Jurnal Fitofarmaka merupakan media untuk mempublikasikan tulisan asli yang berkaitan
dengan ilmu farmasi khususnya bahan alam. Diterbitkan secara elektronik dan cetak dengan
frekuensi dua kali dalam setahun yaitu Juni dan Desember. Juranl Fitofarmaka dapat
mengakomodasi tulisan ilmiah yang dapat menjadi panduan dan literatur dalam bidang bahan
alam.
Tulisan ilmiah dapat berupa hasil penelitian mutakhir (paling lama 5 tahun yang lalu), ulasan
(review) singkat, laporan dari suatu penelitian pendahuluan, dan laporan kasus. Kategori
penelitian meliputi:
a. Analisis Farmasi
b. Kimia Bahan Alam
c. Farmakologi dan Toksikologi
d. Etnofarmakologi
e. Kimia Medisinal
f. Biologi Molekuler dan Bioteknologi
g. Farmakoterapi
h. Farmasi Klinik
i. Farmasetika dan Teknologi Farmasi
j. Biologi Farmasi
Tulisan yang telah diterima akan di review oleh editor dan mitra bestari yang sesuai dengan
bidangnya.
JURNAL FITOFARMAKA
Dewan Redaksi
DAFTAR ISI
UJI EFEK TONIK EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L). Urb)
PADA MENCIT JANTAN BALB/C. 19 - 23
Rini Prastiwi, R.Tjahyadi, Chusun
ABSTRAK
Diversifikasi produk pangan merupakan salah satu cara untuk menunjang ketahanan
pangan. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) dapat digunakan sebagai bahan pangan
alternatif pengganti beras yang diolah menjadi flakes. Salah satu komponen bioaktif pada ubi
kayu yaitu skopoletin suatu senyawa fenolik yang mempunyai aktivitas antioksidan.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mensubstitusi tepung ubi kayu pada pembuatan flakes
ubi kayu menggunakan tepung kacang merah dengan berbagai perbandingan tepung ubi
kayu : tepung kacang merah yaitu 5:0, 4:1, 3:2, 2:3 dan 1:4. Produk olahan dianalisis
kandungan vitamin C, A, E, tingkat penerimaan dengan uji organoleptik dan uji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Analisis kadar vitamin C
menggunakan metode spektrofotometri, sedangkan vitamin A dan E dengan metode HPLC.
Hasil penelitian menunjukkan flakes ubi kayu dengan penambahan tepung kacang merah
pada formula flakes 3:2 merupakan formulasi yang lebih disukai oleh panelis, dengan
kandungan vitamin C 5,23 ppm, vitamin A 166,05 IU/100 gram, nilai IC50 397,06 ppm, dan
tidak mengandung vitamin E.
1
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
pakan ternak. Ubi kayu mengandung fosfor, telah banyak dilakukan (Matz, 1976). Flakes
karbohidrat, kalsium, vitamin C, protein, zat termasuk jenis kue kering, hanya komposisi
besi, lemak dan vitamin B1 (Haryanto, bahannya lebih sederhana. Flakes dengan
2009). Fenomena pangan fungsional telah formulasi sorgum (Sorghum spp.) dan
menghadirkan paradigma baru bagi jawawut (Setaria italic) mengandung total
perkembangan ilmu dan teknologi pangan, polifenol (16-58 mg ekivalen asam galat
yaitu dilakukannya berbagai modifikasi /100 g), menghasilkan aktivitas antioksidan
produk olahan pangan menuju sifat yang tinggi sehingga dapat digunakan
fungsional. Pangan fungsional adalah pangan sebagai makanan fungsional (Itagi et al.,
yang secara alamiah maupun yang telah 2012). Flakes dari tepung komposit (tepung
melalui proses, mengandung satu atau lebih jagung 70%, ubi kayu 20%, kacang hijau
senyawa yang berdasarkan kajian-kajian 10%) dengan penambahan telur dapat
ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi menambah nilai gizi selain juga telur
fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi digunakan sebagai bahan perekat dalam
kesehatan tubuh (Badan Pengawasan Obat adonan (Suarni, 2009).
dan Makanan, 2001). Saat ini telah banyak Formulasi flakes dapat dikombinasi
dipopulerkan bahan pangan yang dapat dengan suku polong-polongan Fabaceae
mempunyai fungsi fisiologis tertentu di salah satunya yaitu kacang merah (Vigna
dalam tubuh, misalnya untuk antioksidan, angularis (Wild.) Ohwi & H. Ohashi).
menurunkan tekanan darah, menurunkan Kacang merah mengandung vitamin A, B1,
kadar kolesterol, menurunkan kadar gula B2, B6, C, dan niacin. Metabolit sekunder
darah, juga dapat meningkatkan penyerapan pada kacang merah adalah isoflavon yang
kalsium. berperan sebagai antioksidan dan dapat
Ubi kayu dapat digunakan sebagai menurunkan kadar kolesterol (Borradaile et.
bahan baku pangan fungsional, karena al., 2002).
mengandung skopoletin suatu komponen Berdasarkan uraian tersebut maka
bioaktif yang mempunyai fungsi fisiologis perlu dilakukan suatu penelitian formulasi
bagi kesehatan. Ubi kayu varietas Manggu kombinasi tepung ubi kayu dengan kacang
memiliki kadar skopoletin yaitu 16,550 merah dan dilakukan uji aktivitas antioksidan
mg/kg bobot kering dan pada tepung ubi terhadap formulasi tersebut.
kayu menggunakan cara penyawutan
menghasilkan skopoletin tertinggi yaitu METODE PENELITIAN
6,940 mg/kg (Ramadhan, 2011). Penelitian ini dilaksanakan pada
Senyawa skopoletin (6-metoksi-7- bulan September sampai Desember 2013
hidroksi kumarin) termasuk dalam golongan bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi
fenolik turunan kumarin yang berkhasiat Universitas Pakuan Bogor, Pusat Penelitian
sebagai antidiabetes, antidiare dan antikanker Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
(Malik et al., 2011). Khasiat sebagai Indonesia (LIPI), dan Balai Besar Industri
antihipertensi dengan cara memperlebar Agronomi (BBIA), Bogor.
saluran pembuluh darah yang mengalami
penyempitan dan melancarkan peredaran Bahan
darah. Penyakit ini merupakan salah satu Ubi kayu dengan varietas Manggu,
penyakit degeneratif akibat radikal bebas metanol, aquadest, HCl 10%, HCl pekat,
sehingga diperlukan antioksidan untuk FeCl3, pereaksi mayer, pereaksi dragendroff,
mencegah penyakit degeneratif. vitamin C (asam askorbat), 1,1-difenil-2-
Produk olahan flakes merupakan pikrilhidrazil (DPPH), iodium (I2) 0,1 N,
makanan ringan untuk sarapan (breakfast arsen trioksida (As2O3), indikator kanji dan
cereal) yang banyak digemari oleh anak usia indikator fenolftalein.
tumbuh karena rasanya yang renyah dan
gurih. Teknologi pembuatan makanan ringan
2
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
3
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
105oC selama 3 jam. Setelah didinginkan berdasarkan skala hedonik (uji tingkat
dalam eksikator kemudian ditimbang, sampai kesukaan) yang dilakukan oleh 18 orang
diperoleh bobot tetap. panelis. Sebelum pelaksanaan pengujian
diberi penjelasan mengenai instruksi yang
Penentuan Kadar Abu (SNI, 1992) telah ditulis dalam lembar penilaian.
Sebanyak 3 gram flakes dalam Parameter yang diuji meliputi rasa, warna,
cawan porselen diarangkan diatas nyala aroma dan kerenyahan kepada panelis
pembakar, lalu diabukan dalam tanur pada disajikan sampel satu demi satu kemudian
suhu maksimum 550oC sampai pengabuan dimintakan menilai sampel-sampel tersebut
sempurna. Didinginkan dalam eksikator, berdasarkan tingkat kesukaannya. Hasil
lalu ditimbang sampai bobot tetap. penilaian berupa skor: 1 = sangat tidak suka;
2 = tidak suka; 3 = biasa/ netral; 4 = suka
Analisis Vitamin C dan 5 = sangat suka.
