LANGIT tak menjingga seperrti senja kemarin. Gerimis
yang berubah menjadi hujan deras telah membuatnya tampak kelabu. Seorang wanita brelari-lari kecil mejunu halte. Air yang tumpah dari langit mengguyurnya tanpa ampun. Wnita itu tidak peduli pada pakaiannya yang kuyup. Rambut sebahu yang tergerai pun mejadi lepek. Wanita yang terbiassa di panggil Bida itu terus berlari tanpa henti. Ia tak mau mengacuhkan apa pun demi menuju kota kelahirannya.
Tak butuh waktu lama Bida telah sampai di halte dan
menumpangi angkutan umum yang menuju terminal. Suasana terminal cukup ramai sore itu Hujan bukanlah penghalang bagi mereka yang membutuhkan kendaraan di dalam maupun ke luar kota. Bida bergegas mencari bus jurusan Jakarta-Merak di jalur bus luar kota. Bruntunglah ia ketika mendapati bu primajasa di sudut terminal. Ia lalu melangkah masuk tanpa menoleh ke belakang.
Bua cukup lama mengetm di di terminal. Dengan alasan
kejar setoran, sopir dan kondektur menuntut supaya para penumpang bersabar menunggu keberangkatannya hingga kursi-kursi penumpang terisi penuh. Bida memilih kursi paling depan. Dari balik jendela bus, ia menatap ke luar. Dipandanginya hujan yang rintiknya lebih lambat. Kedua bola mata Bida berkaca-kaca.