrat dan betina galur Sprague-Dawley pre-menopause
tanin. Penggunaannya yang utama sebagai berumur 8-9 bulan dengan bobot badan
antimikroba, antioksidan, antelmintika dan sekitar 200-250 g sebanyak 20 ekor, NaCl
antidiabetika (Khare, 2007). Adanya anetol, fisiologis, herba kemangi, pewarna Giemsa,
boron dan stigmasterol merupakan senyawa metanol 10%, etanol 70%, etinil estradiol
aktif pada kemangi yang berhubungan dan CMC-Na 1%.
dengan aktivitas seksual yaitu merangsang
keluarnya hormon reproduksi yaitu estrogen Alat
(Gunawan, 2004). Rotary evaporator (BUCHI), grinder,
Whitten Effect merupakan metode ayakan 40 Mesh, mikroskop, sonde, kaca
yang digunakan untuk mengamati perubahan arloji, stop watch, pengaduk gelas, alat
yang terjadi pada vagina untuk menentukan maserasi, gelas kimia, kain flannel,
siklus estrus (persiapan kawin) pada hewan timbangan analitik, perlengkapan untuk
laboratorium kecil seperti mencit atau tikus membuat preparat apus vagina (cotton bud,
putih (Ochiogu et al., 2009; Khazaei et al., gelas objek, cawan petri, bunsen), kandang
2011). Durasi siklus estrus pada mencit tikus ukuran 30 x 40 cm, lampu, bak plastik,
selama 4-6 hari, tahap siklus estrus dapat kawat penutup, dan botol minum.
dilihat pada perubahan sel epitel vagina atau
vulva. Ciri-ciri hewan estrus dapat dilihat Cara Kerja
dari keadaan vulva yang bengkak, berwarna Penelitian terbagi menjadi 2 tahap
merah dan basah (Nongae, 2008). yaitu tahap pra-penelitian dan tahap
Sinkronisasi birahi pada tikus betina dengan penelitian.
mencium bau feromon yang keluar bersama
urin tikus jantan. Ketika tikus betina tidak 1. Ekstraksi
membau feromon tikus jantan, maka tikus Sebanyak 1 kg simplisia herba
betina mengalami fase anestrus, sedangkan kemangi yang telah dihaluskan, dimaserasi
pada saat tikus betina membau feromon yang dengan pelarut etanol 70% (perbandingan
ikut disekresikan bersama urin tikus jantan, 1:10) dalam tabung selama 3 x 24 jam.
maka pada hari ke 3 berikutnya tikus betina Kemudian disaring dan ampasnya dimaserasi
mengalami estrus. Pada fase estrus sel epitel kembali sebanyak 2 kali dengan perlakuan
berubah menjadi sel superfisial dan sel yang sama. Maserat yang terkumpul
tanduk yang menandakan hewan dalam dievaporasi dengan menggunakan rotary
keadaan puncak estrus (Seire et al., 1991). evaporator pada suhu 30-40C hingga
Berdasarkan penelitian sebelumnya terbentuk ekstrak kental etanol. (Harborne,
diatas, maka tujuan penelitian ini adalah 1987).
untuk mengetahui aktivitas estrogenik 2. Penapisan Fitokimia

11
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

Ekstrak kental di uji terhadap estrus berikutnya dengan mengamati sel-sel


alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan yang ditemukan dalam apusan vagina secara
steroid (Harborne, 1987). mikroskopik. Pengamatan dilakukan selama
3. Tahap Pra-Penelitian 12 jam berdasarkan hasil penelitian bahwa
a. Adaptasi dilakukan pada 20 ekor tikus pemberian daun kemangi dapat
betina (Rattus norvegicus) tikus memperpanjang siklus estrus (Suntoro,
percobaan selama 1 minggu dengan berat 1983). Peengamatan fasse di dalam siklus
badan sekitar 200-250 g. estrus yaitu proestrus, estrus, metestrus dan
b. Setelah satu minggu, tikus-tikus diestrus dilakukan dengan pemeriksaan
percobaan tersebut dibagi menjadi 5 preparat ulas vagina kemudian diamati
kelompok perlakuan dengan masing- dengan mikroskop pembesaran 10x. Preparat
masing kelompok terdiri dari 4 ekor apus vagina disiapkan dengan mengulaskan
tikus. Kelompok kontrol positif (P1) kapas (cutton bud) yang telah dibasahi
diberi per oral etinil estradiol dengan dengan saline guna menghindari terjadinya
dosis 910-3 mg/ 200g BB dalam CMC- iritasi ke dalam lubang vagina tikus
Na 1% sebanyak 3 mL (Ganiswara, kemudian diulaskan pada gelas objek
1995). (Suntoro, 1983). Sampel yang diperoleh
c. Kelompok kontrol negatif (P2) diberi per kemudian difiksasi menggunakan metanol
oral CMC-Na 1% / 200g BB sebanyak 3 10% selama 5 menit. Setelah itu preparat
mL. Kelompok Uji I (P3) diberi per oral ulas diwarnai dengan pewarna Giemsa
ekstrak etanol 70% herba kemangi selama 30 menit, kemudian dicuci dengan
dengan dosis yang setara dengan 1 mL akuades dan dikeringkan. Warna yang
ekstrak kental dalam dosis 0,8g/200g BB dihasilkan merah dadu (Beimborn et al.,
dalam CMC-Na 1% sebanyak 3 mL. 2003).
Kelompok Uji II (P4) diberi per oral b. Vaskularisasi Ovarium Dan Uterus
ekstrak etanol 70% herba kemangi Pada Fase Estrus
dengan dosis yang setara dengan 2 mL Pengamatan vaskularisasi ovarium
ekstrak kental dalam dosis 1,6g/200g BB dan uterus pada tikus betina dilakukan
dalam CMC-Na 1% sebanyak 3 mL. dengan cara mematikan tikus dengan eter
Kelompok Uji III (P5) diberi per oral pada saat tikus mengalami masa estrus, lalu
ekstrak etanol 70% herba kemangi dibedah untuk dikeluarkan ovarium dan
dengan dosis yang setara dengan 4 mL uterusnya, setelah itu dilihat warna mukosa
ekstrak kental dalam dosis 3,2g/200g BB pada ovarium dan uterus tikus. Penilaian dan
dalam CMC-Na 1% sebanyak 3 mL. pengamatan vaskularisasi dinyatakan dengan
Semua perlakuan dilakukan secara per skoring, sesuai dengan modifikasi metode
oral selama satu kali siklus estrus, (Setiawan, 2010).
dimulai pada saat berlangsungnya fase c. Pengukuran Bobot Ovarium dan
estrus. Penyeragaman saat fase estrus Uterus Pada Fase Estrus
dilakukan dengan metode Whitten Effect Koleksi ovarium dan uterus
dengan cara meletakkan kandang tikus dilakukan terlebih dahulu setelah
jantan diatas kandang tikus betina. pengamatan vaskularisasi, setelah itu
dilakukan penimbangan bobot ovarium dan
4. Tahap Penelitian uterus. kemudian dilakukan penimbangan
Tahap penelitian dilakukan terhadap bobot ovarium dan uterus (Nodine & Siegler,
lama siklus estrus, vaskularisasi ovarium dan 1961).
uterus dan bobot ovarium dan uterus pada d. Rancangan Penelitian
fase estrus. Pengaruh estrogenik dari ekstrak
a. Lama Siklus Estrus etanol 70% herba kemangi pada tikus putih
Pengamatan siklus estrus dilakukan betina dapat dilihat dari hasil penggunaan
setiap 3 jam setelah terjadinya estrus hingga uji statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL)

12
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

dengan lima perlakuan dan enam ulangan. senyawa metabolit sekunder pada tanaman
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang (Piironen et al., 2003). Steroid merupakan
nyata dimana nilai Fh>0,05, maka untuk struktur dasar hormon estrogen terutama
melihat adanya perbedaan antar perlakuan, sebagai hormon seks wanita. Estrogen dalam
dilakukan uji lanjut menggunakan Uji plasma hewan betina yang utama adalah 17
Duncan. Sidik ragam untuk Rancangan Acak -estradiol, estron, dan estriol (Johnson, &
Lengkap disajikan pada Tabel (Sudjana, Everitt, 1984).
1998).
2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol
HASIL DAN PEMBAHASAN 70% Herba Kemangi Terhadap Lama
1. Ekstraksi Dan Penapisan Fitokimia Siklus Estrus
Ekstrak kental yang diperoleh 121g, Estrus merupakan fase periode birahi.
maka rendemen ekstrak etanol 70% adalah Lama estrus pada tikus 9-20 jam dan siklus
12,1 %. Berdasarkan hasil uji fitokimia estrus berlangsung selama empat sampai
kandungan ekstrak etanol 70% herba enam hari. Siklus estrus dibagi menjadi
kemangi adalah saponin, tanin dan steroid. empat fase yaitu fase proestrus, estrus,
Senyawa saponin dan tanin memberikan efek metestrus, dan diestrus (Turner & Bagnara,
antelmintika (Medica dkk., 2004). 1976).
Kandungan utama Ocimum americanum L. Hasil pengujian ekstrak terhadap
selain minyak atsiri adalah flavonoid, lama siklus estrus dilakukan dengan
karbohidrat, fitosterol dan tanin (Sarma & A. mengamati sel-sel yang ditemukan dalam
Venkata, 2011). Fitosterol merupakan apusan vagina secara mikroskopik yang
prekursor senyawa bioaktif steroid, faktor dapat dilihat pada Gambar 1.
pertumbuhan dan substrat untuk sintesis

Gambar 1. Fase-fase Pada Siklus Reproduksi Tikus


Keterangan: A. Sel Epitel Berinti, B. Sel
Kornifikasi, C. Sel Tidak Berinti, D. Leukosit

Pada fase proestrus ditandai dengan leukosit dan mulai muncul sel epitel berinti
sel epitel berinti banyak. Fase ini (Turner & Bagnara, 1976).
menandakan akan datangnya birahi (Turner Waktu siklus estrus ditampilkan pada
& Bagnara, 1976). Preparat apus vagina fase Tabel 1 yang menunjukkan bahwa
estrus ditandai dengan terbentuknya perlakuan ekstrak etanol 70% herba kemangi
cornified cell (sel menanduk) sebagai dengan konsentrasi terendah mengalami
gambaran banyaknya mitosis yang terjadi di estrus selama 165 jam (mendekati 7 hari)
dalam mukosa vagina. Menjelang estrus sudah setara dengan kontrol positif dan
berakhir, lumen vagina membentuk sel-sel konsentrasi tertinggi. Durasi total siklus
menanduk dengan inti berdegenerasi (Turner estrus (proestrus, estrus, metaestrus dan
& Bagnara, 1976). Pada fase metestrus sel diestrus) adalah 4-5 hari (Waynforth, &
menanduk berkurang dan ovary mengandung Flecknell, 1992). Perlakuan kontrol negatif
korpus luteum yang mengandung sel-sel (CMC-Na1%) memberikan waktu siklus
lutein dan folikel-folikel kecil yang tidak estrus yang paling pendek yaitu 107 jam
berinti. Fase diestrus didominasi oleh sel dibandingkan ke empat kelompok perlakuan

13
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan sama dengan etinil estradiol 910-3
bahwa CMC-Na 1%, etinil estradiol, ekstrak mg/200gBB sebagai kontrol positif terhadap
etanol 70 % herba kemangi dosis 0,8g/200g memperpanjang siklus estrus pada tikus
BB; 1,6g/200g BB dan 3,2g/200g BB putih betina pre-menopause. Melalui
memberikan pengaruh yang sangat beda pemberian dosis terendah yaitu 0,8g/200g
nyata terhadap peningkatan (lebih lamanya) BB pengaruhnya sudah setara dengan kontrol
waktu siklus estrus (P<0,01). positif dengan perbedaan yang sangat nyata
Hasil uji Duncan untuk mengetahui terhadap memperpanjang siklus estrus.
perbedaan antar perlakuan menunjukkan Data pengukuran waktu siklus estrus dapat
bahwa, semua perlakuan pemberian ekstrak dilihat pada Tabel 1.
etanol 70% herba kemangi pengaruhnya

Tabel 1. Waktu Siklus Estrus.


Jumlah Lamanya Siklus (jam) Perlakuan
Ulangan P1 P2 P3 P4 P5
1 165 100 165 159 174
2 163 120 165 165 165
3 165 104 165 174 165
4 164 104 165 165 165
Total 657 428 660 663 669
Rata-rata 164.3a 107a 165ac 165.75ac 167.3ac

Keterangan : Angka yang diikuti superkrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak
berbeda nyata (P>0.05).