(Metode Spektrofotometri UV-VIS) Melalui uji hedonik didapatkan
a. Pembuatan larutan induk vitamin C 100 perbandingan campuran flakes ubi kayu
ppm. dengan penambahan tepung kacang merah
b. Penentuan panjang gelombang () terbaik menggunakan uji Analysis of Varian
maksimum dari 200-600 nm. (ANOVA), sedangkan pengolahan data
c. Pengujian Kurva Kalibrasi ranking dilakukan dengan menggunakan
Menggunakan larutan standar Friedman test.
padakonsentrasi 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm
dan 16 ppm. Penentuan Aktivitas Antioksidan (Metode
d. Penentuan Kadar Sampel DPPH)
Masing-masing formula flakes dibuat a. Pembuatan Larutan DPPH 1 mM
konsentrasi 1000 ppm kemudian Ditimbang 19,716 mg DPPH (BM
ditentukan kadarnya pada panjang 394,32) ditimbang, lalu dilarutkan
gelombang maksimum. dengan metanol hingga 100 mL,
kemudian ditempatkan dalam botol
Analisis Vitamin A (Metode HPLC) gelap.
Pembuatan larutan standar vitamin b. Penentuan Panjang Gelombang
A menggunakan retinol palmitat dengan Maksimum
konsentrasi 1,2; 2,5; 6,2 dan 8,8 ppm. Panjang gelombang maksimum
dilakukan dengan cara:
Analisis Vitamin E Metode HPLC Dipipet 1 mL larutan DPPH 1mM
Pembuatan larutan standar induk kemudian dimasukkan kedalam labu
vitamin E dipipet 0,0328 ml dimasukkan ukur 5 mL yang seluruh bagian labu
kedalam labu takar 50 ml dihimpitkan ukurnya telah ditutup dengan alumunium
dengan etanol p.a. Kemudian dibuat deret foil dan ditambahkan metanol sampai
standar vitamin E dengan konsentrasi yaitu tanda batas, lalu dihomogenkan dan
1,2 ppm, 2,5 ppm, 6,2 ppm dan 8,8 ppm. diinkubasi terlebih dahulu selama waktu
Setelah itu ditimbang 1,25 gram kedalam optimum. Setelah itu serapannya diukur
labu takar 25 ml ditera dengan THF:etanol pada panjang gelombang 400 -600 nm.
1:1. Disaring campuran dengan kertas saring c. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
whatman 42 kedalam tabung reaksi Dipipet sejumlah 1 mL larutan DPPH
kemudian masukkan ke dalam vial dan 1mM ke dalam labu ukur 5 mL yang
diinjek ke dalam HPLC. seluruh bagiannya telah ditutup dengan
alumunium foil, ditambahkan metanol
Uji Organoleptik Flakes sampai tanda batas, lalu dihomogenkan.
Pengujian mutu sensoris dilakukan Serapan diukur pada panjang gelombang
dengan menggunakan uji organoleptik maksimum tiap 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70
4
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
dan 80 menit, serta ditentukan waktu 2). Syarat mutu sereal menurut SNI 01-3842-
optimum (waktu inkubasi yang 1995 yaitu dengan kadar air maksimum 4%.
memberikan serapan cukup stabil). Dalam penelitian ini dihasilkan kadar air
d. Pembuatan Larutan Blanko melebihi persyaratan mutu, hal ini
Dipipet 1 mL larutan DPPH (0,2 mM) ke menunjukkan bahwa flakes singkong dengan
dalam tabung reaksi yang telah ditara 5 penambahan tepung kacang merah memiliki
mL, lalu ditambahkan metanol, daya tahan simpan yang tidak lama untuk
dihomogenkan dan inkubasi pada suhu dikonsumsi. Kandungan air dalam bahan
37oC selama waktu optimum. Serapan makanan ikut menentukan daya tahan
diukur menggunakan spektrofotometer makanan terhadap mikroba yaitu jumlah air
UV-VIS pada panjang gelombang bebas yang dapat digunakan mikroorganisme
maksimum. untuk pertumbuhannya sehingga flakes
e. Pembuatan Deret Standar Vitamin C mudah berjamur (Rockland & Nishi, 1980).
(kontrol positif) Kadar abu flakes meningkat pada
Larutan Vitamin C 1000 ppm dibuat setiap penambahan tepung kacang merah
deret 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm, kemudian (Tabel 2). Hal ini disebabkan kandungan
ditambahkan 1 mL larutan DPPH 1 mM. mineral yang terdapat pada kacang merah
f. Pembuatan Larutan Uji Flakes lebih banyak dibandingkan dengan singkong.
Larutan flakes 1000 ppm dibuat deret Semakin tinggi kadar abu pada produk
menjadi 100, 200, 300, 400 dan 500 ppm tepung dapat mempengaruhi tingkat
kemudian ditambahkan 1 mL larutan kestabilan adonan tepung (Zahrah &
DPPH 1mM, dibiarkan ditempat gelap Nurfaidah, 2011).
pada suhu kamar selama waktu inkubasi
optimum. Persen penghambatan diukur Tabel 2. Penentuan Kadar Air dan Abu
pada panjang gelombang maksimum Flakes
dengan rumus: Kadar Formula Flakes
(%) 1 2 3 4 5
% Hambatan = x 100 Air 7,14 6,56 6,18 5,42 5,49
Abu 1,75 2,20 2,73 2,94 3,36
g. Nilai % IC50 (Inhibition Concentration Keterangan :
50) Formula Flakes 1 = 5:0
Menentukan nilai IC50 dengan Formula Flakes 2 = 4:1
konsentrasi penghambatan tengah (50%) Formula Flakes 3 = 3:2
dengan persamaan y = ax + b, dimana y Formula Flakes 4 = 2:3
= 50 dan x adalah konsentrasi larutan uji Formula Flakes 5 = 1:4
yang mampu menghambat 50% larutan
radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil. Analisis Kadar Vitamin C Flakes Tepung
Ubi KayuDan Tepung Kacang Merah
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Penentuan Panjang Gelombang
Pembuatan Tepung Ubi Kayu Dan Tepng Maksimum Larutan Induk Vitamin C
Kacang Merah Hasil penentuan panjang gelombang
Sebanyak 5 kg diperoleh hasil tepung maksimum vitamin C adalah 270 nm
ubi kayu dan kacang merah masing-masing (Gambar 1).
sebanyak 1,305 kg dan 2,114 kg.Rendemen b. Pembuatan Kurva Kalibrasi
tepung masing-masing 26% dan 42,28%. Hasil persamaan regresi linier larutan
induk vitamin C adalah:
Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu y = 0,0425x + 0,0015, R2 = 0,9884.
Flakes Kurva kalibrasi standar vitamin C
Kadar air menurun setelah ditampilkan pada Gambar 2.
penambahan tepung kacang merah (Tabel
5
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
1 0,146 3,4131
2 0,185 4,3286
3 0,224 5,2322
4 0,262 6,1362
5 0,414 9,7042
6
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
7
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
8
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
9
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
ABSTRAK
ABSTRACT
10
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
telah terbukti mengobati berbagai macam ekstrak etanol 70% herba kemangi pada tikus
penyakit, tetapi secara ilmiah masih belum putih betina (Rattus norvegicus)
dapat dipertanggung jawabkan. premenopause juga melakukan pengamatan
Salah satu tanaman obat yaitu vaskularisasi ovarium dan uterus pada fase
kemangi (Ocimum americanum L.) famili estrus.
