Anda di halaman 1dari 6

ISSN No.

1978-3787 Media Bina Ilmiah 45

PRIORITAS REHABILITASI JARINGAN DRAINASE DI KOTA DENPASAR

Oleh:

Ni Putu Ety Lismaya Dewi


Dosen dpk Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk menanggulangi adanya
genangan banjir.Sistem drainase yang ada di Kota Denpasar masih belum tertata dengan baik sehingga
saat musim penghujan sering terjadi banjir. Berdasarkan kondisi eksisting, sistem jaringan drainase di
Kota Denpasar dibagi menjadi lima sistem utama yaitu sistem I (sistem Tukad Badung), sistem II (sistem
Tukad Ayung), sistem III (sistem Tukad Mati), sistem IV (sistem Niti Mandala-Suwung) dan sistem V
(sistem Pemogan). Karena keterbatasan sumber daya dan anggaran yang dialokasikan pemerintah maka
diperlukan adanya skala prioritas dalam rehabilitasi sistem jaringan drainase di Kota Denpasar.Penelitian
ini memiliki tujuan untuk melakukan penentuan skala prioritas rehabilitasi jaringan drainase dengan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penentuan skala prioritas dengan metode AHP
menunjukkan bahwa nilai tertinggi decision score adalah 44,5% pada sistem III artinya prioritas pertama
rehabilitasi jaringan drainase di Kota Denpasar dilakukan di sistem III, prioritas kedua di sistem IV
dengan skor 25,7%, prioritas ketiga di sistem V dengan skor 15,2%, prioritas keempat di sistem I dengan
skor 9,3%, dan prioritas kelima di sistem II dengan skor 4,4%.

Kata Kunci: banjir, rehabilitasi jaringan drainase, metode Analytical Hierarchy Process

PENDAHULUAN
Sebagai pusat pemerintahan dan pendidikan curah hujan yang tinggi maka sebagian besar air
serta pariwisata, tanah di Kota Denpasar sangat akan menjadi aliran air permukaan yang langsung
potensial beralih fungsi dari lahan sawah menjadi masuk ke dalam sistem drainase sehingga
lahan kering (perumahan, industri, jalan dan lain- kapasitasnya terlampaui dan menyebabkan banjir.
lain).Luas wilayah Kota Denpasar sebesar 12.778 Berdasarkan kondisi eksisting, sistem jaringan
Ha atau 2,18% dari luas wilayah Propinsi Bali. drainase yang ada di wilayah Kota Denpasar dapat
Sedangkan bila dilihat dari penggunaan tanahnya, dibagi menjadi 5 (lima) sistem utama (PT.
dari luas wilayah yang ada sekitar 2.632 Ha Suwanda Karya Mandiri, 2012) yaitu:
merupakan tanah sawah, 10.136 Ha merupakan 1. Sistem I : Sistem Tukad Badung
tanah kering dan sisanya seluas 10 Ha merupakan 2. Sistem II : Sistem Tukad Ayung
tanah lainnya seperti tambak, kolam, tebat dan 3. Sistem III : Sistem Tukad Mati
empang. Selama kurang lebih lima tahun terakhir 4. Sistem IV : Sistem Niti Mandala-Suwung
ini luas lahan sawah berkurang sekitar 283 Ha atau dan sekitarnya
menyusut rata-rata tiap tahun sekitar 2,8%. 5. Sistem V : Sistem Pemogan
Perubahan tata guna lahan yang sangat cepat ini
menyebabkan berkurangnya daerah resapan air Dari laporan pendahuluan studi evaluasi
yang berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. prasarana dan sarana drainase Kabupaten Badung
Pada daerah pemukiman dimana telah padat dan Kota Denpasar (PT. Suwanda Karya Mandiri,
dengan bangunan sehingga tingkat resapan air ke 2012), daerah genangan air pada masing-masing
dalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan sistem adalah:
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 3, Juni 2014
46 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

