Anda di halaman 1dari 7

PERENCANAAN DAN EVALUASI AGRIBISNIS PETERNAKAN KELINCI

Tim Penyusun :

Kelompok 10B

Khoirul Dwinugraha D1E013166


Rodiyyatun Rukmini D1E013168
Nugro Tri Wicakso D1E013169
Rio Adhitya Cesart D1E013170
Septian Fathurrozi D1E013172
Iin Eriandani D1E013173
Melisa Eka Ningrum D1F014019

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2016
ABSTRAK

Perencanaan usaha yang dijalankan ialah usaha peternakan kelinci


yang mempunyai kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan daging
kelinci untuk wilayah Purwokerto dan Banyumas, Jawa Tengah. Peternakan
kelinci ini mempunyai 250 ekor kelinci dengan berbagai ras yang
diutamakan untuk pedaging, selain itu untuk kesenangan atau hobby.
Peternakan kelinci berada pada lahan milik sendiri yang beralamatkan di Jl.
Kelurahan No. 48, RT 01 RW 04, Sokabaru, Berkoh, Purwokerto. Ada lima
aspek dalam usaha ini yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologis, aspek manajemen operasional, aspek ekonomi dan keuangan
dan aspek yuridis. Aspek pasar terdiri atas produk yang dihasilkan berupa
kelinci pedaging dan kelinci ras, sasaran konsumennya ialah dalam dan
luar kota Purwokerto dan Banyumas, situasi persaingan pasar dengan cara
pemasaran dalam bentuk olahan daging kelinci seperti sosis, bakso,
nugget, dendeng dan abon. Strategi pemasaran melalui media sosial,
selain itu peternakan ini mengikuti forum pecinta kelinci baik daerah
Banyumas maupun Purwokerto. Aspek teknis dan teknologi mencangkup
kandang kelinci yang berada di kandang panggung dengan sekat-sekat
antar kelinci. Aspek manajemen operasional yaitu area yang berada
strategis dari beberapa peternak sehingga semua dapat memantau. Aspek
ekonomi dan keuangannya melalui pemeliharaan awal sebesar 10 ekor
kelinci dengan modal yang dipakai sebesar Rp. 50.000,00 tiap pembelian
1 ekor kelinci. Selain itu ada aspek yuridis yang berhubungan dengan
perizinan pendirian bangunan serta mematuhan Undang Undang Nomor
41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesahatan Hewan.
ISI DOKUMEN

Perencanaan usaha peternakan yang akan dibuat adalah usaha


peternakan kelinci. Usaha peternakan kelinci yang didirikan akan
mempunyai kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan daging kelinci
untuk wilayah Purwokerto dan Banyumas, Jawa Tengah. Peternakan kelinci
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dagingnya saja tetapi juga untuk
hobby atau kesenangan orang-orang yang menggemari pelihara kelinci.
Peternakan kelinci ini mempunyai 250 ekor kelinci dengan berbagai ras
yang diutamakan untuk pedaging, selain itu untuk kesenangan atau
hobby. Peternakan kelinci ini berada pada lahan milik sendiri yang
beralamatkan di Jl. Kelurahan No. 48, RT 01 RW 04, Sokabaru, Berkoh,
Purwokerto. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan usaha peternakan kelinci ini, yaitu :