Lamiaceae (Labiatae) memiliki bau dan rasa
yang khas, digunakan sebagai lalapan segar METODE PENELITIAN
untuk dimakan dan memiliki berbagai Penelitian ini dilaksanakan pada
macam khasiat (Hadipoentyanti & Wahyuni, bulan Juni sampai September 2013
2008). Spesies Ocimum merupakan salah bertempat di Laboratorium Farmasi
satu tanaman yang berkhasiat sebagai Universitas Pakuan.
kemopreventif dan berkhasiat sebagai obat
(Karthikeyan et al., 1999, Rastogi et al., Bahan
2007). Kandungan utamanya adalah minyak Tikus putih (Rattus norvegicus)
atsiri, flavonoid, fitosterol, karbohidrat dan betina galur Sprague-Dawley pre-menopause
tanin. Penggunaannya yang utama sebagai berumur 8-9 bulan dengan bobot badan
antimikroba, antioksidan, antelmintika dan sekitar 200-250 g sebanyak 20 ekor, NaCl
antidiabetika (Khare, 2007). Adanya anetol, fisiologis, herba kemangi, pewarna Giemsa,
boron dan stigmasterol merupakan senyawa metanol 10%, etanol 70%, etinil estradiol
aktif pada kemangi yang berhubungan dan CMC-Na 1%.
dengan aktivitas seksual yaitu merangsang
keluarnya hormon reproduksi yaitu estrogen Alat
(Gunawan, 2004). Rotary evaporator (BUCHI), grinder,
Whitten Effect merupakan metode ayakan 40 Mesh, mikroskop, sonde, kaca
yang digunakan untuk mengamati perubahan arloji, stop watch, pengaduk gelas, alat
yang terjadi pada vagina untuk menentukan maserasi, gelas kimia, kain flannel,
siklus estrus (persiapan kawin) pada hewan timbangan analitik, perlengkapan untuk
laboratorium kecil seperti mencit atau tikus membuat preparat apus vagina (cotton bud,
putih (Ochiogu et al., 2009; Khazaei et al., gelas objek, cawan petri, bunsen), kandang
2011). Durasi siklus estrus pada mencit tikus ukuran 30 x 40 cm, lampu, bak plastik,
selama 4-6 hari, tahap siklus estrus dapat kawat penutup, dan botol minum.
dilihat pada perubahan sel epitel vagina atau
vulva. Ciri-ciri hewan estrus dapat dilihat Cara Kerja
dari keadaan vulva yang bengkak, berwarna Penelitian terbagi menjadi 2 tahap
merah dan basah (Nongae, 2008). yaitu tahap pra-penelitian dan tahap
Sinkronisasi birahi pada tikus betina dengan penelitian.
mencium bau feromon yang keluar bersama
urin tikus jantan. Ketika tikus betina tidak 1. Ekstraksi
membau feromon tikus jantan, maka tikus Sebanyak 1 kg simplisia herba
betina mengalami fase anestrus, sedangkan kemangi yang telah dihaluskan, dimaserasi
pada saat tikus betina membau feromon yang dengan pelarut etanol 70% (perbandingan
ikut disekresikan bersama urin tikus jantan, 1:10) dalam tabung selama 3 x 24 jam.
maka pada hari ke 3 berikutnya tikus betina Kemudian disaring dan ampasnya dimaserasi
mengalami estrus. Pada fase estrus sel epitel kembali sebanyak 2 kali dengan perlakuan
berubah menjadi sel superfisial dan sel yang sama. Maserat yang terkumpul
tanduk yang menandakan hewan dalam dievaporasi dengan menggunakan rotary
keadaan puncak estrus (Seire et al., 1991). evaporator pada suhu 30-40C hingga
Berdasarkan penelitian sebelumnya terbentuk ekstrak kental etanol. (Harborne,
diatas, maka tujuan penelitian ini adalah 1987).
untuk mengetahui aktivitas estrogenik 2. Penapisan Fitokimia
11
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
12
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
dengan lima perlakuan dan enam ulangan. senyawa metabolit sekunder pada tanaman
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang (Piironen et al., 2003). Steroid merupakan
nyata dimana nilai Fh>0,05, maka untuk struktur dasar hormon estrogen terutama
melihat adanya perbedaan antar perlakuan, sebagai hormon seks wanita. Estrogen dalam
dilakukan uji lanjut menggunakan Uji plasma hewan betina yang utama adalah 17
Duncan. Sidik ragam untuk Rancangan Acak -estradiol, estron, dan estriol (Johnson, &
Lengkap disajikan pada Tabel (Sudjana, Everitt, 1984).
1998).
2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol
HASIL DAN PEMBAHASAN 70% Herba Kemangi Terhadap Lama
1. Ekstraksi Dan Penapisan Fitokimia Siklus Estrus
Ekstrak kental yang diperoleh 121g, Estrus merupakan fase periode birahi.
maka rendemen ekstrak etanol 70% adalah Lama estrus pada tikus 9-20 jam dan siklus
12,1 %. Berdasarkan hasil uji fitokimia estrus berlangsung selama empat sampai
kandungan ekstrak etanol 70% herba enam hari. Siklus estrus dibagi menjadi
kemangi adalah saponin, tanin dan steroid. empat fase yaitu fase proestrus, estrus,
Senyawa saponin dan tanin memberikan efek metestrus, dan diestrus (Turner & Bagnara,
antelmintika (Medica dkk., 2004). 1976).
Kandungan utama Ocimum americanum L. Hasil pengujian ekstrak terhadap
selain minyak atsiri adalah flavonoid, lama siklus estrus dilakukan dengan
karbohidrat, fitosterol dan tanin (Sarma & A. mengamati sel-sel yang ditemukan dalam
Venkata, 2011). Fitosterol merupakan apusan vagina secara mikroskopik yang
prekursor senyawa bioaktif steroid, faktor dapat dilihat pada Gambar 1.
pertumbuhan dan substrat untuk sintesis
Pada fase proestrus ditandai dengan leukosit dan mulai muncul sel epitel berinti
sel epitel berinti banyak. Fase ini (Turner & Bagnara, 1976).
menandakan akan datangnya birahi (Turner Waktu siklus estrus ditampilkan pada
& Bagnara, 1976). Preparat apus vagina fase Tabel 1 yang menunjukkan bahwa
estrus ditandai dengan terbentuknya perlakuan ekstrak etanol 70% herba kemangi
cornified cell (sel menanduk) sebagai dengan konsentrasi terendah mengalami
gambaran banyaknya mitosis yang terjadi di estrus selama 165 jam (mendekati 7 hari)
dalam mukosa vagina. Menjelang estrus sudah setara dengan kontrol positif dan
berakhir, lumen vagina membentuk sel-sel konsentrasi tertinggi. Durasi total siklus
menanduk dengan inti berdegenerasi (Turner estrus (proestrus, estrus, metaestrus dan
& Bagnara, 1976). Pada fase metestrus sel diestrus) adalah 4-5 hari (Waynforth, &
menanduk berkurang dan ovary mengandung Flecknell, 1992). Perlakuan kontrol negatif
korpus luteum yang mengandung sel-sel (CMC-Na1%) memberikan waktu siklus
lutein dan folikel-folikel kecil yang tidak estrus yang paling pendek yaitu 107 jam
berinti. Fase diestrus didominasi oleh sel dibandingkan ke empat kelompok perlakuan
13
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan sama dengan etinil estradiol 910-3
bahwa CMC-Na 1%, etinil estradiol, ekstrak mg/200gBB sebagai kontrol positif terhadap
etanol 70 % herba kemangi dosis 0,8g/200g memperpanjang siklus estrus pada tikus
BB; 1,6g/200g BB dan 3,2g/200g BB putih betina pre-menopause. Melalui
memberikan pengaruh yang sangat beda pemberian dosis terendah yaitu 0,8g/200g
nyata terhadap peningkatan (lebih lamanya) BB pengaruhnya sudah setara dengan kontrol
waktu siklus estrus (P<0,01). positif dengan perbedaan yang sangat nyata
Hasil uji Duncan untuk mengetahui terhadap memperpanjang siklus estrus.
perbedaan antar perlakuan menunjukkan Data pengukuran waktu siklus estrus dapat
bahwa, semua perlakuan pemberian ekstrak dilihat pada Tabel 1.
etanol 70% herba kemangi pengaruhnya
Keterangan : Angka yang diikuti superkrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak
berbeda nyata (P>0.05).