a. Pada sistem I, daerah genangan air terdapat di Dalam penelitian ini metoda SPK yang
Jl. Gatsu VI dan sekitarnya, Jl. Gatot Subroto, digunakan untuk menyusun prioritas rehabilitasi
Jl. Sari Gading, Jl. Ratna, Jl. Suli, Jl. Kamboja sistem jaringan drainase adalah metode Analytical
di Desa Dangin Puri Kangin, Desa Sumertha Hierarchy Proces (AHP).Menurut Bourgeois
Kauh. dalam Susila dan Ernawati (2007), metode AHP
b. Pada sistem II, daerah genangan air terdapat digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas
di Jl. Gatsu Timur Desa Kesiman Petilan, Jl. dari berbagai alternatif/pilihan yang ada dan
Gumitir Desa Kesiman Kertalangu. pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau
c. Pada sistem III, daerah genangan air terdapat multi kriteria. Secara umum, dengan menggunakan
di Jl. Cargo dan sekitarnya, Jl. Buluh Indah AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat
dan sekitarnya, Jl. Gunung Agung, Jl. Gunung konsisten dengan teori, logis, transparan, dan
Batur dan sekitarnya, lingkungan Desa Tegal partisipatif. Dengan tuntutan yang semakin tinggi
Kerta dan Desa Tegal Harum (Perumnas), berkaitan dengan transparansi dan partisipasi, AHP
lingkungan Jl. Demak, Jl. Kertapura Desa akan sangat cocok digunakan untuk penyusunan
Pemecutan Kelod, lingkungan Br. Abian prioritas kebijakan publik yang menuntut
Timbul Desa Pemecutan Kelod. transparansi dan partisipasi.
d. Pada sistem IV, daerah genangan air terdapat Selanjutnya Mutaqqin (2006), memberikan
di Jl.Waturenggong dan sekitarnya, Jl. Tukad ilustrasi penyusunan prioritas rehabilitasi sistem
Yeh Penet, Lingkungan Br. Peken, jaringan drainase di Perumahan Josroyo Indah
Lingkungan Br. Pande Kelurahan Renon, Jl. Jaten Kabupaten Karanganyar dengan metode
Bedugul, Jl. Dewata dan sekitarnya Desa AHP yang menghasilkan bahwa prioritas utama
Sidakarya, lingkungan pemukiman Bumi Ayu dalam rehabilitasi sistem jaringan drainase
Sanur, Jl. By Pass Ngurah Rai Sanur dan dilakukan di Sub Sistem 04 Perumahan Josroyo
sekitarnya. Indah Jaten Kabupaten Karanganyar.
e. Pada sistem V, daerah genangan air terdapat Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
di Jl. Pulau Seram, Jl. P. Tarakan, Jl. P. Buton metode AHP dapat digunakan untuk menyusun
dan sekitarnya, Jl. Satelit, Jl. P. Serangan, prioritas rehabilitasi jaringan drainase di Kota
lingkungan Kantor BPTP Br. Sanggaran, Denpasar dari berbagai alternatif/pilihan yang ada
lingkungan Gria Anyar Br. Rangkan Sari, dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks.
lingkungan Jl. Sunia Negara, Jl. Raya Dengan memperhatikan latar belakang di atas
Pemogan, JL. By Pass Ngurah Rai dan maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
pertokoan mebel, lingkungan Perumahan Bagaimana rumusan prioritas rehabilitasi sistem
Mekar II Pemogan. jaringan drainase dengan menyusun Sistem
Pendukung Kebijakan (SPK) menggunakan
Prioritas rehabilitasi sistem jaringan drainase metode Analytical Hierarchy Process (AHP)?
memerlukan data akurat sebagai dasar setiap
keputusan penanganan daerah rawan METODE PENELITIAN
banjir.Dengan berkembangnya berbagai metoda,
a. Pengumpulan Data Primer
maka analisis keputusan dapat dibantu dengan
Pengumpulan data primer yang dilakukan
metoda sistem pendukung kebijakan
(SPK).Penggunaan SPK atau yang lebih dikenal pada penelitian ini dengan cara survei langsung di
dengan Decision Support System (DSS) diharapkan lapangan, wawancara ataupun penyebaran
sangat membantu memberikan informasi dan kuesioner terhadap para expertis yang menjadi
bantuan dalam menentukan prioritas rehabilitasi sasaran penelitian. Adapun data primer yang
sistem jaringan drainase. SPK hanyalah merupakan diperlukan adalah data untuk pembobotan prioritas
alat bantu dan bukan penganti para pengambil rehabilitasi jaringan drainase.
keputusan, sehingga keberadaan SPK hanyalah
Untuk mendapatkan data pembobotan
sebagai dasar penentuan berbagai kebijakan dan
prioritas rehabilitasi jaringan drainase dilakukan
bukan penentu kebijakan.
_____________________________________________
Volume 8, No. 3, Juni 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 47