Hasil pada pengujian ini dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan


menunjukkan bahwa dengan pemberian hasil skoring, dosis 3,2g/200g BB bernilai
ekstrak herba kemangi meyebabkan rata-rata 3 untuk setiap ulangan (Tabel 2).
terjadinya peningkatan hormon estrogen Pada dosis 1,6g/200g BB menunjukkan
pada fase estrus sehingga cenderung akan terjadinya peningkatan vaskularisasi mukosa
memperpanjang siklus estrus. yang sama dengan dosis 0,8g/200g BB
dimana nilai rata-rata skoring adalah 2,7.
3. Vaskularisasi Ovarium Dan Uterus Kontrol negatif memberikan skoring
Pada Fase Estrus vaskularisasi mukosa ovarium dan uterus
Pengujian ekstrak etanol 70% herba yang paling rendah.
kemangi terhadap vaskularisasi uterus dan Pemberian ekstrak etanol herba
ovarium menggunakan modifikasi metode kemangi pada dosis 3,2g/200gBB dapat
Rugh (1968) berdasarkan skoring yang dapat menghasilkan warna yang sangat merah pada
dilihat dari perbedaan mukosa ovarium dan mukosa uterus dan ovarium tikus. Hal ini
uterus pada Gambar 2 di bawah ini. disebabkan ekstrak etanol herba kemangi
Estrogen bertanggung jawab terhadap bersifat estrogenik yang dapat meningkatkan
peningkatan jumlah buluh darah ke uterus. vaskularisasi. Hasil uji statistik, diketahui
Peningkatan jumlah vaskularisasi pada bahwa CMC-Na1%, etinil estradiol 910-3
uterus akan memperlancar aliran darah ke mg/200g BB, ekstrak etanol herba kemangi
uterus (Albrecht & Pepe, 2007). 0,8g/200g BB sebagai dosis uji I, ekstrak
Hasil pengujian menunjukkan bahwa etanol herba kemangi 1,6g/200g BB sebagai
ekstrak etanol herba kemangi pada dosis dosis uji II dan ekstrak etanol herba
0,8g/200g BB mampu meningkatkan kemangi 3,2g/200g BB sebagai dosis uji III
vaskularisasi dari mukosa ovarium dan memberikan pengaruh yang beda nyata
uterus tikus dibandingkan dengan kontrol terhadap vaskularisasi pada ovarium dan
negatif. Hal ini terlihat dari penilaian yang

14
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

uterus (P<0,05). Penentuan perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Gambar 2. Penampangan Ovarium dan


Uterus Pada Fase Estrus Tikus
Keterangan:
A (Ovarium); B (Uterus) dan C (Vaskularisasi). Skor 0 (tidak berwarna), skor 1 (sedikit merah), skor 2 (merah),
dan skor 3 (sangat merah)

Tabel 2. Pengamatan Vaskularisasi Pada Ovarium dan Uterus

Kode Skor Warna Ovarium dan Uterus Pada Perlakuan


Hewan
P1 P2 P3 P4 P5
1 3 0 3 3 3
2 2 1 3 3 3
3 2 1 3 2 3
4 3 0 2 3 3
Total 10 2 11 11 12
Rat-rata 2,5a 0,5a 2,7c 2,7c 3bc

Hasil Uji Duncan menunjukkan 4. Peningkatan Bobot Ovarium dan


bahwa, semua perlakuan pemberian ekstrak Uterus Pada Fase Estrus
etanol herba kemangi berpengaruh sangat Pada permukaan ovarium terlihat
nyata dibandingkan dengan etinil estradiol adanya tonjolan-tonjolan yang diyakini dapat
910-3 mg/200gBB pada vaskularisasi memperlihatkan perkembangan folikel. Hal
ovarium dan uterus pada tikus putih betina. ini menguatkan dugaan bahwa pada fase
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa estrus telah terjadi perkembangan folikel
dengan dosis ekstrak kemangi terendah yaitu secara maksimal yang siap diovulasikan
0,8g/200g BB pengaruhnya sudah setara (Dellmann, 1992). Data pengukuran bobot
dengan dosis 1,6g/200g BB dan dosis ovarium dan uterus yang dapat dilihat pada
3,2g/200g BB dengan perbedaan yang Tabel 3.
sangat beda nyata terhadap vaskularisasi Hasil ini menunjukkan bahwa
ovarium dan uterus tikus putih betina. perlakuan ekstrak etanol herba kemangi pada
konsentrasi terendah pun sudah setara

15
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

dengan kontrol positif. Hasil pengujian terhadap peningkatan bobot ovarium dan
berdasarkan rata-rata bobot ovarium dan uterus tikus. Setelah di uji lanjut dengan
uterus menunjukkan bahwa perlakuan Duncan, memperlihatkan hasil bahwa
ekstrak etanol herba kemangi pada dosis perlakuan pemberian ekstrak etanol herba
3,2g/200gBB menunjukkan peningkatan kemangi dosis 0,8g/200gBB, dosis
bobot ovarium dan uterus yang paling tinggi 1,6g/200gBB setara pengaruhnya dengan
bila dibandingkan dengan keempat perlakuan kontrol positif (etinil estradiol) terhadap
lainnya. Sedangkan pada kontrol negatif bobot ovarium dan uterus. Bahkan dengan
menunjukkan bahwa bobot ovarium dan pemberian dosis 3,2g/200gBB
uterus paling rendah dibandingkan dengan memperlihatkan bobot ovarium dan uterus
keempat perlakuan lainnya. Pada hasil yang lebih berat dibanding dengan kontrol
pengujian skoring, menunjukkan bahwa positif secara beda nyata terhadap bobot
perlakuan ekstrak etanol herba kemangi ovarium dan uterus tikus.
memberikan pengaruh yang sama (P>0,05)

Tabel 3. Data Penimbangan Bobot Ovarium dan Uterus Tikus Pada Setiap Perlakuan
Kode Pengukuran Bobot
Hewan
P1 P2 P3 P4 P5
1 1,10 0,90 1,50 1,50 2,00
2 1,50 1,50 2,00 1,50 2,00
3 2,00 1,50 1,30 2,00 1,60
4 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00
Total 6,60 4,90 6,80 7,00 7,60
Rat-rata 1,65a 1,23a 1,70ab 1,75ab 1,90bc
Keterangan: Angka yang diikuti superkrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak
berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan

SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Simpulan Albrecth, E.D., and Pepe, G.J. 2007.
Perlakuan ekstrak etanol 70% herba Estrogen maintains pregnancy,
kemangi (Ocimum americanum L.) dapat triggers fetal maturation.
meningkatkan aktivitas estrogenik tikus http://www.sciencedaily.com/news/health_m
putih betina (Rattus norvegicus) pre- edicine/pregnancy_and_childbirth [20 Juni
menopause. Pada dosis 0,8g/200g BB dapat 2013].
memperpanjang siklus estrus, juga Banerjee, S., Prashar, R., Kumar, A. and
meningkatkan vaskularisasi dan Rao, A. R. (1996). Modulatory
meningkatkan bobot ovarium dibandingkan influence of alcoholic extract of
kontrol negatif (CMC-Na1%). Perlakuan ocimum leaves on carcinogen-
dengan konsentrasi terendah sudah setara metabolizing enzyme activities and
dengan kontrol positif etinil estradiol (9x10- reduced glutathione levels in mouse.
3 Nutr Cancer, 25, 205-17.
mg/200g BB ).
Beimborn, V., H.L. Tarpley, P.J. Bain and
Saran K.S. Latimer. 2003. The canine
a. Perlu dilakukan penelitian dengan estrous cycle: staging using vaginal
menggunakan dosis yang lebih rendah cytological examination.
pada penelitian ini. Bhardwaj, S., Mathur, R. 1979. Antifertility
b. Perlu dilakukan metode bioassay screening of fruits of Ocimum
melalui pemeriksaan serum darah tikus gratissimum in female albino rats.
untuk mendapatkan hasil yang lebih Comp Physiol Ecol. 4: 277-279.
akurat. Dellmann, H.D. 1992. Buku Teks Histologi
Veteriner. Terjemahan: R. Hartono.

16
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

Edisi ke-3 UI-Press. Jakarta: 517- Nodine, J.H. and Siegler, P.E. 1961.
520. Pharmacologic Techniques in Drug
Ganiswara, S.G. 1995. Farmakologi dan Evaluation. Year Book Medical
Terapi. Alih bahasa: 1. Setiawan. Publisher. Chicago: 568.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 444. Nongae, 2008. Estrus Cycle.
Godhwani, S., Godhwani, J. L. and Vyas, D. http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teachi
S. (1987). Ocimum sanctum: An ng/chap5.html. Tanggal akses 2 Juni
experimental study evaluating its 2013.
anti-inflammatory, analgesic and Ochiogu, I.S., Oguejiofor, C.F and Nwagbo,
antipyretic activity in animals. J A.N. 2009. Males Non- Enhancement
Ethnopharmacol, 21, 153-63. of Bruce And Whitten Effects In
Gunawan, D. 2004. Ramuan Tradisional Female Albino Mice - Mus musculus.
Untuk Keharmonisan Suami Istri. Animal Research International. 6 (3):
Penebar Swadaya, Jakarta. 1077-1081.
Hadipoentyanti, E., Wahyuni, S. 2008. Piironen, V., Toivo, J. Puupponen-Pimi, R.
Keragaman selasih (ocimum spp.) and Lampi, A.M. 2003. Plant sterols
berdasarkan karakter morfologi in vegetables, fruits and berries.
produksi dan mutu herba. Jurnal Journal o f the Science of Food and
Littri. Desember; 14 (4): 141-8. Agriculture, 83: 330-337.
Hafez, E.S.E. 1980. Reproduction in Farm Rastogi, S., Shukla, Y., Paul, B.N., Chowdhuri,
Animal. 4th Edition. Philadelphia: 30- D. K., Khanna, S. K. and Das, M. 2007.
78. Protective effect of Ocimum sanctum on
Harborne. 1987. Metode Fitokimia Penuntun 3-methylcholanthrene, 7,12-
Cara Modern Menganalisis dimethylbenz(a)anthracene and aflatoxin
b1. Nig. J, Physiol. Sci 224, 228-40.
Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih
Padmawinata. ITB. Bandung: 85-93.. Rugh, R. 1968. The Mouse Reproductions
Johnson M, and Everitt B. 1984. Essential and Development. Burgess.
Reproduction. 2nd edition. London Publishing Company. Minneapolis.
dan Beccles: William Clowes USA.
Limited Sarma, D.S.K. and A. Venkata S. B. 2011.
Karthikeyan, K., Ravichandran, P. and Pharmacognostic And Phytochemical
Govindasamy, S. (1999). Studies of Ocimum americanum. J.
Chemopreventive effect of ocimum Chem. Pharm. Res., 3 (3): 337-347.
sanctum on DMBA-induced hamster Seire, J.V., Venter, F.S., Fincham, J.E., and
buccal pouch carcinogenesis. Oral Taljaard, J.J.F. 1991. Hormonal
Oncol, 35, 112-9. vagina cytology of vervet monkeys.
Khare, C.P. 2007. Indian Medicinal Plants J. Med Primatol. 20:1-5.
An illustrated Dictionary, Springer, Setiawan. 2010. Aktivitas ekstrak methanol
New Delhi, 444. buah adas (Foeniculum vulgare Mill)
Khazaei, M., Montaseri, A., Khazaei, M.R., terhadap lama siklus estrus serta
Khanahmadi, M. 2011. Study of bobot uterus dan ovarium tikus putih.
Foeniculum vulgare effect on Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan.
folliculogenesis in female mice. Int. Institut Pertanian Bogor.
J. Fertill Steril. 5 (3): 122-127. Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo, S.
Medica, V., Ruslan, W., Nawawi, A., 2004. 1988.Pemeliharaan, Pembiakan dan
Telaah Fitokimia Daun Kemangi Penggunaan Hewan Coba Di Daerah
(Ocimum americanum L.). Fakultas Tropis. UI-Press. Jakarta: 10-3.
Farmasi Institut Teknologi Bandung. Sudjana, M.A. 1998. Metode Statistik. Edisi
Skripsi. ke-5. Penerbit Tarsio. Bandung: 508.

17
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

Suntoro, H. 1983. Metode Pewarnaan Waynforth, H.B. and Flecknell P,A.1992.


(Histologi & Histokimia). Jakarta: Experimental and Surgical Technique
Penerbit Bharatara Karya Aksara, in the Rat. San Diego: Academic
Turner, C.D. dan Bagnara, J.J. 1976. Press Inc.
Endokrinologi Umum. Harjoso, Willmann, M.R. 2000. Sterols as regulators
penerjemah. Surabaya: Airlangga of plant embryogenesis. Trends in
University Press Plant Science, Journal Club, 5 (10):
416.

18
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

UJI EFEK TONIK EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L).
Urb) PADA MENCIT JANTAN BALB/C

Rini Prastiwi1, R.Tjahyadi2, Chusun3


1)
Universitas Muhammadiyah Prof.DR. Hamka
2,3)
Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
Email : khanzapras@gmail.com

ABSTRAK

Pegagan (Centella asiatica (L). Urb) dikenal secara empiris sebagai obat tradisional
untuk mempercepat aktivitas syaraf, meningkatkan daya ingat,dan tonik untuk organ tubuh
(hati, ginjal, otak). Efek tonik dapat ditentukan dengan menggunakan metode natatory
exhaustion melalui pengamatan efek stimulansia suatu obat pada hewan uji. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek tonik ekstrak etanol herba pegagan pada mencit
jantan (Balb/C) dan menentukan dosis efektif yang menunjukkan kemampuan mencit untuk
mempertahankan diri ketika direnangkan. Penelitian ini menggunakan lima kelompok uji,
tiap kelompok terdiri atas lima mencit jantan. Kelompok kontrol positif, kontrol negatif,
kelompok dosis I, II dan III ekstrak etanol herba pegagan diberikan masing-masing kafein
100 mg/kgBB, CMC 0,5%, 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 150 mg/kg BB secara peroral.
Pengujian efek tonik dengan metode natatory exhaustion ditunjukkan dengan bertambahnya
waktu kemampuan mencit untuk mempertahankan diri ketika direnangkan. Pertambahan
waktu tersebut menunjukkan peningkatan daya tahan mencit. Dosis terbaik yang dapat
digunakan sebagai tonik adalah 100 mg/kg BB.