14
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
uterus (P<0,05). Penentuan perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan.
15
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
dengan kontrol positif. Hasil pengujian terhadap peningkatan bobot ovarium dan
berdasarkan rata-rata bobot ovarium dan uterus tikus. Setelah di uji lanjut dengan
uterus menunjukkan bahwa perlakuan Duncan, memperlihatkan hasil bahwa
ekstrak etanol herba kemangi pada dosis perlakuan pemberian ekstrak etanol herba
3,2g/200gBB menunjukkan peningkatan kemangi dosis 0,8g/200gBB, dosis
bobot ovarium dan uterus yang paling tinggi 1,6g/200gBB setara pengaruhnya dengan
bila dibandingkan dengan keempat perlakuan kontrol positif (etinil estradiol) terhadap
lainnya. Sedangkan pada kontrol negatif bobot ovarium dan uterus. Bahkan dengan
menunjukkan bahwa bobot ovarium dan pemberian dosis 3,2g/200gBB
uterus paling rendah dibandingkan dengan memperlihatkan bobot ovarium dan uterus
keempat perlakuan lainnya. Pada hasil yang lebih berat dibanding dengan kontrol
pengujian skoring, menunjukkan bahwa positif secara beda nyata terhadap bobot
perlakuan ekstrak etanol herba kemangi ovarium dan uterus tikus.
memberikan pengaruh yang sama (P>0,05)
Tabel 3. Data Penimbangan Bobot Ovarium dan Uterus Tikus Pada Setiap Perlakuan
Kode Pengukuran Bobot
Hewan
P1 P2 P3 P4 P5
1 1,10 0,90 1,50 1,50 2,00
2 1,50 1,50 2,00 1,50 2,00
3 2,00 1,50 1,30 2,00 1,60
4 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00
Total 6,60 4,90 6,80 7,00 7,60
Rat-rata 1,65a 1,23a 1,70ab 1,75ab 1,90bc
Keterangan: Angka yang diikuti superkrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak
berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan
16
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
Edisi ke-3 UI-Press. Jakarta: 517- Nodine, J.H. and Siegler, P.E. 1961.
520. Pharmacologic Techniques in Drug
Ganiswara, S.G. 1995. Farmakologi dan Evaluation. Year Book Medical
Terapi. Alih bahasa: 1. Setiawan. Publisher. Chicago: 568.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 444. Nongae, 2008. Estrus Cycle.
Godhwani, S., Godhwani, J. L. and Vyas, D. http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teachi
S. (1987). Ocimum sanctum: An ng/chap5.html. Tanggal akses 2 Juni
experimental study evaluating its 2013.
anti-inflammatory, analgesic and Ochiogu, I.S., Oguejiofor, C.F and Nwagbo,
antipyretic activity in animals. J A.N. 2009. Males Non- Enhancement
Ethnopharmacol, 21, 153-63. of Bruce And Whitten Effects In
Gunawan, D. 2004. Ramuan Tradisional Female Albino Mice - Mus musculus.
Untuk Keharmonisan Suami Istri. Animal Research International. 6 (3):
Penebar Swadaya, Jakarta. 1077-1081.
Hadipoentyanti, E., Wahyuni, S. 2008. Piironen, V., Toivo, J. Puupponen-Pimi, R.
Keragaman selasih (ocimum spp.) and Lampi, A.M. 2003. Plant sterols
berdasarkan karakter morfologi in vegetables, fruits and berries.
produksi dan mutu herba. Jurnal Journal o f the Science of Food and
Littri. Desember; 14 (4): 141-8. Agriculture, 83: 330-337.
Hafez, E.S.E. 1980. Reproduction in Farm Rastogi, S., Shukla, Y., Paul, B.N., Chowdhuri,
Animal. 4th Edition. Philadelphia: 30- D. K., Khanna, S. K. and Das, M. 2007.
78. Protective effect of Ocimum sanctum on
Harborne. 1987. Metode Fitokimia Penuntun 3-methylcholanthrene, 7,12-
Cara Modern Menganalisis dimethylbenz(a)anthracene and aflatoxin
b1. Nig. J, Physiol. Sci 224, 228-40.
Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih
Padmawinata. ITB. Bandung: 85-93.. Rugh, R. 1968. The Mouse Reproductions
Johnson M, and Everitt B. 1984. Essential and Development. Burgess.
Reproduction. 2nd edition. London Publishing Company. Minneapolis.
dan Beccles: William Clowes USA.
Limited Sarma, D.S.K. and A. Venkata S. B. 2011.
Karthikeyan, K., Ravichandran, P. and Pharmacognostic And Phytochemical
Govindasamy, S. (1999). Studies of Ocimum americanum. J.
Chemopreventive effect of ocimum Chem. Pharm. Res., 3 (3): 337-347.
sanctum on DMBA-induced hamster Seire, J.V., Venter, F.S., Fincham, J.E., and
buccal pouch carcinogenesis. Oral Taljaard, J.J.F. 1991. Hormonal
Oncol, 35, 112-9. vagina cytology of vervet monkeys.
Khare, C.P. 2007. Indian Medicinal Plants J. Med Primatol. 20:1-5.
An illustrated Dictionary, Springer, Setiawan. 2010. Aktivitas ekstrak methanol
New Delhi, 444. buah adas (Foeniculum vulgare Mill)
Khazaei, M., Montaseri, A., Khazaei, M.R., terhadap lama siklus estrus serta
Khanahmadi, M. 2011. Study of bobot uterus dan ovarium tikus putih.
Foeniculum vulgare effect on Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan.
folliculogenesis in female mice. Int. Institut Pertanian Bogor.
J. Fertill Steril. 5 (3): 122-127. Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo, S.
Medica, V., Ruslan, W., Nawawi, A., 2004. 1988.Pemeliharaan, Pembiakan dan
Telaah Fitokimia Daun Kemangi Penggunaan Hewan Coba Di Daerah
(Ocimum americanum L.). Fakultas Tropis. UI-Press. Jakarta: 10-3.
Farmasi Institut Teknologi Bandung. Sudjana, M.A. 1998. Metode Statistik. Edisi
Skripsi. ke-5. Penerbit Tarsio. Bandung: 508.
17
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
18
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
UJI EFEK TONIK EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L).
Urb) PADA MENCIT JANTAN BALB/C
ABSTRAK
Pegagan (Centella asiatica (L). Urb) dikenal secara empiris sebagai obat tradisional
untuk mempercepat aktivitas syaraf, meningkatkan daya ingat,dan tonik untuk organ tubuh
(hati, ginjal, otak). Efek tonik dapat ditentukan dengan menggunakan metode natatory
exhaustion melalui pengamatan efek stimulansia suatu obat pada hewan uji. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek tonik ekstrak etanol herba pegagan pada mencit
jantan (Balb/C) dan menentukan dosis efektif yang menunjukkan kemampuan mencit untuk
mempertahankan diri ketika direnangkan. Penelitian ini menggunakan lima kelompok uji,
tiap kelompok terdiri atas lima mencit jantan. Kelompok kontrol positif, kontrol negatif,
kelompok dosis I, II dan III ekstrak etanol herba pegagan diberikan masing-masing kafein
100 mg/kgBB, CMC 0,5%, 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 150 mg/kg BB secara peroral.