dengan metode purposive sampling dimana daerah layanan dan rencana anggaran biaya
peneliti yang didasari atas kemampuan dan rehabilitasi. Kriteria-kriteria ini disusun dalam
pengetahuan serta pertimbangan tertentu dapat bentuk hirarki seperti gambar berikut:
menentukan pilihan dalam memilih responden
yang diyakini mampu memberikan jawaban pada
kuisioner sesuai dengan topik penelitian
(Sugiyono, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka
sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 10
responden terdiri dari para expertis seperti pada
berikut:
No KeteranganResponden
KepalaDinas PU Kota Denpasar
1
(expertis drainase dan irigasi)
Kasubdin Pengairan Dinas PU Kota Denpasar
2
(expertis drainase dan irigasi)
Kasi O & P Pengairan Dinas PU Kota Denpasar
3 d. Analisis Data
(expertis drainase dan irigasi)
4
Kepala Dinas PU Propinsi Bali Menurut Saaty dalam Marimin (2004),
(expertis drainase dan irigasi) prinsip kerja AHP kriteria dan alternatif dinilai
Kabid SumberDaya Air PU Propinsi Bali
5
(expertis drainase dan irigasi) melalui perbandingan berpasangan untuk berbagai
Akademisi Fakultas Teknik Universitas Udayana persoalan dengan menggunakan skala 1 sampai 9.
6
(expertis drainase dan irigasi) Selanjutnya perbandingan kriteria diberi
Akademisi Fakultas Teknik Universitas Udayana pembobotan berdasarkan persepsi dan tingkat
7
(expertis drainase dan irigasi)
Akademisi Fakultas Teknik Undiknas kepentingannya dari yang terburuk sampai yang
8
(expertis drainase dan irigasi) terbaik.
Konsultan Arthacon Setelah melakukan pembobotan kriteria dan
9
(expertis drainase)
Konsultan Ayu Design
alternatif, dilakukan analisis dengan metode AHP
10 sehingga didapat hasil daerah mana yang
(expertis drainase)
diprioritaskan secara berurutan untuk dilakukan
rehabilitasi.Dalam analisis ini digunakan bantuan
b. Pengumpulan Data Sekunder program komputer Expert Choice versi 11.
Pengumpulan data sekunder adalah
pengumpulan data yang dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengumpulkan data yang ada pada instansi terkait, Untuk penentuan skala prioritas rehabilitasi
studi pustaka dan data-data hasil penelitian jaringan drainase di Kota Denpasar, dilakukan
sebelumnya yang terkait dengan penelitian dengan menyebarkan kuisioner terhadap 10 orang
ini.Adapun data sekunder yang diperlukan terkait responden yang terdiri dari para expertis.Dari hasil
dengan wilayah studi adalah kondisi umum wawancara, selama ini dalam menentukan
wilayah studi, kondisi existing jaringan drainase, prioritas, parameter yang digunakan adalah
kependudukan, luas area layanan dan tata guna kerusakan jaringan drainase, rencana anggaran
lahan. biaya rehabilitasi dan luas daerah
layanan.Sedangkan parameter yang belum
c. Perumusan sistem pendukung kebijakan
rehabilitasi diperhitungkan adalah partisipasi masyarakat.
Sehingga dalam penelitian ini akan dihitung
Pada penelitian ini langkah penentuan skala pengaruh seluruh parameter tersebut dalam bentuk
prioritas dibagi dalam 5 (lima) sistem jaringan bobot prioritas.
drainase, masing-masing sistem ditentukan Penilaian responden pada alternatif terhadap
berdasarkan 4 (empat) kriteria yaitu partisipasi kriteria partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa
masyarakat, tingkat kerusakan badan saluran, luas partisipasi masyarakat pada sistem III memiliki
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 3, Juni 2014
48 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