Kata kunci : Pegagan, herba, tonik, natatory exhaustion

THE TONIC EFFECT OF ETHANOL EXTRACT PEGAGAN HERBS (Centella


asiatica (L). Urb) IN MALE BALB/C MICE

ABSTRACT

Pegagan (Centella asiatica (L). Urb) known empiricallay as traditional medicine for
accelerating nervous activity, improving memory, and tonic to vital organs (liver, kidneys,
brain). Tonic effect can be determined using natatory exhaustion method of stimulantia
effect observation a drug on animal test. The aim of this research is to observe the tonic
activity of ehanol extract pegagan herb in male mice (Bulb/C) and determined effective dose
that shows the ability of mice to defend when swimmed. This research used five groups test,
each group are five mice. The positive control group, negative control, does I, II, II groups
pegagan herb etanol extract were treated with caffein 100 mg/kg BW 0.5% CMC, 50 mg/kg
BW, 100 mg/kg BW, and 150 mg/kg BW gave orally. The tonic effect test used natatory
exhaustion method indicate with increasing time of mice ability to defend when swimmed.
Added of time showed increase durability of mice. The best dose that can be used as a tonic
is 100 mg/kg BW.
Key words : Centella asiatica (L). Urb., Herbs, tonic, natatory exhaustion

19
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Sebagai warisan nenek moyang, Penelitian ini dilakukan pada bulan
tanaman obat sudah dikenal dan digunakan Mei sampai September 2013 di
oleh masyarakat Indonesia yang dikenal Laboratorium Farmakologi dan
dengan nama obat tradisional. Peranan obat Farmakognosi Akademi Farmasi Bhumi
tradisional masih terasa kuat sebagai Husada Jakarta.
pendamping dalam perkembangan
kedokteran modern sekarang ini. Sampai Bahan
sekarang masih banyak obat tradisional yang Herba pegagan (Centella asiatica (L.)
belum pernah dinilai secara ilmiah baik Urb.) berupa simplisia yang diambil dari
mengenai efektifitasnya maupun Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
keamanannya. Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
Melalui penelitian, pengkajian, dan Tawangmangu, Jawa Tengah, mencit jantan
budidaya, tanaman obat herba dapat Balb/C.
ditingkatkan untuk bisa dimanfaatkan dalam
upaya kesehatan tubuh. Banyak khasiat dari Alat
obat tradisional yang memiliki efek tonik Moisture balance, wadah renang
bagi tubuh diantaranya adalah pegagan (akuarium) berukuran 50x30x25 cm,
(Centella asiatica (L). Urb). Tanaman ini timbangan dan sonde lambung.
secara empiris digunakan sebagai tonikum
(Sing et al., 2010; Bhavna & Khatri, 2011). Cara Kerja
Kandungan utama pegagan yaitu asiatikosida Pembuatan Ekstrak
dengan gugus trisakarida terikat pada aglikon Serbuk herba pegagan sebanyak 200 g,
asam asiatik. Asiatikosida dan madekasol direndam dalam 2 liter etanol 96% selama 3
suatu triterpen saponin dimana sapogeninnya hari dikocok sekali-kali, kemudian disaring
bermanfaat untuk pengobatan. Senyawa lain dengan kain batis. Proses diulangi 3 kali
yaitu brahmosida dan brahminosida yang dengan pelarut yang sama. Filtrat digabung
dapat berkhasiat sebagai uterorelaksan. dan dipekatkan dengan waterbath sampai
Isothankunisid dan thankunisid digunakan dihasilkan ekstrak kental.
sebagai antifertilitas yang diujikan pada
mencit (Tiwari, et al. 2011). Penapisan Fitokimia
Penelitian tentang pemanfaatan Dilakukan pengujian terhadap
pegagan dapat menjadi referensi bagi alkaloid, flavonoid, triterpenoid dan saponin
masyarakat dalam menjaga kesehatan dan pada ekstrak kental herba pegagan.
dapat digunakan sebagai data ilmiah yang
melandasi penggunaan herba pegagan Prosedur Pengujian
sebagai tonikum. Efek tonik yaitu efek yang Hewan uji yang digunakan adalah
dapat memacu perbaikan sel-ssel tonus otot. mencit jantan Balb/C sejumlah 25 ekor, berat
Metode yang digunakan untuk mengetahui badan 23-35 gram, umur 8 minggu.
efek obat terutama dalam penurunan kontrol Ditimbang dan dibagi menjadi lima
syaraf pusat adalah natatory exhaustion kelompok. Setelah itu, setiap mencit diberi
(Sambodo, 2009). perlakuan secara oral dengan sediaan uji.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu Pembagian kelompoknya adalah, kontrol
dilakukan penelitian tentang efek tonik herba positif yaitu kafein 100 mg/kgBB , kontrol
pegagan dengan metode natatory exhaustion negatif yaitu hanya diberikan CMC Na 0,5%,
sehingga dalam penggunaan oleh masyarakat perlakuan 1 adalah dosis ekstrak 50
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. mg/kgBB, perlakuan 2 adalah dosis ekstrak
100 mg/kgBB, dan perlakuan 3 adalah dosis
ekstrak 150 mg/kgBB. Metode yang
digunakan adalah natatory exhaustion,

20
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

merupakan metode skrining farmakologi permukaan air, ekor tidak bergerak dan
yang dilakukan untuk mengetahui efek obat membiarkan kepalanya berada di bawah
yang bekerja pada koordinasi gerak, permukaan air selama 7 detik. Penambahan
terutama penurunan kontrol syaraf pusat. Uji daya tahan atau efek tonikum adalah selisih
ini dilakukan terhadap mencit dengan antara waktu renang sesudah perlakuan dan
menggunakan wadah renang dengan waktu renang sebelum perlakuan.Data efek
ketinggian air 18 cm, suhu 200,5C dan tonikum adalah penambahan daya tahan
pemberian gelombang buatan yang yang diperoleh dari selisih waktu renang
dihasilkan dari sebuah pompa udara, pada hewan uji setelah perlakuan dan
peralatan tambahan yang digunakan harus sebelum perlakuan.
berada di luar daerah renang, agar tidak
mempengaruhi aktivitas renang (Turner, HASIL DAN PEMBAHASAN
1965). Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia
Rendemen yang diperoleh dari hasil
Pengamatan Waktu Renang maserasi yaitu, ekstrak kental etanol sebesar
Waktu renang sebelum perlakuan 11,08 %. Hasil uji fitokimia ekstrak
adalah lama waktu renang dari hewan uji menunjukkan adanya senyawa alkaloid,
sebelum mendapat perlakuan dosis uji. triterpenoid dan saponin (Tabel 1). Alkaloid
Dihitung mulai dari memasukkan hewan uji hydrocotylin (C22H35NO8) diisolasi dari
ke dalam akuarium hingga timbul tanda pegagan kering. Saponin ditemukan di
lelah yang ditandai dengan hewan uji seluruh bagian tanaman yaitu
membiarkan kepalanya di bawah permukaan centellasaponin B, C, dan D (Matsuda, et
air selama tujuh detik. Kemudian hewan uji al.2001). Senyawa triterpenoid pada pegagan
diangkat dari wadah renang dan dicatat yaitu asiatikosida, centellosida,
waktunya. Hewan uji diistirahatkan selama madekasosida dan asam asiatik
30 menit, setelah itu diberi perlakuan sediaan (Randriamampionona et al., 2007).
peroral. Setelah 30 menit, hewan uji Flavonoid pada daun pegagan merupakan
direnangkan kembali dan dicatat waktu senyawa minor seperti 3-glikosilkuersetin, 3-
lelahnya. Parameter lelah adalah hewan uji glukosilkaempferol dan 7-glikosilkaempferol
tidak menggerakkan kakinya untuk (Jamil, Qudsia & Mehboobus, 2007).
berenang, tubuh mencit tegak lurus dengan

Tabel 1. Identifikasi kandungan kimia


No. Kandungan Kimia Pereaksi Hasil Kesimpulan
1 Alkaloid Reagen Dragendorff Endapan coklat +
kemerahan

2. Flavonoid Serbuk Mg dalam amil alkohol Amil alkohol tidak -


berwarna

3. Saponin Dikocok kuat dengan air panas Buih yang stabil +


selama 10 menit

4. Triterpenoid Liebermann-Bouchard Warna merah +

Waktu Renang mg/kg BB. Uji statistik menggunakan


Waktu daya tahan renang mencit metoda ANOVA menunjukkan ada
jantan pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg perbedaan yang bermakna pada daya tahan
BB dan 150 mg/kg BB dapat dilihat pada renang dari 5 kelompok perlakuan (p<0,05).
Gambar 1. Hasil daya tahan renang yang Hasil uji perbandingan berganda
paling besar adalah kelompok dosis 100 menunjukkan adanya perbedaan yang

21
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

bermakna antara kelompok kontrol negatif perbedaan yang bermakna antara kelompok
dengan kelompok kontrol positif, kelompok kontrol positif dengan Kelompok Dosis 1
dosis 50 mg/kg BB dan kelompok dosis 150 dan Kelompok Dosis 3 (p<0.05).
mg/kg BB (p>0,05). Tidak terdapat

Gambar 1. Gambar Rataan Daya Tahan Renang Tiap Kelompok Perlakuan


Keterangan: A=Kelompok Kontrol Positif, B=Kelompok kontrol Negatif, C=Kelompok Dosis 1 (50 mg/kg BB),
D=Kelompok Dosis 2 (100 mg/kg BB), E=Kelompok Dosis 3 (150 mg/kg BB)

Metode Natatory Exhaustion fase air. Karena radikal oksigen reaktif juga
digunakan untuk mengetahui efek obat yang dihasilkan dalam fase air, maka radikal-
bekerja pada koordinasi gerak terutama radikal tersebut akan ditangkap oleh molekul
kontrol syaraf pusat. Efek stimulan antioksidan yang bersifat polar dan berada
dipengaruhi oleh kondisi fisik hewan uji dalam fase air. Sehingga oksidasi pada
untuk meningkatkan aktivitas. Peningkatan bagian lemak akan berkurang (Zhu, J. M.
aktivitas terlihat dari peningkatan kerja Wu and Z. S. Jia. 2005). Semakin kuat
secara langsung berupa penambahan waktu aktivitas antioksidan, maka semakin besar
lelah hewan uji selama direnangkan dalam kemampuan menstimulasi susunan syaraf
tangki berisi air (Turner, 1965). pusat. Pada hewan percobaan, kemampuan
Saponin diduga memberikan efek menstimulasi susunan syaraf pusat
tonik pada penelitian ini karena pegagan berhubungan dengan bertambahnya aktivitas
mengandung senyawa utama saponin dengan lokomotor (Nikajoo, 2009). Aktivitas
asam triterpen dalam bentuk ester dari gula. lokomotor merupakan aktivitas gerak yang
Asam triterpen yaitu asam asiatik, asam dapat menstimulasi syaraf pada otak (Tiwari,
madekasik dan asiatikosida merupakan et al. 2010). Tonik dapat digunakan untuk
senyawa yang paling penting untuk menstimulasi sistem syaraf pusat (Mutschler,
pengobatan dan vaskularisasi. Asiatikosida E., 1986). Tanaman obat yang mempunyai
berkhasiat sebagai anksiolitik, antiinflamasi, efek tonik tonik disebut tonikum.
antioksidan, dan antiulcer (Kimura et al.,
2008; Liang et al., 2008). Struktur
asiatikosida seperti pada Gambar 2.
Tiga gugus trisakarida yang terikat
pada aglikon asam asiatik mengandung
gugus OH. Aktivitas antioksidan melalui
penangkapan radikal bebas yang
berhubungan dengan energi disosiasi pada
gugus OH. Kemampuan menangkal radikal
bebas berhubungan dengan aktivitas
kelarutannya. Melalui model liposom yang
terdiri dari bagian lipofil dan hidrofil, gugus Gambar 2. Struktur
gula yang bersifat polar, akan berada dalam Asiatikosida

22
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

SIMPULAN DAN SARAN cultivated in Sri Lanka, Chem Pharm


Simpulan Bull (Tokyo). 49 (10):1368-1371.
Ekstrak herba pegagan (Centella Mutschler, E., 1986. Dinamika Obat,
asiatica (L). Urb) pada dosis 50 mg, dosis diterjemahkan oleh Widianto, M.B.,
100 mg, dan dosis 150 mg memiliki potensi dan Ranti, A.S., Edisi Kelima, 157 -
sebagai tonikum. 158. Bandung: Penerbit ITB.
Ekstrak herba pegagan (Centella Nikajoo, L.T. 2009. Central nervous system
asiatica (L). Urb) dengan pelarut etanol 96% depressant activity of alcohol and
pada dosis 100 mg memiliki efek tonikum aqueous root extracts of Pergularia
yang paling efektif, diukur dari daya tahan daemia (Forsk.) Chiov, Pharmacolog
renang pada Natatory Exhaustion. online. 1. 119-124.
Randriamampionona, D., Diallo, B.,
Saran
Rakotoniriana,F.,Rabemanantsoa, C.,
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Cheuk, K., Corbisier, A.M., Mahillon,
untuk efektifitas dan potensi saponin dalam
J., Ratsimamanga, S., El Jaziri M.
herba pegagan. Juga perlu dilakukan
2007. Comparative analysis of active
penelitian yang serupa dengan metode
constituents in Centella asiatica
Natatory Exhaustion dengan metode
samples from Madagascar: application
ekstraksi, variasi dosis dan pelarut lainnya.
for ex situ conservation and clonal
propagation. Fitoterapia. 7-8: 482-489.
DAFTAR PUSTAKA
Rastogi, R.P. and Mehrotra, B.N. 1960.
Bhavna, D., and Khatri, Jyoti. 2011. Centella
Compedium of Indian Medicinal
asiatica: The Elixir of life.
Plants. Central Drug Institute Lucknow
International Jurnal of Research in
and Publication and Information
Ayurveda & Pharmacy. 2 (2): 431-438.
Directorate, CSIR, New Delhi: 96
Jamil, S.S., Qudsia, N. and Mehboobus, S.
Sambodo, N.W. 2009. Uji Efek Tonik Madu
2007. Centella asiatica (Linn.) Urban
Rambutan Pada Mencit Putih Jantan
A Review. Natural Product Radiance.
Dengan Metode Natatory Exhaustion.
6 (2): 158-170.
Skripsi Universitas Muhammadiyah
Kimura, Y., Sumiyoshi, M., Samukawa K.,
Surakarta.
Satake, N., Sakanaka, M. 2008.
Singh, S., Gautam, A., Sharma, A. and Batra,
Facilitating action of asiaticoside at
A. 2010. Centella asiatica (L.): A plant
low doses on burn wound repair and its
with immense medicinal potential but
mechanism. Eur J Pharmacol. 3:415-
threatened. International Journal of
423.
Pharmaceutical Sciences Review and
Liang, X., Yan, N. H., Si W. C., Wen, J. W.,
Research. 4(2): 9-17.
Xu, N., Cui, S., Liu, X.H., Zhang, H.,
Tiwari, R.K., Chanda, M.D., B. Murli and A.
Yue, N.L., Liu, S., Yang, M., Dong, Y.
Agarwal. 2010. HPLC method
2008. Antidepressant-like effect of
validation for simultaneous estimation
asiaticoside in mice. Pharmacology
of madecassoside, asiaticoside and
Biochemistry and Behavior. 3: 444-
asiatic acid in Centella asiatica. J.
449.
Chem. Pharm. Res.2 (3): 223-229.
Matsuda, H., Morikawa, T., Ueda, H. and
Turner, R.,A, 1965, Screening Methods in
Yoshikawa, M. 2001. Medicinal
Pharmacology, Volume II, Academic
Foodstuffs .XXVII. Saponin
Press, New York and London: 76-78.
constituents of Gotu Kola (2):
Zhu, X.Y., J. M. Wu and Z. S. Jia. 2005.
Structures of new Ursane- And
Composition and antioxidative activity
Olemane-Type Triterpene
of polysaccharide from Bergamot.
Oligoglycosides, Centellasaponins B,
Chem, J. Chinese U. 26 (7): 1264-
C, and D, from Centella asiatica
1267.

23
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

AKTIVITAS INHIBISI ENZIM -GLUKOSIDASE EKSTRAK AIR DAN ETANOL


UMBI LAPIS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

Sitaresmi Yuningtyas, Dian Setiawati Artianti


Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor
Email : sitaresmi_yuningtyas@yahoo.com

ABSTRAK

Umbi lapis bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai potensi sebagai


analgesik, antiinflamasi, antimikobakterial, antifungi, dan antikanker. Namun mekanisme
antidiabetes pada tanaman ini belum ditentukan. Salah satu varietas bawang merah di
Indonesia adalah varietas Bima Brebes. Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi
ekstrak air dan etanol umbi lapis A. ascalonicum pada konsentrasi 1% sebagai inhibitor enzim
-glukosidase dan dibandingkan aktivitasnya dengan akarbosa 1% sebagai kontrol positif.
Umbi lapis A. ascalonicum diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi. Ekstrak air
dan etanol dianalisis kandungan fitokimia dan daya inhibisinya terhadap enzim -glukosidase
secara metode in vitro. Aktivitas -glukosidase ditentukan dengan mengukur produk p-
nitrofenol yang dihasilkan dari reaksi enzim dan substrat p-nitrofenil--D-glukopiranosida (p-
NPG) menggunakan microplate absorbance reader pada panjang gelombang 410 nm. Hasil
uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air umbi lapis A. ascalonicum mengandung
flavonoid dan tanin. Selain itu, ekstrak etanol 96% dan ekstrak etanol 70% umbi lapis A.
ascalonicum mengandung flavonoid, tanin, dan saponin. Ekstrak air, etanol 70%, etanol 96%
umbi lapis A. ascalonicum pada konsentrasi 1% (b/v) dan akarbosa 1% dapat menginhibisi
aktivitas enzim -glukosidase berturut-turut sebesar 11,75%, 4,48%, 20,92%, dan 99,37%.
Hasil aktivitas inhibisi ketiga ekstrak ini berbeda nyata (p < 0,05) dengan daya inhibisi
akarbosa 1%. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak air dan etanol umbi lapis A.
ascalonicum berperan sebagai inhibitor enzim -glukosidase.

Kata kunci: Allium ascalonicum, -glukosidase, akarbosa, inhibitor enzim

INHIBITION ACTIVITY -GLUCOSIDASE ENZYME FROM WATER AND


ETHANOL EXTRACT OF BIMA BREBES VARIETIES RED ONION (Allium
ascalonicum) BULBS WITH IN VITRO ASSAY

ABSTRACT

Shoot bulbs (Allium ascalonicum) has potential as an analgesic, antiinflamation,


antimycobacterial, antifungi, and anticancer. However the mechanism of antidiabetic at the
plant has not been determined. One of the varieties of red onion in Indonesia are varieties of
Bima Brebes. This research was conducted to test the potential of water and ethanol extracts
of A. Ascalonicum bulbs at a concentration of 1% as the -glucosidase enzyme inhibitors and
compared its activities with 1% acarbose as a positive control. Bulbs of A. ascalonicum
extracted by maceration method. Water and ethanol extracts analyzed the content of
phytochemical assay and inhibition power of -glucosidase used in vitro method. The -
glucosidase activity is determined by measuring the p-nitrophenol which is produced from
the reaction of the enzyme and p-nitrophenyl--D-glucopyranoside (p-NPG) substrate using
microplate absorbance reader at 410 nm wavelength. The phytochemical result showed that
water exctract of A. ascalonicum bulbs contains flavonoid and tannin. Beside that, ethanol

24
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

96% and ethanol 70% extract of A. ascalonicum bulbs contain flavonoid, tannin, and saponin.
Extracts of water, 70% ethanol, 96% ethanol of A. ascalonicum bulbs at 1% concentration
and 1% acarbose inhibits -glucosidase enzyme activity in a row of 11.75%, 4.48%, 20.92%,
and 99.37%. Results of the third extract inhibition activity were significantly different (p <
0.05) to inhibition activity of 1% acarbose. This indicates that the water and ethanol extracts
of A. ascalonicum bulbs act as an inhibitor of -glucosidase enzyme.

Key words: Allium ascalonicum, -glucosidase, acarbosa, enzyme inhibitor

PENDAHULUAN amilase, -glukosidase, sukrase dan maltase.


Seiring dengan perubahan gaya hidup Enzim-enzim ini bekerja dengan
yang dilakukan masyarakat terutaman dalam menghidrolisis karbohidrat menjadi
hal pola makan secara tidak langsung dapat glukosa. Pada pasien diabetes melitus,
memicu timbulnya berbagai penyakit penghambatan terhadap enzim ini
generatif dan kronis, salah satunya adalah menyebabkan peghambatan terhadap
diabetes melitus (DM). Diabetes melitus absorbsi glukosa dan menurunkan
merupakan penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia.
peningkatan kadar gula dalam darah Bawang merah (Allium ascalonicum)
melebihi kadar normal atau hiperglikemia. merupakan famili Liliaceae yang biasa
Hiperglikemia disebabkan oleh adanya digunakan untuk bumbu masak dan obat
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, tradisional. Umbi lapis dari A. ascalonicum
terutama akibat organ pankreas tidak mampu mempunyai potensi sebagai analgesik dan
memproduksi hormon insulin sesuai antiinflamasi (Owoyele et al., 2006),
kebutuhan tubuh. Menurut Wilds et al., antimikobakterial (Amin et al., 2009),
(2004), jumlah penderita diabetes melitus di antifungi (Mahmoudabadi & Nasery, 2009),
dunia tahun 2000 mencapai 177 juta orang dan sebagai antikanker (Mohammadi-
dan diperkirakan meningkat menjadi 370 juta Motlagh et al., 2011).
pada tahun 2030. Sebagian besar Penelitian umbi lapis A. ascalonicum
penderitanya merupakan kasus diabetes sebagai antidiabetes yang telah dilakukan
melitus tipe 2 yang berkaitan dengan antara lain oleh Kouhsari, S.M. and Sani,
obesitas. Jumlah orang yang terdiagnosa M.F. (2011) menyatakan bahwa pemberian
diabetes melitus di Indonesia sebanyak 8,4 ekstrak metanol A. ascalonicum dengan
juta jiwa dan menempati urutan terbesar dosis 250 dan 500 mg/kg BB secara peroral
keempat di dunia setelah India, Cina dan kepada tikus yang terinduksi diabetes melitus
Amerika. Pada tahun 2030 diperkirakan akan mereduksi kadar glukosa darah
penderita diabetes melitus di Indonesia postprandial serta meningkatkan ekspresi
mencapai 21,3 juta orang. gen Ins dan Glut4. Selain itu, pemberian
Pengobatan diabetes melitus dapat ekstrak tersebut dapat menginhibisi aktivitas
dilakukan dengan pemberian injeksi insulin enzim sukrase dan maltase pada usus tikus
atau menggunakan obat-obatan modern, yang terinduksi diabetes melitus. Menurut
seperti antidiabetik oral yaitu sulfonilurea, Luangpirom, et al. 2013, ekstrak jus umbi
biguanid, thiazolidindion dan penghambatan lapis A. ascalonicum dapat menurunkan
-glukosidase. Obat-obatan penghambat kadar gula darah setelah 14 hari pemberian
enzim -glukosidase digunakan untuk secara oral pada tikus yang terinduksi
diabetes melitus tipe 2. Tipe obat ini tidak diabetes melitus. Penurunan kadar gula darah
meningkatkan sekresi insulin. Penggunaan sebesar 43,45% dan 59,18% dengan dosis
obat antihiperglikemik penghambat enzim ekstrak masing-masing 0,5 g/ 100 g bb dan
-glukosidase bekerja menginhibisi secara 1 g/100 g bb. Penurunan kadar gula darah ini
reversibel, berkompetisi dengan enzim disebabkan oleh inhibisi aktivitas enzim -
pencernaan karbohidrat di usus seperti -

25
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

glukosidase sehingga memperlambat nitrofenil -D-glukopiranosida (p-NPG)


penyerapan karbohidrat postprandial. (Sigma N 1337-5G), tablet Glucobay
Beberapa varietas bawang merah (Akarbosa) (Bayer, Jakarta- Indonesia), HCl
yang sudah ada di Indonesia pada tahun 1984 2 N, Dimetilsulfoksida (DMSO), Larutan
adalah varietas Bima Brebes, varietas Na2CO3, Serum Bovin Albumin (SBA),
Medan, varietas Kling dan varietas Maja buffer fosfat pH 7.
Cipanas. Jenis tanaman tersebut cukup
dominan diusahakan petani di daerah-
daerah sentra produksi maupun yang sedang
berkembang. Sedangkan jenis bawang merah
unggul lokal yang banyak diusahakan petani Gambar 1. Bawang merah varietas Bima
adalah Kuning, Kuning Gombong, dan Brebes
Sumenep (Putrasamedja & Suwandi, 1996).
Di Indonesia tanaman bawang merah Alat
telah lama diusahakan oleh petani sebagai Alat-alat ekstraksi, neraca analitik,
usaha tani komersial. Beberapa varietas alat-alat kaca, penguap putar (rotary
(Probolinggo, Bima, Tiron sawah, Tiron evaporator) (BUCHI, R-250, Switzerland),
pasir,Biru sawah, Biru pasir, Parman, Bima, perangkat instrumen microplate reader
dan kuning) merupakan varietas yang (Epoch Microplate Spectrophotometer), alat
tumbuh baik di lingkungan dengan microplate (Thermo Scientific NUNC) dan
produktivitas yang tinggi. Varietas Parman micropipet (Thermo Scientific).
dan Kuning paling stabil dapat tumbuh di
daerah sawah dan pada musim kemarau Cara Kerja
(Erlina & Yudono, 2003). 1. Ekstraksi
Ekstrak polar dari umbi lapis A. Ekstraksi menggunakan metode
ascalonicum mengandung furostanol, maserasi selama 1 x 24 jam dengan
saponin, kuersetin, isorhamnetin, dan cairan penyari yang bersifat polar yaitu
glikosida (Fattorusso et al., 2002). Senyawa akuades, etanol 96%, dan etanol 70%.
bioaktif tersebut diduga memiliki aktivitas Proses maserasi dilakukan dengan
inhibisi terhadap enzim -glukosidase sebanyak 10 gram simplisia umbi lapis
sehingga dapat berpotensi sebagai A. ascalonicum direndam dengan
antidiabetes. Berdasarkan penelitian tersebut, masing-masing 100 ml pelarut akuades,
maka penelitian ini bertujuan untuk menguji etanol 96% dan etanol 70% selama 1 x
daya inhibisi ekstrak polar (air, etanol 96%, 24 jam pada suhu kamar didalam
dan etanol 70%) umbi lapis A. ascalonicum maserator. Selanjutnya rendaman
varietas Bima Brebes terhadap aktivitas disaring menggunakan kertas saring
enzim -glukosidase dengan akarbosa halus dan filtratnya disimpan. Masing-
sebagai kontrol positif. masing filtrat yang diperoleh dipekatkan
dengan penguap putar (rotavapor) pada
METODE PENELITIAN suhu 40C sehingga diperoleh ekstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada (air, etanol 96%, dan etanol 70%).
bulan April sampai Juni 2013 bertempat di Ekstrak yang telah dipekatkan
Laboratoium STTIF (Sekolah Tinggi selanjutnya dilakukan uji aktivitas
Teknologi Industri dan Farmasi) Bogor dan inhibisi -glukosidase dan penapisan
Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB. fitokimia.
2. Penapisan Fitokimia (Harbone, 1987)
Bahan Penapisan fitokimia ekstrak air, etanol
Umbi lapis bawang merah (Gambar 96%, dan etanol 70% umbi lapis A.
1), akuades, etanol 96 %, etanol 70%, - ascalonicum.
glukosidase (Sigma G 3651-250UN), p-