Pengujian efek tonik dengan metode natatory exhaustion ditunjukkan dengan bertambahnya
waktu kemampuan mencit untuk mempertahankan diri ketika direnangkan. Pertambahan
waktu tersebut menunjukkan peningkatan daya tahan mencit. Dosis terbaik yang dapat
digunakan sebagai tonik adalah 100 mg/kg BB.
ABSTRACT
Pegagan (Centella asiatica (L). Urb) known empiricallay as traditional medicine for
accelerating nervous activity, improving memory, and tonic to vital organs (liver, kidneys,
brain). Tonic effect can be determined using natatory exhaustion method of stimulantia
effect observation a drug on animal test. The aim of this research is to observe the tonic
activity of ehanol extract pegagan herb in male mice (Bulb/C) and determined effective dose
that shows the ability of mice to defend when swimmed. This research used five groups test,
each group are five mice. The positive control group, negative control, does I, II, II groups
pegagan herb etanol extract were treated with caffein 100 mg/kg BW 0.5% CMC, 50 mg/kg
BW, 100 mg/kg BW, and 150 mg/kg BW gave orally. The tonic effect test used natatory
exhaustion method indicate with increasing time of mice ability to defend when swimmed.
Added of time showed increase durability of mice. The best dose that can be used as a tonic
is 100 mg/kg BW.
Key words : Centella asiatica (L). Urb., Herbs, tonic, natatory exhaustion
19
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
20
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
merupakan metode skrining farmakologi permukaan air, ekor tidak bergerak dan
yang dilakukan untuk mengetahui efek obat membiarkan kepalanya berada di bawah
yang bekerja pada koordinasi gerak, permukaan air selama 7 detik. Penambahan
terutama penurunan kontrol syaraf pusat. Uji daya tahan atau efek tonikum adalah selisih
ini dilakukan terhadap mencit dengan antara waktu renang sesudah perlakuan dan
menggunakan wadah renang dengan waktu renang sebelum perlakuan.Data efek
ketinggian air 18 cm, suhu 200,5C dan tonikum adalah penambahan daya tahan
pemberian gelombang buatan yang yang diperoleh dari selisih waktu renang
dihasilkan dari sebuah pompa udara, pada hewan uji setelah perlakuan dan
peralatan tambahan yang digunakan harus sebelum perlakuan.
berada di luar daerah renang, agar tidak
mempengaruhi aktivitas renang (Turner, HASIL DAN PEMBAHASAN
1965). Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia
Rendemen yang diperoleh dari hasil
Pengamatan Waktu Renang maserasi yaitu, ekstrak kental etanol sebesar
Waktu renang sebelum perlakuan 11,08 %. Hasil uji fitokimia ekstrak
adalah lama waktu renang dari hewan uji menunjukkan adanya senyawa alkaloid,
sebelum mendapat perlakuan dosis uji. triterpenoid dan saponin (Tabel 1). Alkaloid
Dihitung mulai dari memasukkan hewan uji hydrocotylin (C22H35NO8) diisolasi dari
ke dalam akuarium hingga timbul tanda pegagan kering. Saponin ditemukan di
lelah yang ditandai dengan hewan uji seluruh bagian tanaman yaitu
membiarkan kepalanya di bawah permukaan centellasaponin B, C, dan D (Matsuda, et
air selama tujuh detik. Kemudian hewan uji al.2001). Senyawa triterpenoid pada pegagan
diangkat dari wadah renang dan dicatat yaitu asiatikosida, centellosida,
waktunya. Hewan uji diistirahatkan selama madekasosida dan asam asiatik
30 menit, setelah itu diberi perlakuan sediaan (Randriamampionona et al., 2007).
peroral. Setelah 30 menit, hewan uji Flavonoid pada daun pegagan merupakan
direnangkan kembali dan dicatat waktu senyawa minor seperti 3-glikosilkuersetin, 3-
lelahnya. Parameter lelah adalah hewan uji glukosilkaempferol dan 7-glikosilkaempferol
tidak menggerakkan kakinya untuk (Jamil, Qudsia & Mehboobus, 2007).
berenang, tubuh mencit tegak lurus dengan
21
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
bermakna antara kelompok kontrol negatif perbedaan yang bermakna antara kelompok
dengan kelompok kontrol positif, kelompok kontrol positif dengan Kelompok Dosis 1
dosis 50 mg/kg BB dan kelompok dosis 150 dan Kelompok Dosis 3 (p<0.05).
mg/kg BB (p>0,05). Tidak terdapat
Metode Natatory Exhaustion fase air. Karena radikal oksigen reaktif juga
digunakan untuk mengetahui efek obat yang dihasilkan dalam fase air, maka radikal-
bekerja pada koordinasi gerak terutama radikal tersebut akan ditangkap oleh molekul
kontrol syaraf pusat. Efek stimulan antioksidan yang bersifat polar dan berada
dipengaruhi oleh kondisi fisik hewan uji dalam fase air. Sehingga oksidasi pada
untuk meningkatkan aktivitas. Peningkatan bagian lemak akan berkurang (Zhu, J. M.
aktivitas terlihat dari peningkatan kerja Wu and Z. S. Jia. 2005). Semakin kuat
secara langsung berupa penambahan waktu aktivitas antioksidan, maka semakin besar
lelah hewan uji selama direnangkan dalam kemampuan menstimulasi susunan syaraf
tangki berisi air (Turner, 1965). pusat. Pada hewan percobaan, kemampuan
Saponin diduga memberikan efek menstimulasi susunan syaraf pusat
tonik pada penelitian ini karena pegagan berhubungan dengan bertambahnya aktivitas
mengandung senyawa utama saponin dengan lokomotor (Nikajoo, 2009). Aktivitas
asam triterpen dalam bentuk ester dari gula. lokomotor merupakan aktivitas gerak yang
Asam triterpen yaitu asam asiatik, asam dapat menstimulasi syaraf pada otak (Tiwari,
madekasik dan asiatikosida merupakan et al. 2010). Tonik dapat digunakan untuk
senyawa yang paling penting untuk menstimulasi sistem syaraf pusat (Mutschler,
pengobatan dan vaskularisasi. Asiatikosida E., 1986). Tanaman obat yang mempunyai
berkhasiat sebagai anksiolitik, antiinflamasi, efek tonik tonik disebut tonikum.
antioksidan, dan antiulcer (Kimura et al.,
2008; Liang et al., 2008). Struktur
asiatikosida seperti pada Gambar 2.
Tiga gugus trisakarida yang terikat
pada aglikon asam asiatik mengandung
gugus OH. Aktivitas antioksidan melalui
penangkapan radikal bebas yang
berhubungan dengan energi disosiasi pada
gugus OH. Kemampuan menangkal radikal
bebas berhubungan dengan aktivitas
kelarutannya. Melalui model liposom yang
terdiri dari bagian lipofil dan hidrofil, gugus Gambar 2. Struktur
gula yang bersifat polar, akan berada dalam Asiatikosida
22
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
23
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
ABSTRAK
ABSTRACT
24
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
96% and ethanol 70% extract of A. ascalonicum bulbs contain flavonoid, tannin, and saponin.
Extracts of water, 70% ethanol, 96% ethanol of A. ascalonicum bulbs at 1% concentration
and 1% acarbose inhibits -glucosidase enzyme activity in a row of 11.75%, 4.48%, 20.92%,
and 99.37%. Results of the third extract inhibition activity were significantly different (p <
0.05) to inhibition activity of 1% acarbose. This indicates that the water and ethanol extracts
of A. ascalonicum bulbs act as an inhibitor of -glucosidase enzyme.