1 Aspek Pasar dan Pemasaran


Aspek pasar dan pemasaran ini menyangkut beberapa hal
diantaranya :
a Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan berupa kelinci yang diutamakan untuk
pedaging, selain itu apabila terdapat konsumen yang memesan untuk
memelihara sebagai hobby atau kesenangan maka tersedia juga kelinci
beberapa ras yang dijual untuk kesenangan. Kondisi ini sesuai dengan
pernyataan dari Priyatna (2011) bahwa selain dari bisnis kelinci hias dapat
juga bisnis kelinci pedaging. Dalam bisnis kelinci hias, kelinci
diperjualbelikan dalam kondisi hidup serta dituntut memiliki penampilan
yang sehat dan menawan. Sementara dalam bisnis kelinci pedaging selain
dijual dalam keadaan hidup, kelinci juga dapat dijual dalam bentuk karkas
dan fillet.
Ternak kelinci bersifat prolifik dan jarak beranak yang pendek sehingga
mampu menghasilkan jumlah anak yang cukup tinggi pada satuan waktu
yang singkat (per tahun) sehingga dikenal sebagai penyedia daging yang
handal. Berbagai keuntungan ekonomi ternak kelinci pada usaha skala
kecil dan menengah antara lain (1) kebutuhan modal tetap dan modal
kerja yang relatif kecil, (2) pakan tidak tergantung pada bahan baku impor
dan mampu mengkonsumsi hijauan dan produk limbah secara efisien dan
tidak bersaing dengan pangan, (3) mudah beradaptasi terhadap
lingkungan dan mudah dibudidayakan, (4) tidak membutuhkan lahan luas,
(5) dapat memanfaatkan limbah pertanian dan limbah industri pangan, (6)
menghasilkan daging secara efisien, (7) menghasilkan beragam produk
seperti daging, kulit, kulit-bulu, pupuk organik, kelinci hias, (8) kualitas
daging dan protein tinggi serta rendah kolesterol. Semua manfaat tersebut
dapat menjadi tambahan pendapatan peternak. Usaha peternakan kelinci
selain sebagai pemenuhan gizi (subsisten) perlu adanya dukungan untuk
mengarah pada usaha komersil berorientasi pasar.

b Sasaran konsumen
Konsumen biasanya terdapat dari beberapa wilayah baik dalam kota
atau dari luar kota. Konsumen akan datang sendiri ke peternakan dan
memesan kelinci yang dibutuhkan. Konsumen yeng membutuhkan kelinci
untuk pedaging mayoritas dari dalam kota Purwokerto dan Banyumas,
sedangkan kelinci yang untuk hobby atau kesenangan biasanya dari luar
kota diantaranya Cilacap, Kebumen, dan lain-lain.
c Situasi persaingan pasar
Peternakan kelinci di daerah Banyumas dan Purwokerto ini jarang atau
bahkan sedikit. Peternak lebih banyak pada peternakan unggas atau
ruminansia sehingga untuk menghadapi persaingan peternakan kelinci ini
masih terbuka lebar. Selain itu, kebutuhan pasar akan daging kelinci tidak
berkurang dan kesenangan atau hobby akan kelinci tidak berkurang. Meski
demikian daging kelinci masih kurang populer karena menurut Priyatna
(2011) dalam masyarakat terdapat faktor kebiasaan makan dan efek
psikologis yang menganggap kelinci merupakan hewan kesayangan
sehingga untuk mengatasi masalah tersebut daging kelinci dapat
dipasarkan dalam bentuk olahan berupa sosis, bakso, siomay, nugget,
dendeng dan abon.
d Perkiraan jumlah produksi yang dihasilkan
Jumlah kelinci dewasa yang dipelihara terdapat 250 ekor dengan
berbagai ras dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 1. Perbandingan
betina yang tersebut dapat menghasilkan anak lagi dengan sekali beranak
kurang lebih 3-5 ekor anak, sehingga jumlah produksi yang dihasilkan
akan mampu bertambah dengan cepat. Jumlah anak yang dihasilkan
tersebut masih dibawah penjelasan dari Masanto (2014) bahwa sekali
melahirkan, anak kelinci bisa mencapai 4 -12 ekor anak, tetapi rata-rata
hanya 6 8 ekor anak dengan kondisi induk kelinci memiliki delapan
puting susu, namun yang berfungsi dengan baik hanya enam, sedangkan
dua puting lainnya yang terletak paling depan kurang berfungsi.
e Strategi pemasaran
Strategi pemasaran yang dilakukan adalah melalui media sosial,
peternakan ini mengikuti forum pecinta kelinci baik daerah Banyumas
maupun Purwokerto. Dari forum tersebut juga akan dilakukan promosi-
promosi tentang peternakan kelinci tersebut. Konsumen yang akan
menghubungi peternakan kelinci ini sudah disediakan media sosial
sebagai ruang untuk bertanya.