26
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

3. Uji Inhibisi -Glukosidase DUNCAN. Pengolahan data dengan


Tabel 1. Proses Uji Inhibisi - SPSS 14. Model rancangan tersebut :
Glukosidase (Sancheti. et al., Yij = + i + ij
2009) Keterangan:
S0 S1 (L) Yij = Nilai pengamatan faktor
(L) perlakuan ekstrak taraf ke-i dan
Ekstrak 50 50
Dapar Fosfat 50 50
ulangan ke-j.
p-NPG 25 25 = Rataan umum
Dapar Fosfat 25 - = Pengaruh utama perlakuan
-Glukosidase - 25 ekstrak ke-i.i = 1, 2, 3, 4, 5
Inkubasi pada suhu 37o C selama 30 menit i = 1 adalah blanko
Na2CO3 100 100
Diukur dengan microplate reader pada =
i = 2 adalah ekstrak air bawang
410 nm merah 1 %
Keterangan: S0 = kontrol negatif i = 3 adalah ekstrak etanol 96%
S1 = sampel bawang merah 1 %
i = 4 adalah ekstrak etanol 70%
Sampel yang diuji dilarutkan bawang merah 1 %
dalam DMSO kemudian dicukupkan i = 5 adalah pembanding atau
volumenya dengan dapar fosfat pH 7 kontrol positif akarbosa 1%
sehingga didapatkan larutan ekstrak ij = pengaruh acak yang menyebar
dengan konsentrasi 1% (b/v). Setelah normal pada perlakuan ke-i dan
ditambahkan dapar fosfat 100 mM, dan ulangan ke-j. J = 1, 2, 3
larutan substrat p-NPG 0,5 mM,
diinkubasi selama 30 menit kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
ditambahkan Na2CO3 200 mM lalu Bahan umbi bawang merah (A.
larutan diukur absorbansinya pada 410 ascalonicum) varietas Bima Brebes berumur
nm (Sancheti et al., 2009). Kontrol 2 bulan dan diambil dari daerah Brebes,
positif menggunakan akarbosa 1% (b/v). Jawa Tengah. Umbi A. ascalonicum yang
Persentase daya hambat dihitung dengan akan diekstraksi dibuat serbuk terlebih
persamaan: dahulu, ini bertujuan agar proses penyarian
zat aktif lebih maksimal. Semakin kecil atau
halus ukuran bahan yang digunakan maka
Keterangan :
semakin luas bidang kontak antara bahan
S : absorbansi sampel (S1-S0)
dengan pelarutmya, hal ini dapat
S1 : absorbansi sampel dengan
meningkatkan efektivitas ekstraksinya.
penambahan enzim
Metode ekstraksi yang digunakan untuk
S0 : Absorbansi sampel tanpa enzim
mengekstraksi sampel adalah metode
C : absorbansi larutan kontrol (DMSO)
maserasi menggunakan air dan etanol
tanpa sampel (kontrol-blanko).
absolut. Pemililhan pelarut etanol
berdasarkan pendapat Harbone (1987) yang
4. Analisis Data
menyatakan bahwa bahan segar dapat
Data aktivitas inhibisi -
diekstraksi menggunakan alkohol absolut.
glukosidase yang diperoleh dalam
Mekanisme metode maserasi yaitu adanya
penelitian ini dianalisis secara statistik
difusi pelarut kedalam dinding sel tumbuhan
menggunakan ANOVA yaitu RAL
untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang
(Rancangan Acak Lengkap) satu faktor
kurang tahan terhadap pemanasan.
dengan tiga kali ulangan pada tingkat
Hasil maserasi yang diperoleh
kepercayaan 95% dan taraf 0,05 dan
diuapkan dengan menggunakan rotavapor
kemudian dilanjutkan dengan uji
pada suhu 400C. Suhu yang digunakan tidak
boleh terlalu tinggi karena dapat merusak

27
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

senyawa yang terdapat dalam simplisia. yang berfungsi sebagai gugus polar dan
Ekstrak kental yang dihasilkan ditimbang gugus steroid sebagai gugus non polar. Pada
untuk mendapatkan rendemen. Rendemen ekstrak air tidak dideteksi adanya saponin
ekstrak dan hasil fitokimia dapat dilihat pada karena air bersifat lebih polar dibandingkan
Tabel 2. etanol 70% dan etanol 96% sehingga tidak
mampu menarik senyawa yang bersifat
Tabel 2. Hasil Ekstraksi Umbi Lapis A. semipolar. Hal ini sesuai dengan Fattorusso
ascalonicum varietas Bima Brebes et al. (2002) mengungkapkan bahwa ekstrak
No Ekstrak Bobot Rendemen polar dari umbi lapis A. ascalonicum
(g) (%) mengandung furostanol, saponin, kuersetin,
1 Ekstrak air 3,83 38,27 isorhamnetin, dan glikosida.
2 Ekstrak etanol 2,76 27,49
70%
3 Ekstrak etanol 1,54 15,35 Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Fitokimia
96% Ekstrak Air, Ekstrak Etanol 70%,
dan Ekstrak Etanol 96% Umbi
Rendemen ekstrak yang tertinggi berada Lapis A. ascalonicum varietas
pada ekstrak air yaitu sebesar 38,72% atau Bima Brebes
sama dengan 3,83 g ekstrak dalam 10 g Ekstrak
Ekstrak Ekstrak
simplisia umbi lapis A. ascalonicum. Golongan Etanol Etanol
Air
70% 96%
Selanjutnya rendemen ekstak etanol 70% dan
Alkaloid - - -
ekstrak etanol 96% berturut-turut sebesar Flavonoid ++ ++ +++
27,49% dan 15,35%. Ekstrak yang diperoleh Tanin +++ ++ +++
selanjutnya dilakukan analisis fitokimia dan Saponin - + +++
uji aktivitas inhibisi -glukosidase. Triterpenoid - - -
Steroid - - -
Hasil Uji Fitokimia Keterangan: (-) = tidak terdeteksi, (+) =
Hasil analisis fitokimia terhadap terdeteksi sedikit, (++) =
ekstak air dan etanol umbi lapis A. terdeteksi sedang, dan (+++) =
ascalonicum varietas Bima Brebes disajikan terdeteksi banyak.
pada Tabel 3. Berdasarkan uji fitokimia
diperoleh bahwa ekstrak air mengandung Hasil Uji Inhibisi -Glukosidase
flavonoid, dan tanin. Sedangkan pada ekstrak Uji inhibisi terhadap enzim -
etanol 96% dan etanol 70% mengandung glukosidase menggunakan sampel ekstrak
flavonoid, tanin, dan saponin. Jenis senyawa air, ekstrak etanol 70% dan ekstrak etanol
fitokimia yang menonjol pada ekstrak etanol 96% umbil lapis A. ascalonicum varietas
96% (flavonoid, tanin, dan saponin) lebih Brebes. Masing-masing sampel dibuat
banyak dibandingkan yang ditemukan pada konsentrasi sebesar 1% (b/v). Kontrol positif
ekstrak etanol 70%. menggunakan akarbosa 1% (b/v).
Skrining fitokimia ekstrak air dan Konsentrasi sampel dibuat setara dengan
etanol umbi lapis A. ascalonicum konsentrasi kontrol positif guna
menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid membandingkan aktivitas inhibisi enzim -
dan tanin. Flavonoid memiliki gugus glukosidase oleh sampel maupun akarbosa.
hidroksi yang tidak tersubstitusi sehingga Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
bersifat polar dan tanin termasuk golongan menunjukkan bahwa ekstrak air, ekstrak
polifenol yang bersifat polar. Oleh sebab itu, etanol 96% dan ekstrak etanol 70% umbil
pelarut polar seperti air dan etanol dapat lapis A. ascalonicum mampu menghambat
menarik senyawa yang bersifat polar. Pada aktivitas enzim -glukosidase. Gambar 2
ekstrak etanol 70% dan 96% umbi lapis A. menunjukkan aktivitas inhibisi enzim -
ascalonicum menunjukkan hasil positif pada glukosidase oleh ekstrak air, ekstrak etanol
uji saponin. Saponin memiliki gugus glikosil 70%, ekstrak etanol 96%, dan akarbosa 1%.

28
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

inhibisi -glukosidase dengan aktivitas


inhibisi -glukosidase yang berbeda nyata
(p<0,05) satu sama lain. Aktivitas inhibisi
tertinggi dari ekstrak etanol 96% sebesar
20,92% berbeda nyata dengan aktivitas
inhibisi akarbosa 1% sebesar 99,37%. Oleh
A B C D karena itu, aktivitas inhibisi -glukosidase
oleh ekstrak etanol 96% umbi lapis A.
ascalonicum 1% belum setara aktivitasnya
Gambar 2. Aktivitas inhibisi enzim - dengan akarbosa 1%. Hal ini diduga aktivitas
glukosidase umbi lapis A. antidiabetes yang dimiliki ekstrak tersebut
ascalonicum mekanismenya tidak sepenuhnya
Keterangan: A= ekstrak air, B= ekstrak berdasarkan pada enzim -glukosidase.
etanol70%, C= ekstrak etanol Analisis fitokimia menunjukkan
70%, D= Akarbosa 1%. Huruf bahwa ekstrak etanol 96% umbi lapis A.
kecil yang berbeda ascalonicum mengandung senyawa
menunjukkan nilai beda nyata flavonoid yang ditandai dengan tingginya
pada p<0,05. intensitas warna merah tua pada uji
flavonoid. Melalui analisis tersebut dapat
Ekstrak etanol 96% umbi lapis A. diperkirakan komponen aktif yang
ascalonicum 1% (b/v) mampu menginhibisi menghambat aktivitas -glukosidase adalah
aktivitas -glukosidase dengan rerata sebesar flavonoid. Menurut Tan et.al. (2013)
20,92% kemudian daya inhibisi yang komponen fenolik seperti kuersetin, rutin,
dihasilkan oleh ekstrak air umbi lapis A. kaemferol-3-O--D-glukopiranosida,
ascalonicum 1% (b/v) dengan rerata sebesar kaemferol-3-O-rutinosida, dan 3,5-
11,75% sedangkan daya inhibisi yang dicaffeoylquinic acid methyl ester) dapat
dihasilkan oleh ekstrak etanol 70% umbi menginhibisi -glukosidase. Kemampuan
lapis A. ascalonicum 1% (b/v) dengan rerata aktivitas inhibitor -glukosidase yang
sebesar 4,48%. Larutan kontrol positif dimiliki oleh ekstrak air dan etanol umbi
(akarbosa) menghasilkan daya inhibisi lapis A. ascalonicum tidak lepas dari kerja
aktivitas -glukosidase dengan rerata sebesar senyawa fitokimia yang dikandungnya.
99,37%. Daya inhibisi yang terbesar Tingginya aktivitas inhibisi -glukosidase
ditunjukkan oleh akarbosa yang merupakan pada ekstrak etanol 96% dibandingkan
inhibitor -glukosidase dan sudah digunakan dengan ekstrak air dan ekstrak etanol 70%
sebagai obat diabetes mellitus dengan adalah sejalan dengan hasil yang ditunjukkan
mekanismenya penghambatan aktivitas - secara kualitatif pada penapisan fitokimia
glukosidase. Ekstrak etanol 96% umbi lapis dimana jenis senyawa yang menonjol
A.ascalonicum1% (b/v) memiliki daya ditemukan pada ekstrak etanol 96%.
inhibisi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ekstrak lainnya, hal ini dikarenakan SIMPULAN DAN SARAN
senyawa yang bersifat antidiabetes seperti Simpulan
saponin, flavonid, dan tannin secara Ekstrak air umbi lapis A. ascalonicum
kualitatif lebih banyak terkandung di dalam varietas Bima Brebes mengandung flavonoid
ekstrak etanol 96%. dan tanin. Sedangkan ekstrak etanol 96%
Data aktivitas inhibisi -glukosida serta esktrak etanol 70% umbi lapis A.
dianalisis statistik menggunakan ANOVA ascalonicum varietas Bima Brebes
dan taraf =0.05 yang menunjukkan bahwa mengandung flavonoid, tanin, dan saponin.
pemberian ekstrak air, ekstrak etanol 96% Ketiga ekstrak tersebut mampu menginhibisi
dan ekstrak etanol 70% umbi lapis A. aktivitas enzim -glukosidase secara in vitro.
ascalonicum dapat menghambat aktivitas Daya inhibisi -glukosidase oleh ekstrak air,

29
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

ekstrak etanol 70%, dan ekstrak etanol 96% experimental diabetes. Planta Med .
umbi lapis A. ascalonicum 1% (b/v) berturut- 77: 87.
turut sebesar 11,75%, 4,48%, dan 20,92%. Luangpirom, A., Kourchampa, W.,
Ketiga aktivitas inhibisi tersebut berbeda Junaimuang, T., Somsapt, P., and
nyata dengan aktivitas inhibisi -glukosidase Sritragool, O. 2013. Effect of Shallot
oleh akarbosa 1% sebesar 99,37%. (Allium ascalonicum L.) bulb juice on
hypoglycemia and sperm quality
Saran instreptozotocin induced diabetic
Penelitian dapat dilanjutkan dengan mice. ABAH Bioflux. 5 (1): 49-54.
meningkatkan konsentrasi ekstrak etanol Mahmoudabadi, A.Z., and Nasery, M.K.B.
96% umbi lapis A. ascalonicum varietas 2009. Anti fungal activity of Shallot,
Bima Brebes guna meningkatkan daya Alium ascalonicum Linn. (Liliaceae),
inhibisi enzim -glukosidase. Pemurnian In vitro. Journal of Medicinal Plants
ekstrak dari ekstrak etanol 96% umbi lapis A. Research 3 (5): 450-453.
ascalonicum diperlukan untuk memperoleh Mohammadi-Motlagh, H-R, Mostafaie, A,
senyawa aktif yang berperan sebagai and Mansouri, K. 2011. Anticancer
antidiabetes. Selain itu, perlu dilakukan and anti-inflammatory activities of
pengujian antidiabetes dengan metode lain Shallot (Allium ascalonicum) extract.
sehingga dapat diketahui mekanisme kerja Arch Med Sci. 7 (1): 38-44.
ekstrak umbi lapis A. ascalonicum varietas Owoyele, B.V., Abioye, A.I.R, Afinowi,
Bima Brebes sebagai obat antidiabetes. N.O, Jimoh, S.S, and Soladoye, A.O.
2006. Analgesic and anti-inflamatory
DAFTAR PUSTAKA effects of Allium ascalonicum. The
Amin, M., Segatoleslami, S., and Tropical Journal of Health Sciences.
Hashemzadeh, M. 2009. 13 (1): 28-30.
Antimycobacterial activity of partial Putrasamedja, S., dan Suwandi.1996.
purified extract of Allium Bawang Merah di Indonesia.
ascalonicum. Jundishpur Journal of Monograf No. 5: 1-23.
Microbiology. 2 (4): 144-147. Sancheti, S., Sancheti, S., and Seo, S.Y.
Erlina, A., dan Yudono, P. 2003. Keragaan 2009. Chaenometes sinensis a potent
stabilitas hasil bawang merah. The and - Glucosidase inhibitor.
performance of yield stability of America Journal of Pharmacology
shallot. Ilmu Pertanian. 10 (2):1-10. and Toxicology. 4(1): 8-11.
Fattorusso, E., Iorizzi, M., Lanzotti, V., and Tan, C., Wang, Q., Luo, C., Chen, S., Li, Q.,
Taglialatela-Scafati, O. 2002. and Li. P. 2013. Yeast -Glucosidase
Chemical composition of shallot inhibitory phenolic compounds
(Allium ascalonicum Hort.). J. Agric. isolated from Gynura medica leaf.
Food Chem. 50 (20): 56865690. Int.J. Mol. Sci. 14: 2551-2558.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Wilds, S., Roglic, G., Green, A., Sincre, R.,
Penuntun Cara Modern Menganalisis and King, H. 2004. Global prevalence
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. of diabetes: estimates for the year
Kouhsari, S.M and Sani, M.F. 2011. 2000 and projections for 2030.
Antidiabetic effects of Allium Diabetes Care 27: 1047-1053.
ascalonicum methanolic extract in