25
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
26
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
27
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
senyawa yang terdapat dalam simplisia. yang berfungsi sebagai gugus polar dan
Ekstrak kental yang dihasilkan ditimbang gugus steroid sebagai gugus non polar. Pada
untuk mendapatkan rendemen. Rendemen ekstrak air tidak dideteksi adanya saponin
ekstrak dan hasil fitokimia dapat dilihat pada karena air bersifat lebih polar dibandingkan
Tabel 2. etanol 70% dan etanol 96% sehingga tidak
mampu menarik senyawa yang bersifat
Tabel 2. Hasil Ekstraksi Umbi Lapis A. semipolar. Hal ini sesuai dengan Fattorusso
ascalonicum varietas Bima Brebes et al. (2002) mengungkapkan bahwa ekstrak
No Ekstrak Bobot Rendemen polar dari umbi lapis A. ascalonicum
(g) (%) mengandung furostanol, saponin, kuersetin,
1 Ekstrak air 3,83 38,27 isorhamnetin, dan glikosida.
2 Ekstrak etanol 2,76 27,49
70%
3 Ekstrak etanol 1,54 15,35 Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Fitokimia
96% Ekstrak Air, Ekstrak Etanol 70%,
dan Ekstrak Etanol 96% Umbi
Rendemen ekstrak yang tertinggi berada Lapis A. ascalonicum varietas
pada ekstrak air yaitu sebesar 38,72% atau Bima Brebes
sama dengan 3,83 g ekstrak dalam 10 g Ekstrak
Ekstrak Ekstrak
simplisia umbi lapis A. ascalonicum. Golongan Etanol Etanol
Air
70% 96%
Selanjutnya rendemen ekstak etanol 70% dan
Alkaloid - - -
ekstrak etanol 96% berturut-turut sebesar Flavonoid ++ ++ +++
27,49% dan 15,35%. Ekstrak yang diperoleh Tanin +++ ++ +++
selanjutnya dilakukan analisis fitokimia dan Saponin - + +++
uji aktivitas inhibisi -glukosidase. Triterpenoid - - -
Steroid - - -
Hasil Uji Fitokimia Keterangan: (-) = tidak terdeteksi, (+) =
Hasil analisis fitokimia terhadap terdeteksi sedikit, (++) =
ekstak air dan etanol umbi lapis A. terdeteksi sedang, dan (+++) =
ascalonicum varietas Bima Brebes disajikan terdeteksi banyak.
pada Tabel 3. Berdasarkan uji fitokimia
diperoleh bahwa ekstrak air mengandung Hasil Uji Inhibisi -Glukosidase
flavonoid, dan tanin. Sedangkan pada ekstrak Uji inhibisi terhadap enzim -
etanol 96% dan etanol 70% mengandung glukosidase menggunakan sampel ekstrak
flavonoid, tanin, dan saponin. Jenis senyawa air, ekstrak etanol 70% dan ekstrak etanol
fitokimia yang menonjol pada ekstrak etanol 96% umbil lapis A. ascalonicum varietas
96% (flavonoid, tanin, dan saponin) lebih Brebes. Masing-masing sampel dibuat
banyak dibandingkan yang ditemukan pada konsentrasi sebesar 1% (b/v). Kontrol positif
ekstrak etanol 70%. menggunakan akarbosa 1% (b/v).
Skrining fitokimia ekstrak air dan Konsentrasi sampel dibuat setara dengan
etanol umbi lapis A. ascalonicum konsentrasi kontrol positif guna
menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid membandingkan aktivitas inhibisi enzim -
dan tanin. Flavonoid memiliki gugus glukosidase oleh sampel maupun akarbosa.
hidroksi yang tidak tersubstitusi sehingga Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
bersifat polar dan tanin termasuk golongan menunjukkan bahwa ekstrak air, ekstrak
polifenol yang bersifat polar. Oleh sebab itu, etanol 96% dan ekstrak etanol 70% umbil
pelarut polar seperti air dan etanol dapat lapis A. ascalonicum mampu menghambat
menarik senyawa yang bersifat polar. Pada aktivitas enzim -glukosidase. Gambar 2
ekstrak etanol 70% dan 96% umbi lapis A. menunjukkan aktivitas inhibisi enzim -
ascalonicum menunjukkan hasil positif pada glukosidase oleh ekstrak air, ekstrak etanol
uji saponin. Saponin memiliki gugus glikosil 70%, ekstrak etanol 96%, dan akarbosa 1%.
28
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
29
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
ekstrak etanol 70%, dan ekstrak etanol 96% experimental diabetes. Planta Med .
umbi lapis A. ascalonicum 1% (b/v) berturut- 77: 87.
turut sebesar 11,75%, 4,48%, dan 20,92%. Luangpirom, A., Kourchampa, W.,
Ketiga aktivitas inhibisi tersebut berbeda Junaimuang, T., Somsapt, P., and
nyata dengan aktivitas inhibisi -glukosidase Sritragool, O. 2013. Effect of Shallot
oleh akarbosa 1% sebesar 99,37%. (Allium ascalonicum L.) bulb juice on
hypoglycemia and sperm quality
Saran instreptozotocin induced diabetic
Penelitian dapat dilanjutkan dengan mice. ABAH Bioflux. 5 (1): 49-54.
meningkatkan konsentrasi ekstrak etanol Mahmoudabadi, A.Z., and Nasery, M.K.B.
96% umbi lapis A. ascalonicum varietas 2009. Anti fungal activity of Shallot,
Bima Brebes guna meningkatkan daya Alium ascalonicum Linn. (Liliaceae),
inhibisi enzim -glukosidase. Pemurnian In vitro. Journal of Medicinal Plants
ekstrak dari ekstrak etanol 96% umbi lapis A. Research 3 (5): 450-453.
ascalonicum diperlukan untuk memperoleh Mohammadi-Motlagh, H-R, Mostafaie, A,
senyawa aktif yang berperan sebagai and Mansouri, K. 2011. Anticancer
antidiabetes. Selain itu, perlu dilakukan and anti-inflammatory activities of
pengujian antidiabetes dengan metode lain Shallot (Allium ascalonicum) extract.
sehingga dapat diketahui mekanisme kerja Arch Med Sci. 7 (1): 38-44.
ekstrak umbi lapis A. ascalonicum varietas Owoyele, B.V., Abioye, A.I.R, Afinowi,
Bima Brebes sebagai obat antidiabetes. N.O, Jimoh, S.S, and Soladoye, A.O.
2006. Analgesic and anti-inflamatory
DAFTAR PUSTAKA effects of Allium ascalonicum. The
Amin, M., Segatoleslami, S., and Tropical Journal of Health Sciences.
Hashemzadeh, M. 2009. 13 (1): 28-30.
Antimycobacterial activity of partial Putrasamedja, S., dan Suwandi.1996.
purified extract of Allium Bawang Merah di Indonesia.
ascalonicum. Jundishpur Journal of Monograf No. 5: 1-23.
Microbiology. 2 (4): 144-147. Sancheti, S., Sancheti, S., and Seo, S.Y.
Erlina, A., dan Yudono, P. 2003. Keragaan 2009. Chaenometes sinensis a potent
stabilitas hasil bawang merah. The and - Glucosidase inhibitor.
performance of yield stability of America Journal of Pharmacology
shallot. Ilmu Pertanian. 10 (2):1-10. and Toxicology. 4(1): 8-11.
Fattorusso, E., Iorizzi, M., Lanzotti, V., and Tan, C., Wang, Q., Luo, C., Chen, S., Li, Q.,
Taglialatela-Scafati, O. 2002. and Li. P. 2013. Yeast -Glucosidase
Chemical composition of shallot inhibitory phenolic compounds
(Allium ascalonicum Hort.). J. Agric. isolated from Gynura medica leaf.
Food Chem. 50 (20): 56865690. Int.J. Mol. Sci. 14: 2551-2558.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Wilds, S., Roglic, G., Green, A., Sincre, R.,
Penuntun Cara Modern Menganalisis and King, H. 2004. Global prevalence
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. of diabetes: estimates for the year
Kouhsari, S.M and Sani, M.F. 2011. 2000 and projections for 2030.