pengaruh paling besar yaitu dengan bobot 43%, prioritas pertama untuk dilakukan rehabilitasi.
kemudian diikuti oleh sistem IV 26%, sistem V Berdasarkan kondisi eksisting, pada sistem III
18,2%, sistem I 8,8% dan sistem II 4%. Sehingga terdapat pasangan tebing sungai yang longsor
berdasarkan kriteria partisipasi masyarakat, sistem akibat tergerus banjir seperti pada Tukad Mati
III mendapat prioritas pertama untuk dilakukan selatan jembatan Teuku Umar, sebelah barat Pura
rehabilitasi. Demak, dan senderan di tebing Tukad Mati Utara
Penilaian responden pada alternatif terhadap jebol di Jalan Gunung Agung (PT. Suwanda Karya
subkriteria kapasitas saluran menunjukkan bahwa Mandiri, 2012).
kapasitas saluran pada sistem III memiliki Penilaian responden pada alternatif terhadap
pengaruh paling besar yaitu dengan bobot 47,1%. subkriteria sedimentasi menunjukkan bahwa
Sehingga berdasarkan subkriteria kapasitas saluran, sedimentasi pada sistem III memiliki pengaruh
sistem III mendapat prioritas pertama untuk paling besar yaitu dengan bobot 52,1%. Sehingga
dilakukan rehabilitasi.Berdasarkan studi literatur berdasarkan subkriteria sedimentasi, sistem III
dan hasil pengamatan, pada sistem III alur sungai mendapat prioritas pertama untuk dilakukan
dangkal dan sempit oleh karena akumulasi sedimen rehabilitasi.Berdasarkan studi literatur dan hasil
pada palung sungai serta sudah ada perkuatan pengamatan, pada sistem III terjadi tingkat
tebing sungai yang sempit untuk kepentingan sedimentasi yang tinggi dan tumpukan sampah
pondasi pemukiman.Adanya penyempitan alur pada badan saluran. Kondisi ini dapat dilihat pada
sungai terutama pada bagian tengah dan hilir sebagian besar ruas saluran yang ada.
sehingga kerap menimbulkan terjadinya banjir. Sedangkan, penilaian responden pada
Disamping itu tanaman pengganggu banyak alternatif terhadap kriteria luas daerah layanan
menutupi alur sungai sehingga kapasitas sungai menunjukkan bahwa luas daerah layanan pada
terbatas. Kondisi ini terutama terlihat pada saluran sistem III mendapat prioritas ketiga setelah sistem
sepanjang jalan Imam Bonjol untuk Tukad Teba, IV dan sistem I yaitu dengan bobot 14,3%.
alur Tukad Mati terutama di sebelah hulu bendung Berdasarkan studi literatur, luas daerah layanan
Ulun Tanjung dan kawasan di sekitar bendung sistem I adalah 27,55 km2, sistem II adalah 19,00
Ulun Tanjung. Pada bagian hilir Tukad Mati terjadi km2, sistem III adalah 25,49 km2, sistem IV adalah
back water akibat pengaruh pasang surut air laut 38,50 km2, dan sistem V adalah 10,06 km2.
yang dapat menahan laju aliran drainase menuju Penilaian responden pada alternatif terhadap
muara. Sistem pengembangan permukiman dengan kriteria RAB rehabilitasi menunjukkan bahwa
sistem Land Consolidation (LC) dari tanah RAB rehabilitasi pada sistem III mendapat
persawahan telah menimbulkan perubahan arah prioritas pertama yaitu dengan bobot 53,1%,
pemakaian saluran dari saluran irigasi menjadi kemudian diikuti oleh sistem IV 20,3%, sistem V
saluran drainase. Kondisi ini dapat dilihat pada 14,7%, sistem I 7,3% dan sistem II 4,6%.
beberapa perumahan seperti Perumnas Monang- Setelah dilakukan penetuan prioritas global,
Maning dan beberapa perumahan di Padang hasil penentuan skala prioritas dengan metode AHP
Sambian, sekitar jalan Pura Demak dll. Adanya menunjukkan bahwa nilai tertinggi decision score
perubahan alih fungsi lahan yang cukup signifikan adalah 44,5% pada sistem III artinya prioritas
telah memberi andil besar untuk meningkatkan pertama rehabilitasi jaringan drainase di Kota
terjadinya limpasan permukaan. Peningkatan Denpasar dilakukan di sistem III.
limpasan air yang ada tidak diimbangi dengan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
peningkatan kapasitas drainase yang memadai bahwa hasil penentuan skala prioritas dengan
sehingga akan menimbulkan genangan. metode AHP konsisten dengan kondisi eksisting
Penilaian responden pada alternatif terhadap sistem jaringan drainase di Kota Denpasar
subkriteria kondisi badan saluran menunjukkan sehingga prioritas pertama rehabilitasi jaringan
bahwa kondisi badan saluran pada sistem III drainase harus dilakukan di sistem III.
memiliki pengaruh paling besar yaitu dengan
bobot 50,1%. Sehingga berdasarkan subkriteria
kondisi badan saluran, sistem III mendapat
_____________________________________________
Volume 8, No. 3, Juni 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 49