30
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

AKTIVITAS ANTIMIKROBA DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK


BEBERAPA BAGIAN TANAMAN KUNYIT (Curcuma longa)

Eris Septiana1, Partomuan Simanjuntak1,2


1)
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI Bogor
2)
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Email : septiana.eris@gmail.com

ABSTRAK

Kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman obat tradisional yang biasa digunakan
sebagai bumbu masakan dan sebagai bahan obat meliputi antimikroba, antioksidan,
antitumor, dan anti inflamasi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui aktivitas
antimikroba dan antioksidan dari beberapa organ tanaman kunyit meliputi akar, rimpang,
batang, dan daun. Semua bagian diekstraksi dengan etanol dan etil asetat. Seluruh ekstrak
etanol dan etil asetat diuji aktivitas antimikrobanya menggunakan metode difusi cakram
kertas terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans.
Kloramfenikol dan nistatin masing-masing digunakan sebagai kontrol positif untuk uji
antibakteri dan antijamur, sedangkan masing-masing pelarut untuk ekstraksi juga digunakan
sebagai kontrol negatif. Aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode 1,1-difenil-2-
pikril hidrazil (DPPH) dan asam askorbat digunakan sebagai standar. Hasil aktivitas
antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dari daun dan batang memiliki aktivitas
penghambatan tertinggi terhadap S. aureus, ekstrak etil asetat dari akar dan batang memiliki
aktivitas penghambatan tertinggi terhadap E. coli, dan ekstrak etil asetat dari daun memiliki
aktivitas penghambatan tertinggi terhadap C. albicans. Ekstrak etil asetat dari rimpang
memiliki aktivitas antioksidan tertinggi diantara ekstrak lainnya.

Kata kunci: Antimikroba, antioksidan, Curcuma longa, difusi cakram kertas, DPPH

ANTIMICROBIAL AND ANTIOXIDANT ACTIVITIES


VARIOUS PARTS OF TURMERIC (Curcuma longa) PLANT EXTRACT

ABSTRACT

Turmeric (Curcuma longa) is a traditional medicinal plant that commonly used as a


spice and medicinal properties including antimicrobial, antioxidant, antitumor, and anti-
inflammatory activity. The aims of this study were to determine antimicrobial and
antioxidant activity of roots, rhizomes, stems, and leaves of turmeric plant. All parts were
extracted with ethanol and ethyl acetate. The disc diffusion method was used to antimicrobial
activity against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albicans. The
chloramphenicol and nystatin antibiotics were used as positive control for antibacterial and
antifungal assay respectively, while solvents for extraction were used as negative control.
The antioxidant activity was conducted using 1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl (DPPH) method
with ascorbic acid used as the standard. The ethyl acetate extracts of leaves and stems
showed the best antibacterial activity against S. aureus, while the ethyl acetate extracts of
roots and stems showed the best antibacterial activity against E. coli. The ethyl acetate
extracts of leaves showed the best antifungal activity against C. albicans. The ethyl acetate
extract of rhizomes showed the highest antioxidant activity.

Key words: Antimicrobial, antioxidant, Curcuma longa, disc diffusion method, DPPH

31
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

PENDAHULUAN dengan empat jenis Curcuma lainnya yaitu


Kunyit (Curcuma longa) merupakan C. zedoaria, C. angustifolia, C. aromatica,
tanaman golongan temu-temuan yang dan C. amada (Nahak & Sahu, 2012). Selain
banyak dimanfaatkan sebagai bumbu bagian rimpang, bagian daun tanaman kunyit
masakan maupun pewarna makanan. Selain juga telah dilaporkan memiliki kemampuan
itu, tanaman kunyit juga sering digunakan sebagai antioksidan. Ekstrak metanol daun
sebagai tanaman obat tradisional untuk kunyit segar dan serbuk daun kunyit
mengobati beberapa jenis penyakit seperti memiliki aktivitas antioksidan (Yan &
demam, diare, lever, sesak nafas, radang Asmah, 2010).
hidung, maag, eksim, dan hipertensi. Tanaman kunyit sendiri terdiri atas
Manfaat kunyit sebagai obat tradisional bagian-bagian vegetatif dan generatif selama
mendorong para peneliti untuk terus siklus hidupnya. Bagian vegetatif
menemukan manfaat lain dari tanaman diantaranya ialah daun, batang pendek yang
kunyit. Beberapa manfaat kunyit yang telah merupakan pangkal munculnya tangkai daun
dilaporkan secara ilmiah ialah sebagai di bagian atas dan juga pada pangkal nya
antimikroba dan antioksidan. muncul rimpang di bagian bawah. Rimpang
Ekstrak petroleum eter, kloroform, merupakan modifikasi dari batang serta
metanol dan air dari rimpang kunyit bagian akar serabut yang muncul dari
mempunyai aktivitas antimikroba terhadap batang. Sedangkan bagian generatifnya yaitu
bakteri seperti Escherichia coli, Salmonella bunga yang muncul diantara tangkai daun.
enteriditis, Clostridium perfringens, Namun tidak semua tanaman kunyit
Staphylococcus aureus, Campylobacter menghasilkan bunga pada satu kali siklus
jejuni, Bacillus cereus, serta beberapa fungi hidupnya.
seperti Saccharomyces cerevisiae, Penelitian tentang kunyit saat ini
Hansenula anomala, Mucor mucedo, dan lebih banyak terfokus pada bagian rimpang
Candida albicans (Sunilson et al., 2009). dan daun saja, padahal bagian tanaman
Selain bagian rimpang, bagian daun tanaman kunyit lainnya seperti bunga juga dapat
kunyit juga memiliki aktivitas antimikroba. dimanfaatkan secara tradisional. Daun kunyit
Pada umumnya bagian daun diekstrak untuk biasa digunakan sebagai penyedap pada
mendapatkan minyaknya. Ekstrak minyak beberapa masakan. Sedangkan bagian
yang berasal daun tanaman kunyit mampu bunganya dapat dijadikan lalapan. Penelitian
menghambat pertumbuhan beberapa jenis yang telah dilakukan masih terbatas pada
bakteri Gram negatif dan positif serta fungi bagian rimpang dan daun tanaman kunyit,
(Parveen et al., 2013). Sehingga dapat sedangkan bagian tanaman kunyit yang lain
dikatakan bahwa rimpang dan daun kunyit seperti akar dan batang belum dilakukan.
mempunyai aktivitas antimikroba spektrum Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
luas yang meliputi bakteri Gram negatif dan untuk mengetahui kemampuan antimikroba
positif serta fungi. dan antioksidan seluruh bagian fase vegetatif
Selain memiliki kemampuan sebagai tanaman kunyit yang meliputi akar, rimpang,
antimikroba, kunyit memiliki kemampuan batang, dan daun sehingga diharapkan di
sebagai antioksidan. Kemampuan sebagai masa depan dapat dikembangkan menjadi
antioksidan dari rimpang kunyit telah banyak antibiotika alami dan agen antioksidan baru
dilaporkan oleh para peneliti. Beberapa yang berasal dari tanaman kunyit selain dari
diantaranya ialah ekstrak etanol rimpang bagian rimpang dan daun yang telah umum
kunyit mempunyai aktivitas antioksidan dimanfaatkan.
dengan menggunakan metode peredaman
radikal bebas. Lebih lanjut dari penelitian METODE PENELITIAN
tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol Penelitian ini dilaksanakan pada
rimpang kunyit memiliki aktivitas bulan September 2014 - Februari 2015
antioksidan yang paling tinggi dibandingkan

32
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

bertempat di Laboratorium Kimia Bahan Uji Antimikroba


Alam, Puslit Bioteknologi LIPI. Uji aktivitas antimikroba dilakukan
dengan metode difusi cakram kertas (Baydar
Bahan et al., 2004). Konsentrasi ekstrak yang
Bahan hidup berupa tanaman kunyit digunakan ialah 10.000, 15.000, dan 20.000
diperoleh dari daerah Cibinong, Bogor, Jawa ppm. Kontrol positif kloramfenikol 100 ppm
Barat yang kemudian dideterminasi di untuk bakteri dan nistatin 100 ppm untuk
Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi LIPI fungi dan kontrol negatif berupa pelarut
sebagai Curcuma longa, isolat bakteri ekstrak. Cawan Petri kemudian diinkubasi
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, pada suhu 37C untuk bakteri dan 30C
serta fungi Candida albicans yang untuk fungi selama 24 jam dan zona bening
merupakan isolat koleksi Laboratorium yang terbentuk di sekitar cakram kertas
Kimia Bahan Alam, Puslit Bioteknologi kemudian diukur.
LIPI.
Bahan kimia yang digunakan Uji Aktivitas Antioksidan
meliputi etanol, etil asetat, kloroform, Uji aktivitas antioksidan dilakukan
metanol p.a, NH4OH 25%, HCl, amil dengan metode peredaman radikal bebas
alkohol, eter, asam asetat glasial, asam sulfat dengan menggunakan senyawa DPPH (1,1-
pekat, pereaksi Dragendorff, DPPH, asam diphenyl-2-picryl hydrazyl) (Tiwari et al.,
askorbat, kloramfenikol, nistatin dan media 2006) dengan modifikasi pada panjang
pertumbuhan mikroba Nutrient Broth (NB), gelombang dari 515 nm mejadi 517 nm.
Potato Dextrose Broth (PDB), Nutrient Agar Konsentrasi larutan uji sebesar 5, 10, 25, 50,
(NA), Potato Dextrose Agar (PDA). dan 100 ppm, asam askorbat sebagai
pembanding sebesar 3, 6, 9, 12, dan 15 ppm,
Alat serta DPPH blanko 0,04 mM. Seluruh
Penguap hampa putar, pemutar sampel larutan uji, blanko dan asam askorbat
goyang, spektrofotometer UV-Vis, cawan diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit.
petri, neraca analitik, dan pipet mikro. Serapan seluruh sampel kemudian diukur
pada panjang gelombang 517 nm. Aktivitas
Cara Kerja antioksidan dinyatakan dalam persen inhibisi
Ekstraksi menggunakan persamaan:
Sebagian sampel kunyit dikirim ke
Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi LIPI,
Cibinong untuk dideterminasi. Sampel Nilai IC50 diperoleh dari analisis probit
tanaman kunyit lainnya kemudian menggunakan program SPSS.
dipisahkan berdasarkan bagian-bagian fase
vegetatifnya meliputi akar, rimpang, batang, Uji Penapisan Fitokimia
dan daun. Masing-masing bagian kemudian Uji penapisan fitokimia (Fransworth,
dipotong kecil-kecil, dijemur di bawah sinar 1966) meliputi uji alkaloid, flavonoid dan
matahari hingga kering. Sampel yang telah steroid/triterpenoid. Uji alkaloid dilakukan
kering kemudian ditimbang masing-masing dengan melembabkan sampel dengan
sebanyak 25 g dan dimaserasi dengan etanol NH4OH 25% dan kloroform. Filtrat berupa
(250 mL) dan etil asetat (250 mL) sebanyak larutan organik diekstraksi dengan HCl
lima kali secara terpisah. Hasil maserasi pekat. Lapisan asam kemudian ditambah
kemudian disaring dan dipekatkan hingga beberapa tetes pereaksi Dragendorff.
didapatkan ekstrak kasar etanol dan etil Terbentuknya endapan merah bata dengan
asetat masing-masing bagian tanaman pereaksi Dragendorff menunjukkan adanya
kunyit. alkaloid. Pada uji flavonoid, sampel
dididihkan dalam air selama lima menit lalu
disaring. Filtrat yang terbenetuk

33
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

ditambahkan dengan serbuk magnesium, HASIL DAN PEMBAHASAN


HCl pekat dan amil alkohol, dikocok dan Ekstraksi
dibiarkan memisah. Adanya senyawa Rendemen ekstrak simplisia daun
flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya kunyit mempunyai persentase yang paling
warna merah, kuning atau jingga pada besar dibanding simplisia bagian tanaman
lapisan alkohol. Pada uji senyawa kunyit lainnya baik yang diekstraksi dengan
steroid/triterpenoid, sampel dimaserasi pelarut etanol maupun etil asetat masing-
dengan eter, lalu disaring. Filtrat kemudian masing sebesar 26,8 dan 6,04 %. Sedangkan
diuapkan dalam cawan penguap. Ke dalam persentase rendemen terendah terdapat pada
residu ditambahkan asam asetat glasial dan 1 ekstrak etil asetat dan etanol bagian batang
tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya warna tanaman kunyit yaitu masing-masing
merah, hijau ungu dan akhirnya biru sebesar 0,44 dan 4,6 % (Tabel 1).
menunjukkan adanya senyawa steroid/
triterpenoid.