Antidiabetic effects of Allium Diabetes Care 27: 1047-1053.
ascalonicum methanolic extract in
30
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
ABSTRAK
Kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman obat tradisional yang biasa digunakan
sebagai bumbu masakan dan sebagai bahan obat meliputi antimikroba, antioksidan,
antitumor, dan anti inflamasi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui aktivitas
antimikroba dan antioksidan dari beberapa organ tanaman kunyit meliputi akar, rimpang,
batang, dan daun. Semua bagian diekstraksi dengan etanol dan etil asetat. Seluruh ekstrak
etanol dan etil asetat diuji aktivitas antimikrobanya menggunakan metode difusi cakram
kertas terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans.
Kloramfenikol dan nistatin masing-masing digunakan sebagai kontrol positif untuk uji
antibakteri dan antijamur, sedangkan masing-masing pelarut untuk ekstraksi juga digunakan
sebagai kontrol negatif. Aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode 1,1-difenil-2-
pikril hidrazil (DPPH) dan asam askorbat digunakan sebagai standar. Hasil aktivitas
antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dari daun dan batang memiliki aktivitas
penghambatan tertinggi terhadap S. aureus, ekstrak etil asetat dari akar dan batang memiliki
aktivitas penghambatan tertinggi terhadap E. coli, dan ekstrak etil asetat dari daun memiliki
aktivitas penghambatan tertinggi terhadap C. albicans. Ekstrak etil asetat dari rimpang
memiliki aktivitas antioksidan tertinggi diantara ekstrak lainnya.
Kata kunci: Antimikroba, antioksidan, Curcuma longa, difusi cakram kertas, DPPH
ABSTRACT
Key words: Antimicrobial, antioxidant, Curcuma longa, disc diffusion method, DPPH
31
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
32
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
33
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
Tabel 1. Rendemen Ekstrak Simplisia Akar, Rimpang, Batang dan Daun Kunyit
Simplisia Bagian Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Etanol
Tanaman Kunyit Bobot (g) % b/b Bobot (g) % b/b
Akar 0,57 2,28 2,24 8,96
Rimpang 0,33 1,32 1,94 7,76
Batang 0,11 0,44 1,15 4,6
Daun 1,51 6,04 6,7 26,8
34
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
telah melaporkan bahwa ekstrak etanol karena struktur dinding sel bakteri Gram
rimpang kunyit lebih efektif dalam negatif lebih kompleks dibandingkan dengan
menghambat bakteri penyebab kebusukan Gram positif (Antunes et al., 2012). Dinding
dibandingkan dengan fungi. Demikian pula sel bakteri Gram negatif memiliki
dengan kemampuan dalam menghambat konsentrasi lipid yang tinggi sebagai lapisan
pertumbuhan bakteri, seluruh ekstrak lebih penghalang yang membuat bakteri ini lebih
mampu menghambat pertumbuhan S. aureus resisten terhadap senyawa kimia yang
yang merupakan bakteri Gram positif memiliki daya difusi rendah (Hanouda &
dibandingkan dengan E. coli yang Baker, 2000). Sedangkan pada bakteri Gram
merupakan bakteri Gram negatif. Hasil positif, senyawa antibakteri lebih mudah
serupa juga didapatkan pada penelitian melintasi dinding sel karena hanya
Schelz et al. (2010) yang melaporkan mengandung peptidoglikan dan membran
bakteri Gram negatif lebih resisten terhadap luar yang lebih tipis (Lambert et al., 2001).
minyak atsiri dari tanaman rempah. Hal ini
Tabel 2. Aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol dan etil asetat seluruh bagian tanaman
kunyit
Konsentrasi Diameter penghambatan (mm)
Ekstrak
(ppm) E. coli S. aureus C. albicans
10.000 6 13 8
Daun etil asetat 15.000 8 14 10
20.000 10 16 12
10.000 - - -
Daun etanol 15.000 - - -
20.000 - - -
10.000 8 12 4
Batang etil asetat 15.000 10 14 7
20.000 12 16 10
10.000 5 3 -
Batang etanol 15.000 6 4 -
20.000 7 5 -
10.000 5 6 2
Rimpang etil asetat 15.000 7 7 3
20.000 9 8 4
10.000 7 6 -
Rimpang etanol 15.000 8 7 -
20.000 9 8 -
10.000 7 6 1
Akar etil asetat 15.000 10 9 3
20.000 12 12 4
10.000 3 5 -
Akar etanol 15.000 4 6 -
20.000 6 7 -
Nistatin 100 - - 14
Kloramfenikol 100 14 17 -
Etil asetat - - -
Etanol - - -
35
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
Tabel 3. Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol dan etil asetat seluruh bagian tanaman
kunyit
Simplisia bagian Konsentrasi Ekstrak etanol Ekstrak etil asetat
tanaman kunyit (ppm) Inhibisi (%) IC50 Inhibisi (%) IC50
5 8,29 8,54
10 21,53 17,57
Akar 25 38,49 31,79 ppm 45,05 32,73 ppm
50 93,81 85,89
100 94,06 94,93
5 9,28 19,18
10 14,48 41,46
Rimpang 25 27,85 48,33 ppm 64,73 20,42 ppm
50 56,93 88,37
100 89,73 92,45
5 5,94 5,57
10 9,78 13,74
Batang 25 35,52 42,56 ppm 46,16 37,11 ppm
50 69,80 76,73
100 92,70 93,56
5 5,69 12,99
10 16,21 13,24
Daun 25 32,67 45,94 ppm 30,94 47,17 ppm
50 63,49 69,80
100 89,11 82,67
3 31,68
6 74,26
Vitamin C
9 94,93 3,99 ppm
(dalam metanol)
12 96,16
15 96,29
36
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
Penelitian tentang tanaman yang atsiri yang beredar di pasaran ternyata hanya
biasa digunakan sebagai bumbu masakan memiliki aktivitas antioksidan saja seperti
pada beberapa tahun ini lebih difokuskan yang telah dilaporkan oleh Antunes et al.
untuk mengetahui kemampuannya di bidang (2012). Lebih lanjut, dalam penelitian
kesehatan meliputi antioksidan, tersebut aktivitas antimikroba didapatkan
antimutagenik, dan antikarsinogenik. Hal ini setelah penambahan asam askorbat. Oleh
karena tanaman tersebut, salah satunya karena itu penelitian ini mempunyai
kunyit, dapat melindungi tubuh manusia keunggulan karena ekstrak etil asetat dan
terhadap reaksi oksidasi seluler, infeksi etanol seluruh bagian tanaman kunyit
bakteri, dan kelainan yang menyangkut memiliki aktivitas antioksidan dan
metabolisme tubuh (Panpatil et al., 2013). antimikroba sekaligus.
Metode perendaman senyawa DPPH
merupakan pengujian yang mudah, cepat dan Uji Penapisan Fitokimia
dapat dipertanggungjawabkan untuk menguji Hasil penapisan fitokimia yang
aktivitas antioksidan (Suhaj, 2006). Senyawa dilakukan, ekstrak etanol dan etil asetat daun
antioksidan yang ada kemudian merombak tidak menunjukkan adanya senyawa
senyawa radikal dengan cara memberikan flavonoid (Tabel 4). Flavonoid terdeteksi
atom hidrogen atau elektron dan menangkap pada ekstrak etanol maupun etil asetat akar,
senyawa radikal bebas sehingga terbentuk rimpang, dan batang, namun tidak ada pada
senyawa non radikal (Stoilova et al., 2007). daun. Alkaloid tidak terdeteksi pada semua
Akibat aktivitas tersebut, senyawa DPPH sampel, sedangkan steroid/triterpenoid
yang berwarna ungu akan dirombak menjadi terdeteksi pada semua sampel. Hasil uji
senyawa ,-diphenyl--picrylhydrazyl yang penapisan fitokimia menunjukkan secara
berwarna kuning (Akowuah et al., 2005). keseluruhan bahwa ekstrak etanol dan etil
Seluruh ekstrak etanol dan atilasetat bagian asetat masing-masing bagian tanaman kunyit
tanaman kunyit mempunyai aktivitas megandung senyawa kimia golongan
antioksidan yang tergolong kuat. Hal ini flavonoid dan steroid/triterpenoid.