PENUTUP Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.


2003. Panduan dan Petunjuk Praktis
a. Simpulan
Pengelolaan Drainase Perkotaan.
1. Hasil penentuan skala prioritas dengan Jakarta.
metode AHP menunjukkan bahwa nilai
tertinggi decision score adalah 45,5% pada Deputi Bidang Sarana dan Prasarana.Kebijakan
sistem III artinya prioritas pertama rehabilitasi Penanggulangan Banjir di
jaringan drainase di Kota Denpasar dilakukan Indonesia.Direktorat Pengairan dan
di sistem III, prioritas kedua di sistem IV Irigasi. Jakarta
dengan skor 25,7%, prioritas ketiga di sistem
V dengan skor 15,2%, prioritas keempat di Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2010. Pedoman
sistem I dengan skor 9,3%, dan prioritas Operasi dan Pemeliharaan Prasarana
kelima di sistem II dengan skor 4,4%. Dasar Desa. Jakarta.
2. Dari hasil analisis sensitivitas didapat bahwa
pengaruh yang paling besar diberikan oleh Dewi, N.P.E.L. 2013.Partisipasi Masyarakat
kriteria tingkat kerusakan jaringan yaitu Dalam Operasional Dan Pengelolaan
sebesar 59,1%, diikuti oleh partisipasi Sistem Jaringan Drainase Di Kota
masyarakat sebesar 26,6%, luas daerah Denpasar.Media Bina Ilmiah Vol. 7 No 3
layanan sebesar 8,3% dan RAB rehabilitasi Mei 2013.
sebesar 6%.
Imamuddin dan Kadri.2006. Penerapan Algoritma
b. Saran AHP Untuk Prioritas Penanganan
Hasil penentuan skala prioritas dengan Banjir.Seminar Nasional Aplikasi
metode AHP konsisten dengan kondisi eksisting Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006).
sistem jaringan drainase di Kota Denpasar Yogyakarta, 17 Juni.
sehingga prioritas pertama rehabilitasi jaringan
drainase harus dilakukan di sistem III. Ismiyati. 2004. Statitistika dan Aplikasinya.
Semarang: Magister Teknik Sipil
DAFTAR PUSTAKA Universitas Diponegoro.