Tabel 1. Rendemen Ekstrak Simplisia Akar, Rimpang, Batang dan Daun Kunyit
Simplisia Bagian Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Etanol
Tanaman Kunyit Bobot (g) % b/b Bobot (g) % b/b
Akar 0,57 2,28 2,24 8,96
Rimpang 0,33 1,32 1,94 7,76
Batang 0,11 0,44 1,15 4,6
Daun 1,51 6,04 6,7 26,8

Uji Aktivitas Antimikroba Untuk ekstrak etanol, ekstrak batang dan


Ekstrak etil asetat seluruh bagian rimpang lebih efektif dalam menghambat
tanaman kunyit mempunyai aktivitas pertumbuhan bakteri Gram negatif E. coli,
penghambatan terhadap semua mikroba uji. sedangkan ekstrak akar lebih efektif terhadap
Ekstrak etanol semua bagian tanaman kunyit bakteri Gram positif S. aureus. Ekstrak
tidak memiliki aktivitas penghambatan etanol dan etil asetat seluruh bagian vegetatif
terhadap C. albicans, sedangkan ekstrak tanaman kunyit memiliki aktivitas
etanol daun kunyit tidak memiliki aktivitas antimikroba. Hal ini sejalan dengan
penghambatan terhadap seluruh mikroba uji penelitian sebelumnya yang melaporkan
(Tabel 2). Terdapat hubungan yang searah bahwa ekstrak etanol rimpang dan daun serta
antara konsentrasi ekstrak dengan diameter ekstrak etil asetat rimpang tanaman kunyit
zona hambat, dimana semakin tinggi memiliki aktivitas antimikroba (Arutselvi et
konsentrasi ekstrak, diameter daya hambat al., 2012; Asimi et al., 2013). Ekstrak etil
yang terbentuk akan semakin besar. asetat cenderung memiliki aktivitas
Selain itu, terdapat hal yang menarik antimikroba terhadap mikroba uji yang lebih
dari hasil uji antimikroba, dimana pada baik dibandingkan dengan ekstrak etanol.
ekstrak etil asetat rimpang memiliki aktivitas Fratianni et al. (2013) melaporkan bahwa
antimikroba yang masih dibawah semua ekstrak etil asetat dari tanaman Hypericum
ekstrak bagian tanaman kunyit lainnya. connatum memiliki aktivitas antimikroba
Walaupun demikian, ekstrak etanol rimpang yang lebih baik terhadap bakteri S. aureus
memiliki aktivitas antimikroba yang paling dan E. coli dibandingkan dengan ekstrak
tinggi diantara ekstrak etanol bagian etanol.
tanaman kunyit lainnya. Untuk ekstrak etil Ekstrak etil asetat dan etanol setiap
asetat, ekstrak daun dan batang kunyit lebih bagian tanaman kunyit cenderung
efektif dalam menghambat pertumbuhan mempunyai kemampuan antibakteri yang
bakteri Gram positif S. aureus, lebih besar dibanding dengan kemampuan
sedangkan ekstrak rimpang dan akar lebih antifungi. Hasil ini sejalan dengan penelitian
efektif terhadap bakteri Gram negatif E. coli. Pattaratanawadee et al. (2006) yang juga

34
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

telah melaporkan bahwa ekstrak etanol karena struktur dinding sel bakteri Gram
rimpang kunyit lebih efektif dalam negatif lebih kompleks dibandingkan dengan
menghambat bakteri penyebab kebusukan Gram positif (Antunes et al., 2012). Dinding
dibandingkan dengan fungi. Demikian pula sel bakteri Gram negatif memiliki
dengan kemampuan dalam menghambat konsentrasi lipid yang tinggi sebagai lapisan
pertumbuhan bakteri, seluruh ekstrak lebih penghalang yang membuat bakteri ini lebih
mampu menghambat pertumbuhan S. aureus resisten terhadap senyawa kimia yang
yang merupakan bakteri Gram positif memiliki daya difusi rendah (Hanouda &
dibandingkan dengan E. coli yang Baker, 2000). Sedangkan pada bakteri Gram
merupakan bakteri Gram negatif. Hasil positif, senyawa antibakteri lebih mudah
serupa juga didapatkan pada penelitian melintasi dinding sel karena hanya
Schelz et al. (2010) yang melaporkan mengandung peptidoglikan dan membran
bakteri Gram negatif lebih resisten terhadap luar yang lebih tipis (Lambert et al., 2001).
minyak atsiri dari tanaman rempah. Hal ini

Tabel 2. Aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol dan etil asetat seluruh bagian tanaman
kunyit
Konsentrasi Diameter penghambatan (mm)
Ekstrak
(ppm) E. coli S. aureus C. albicans
10.000 6 13 8
Daun etil asetat 15.000 8 14 10
20.000 10 16 12

10.000 - - -
Daun etanol 15.000 - - -
20.000 - - -

10.000 8 12 4
Batang etil asetat 15.000 10 14 7
20.000 12 16 10

10.000 5 3 -
Batang etanol 15.000 6 4 -
20.000 7 5 -

10.000 5 6 2
Rimpang etil asetat 15.000 7 7 3
20.000 9 8 4

10.000 7 6 -
Rimpang etanol 15.000 8 7 -
20.000 9 8 -

10.000 7 6 1
Akar etil asetat 15.000 10 9 3
20.000 12 12 4

10.000 3 5 -
Akar etanol 15.000 4 6 -
20.000 6 7 -

Nistatin 100 - - 14
Kloramfenikol 100 14 17 -
Etil asetat - - -
Etanol - - -

35
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

Pada penelitian sebelumnya dijadikan sebagai pengawet alami dalam


tentang aktivitas antimikroba bagian mencegah kerusakan makanan akibat
tanaman kunyit, masih sebatas pada aktivitas mikroba (Panpatil et al., 2013).
bagian rimpang dan daunnya saja. Ekstrak
rimpang kunyit mampu menghambat Uji Aktivitas Antioksidan
pertumbuhan bakteri dan fungi (Sunilson Hasil pengujian aktivitas
et al., 2009). Demikian pula ekstrak daun antioksidan menunjukkan bahwa seluruh
kunyit mampu menghambat pertumbuhan ekstrak bagian tanaman kunyit memiliki
beberapa galur bakteri (Mazumder et al., aktivitas antioksidan (Tabel 3). Hasil uji
2000). Aktivitas antimikroba dari tanaman aktivitas antioksidan juga menunjukkan
yang biasa dijadikan bumbu masakan yang bahwa ekstrak etil asetat rimpang kunyit
umum digunakan seperti kunyit dapat menghasilkan aktivitas antioksidan terbaik
dijadikan acuan dalam penggunaannya dengan IC50 sebesar 20,42 ppm. Secara
seperti pengawetan bahan mentah maupun keseluruhan, aktivitas antioksidan sampel
olahan, farmasetikal, pengobatan alternatif masih sangat jauh dibawah kontrol positif
dan terapi alami (Lis-Balcin & Deans, yaitu vitamin C (asam askorbat) yang
1997). Kemampuan antimikroba dari memiliki nilai IC50 sebesar 3,99 ppm.
ekstrak tanaman kunyit dapat juga

Tabel 3. Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol dan etil asetat seluruh bagian tanaman
kunyit
Simplisia bagian Konsentrasi Ekstrak etanol Ekstrak etil asetat
tanaman kunyit (ppm) Inhibisi (%) IC50 Inhibisi (%) IC50
5 8,29 8,54
10 21,53 17,57
Akar 25 38,49 31,79 ppm 45,05 32,73 ppm
50 93,81 85,89
100 94,06 94,93

5 9,28 19,18
10 14,48 41,46
Rimpang 25 27,85 48,33 ppm 64,73 20,42 ppm
50 56,93 88,37
100 89,73 92,45

5 5,94 5,57
10 9,78 13,74
Batang 25 35,52 42,56 ppm 46,16 37,11 ppm
50 69,80 76,73
100 92,70 93,56

5 5,69 12,99
10 16,21 13,24
Daun 25 32,67 45,94 ppm 30,94 47,17 ppm
50 63,49 69,80
100 89,11 82,67

3 31,68
6 74,26
Vitamin C
9 94,93 3,99 ppm
(dalam metanol)
12 96,16
15 96,29

36
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

Penelitian tentang tanaman yang atsiri yang beredar di pasaran ternyata hanya
biasa digunakan sebagai bumbu masakan memiliki aktivitas antioksidan saja seperti
pada beberapa tahun ini lebih difokuskan yang telah dilaporkan oleh Antunes et al.
untuk mengetahui kemampuannya di bidang (2012). Lebih lanjut, dalam penelitian
kesehatan meliputi antioksidan, tersebut aktivitas antimikroba didapatkan
antimutagenik, dan antikarsinogenik. Hal ini setelah penambahan asam askorbat. Oleh
karena tanaman tersebut, salah satunya karena itu penelitian ini mempunyai
kunyit, dapat melindungi tubuh manusia keunggulan karena ekstrak etil asetat dan
terhadap reaksi oksidasi seluler, infeksi etanol seluruh bagian tanaman kunyit
bakteri, dan kelainan yang menyangkut memiliki aktivitas antioksidan dan
metabolisme tubuh (Panpatil et al., 2013). antimikroba sekaligus.
Metode perendaman senyawa DPPH
merupakan pengujian yang mudah, cepat dan Uji Penapisan Fitokimia
dapat dipertanggungjawabkan untuk menguji Hasil penapisan fitokimia yang
aktivitas antioksidan (Suhaj, 2006). Senyawa dilakukan, ekstrak etanol dan etil asetat daun
antioksidan yang ada kemudian merombak tidak menunjukkan adanya senyawa
senyawa radikal dengan cara memberikan flavonoid (Tabel 4). Flavonoid terdeteksi
atom hidrogen atau elektron dan menangkap pada ekstrak etanol maupun etil asetat akar,
senyawa radikal bebas sehingga terbentuk rimpang, dan batang, namun tidak ada pada
senyawa non radikal (Stoilova et al., 2007). daun. Alkaloid tidak terdeteksi pada semua
Akibat aktivitas tersebut, senyawa DPPH sampel, sedangkan steroid/triterpenoid
yang berwarna ungu akan dirombak menjadi terdeteksi pada semua sampel. Hasil uji
senyawa ,-diphenyl--picrylhydrazyl yang penapisan fitokimia menunjukkan secara
berwarna kuning (Akowuah et al., 2005). keseluruhan bahwa ekstrak etanol dan etil
Seluruh ekstrak etanol dan atilasetat bagian asetat masing-masing bagian tanaman kunyit
tanaman kunyit mempunyai aktivitas megandung senyawa kimia golongan
antioksidan yang tergolong kuat. Hal ini flavonoid dan steroid/triterpenoid.
memperkuat sekaligus memperluas cakupan Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan,
penelitian sebelumnya yang masih terbatas ekstrak etanol dan etil asetat daun tidak
pada ekstrak rimpang dan daun kunyit yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
memiliki aktivitas antioksidan dan Oleh karena itu pada ekstrak etanol maupun
penghambatan tyrosinase (Chan et al., 2008). etil asetat daun kunyit mempunyai aktivitas
Rimpang tanaman kunyit merupakan antioksidan yang paling rendah diantara
bagian yang sering digunakan dalam ekstrak lainnya. Hal ini karena flavonoid
pengobatan tradisional di masyarakat. mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi
Tanaman menghasilkan senyawa antioksidan (Ghasemzadeh et al., 2012). Namun
dalam jumlah yang besar seperti karotenoid, demikian, penelitian ini masih sejalan
flavonoid, asam benzoat, asam askorbat, dengan penelitian sebelumnya yang
tokoferol untuk mencegah terjadinya melaporkan bahwa ekstrak etanol daun
oksidasi substrat (Samsudin & Panigoro, kunyit memiliki aktivitas antioksidan
2013). Mengkonsumsi tanaman rempah (Arutselvi et al., 2012). Flavonoid golongan
termasuk kunyit akan berdampak baik dalam kaempferol dan rutin dalam tanaman kunyit
usaha pencegahan beberapa penyakit kronis mempuyai aktivitas antioksidan
seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan (Ghasemzadeh et al., 2012). Kandungan
inflamasi (Hossain et al., 2008). flavonoid dalam kunyit juga mampu
Penelitian tentang tanaman kunyit menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus,
sebagai antimikroba dan antioksidan E. coli dan Klebsiella sp. (Chhetri et al.
cenderung menggunakan minyak atsirinya 2008). Golongan steroid dan terpenoid dalam
(Negi et al., 1999; Naz et al., 2010; Antunes ekstrak etanol rimpang kunyit mampu
et al., 2012). Akan tetapi beberapa minyak menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus

37
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

dan Enterobacter faecalis (Viji et al., 2013). aktivitas antioksidan tinggi (Samsudin &
Steroid/triterpenoid juga terdeteksi pada Panigoro, 2013).
sampel rimpang kunyit yang mempunyai

Tabel 4. Penapisan fitokimia ekstrak simplisia akar, rimpang, batang dan daun kunyit
Simplisia bagian flavonoid Alkaloid Steroid/ triterpenoid
tanaman kunyit etanol etil asetat etanol etil asetat etanol etil asetat
Akar + + - - + +
Rimpang + + - - + +
Batang + + - - + +
Daun - - - - + +
Keterangan: (+) terdeteksi; (-) tidak terdeteksi

Adanya kandungan beberapa batang terhadap S. aureus, ekstrak etil asetat


senyawa kimia dalam ekstrak kasar batang dan akar terhadap E. coli, dan ekstrak
mengakibatkan senyawa kimia tersebut dapat etil asetat daun terhadap C. albicans.
memliki mekanisme yang beragam dalam Sedangkan aktivitas antioksidan terbaik ialah
menghambat pertumbuhan mikroba. ekstrak etil asetat rimpang kunyit.
Senyawa kimia dalam kunyit dapat juga
menyerang bakteri uji dengan cara perusakan Saran
dinding sel, membran sitoplasma, protein, Perlu dilakukan penelitian lebih
kebocoran sel, dan penggumpalan sitoplasma lanjut tentang potensi ekstrak air yang lebih
(Burt, 2004). Sedangkan senyawa kimia aman dan murah untuk dikembangkan dalam
dalam ekstrak kasar kunyit mempunyai skala industri serta kajian mendalam tentang
beberapa kemungkinan mekanisme mekanisme kerja antimikroba dan
penghambatan pertumbuhan fungi. Beberapa antioksidan.
diantaranya ialah dengan merusak morfologi
hifa yang dapat menyebabkan kerusakan sel, DAFTAR PUSTAKA
perusakan dinding sel, membran plasma, Akowuah, G.A, Ismail, Z., Norhayati, I. and
mitokondria, kebocoran sitoplasma, dan Sadikun, A. 2005. The effects of
pelipatan membran inti (Rasooli et al., different extraction solventas of
2005). varying polarities of polyphenols of
Adanya aktivitas antimikroba dan Orthosiphon stamineus and
antioksidan ekstrak etanol dan etil asetat evaluation of the free radical-
akar, rimpang, batang, dan daun kunyit scavenging activity. Food Chemistry.
diharapkan lebih banyak lagi penelitian 93 (2): 311-317.
untuk mengeksplorasi seluruh bagian Antunes, S.A., Robazza, W.S., Schittler, L.
tanaman kunyit selain rimpang. Sehingga and Gomes, G.A. 2012. Synergistic
akan lebih banyak lagi manfaat yang dapat and antimicrobial properties of
diambil dari seluruh bagian tanaman kunyit commercial turmeric (Curcuma
selain rimpang untuk digunakan sebagai longa) essential oil against
sumber bahan obat alami maupun manfaat pathogenic bacteria. Ciencia e
lainnya. Tecnologia de Alimentos. 32 (3): 525-
530.
SIMPULAN DAN SARAN Arutselvi, R., Balasaravanan, T.,
Simpulan Ponmurugan, P., Saranji, N.M. and
Ekstrak etanol dan etil asetat daun, Suresh, P. 2012. Phytochemical
batang, rimpang dan akar tanaman kunyit screening and comparative study of
mempunyai aktivitas antimikroba dan antimicrobial activity of leaves and
antioksidan. Aktivitas antimikroba tertinggi rhizomes of turmeric varieties. Asian
terdapat pada ekstrak etil asetat daun dan