memperkuat sekaligus memperluas cakupan Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan,
penelitian sebelumnya yang masih terbatas ekstrak etanol dan etil asetat daun tidak
pada ekstrak rimpang dan daun kunyit yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
memiliki aktivitas antioksidan dan Oleh karena itu pada ekstrak etanol maupun
penghambatan tyrosinase (Chan et al., 2008). etil asetat daun kunyit mempunyai aktivitas
Rimpang tanaman kunyit merupakan antioksidan yang paling rendah diantara
bagian yang sering digunakan dalam ekstrak lainnya. Hal ini karena flavonoid
pengobatan tradisional di masyarakat. mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi
Tanaman menghasilkan senyawa antioksidan (Ghasemzadeh et al., 2012). Namun
dalam jumlah yang besar seperti karotenoid, demikian, penelitian ini masih sejalan
flavonoid, asam benzoat, asam askorbat, dengan penelitian sebelumnya yang
tokoferol untuk mencegah terjadinya melaporkan bahwa ekstrak etanol daun
oksidasi substrat (Samsudin & Panigoro, kunyit memiliki aktivitas antioksidan
2013). Mengkonsumsi tanaman rempah (Arutselvi et al., 2012). Flavonoid golongan
termasuk kunyit akan berdampak baik dalam kaempferol dan rutin dalam tanaman kunyit
usaha pencegahan beberapa penyakit kronis mempuyai aktivitas antioksidan
seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan (Ghasemzadeh et al., 2012). Kandungan
inflamasi (Hossain et al., 2008). flavonoid dalam kunyit juga mampu
Penelitian tentang tanaman kunyit menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus,
sebagai antimikroba dan antioksidan E. coli dan Klebsiella sp. (Chhetri et al.
cenderung menggunakan minyak atsirinya 2008). Golongan steroid dan terpenoid dalam
(Negi et al., 1999; Naz et al., 2010; Antunes ekstrak etanol rimpang kunyit mampu
et al., 2012). Akan tetapi beberapa minyak menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus
37
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
dan Enterobacter faecalis (Viji et al., 2013). aktivitas antioksidan tinggi (Samsudin &
Steroid/triterpenoid juga terdeteksi pada Panigoro, 2013).
sampel rimpang kunyit yang mempunyai
Tabel 4. Penapisan fitokimia ekstrak simplisia akar, rimpang, batang dan daun kunyit
Simplisia bagian flavonoid Alkaloid Steroid/ triterpenoid
tanaman kunyit etanol etil asetat etanol etil asetat etanol etil asetat
Akar + + - - + +
Rimpang + + - - + +
Batang + + - - + +
Daun - - - - + +
Keterangan: (+) terdeteksi; (-) tidak terdeteksi
38
Fitofarmaka, Vol. 5, No.1, Juni 2015 ISSN : 2087-9164
39
Fitofarmaka,Vol.5,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164
40
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi yang telah diberikan dalam membantu
kelancaran penerbitan Jurnal Fitofarmaka volume 5 nomor 1 Juni 2015.
Dewan Redaksi
PANDUAN PENULISAN JURNAL
Jurnal Fitofarmaka menerima tulisan ilmiah berupa hasil penelitian, review jurnal,
laporan penelitian dan laporan kasus yang berkaitan dengan bidang kefarmasian. Naskah
diutamakan yang belum pernah diterbitkan di media lain, baik cetak maupun elektronik. Jika
sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang
jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlangsungnya pertemuan tersebut. Naskah
berupa ketikan asli ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan abstrak bahasi Inggris.
1. Halaman Judul : berisi judul artikel dengan jumlah kata maksimal 14 kata, nama penulis
(tanpa gelar), dan institusi/ alamat tempat bekerja dari masing-masing penulis, dengan
alamat e-mail untuk korespondesi (corresponding author).
2. Abstrak : abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris dengan jumlah kata
maksimal 250 kata. Abstrak ditulis dengan ringkas dan jelas yang mencakup
pendahuluan, metode, hasil, pembahasan dan simpulan dari penelitian dilengkapi dengan
2-5 kata kunci.
3. Pendahuluan: berisi tentang informasi mengenai latar belakang yang relevan dengan
tujuan penelitian.
4. Metode Penelitian: menguraikan bahan, alat dan cara kerja yang digunakan.
5. Hasil dan Pembahasan: dipresentaskan dengan format yang mudah dimengerti dalam
bentuk gambar 2D maupun tabel. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format
tabel pada Microsoft Words diletakkan simetris di tengah area pengetikan, diberi nomor
sesuai urutan penyajian (Tabel 1, dst.), tanpa garis batas kanan atau kiri. Gambar harus
diberi nomor sesuai urutan penyajian (Gambar 1, dst.). Pembahasan pada artikel
penelitian dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dan dikorelasikan dengan studi lain
yang relevan. Diskusi difokuskan pada hasil utama penelitian. Keterbatasan penelitian
dan dampak hasil penelitian dijelaskan dengan rinci. Penulis harus menjelaskan mengenai
keterbatasan dan rekomendasi penangannan yang mendukung referensi.
6. Simpulan: simpulan berhubungan dengan tujuan penelitian. Saran penelitian diberikan
untuk merekomendasikan penanganan bila ada keterbatasan penelitaian.
7. Ucapan Terima Kasih: bila ada, tidak menggunakan singkatan.
8. Daftar Pustaka: pustaka ditulis sesuai sistem Harvard Referencing Standard. Sebanyak
80% pustaka yang digunakan merupakan pustaka primer dan terbitan 10 tahun terakhir.
Contoh penulisan daftar pustaka rujukan sebagai berikut:
a. Buku
[1] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul buku dicetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi.
Contoh:
OBrien, J.A. dan. J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems.
Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.
b. Artikel Jurnal
[2] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul artikel. Nama jurnal dicetak miring. Vol (Nomor): Rentang
Halaman.
Contoh:
Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning.
The Journal of Artistic and Creative Education. 6 (1): 94-111.
c. Prosiding Seminar/Konferensi
[3] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul artikel. Nama konferensi. Tanggal, Bulan dan Tahun,
Kota, Negara. Halaman.
Contoh:
Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture
management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-
schaftsInformatik. 16-18. February 2011, Zurich, Swis. Hal. 776-786.
d. Tesis atau Disertasi Computationally Intensive Approaches to Inference in Neo-
Normal Linear Models: Ph.D. thesis, CUT Western Australia
[4] Penulis (nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi,
Tesis, atau Disertasi. Universitas.
Contoh:
Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa
Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.
e. Sumber Rujukan dari Website
[5] Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator (URL). Tanggal
Diakses.
Contoh:
Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave
new world?. http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf.
Diakses tanggal 18 Juni 2011.
FORMULIR BERLANGANAN / PEMBELIAN
JURNAL FITOFARMAKA
Jl. Pakuan PO BOX 452, Telp/Fax. (0251)8375547
Nama : .................................................................................................................
Institusi : .................................................................................................................
Alamat : .................................................................................................................
.................................................................................................................
Telepon/Fax : .................................................................................................................
Ingin menjadi pelanggan/ pembeli Jurnal Fitofarmaka selama .. tahun,
dimulai dari Vol No......... tahun . sampai Vol......... No. tahun ..
., .
Pelanggan,
....
(Tanda tangan dan nama terang)
CATATAN:
1. Biaya berlanggan selama 1(satu) tahun (2 kali
penerbitan), sebesar Rp. 150. 000,- ditambah
ongkos kirim 20%.
2. Mohon diisi dengan lengkap dan dikirim/ fax/ e-mail
ke alamat tersebut di atas beserta bukti transfer.