Latifah, S. 2005. Prinsip-prinsip Dasar Analytical


Badan Pusat Statistik. 2009. Profil Kota Hierarchy Process. e-USU
Denpasar.Denpasar. Reposritory. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus
Penduduk 2010 Kota Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria
Denpasar.Denpasar. Majemuk. Penerbit PT Grasindo.
Badan Pusat Statistik. 2011. Denpasar dalam Murdiono, B. 2008.Peran Serta Masyarakat Pada
Angka.Denpasar. Penyusunan Rencana Pengelolaan Daya
Rusak Sumber Daya Air (tesis).
BAPPEDA Kota Denpasar.2010. Masterplan Semarang: Universitas Diponegoro.
Drainase dan Irigasi Kota
Denpasar.Denpasar. Mutaqqin, A.Y. 2006.Kinerja Sistem Drainase
Yang Berkelanjutan Berbasis Partisipasi
Brans, J.P, Mareschal, B., Vincke, P. 1986. How to Masyarakat (Studi Kasus di Perumahan
Select and Rank Projects:The Josroyo Indah Jaten Kabupaten
PROMETHEE Method. European Karanganyar) (tesis). Semarang:
Journal of Operations Research, Vol.24, Universitas Diponegoro.
228-238.
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 3, Juni 2014
50 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

PT. Arthacons. 2010. Laporan Akhir DED Analytical Hierarchy Process (AHP)
Drainase Denpasar.Denpasar. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

PT. Suwanda Karya Mandiri.2012. Laporan Suyasa, I.D.G. 2008.Penetuan Skala Prioritas
PendahuluanStudi Evaluasi Prasarana Penanganan Jalan Kabupaten Dengan
dan Sarana Drainase Kabupaten Badung Metode AHP di Kabupaten Badung
dan Kota Denpasar.Denpasar. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Purbawijaya, I.B.N. 2009.Manajemen Resiko Syahrial, F. 2007. Evaluasi Pengelolaan Sistem


Penanganan Banjir Pada Sistem Jaringan Drainase Kota Padang (Studi Kasus
Drainase di Wilayah Kota Denpasar Drainase Air Tawar-Ganting) (tesis).
(tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik Wignyosukarto, Budi. 2001. Pemanfaatan Decision
untuk Pengambilan Keputusan dalam Support System Untuk Perencanaan
Situasi yang Kompleks. Jakarta: Penerbit Sitem Drainase.Makalah pada Kongres
PT. Pustaka Binaman Pressindo. VII dan PIT VIII Himpunan Ahli Teknik
Hidraulik Indonesia (HATHI).Malang.
Saragi, T.E. 2007.Tinjauan Manajemen Sistem
Drainase Kota Pematang Siantar (tesis). Yudhiantari.2002, Ekowisata Sebagai Alternatif
Medan: Universitas Sumatera Utara. Dalam Pengembangan Wisata yang
Berkelanjutan (tesis). Semarang:
Sobriyah dan Wignyasukarto.2001. Peran Serta Universitas Diponegoro.
Masyarakat dalam Pengendalian Banjir
untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi
Daerah.Makalah pada Kongres VII dan
PIT VIII Himpunan Ahli Teknik
Hidraulik Indonesia (HATHI). Malang.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian.


Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suripin.2004. Sistem Drainase Perkotaan yang


Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit
Andi.

Susila dan Ernawati. 2007. Penggunaan Analytical


Hierarchy Process Untuk Penyusunan
Prioritas Proposal Penelitian.
Informatika Pertanian Volume: 16 No.2.

Sutika, I.K. 2010.Penentuan Skala Prioritas


Kegiatan Penanganan Ruas-Ruas Jalan
Provinsi di Provinsi Bali Dengan Metode

_____________________________________________
Volume 8, No. 3, Juni 2014 http://www.lpsdimataram.com

Anda mungkin juga menyukai