38
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164

Journal of Plant Science and compounds and their antioxidant


Research. 2 (2): 212-219. activity in extract of some tropical
Asimi, O.A., Sahu, N.P. and Pal, A.K. 2013. plants. Journal of Medicinal Plants
Antioxidant activity and Research. 6 (13): 2639-2643.
antimicrobial property of some Indian Hanouda, T. and Baker, J.R. 2000.
spices. International Journal of Antimicrobial mechanism of action
Scientific and Research Publications. of surfactant lipid preparation in
3 (3): 1-8. enteric gram negative bacilli. Journal
Baydar, H., Sagdic, O., Ozkan, G. and of Applied Microbiology. 89 (3): 397-
Karadogan, T. 2004. Antibacterial 403.
activity and composition of essential Hossain, M.B., Brunton, N.P., Barry-Ryan,
oil from Origanam, Thymbra and C., Martin-Diana, A.B. and
Satureja species with commercial Wilkinson, M. 2008. Antioxidant
importance in Turkey. Food Control. activity of spices extracts and
15 (3): 169-172. phenolics in comparison to synthetic
Burt, S. 2004. Essential oils: their antioxidants. Rasayan Journal of
antibacterial properties and potential Chemistry. 1 (4): 751-756.
applications in foods-a review. Lambert, R.J.W., Skandamis, P.N., Coote,
International Journal of Food P.J. and Nychas, G.J.E. 2001. A study
Microbiology. 94 (3): 223-253. of the minimum inhibitory
Chan, E.W.C., Lim, Y.Y., Wong, L.F., concentration and mode of action of
Lianto, F.S., Wong, S.K., Lim, K.K., oregano essential oil, thymol and
Joe, C.E. and Lim, T.Y. 2008. carvacrol. Journal of Applied
Antioxidant and tyrosinase inhibition Microbiology. 91 (3): 453-462.
properties of leaves and rhizome of Lis-Balcin, M. and Deans, S.G. 1997.
ginger species. Food Chemistry. 109 Bioactivity of selected plant essential
(3): 477-483. oils againts Listeria monocytogenes.
Chhetri, H.P., Yogol, N.S., Sherchan, J., Journal of Application Microbiology.
Anupa, K.C., Mansoor, S. and Thapa, 82 (6): 759-762
P. 2008. Phytochemical and Mazumder R, Mediratta T, Mondal SC and
antimicrobial evaluations of some Mazumder A. 2000. Antimicrobial
medicinal plants of Nepal. potency of the leaf-stalk extract of
Khatmandu University Journal of Curcuma longa (LINN). Ancient
Science, Engineering and Science of Life. 20 (1-2): 92-96.
Technology. 1 (5): 49-54. Nahak, G. and Sahu, R.K. 2011. Evaluation
Fransworth, N.R. 1966. Biological and of antioxidant activity in ethanolic
phytochemical screening of plants. extracts of five curcuma species.
Journal of Pharmaceutical Science. International Research Journal of
55 (3): 225-276. Pharmacy. 2 (12): 243-248.
Fratianni, F., Nazzaro, F., Marandino, A., Naz, S., Jabeen, S., Ilyas, S., Manzoor, F.,
Fusco, M.R., Coppola, R., De Feo, V. Aslam, F. and Ali, A. 2010.
and De Martino, L. 2013.Biochemical Antibacterial activity of Curcuma
composition, antimicrobial activities, longa varieties against different
and anti-quorum-sensing activities of strains of bacteria. Pakistan Journal
ethanol and ethyl acetate extracts of Botany. 42 (1): 455-462.
from Hypericum connatum Lam. Negi, P.S., Jayaprakasha, G.K., Rao, L.J.M.
(Guttiferae). Journal of Medical and Sakariah, K.K. 1999.
Food. 16 (5): 454-459. Antibacterial activity of turmeric oil:
Ghasemzadeh, A., Azarifar, M., Soroodi, O. a by product from curcumin
and Jaafar, H.Z.E. 2012. Flavonoid manufacture. Journal of Agricultural

39
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

and Food Chemistry. 47 (10): 4297- and plant derived compounds on


4300. bacteria. Ethnomedicine: A source of
Panpatil, V.V., Tattari, S., Kota, N., complementary therapeutics (ed.
Ningulkar, C. and Polasa, K. 2013. In Chattopadhyay D). 179-201.
vitro evaluation on antioxidant and Stoilova, I., Krastanov, A., Stoyanova, A.,
antimicrobial activity of spice Denev, P. and Gargova, S. 2007.
extracts of ginger, turmeric and Antioxidant activity of a ginger
garlic. Journal of Pharmacognosy extracts (Zingiber officinale). Food
and Phytochemistry. 2 (3): 143-148. Chemistry. 102 (3): 764-770.
Parveen, Z., Nawaz, S., Siddique, S. and Suhaj, M. 2006. Spice antioxidants isolation
Shahzad, K. 2013. Composition and and their antiradical activity: a
antimicrobial activity of the essential review. Journal of Food Composition
oil from leaves of Curcuma longa L. and Analysis. 19 (6-7): 531-537.
kasur variety. Indian Journal of Sunilson, J.A.J., Suraj, R., Rejitha, G.,
Pharmaceutical Sciences. 75 (1): Anandarajagopal, K., Kumari,
117-122. A.V.A.G. and Promwichit, P. 2009.
Pattaratanawadee, E., Rachtanapun, C., In vitro antimicrobial evaluation of
Wanchaitanawong, P. and Zingiber officinale, Curcuma longa
Mahakarnchanakul. 2006. and Alpinia galanga extracts as
Antimicrobial activity of spice natural food preservatives. American
extracts against pathogenic and Journal of Food Technology. 4 (5):
spoilage microorganisms. Kasetsart 192-200.
Journal: Natural Science. 40 (5): Tiwari, V., Shanker, R., Srivastava, J. and
159-165. Vanker, P.S. 2006. Change in
Rasooli, I., Rezaei, M.B. and Allameh, A. antioxidant activity of spices-turmeric
2006. Growth inhibition and and ginger on heat treatment.
morphological alterations of Electronic Journal of Environmental,
Aspergillus niger by essential oils Agriculture and Food Chemistry. 5
from Thymus eriocalyx and Thymus (2): 1313-1317.
x-porlock. Food Control. 17 (5): 359- Viji, G.S., Vasanthe, B. and Saresh, K. 2013.
364. Screening and antibacterial activity
Samsudin, S. and Panigoro, R. 2013. analysis of some important medicinal
Comparison of antioxidant activity plants. International Journal of
between decoction of dried Curcuma Innovation and Applied Studies. 2
longa L., and Curcuma xanthorrhiza (2): 146-152.
Roxb. rhizomes. International Yan, S.W. and Asmah, R. 2010. Comparison
Journal of Research in of total phenolic contents and
Phytochemistry Pharmacology. 3 (1): antioxidant activities of turmeric leaf,
27-30. pandan leaf and torch ginger flower.
Schelz, Z., Hohmann, J. and Molnar, J. 2010. International Food Research Journal.
Recent advances in research of 17 (2): 411-423.
antimicrobial effects of essential oils

40
UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan redaksi Jurnal Fitofarmaka menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya


kepada mitra bestari:

Prof. Dr. Ajeng Diantini, M.S. Apt. (Universitas Padjadjaran)


Dr. Jutti Levita, M.Si. Apt. (Universitas Padjadjaran)
Dr. Ilma Nugrahani, Apt. (Institut Teknologi Bandung)
Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M.Biomed, Apt. (Universitas Esa Unggul)
Dra. Hernani, M.Sc. (Balai Besar Penelitian & Pengembangan Pasca Panen Pertanian)

Kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi yang telah diberikan dalam membantu
kelancaran penerbitan Jurnal Fitofarmaka volume 5 nomor 1 Juni 2015.

Bogor, Juni 2015

Dewan Redaksi
PANDUAN PENULISAN JURNAL

Jurnal Fitofarmaka menerima tulisan ilmiah berupa hasil penelitian, review jurnal,
laporan penelitian dan laporan kasus yang berkaitan dengan bidang kefarmasian. Naskah
diutamakan yang belum pernah diterbitkan di media lain, baik cetak maupun elektronik. Jika
sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang
jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlangsungnya pertemuan tersebut. Naskah
berupa ketikan asli ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan abstrak bahasi Inggris.

Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :


Setting halaman adalah 1 kolom dengan 2 spasi, pada kertas HVS A4 dengan margin atas 4
cm, bawah 3 cm, kiri 4 cm, kanan 3 cm, maksimal 15 halaman sudah termasuk gambar/foto
atau tabel. Panjang naskah maksimal 3000-5000 kata dengan huruf Times New Roman font
12.

1. Halaman Judul : berisi judul artikel dengan jumlah kata maksimal 14 kata, nama penulis
(tanpa gelar), dan institusi/ alamat tempat bekerja dari masing-masing penulis, dengan
alamat e-mail untuk korespondesi (corresponding author).
2. Abstrak : abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris dengan jumlah kata
maksimal 250 kata. Abstrak ditulis dengan ringkas dan jelas yang mencakup
pendahuluan, metode, hasil, pembahasan dan simpulan dari penelitian dilengkapi dengan
2-5 kata kunci.
3. Pendahuluan: berisi tentang informasi mengenai latar belakang yang relevan dengan
tujuan penelitian.
4. Metode Penelitian: menguraikan bahan, alat dan cara kerja yang digunakan.
5. Hasil dan Pembahasan: dipresentaskan dengan format yang mudah dimengerti dalam
bentuk gambar 2D maupun tabel. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format
tabel pada Microsoft Words diletakkan simetris di tengah area pengetikan, diberi nomor
sesuai urutan penyajian (Tabel 1, dst.), tanpa garis batas kanan atau kiri. Gambar harus
diberi nomor sesuai urutan penyajian (Gambar 1, dst.). Pembahasan pada artikel
penelitian dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dan dikorelasikan dengan studi lain
yang relevan. Diskusi difokuskan pada hasil utama penelitian. Keterbatasan penelitian
dan dampak hasil penelitian dijelaskan dengan rinci. Penulis harus menjelaskan mengenai
keterbatasan dan rekomendasi penangannan yang mendukung referensi.
6. Simpulan: simpulan berhubungan dengan tujuan penelitian. Saran penelitian diberikan
untuk merekomendasikan penanganan bila ada keterbatasan penelitaian.
7. Ucapan Terima Kasih: bila ada, tidak menggunakan singkatan.
8. Daftar Pustaka: pustaka ditulis sesuai sistem Harvard Referencing Standard. Sebanyak
80% pustaka yang digunakan merupakan pustaka primer dan terbitan 10 tahun terakhir.
Contoh penulisan daftar pustaka rujukan sebagai berikut:
a. Buku
[1] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul buku dicetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi.
Contoh:
OBrien, J.A. dan. J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems.
Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.
b. Artikel Jurnal
[2] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul artikel. Nama jurnal dicetak miring. Vol (Nomor): Rentang
Halaman.
Contoh:
Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning.
The Journal of Artistic and Creative Education. 6 (1): 94-111.
c. Prosiding Seminar/Konferensi
[3] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul artikel. Nama konferensi. Tanggal, Bulan dan Tahun,
Kota, Negara. Halaman.
Contoh:
Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture
management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-
schaftsInformatik. 16-18. February 2011, Zurich, Swis. Hal. 776-786.
d. Tesis atau Disertasi Computationally Intensive Approaches to Inference in Neo-
Normal Linear Models: Ph.D. thesis, CUT Western Australia
[4] Penulis (nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi,
Tesis, atau Disertasi. Universitas.
Contoh:
Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa
Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.
e. Sumber Rujukan dari Website
[5] Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator (URL). Tanggal
Diakses.
Contoh:
Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave
new world?. http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf.
Diakses tanggal 18 Juni 2011.
FORMULIR BERLANGANAN / PEMBELIAN
JURNAL FITOFARMAKA
Jl. Pakuan PO BOX 452, Telp/Fax. (0251)8375547

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : .................................................................................................................
Institusi : .................................................................................................................
Alamat : .................................................................................................................
.................................................................................................................
Telepon/Fax : .................................................................................................................
Ingin menjadi pelanggan/ pembeli Jurnal Fitofarmaka selama .. tahun,
dimulai dari Vol No......... tahun . sampai Vol......... No. tahun ..

Untuk administrasi berlangganan, dapat menghubungi email kami editorial_jf@unpak.ac.id.

., .
Pelanggan,

....
(Tanda tangan dan nama terang)

CATATAN:
1. Biaya berlanggan selama 1(satu) tahun (2 kali
penerbitan), sebesar Rp. 150. 000,- ditambah
ongkos kirim 20%.
2. Mohon diisi dengan lengkap dan dikirim/ fax/ e-mail
ke alamat tersebut di atas beserta bukti transfer.

Anda mungkin juga menyukai