Anda di halaman 1dari 5

Beragam definisi dari CSR disajikan oleh

individu maupun lembaga pelaksana program


CSR. Namun sampai saat ini, belum ada definisi
CSR yang secara universal dapat diterima semua
kalangan. Elkington (1998) merangkum definisi
CSR dalam suatu konsep 4P, yaitu suatu bentuk
kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian
keuntungannya (profit) bagi kepentingan
pembangunan manusia (people) dan lingkungan
(planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur
(procedure) yang tepat dan profesional.
Konsep people merujuk pada konsep social
development dan human rights yang menyangkut
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial
masyarakat.

Bidang
pendidikan merupakan salah satu pilihan program
CSR yang sering mendapatkan perhatian perusahaan.
Lebih lanjut, arah implementasi CSR pada
bidang pendidikan makin terasa diwujudkan oleh
berbagai perusahaan dewasa ini. Alasan manajemen
perusahaan memfokuskan program CSRnya
ke dunia pendidikan dikarenakan fakta bahwa
sarana dan prasarana pendidikan masih memprihatinkan,
dan kesadaran tentang diperlukannya
SDM handal yang lahir dari pendidikan yang
memadai (Mulyandari dkk, 2010).

Beberapa manfaat yang diterima


perusahaan mungkin tidak akan diterima
secara langsung, melainkan dalam jangka waktu
lama. Hal ini dikarenakan CSR bukanlah program
sekali dan selesai, namun berkelanjutan. Meskipun
implementasi CSR khususnya di bidang pendidikan
membutuhkan waktu yang lama, namun
CRS akan memberikan keuntungan jangka panjang
yang berkelanjutan bagi perusahaan (Mulyandari
dkk, 2010).

Manfaat langsung yang akan dirasakan


perusahaan adalah mendapatkan tenaga kerja terdidik
dan sumber daya manusia yang handal.

Menurut Reza Rahman (2009, hlm. 13), di Indonesia, CSR gencar


dikampanyekan oleh Indonesia Business Link (IBL). Terdapat lima pilar aktivitas
CSR, yaitu:
1. Building human capital
Berkaitan dengan internal perusahaan untuk menciptakan sumber daya manusia
yang andal. Di sisi lain, perusahaan juga dituntut melakukan pemberdayaan
masyarakat.
2. Strengtening economies
Perusahaan harus memberdayakan ekonomi masyarakat sekitarnya agar terjadi
pemerataan kesejahteraan masyarakat.
3. Assesing social chesion
Upaya menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar agar tidak
menimbulkan konflik.
4. Encouraging good governance
Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya mengacu pada Good Corporate
Governence (GCG).
5. Protecting the environment
Mengharuskan perusahaan untuk menjaga lingkungan sekitarnya.
(Wahyudi&Azheri, dalam Reza Rahman, 2008, hlm. 37).

Perkembangan CSR untuk konteks Indonesia, terutama yang berkaitan


dengan pelaksanaan untuk kategori discresi-onary responsibility, dapat dilihat dari
dua perspektif yang berbeda. Pertama, pelaksanaan CSR memang merupakan
praktek bisnis secara sukarela (discretionary business practice). Artinya,
pelaksanaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan
merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Kedua, pelaksanaan CSR bukan
lagi merupakan discretionary business practice, karena pelaksanaannya sudah
diatur oleh undang-undang (bersifat mandatory). Sebagai contoh, badan usaha
milik negara (BUMN) memilki kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang
diperoleh perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial, seperti pemberian modal
bergulir untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Demikian halnya, bagi
perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam atau
berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan CSR,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2007 tentang perseroan terbatas pasal 74. (Ismail Solihin, hlm. 161).

Manfaat dan Tujuan CSR


CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan menjadi bagian yang penting
dari kegiatan organisasi. CSR didasarkan pada konsep bahwa bisnis bersifat
accountable atau dapat dipertanggungjawabkan kepada banyak pihak atau
pemangku kepentingan. Manfaat dan tujuan CSR dapat dirasakan bagi perusahaan,
karyawan, masyarakat, lingkungan, serta bagi khalayak.
Menurut Eva Zhoriva Yusuf dan Lesley Williams (2007, p. 242), CSR dapat
membantu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, menurunkan biaya
operasinya, meningkatkan citra merek dan reputasinya, meningkatkan penjualan
dan loyalitas pelanggan, menghasilkan produktivitas dan kualitas produk yang lebih
tinggi, menarik dan mempertahankan karyawan, mengakses modal, membantu
memastikan keselamatan produk, serta menurunkan kewajiban legal suatu
organisasi. CSR juga memberikan manfaat kepada masyarakat dan khalayak.
Misalnya, dana, pekerja atau pelatih sukarela, keterlibatan atau dukungan
perusahaan bagi pendidikan masyarakat, program ketenagakerjaan, dan
programprogram serupa lainnya, juga memberikan produk yang aman dan
berkualitas. CSR
juga memberi manfaat lingkungan. Manfaat ini biasanya meliputi daur ulang materi
yang lebih besar, ketahanan, dan fungsionalitas produk yang lebih baik, lebih
banyak penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, pemanfaatan
perangkat manajemen lingkungan dalam perencanaan bisnis, termasuk standar
eko-labeling dan manajemen lingkungan.

CSR pada Perusahaan Pertambangan


Walker dan Howard (2002) di dalam Jenkins dan Yakovleva (2006) menyebutkan beberpa alasan
mengapa CSR dan juga seperti pelaporan sukarela lainnya penting bagi perusahaan per-tambangan,
yaitu:
1. Opini publik terhadap sektor pertambangan secara keseluruhan masi terbilang kurang.
2. Grup-grup pressure secara konsisten telah menargetkan sektor yang berada pada level lokal dan
internasional, menantang legitimasi industri.
3. Sektor keuangan semakin fokus terhadap sektor dari manajemen resiko maupun per-spektif
tanggung jawaba sosial. Hal ini tidak biasa bagi perusahaan pertambangan untuk disaring dari
dana investasi tanggung jawab sosial seluruhnya.
4. Mempertahankan 'ijin untuk beroperasi' merupakan tantangan yang bersifat terus
menerus. Misalnya, perlawanan oleh berbagai organisasi sosial untuk ekspansi
pertambangan emas di Gunung Quilish Peru telah menyebab-kan Newmont untuk
menangguhkan kegiatan-nya. Oposisi terhadap tambang didasarkan pada tuduhan suap
untuk konsesi, kurangnya keterlibatan masyarakat, dampak pada daerah terutama lahan
pertanian, polusi dan dampak kesehatan terkait, dan masuknya migran yang mencari
pekerjaan.
Elkington, John. 1998. Cannibals With Forks: The
Triple Bottom Line in 21st Century Business.
Gabriola Island, BC: New Society Publishers.

Reza Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility, Antara Teori dan
Kenyataan. Jakarta: MedPress.Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun
III/01/2011 ISSN : 2085 1979

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability.


Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Yusuf, Eva Zhoriva & Lesley Williams. 2007. Manajemen Pemasaran, Studi Kasus
Indonesia. Seri Manajemen Pemasaran no. 16, Lembaga Manajemen PPM dengan
Penerbit

Anda mungkin juga menyukai