2 Aspek teknis dan teknologis


Lokasi peternakan kelinci ini beralamatkan di Jl. Kelurahan No. 48,
RT 01 RW 04, Sokabaru, Berkoh, Purwokerto. Wilayah peternakan
kelinci itu berada di daerah peternak sehingga akan lebih mudah
memantau. Lahan peternakan tersebut merupakan lahan milik sendiri
sehingga tidak perlu untuk membayar sewa untuk lahan. Kandang
kelinci berada di kandang panggung yang diberikan sekat-sekat antar
kelinci. Di samping peternakan tersebut tersedia lahan kosong milik
sendiri yang berfungsi sebagai lahan menanam rumput-rumputan
untuk pakan kelinci. Selain terdapat lahan kosong juga terdapat
sebuah ruangan yang khusus untuk mengolah pakan konsentrat dan
campuran-campurannya sebagai pakan kelinci. Saparinto (2015)
menjelaskan dalam memulai usaha ternak kelinci, usahakan lokasi
yang cocok untuk pembibitan kelinci dan tidak mengganggu
lingkungan serta cukup sinar matahari, siapkan kandang dengan
ventilasi sempurna dan sistem baterai (satu kandang untuk satu ekor)
dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 45 cm per ekor, serta lengkapi
perlengkapan untuk pemeliharaan kelinci seperti tempat pakan,
minum dan obat obatan. Priyatna (2011) juga menambahkan bahwa
syarat kandang yang baik yaitu suasana kandang tenang dan jauh dari
jalan raya, lingkungan kandang sejuk dan tidak lembab, aman dari
hewan predator, kokoh, sirkulasi udara lancar, hindari angin dan hujan
masuk ke dalam kandang serta mudah dibersihkan. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka kondisi di peternakan kelinci yang dikunjungi
telah sesuai karena lokasi tidak terlalu dekat dengan pemukiman
sehingga tidak mengganggu lingkungan. Meski terletak di bawah
pepohonan jati, kondisi kandang cukup sinar matahari sehingga
kandang tidak terlalu panas namun kebutuhan akan sinar matahari
juga mencukupi agar kandang tidak lembab. Perlengkapan
pemeliharaan kelinci yang ada cukup lengkap dan dalam kondisi baik.

3 Aspek manajemen operasional


Peternakan kelinci ini merupakan peternakan dari berbagai orang
peternak yang mendirikannnya, salah seorang akan ditunjuk sebagai
ketua dalam peternakan ini. Peternakan kelinci inipun diletakkan di area
yang berada strategis dari beberapa peternak sehingga semua dapat
memantau. Peternakan ini tidak memiliki karyawan karena peternak-
peternak yang mendirikan akan bergantian sesuai jadwal dalam mengurus
peternakan tersebut.

4 Aspek ekonomi dan keuangan


Menurut Kartadisastra (1994) selain masalah bibit, ahli ekonomi akan
menggambarkan usaha peternakan kelinci menjadi cost-input yang terdiri
dari tanah dan bangunan, sangkar dan peralatan, pakan, dan pengeluaran
lain lain, serta return output berupa ternak bibit, daging / bulu dan hasil
sampingan. Modal yang dipakai untuk membuat peternakan kelinci dimulai
dari pembelian 10 ekor kelinci dengan masing-masing kelinci harganya Rp
50.000,00. Modal tersebut berasal dari iuran 7 orang peternak dengan
lahan milik salah seorang peternak sehingga tidak membutuhkan lahan
untuk sewa. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa biaya yang harus
dikeluarkan peternak adalah untuk penyediaan kandang beserta
perlengakapnnya, pakan serta pengeluaran lain lain dan dapat balik
modal setelah memasarkan output yang dihasilkan.
5 Aspek yuridis
Sebelum mendirikan bangunan peternakan kelinci ini sudah meminta
izin untuk mendirikan bangunan berupa peternakan kelinci kepada
pemerintah daerah setempat sehingga untuk izin bangunan sudah tidak
dipermasalahkan lagi. Selain itu pendirian usaha peternakan juga harus
mematuhi segala aturan yang berlaku dalam Undang Undang Nomor 41
Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

DAFTAR PUSTAKA

Kartadisastra, H.R. 1994. Kelinci Unggul. Kanisius. Yogyakarta.

Masanto, Ryan dan Ali Agus. 2014. Beternak Kelinci Potong. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Priyatna, Nuning. 2011. Beternak dan Bisnis Kelinci Pedaging. Agromedia


Pustaka. Jakarta.

Saparinto, Cahyo. 2015. 34 Bisnis Peternakan hasilkan Jutaan Rupiah.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai