Anda di halaman 1dari 3

Coporate Social Responsibility (CSR)

Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga


tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya
tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang
menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk
melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan
menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan
perusahaan (Tilt, CA. 1994).

Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai
masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya
akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994) seperti yang
dikutip oleh Haniffa dan Cooke (2005).

Gray et al (1987) seperti dikutip oleh Belal (2001) mendefinisikan CSR


sebagai proses komunikasi sosial dan lingkungan dari organisasi ekonomi terhadap
kelompok tertentu di masyarakat, yang melibatkan tanggung jawab organisasi
(terutama perusahaan), di luar tanggung jawab keuangan kepada pemilik modal,
khususnya pemegang saham. Perusahaan mempunyai tanggung jawab lebih luas
dibanding hanya untuk mencari uang bagi pemegang saham.

Dewi (2007:371), menjelaskan bahwa implementasi CSR dalam kinerja sosial


akan membentuk opini masyarakat berupa preferensi terhadap merek perusahaan.
Jika, calon konsumen sudah mempunyai penilaian baik kepada perusahaan maka
akan timbul preferensi terhadap merek perusahaan dan selanjutnya masyarakat
akan mempunyai keputusan untuk memakai jasa perusahaan atau membeli produk
yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Teori legitimasi merupakan suatu gagasan tentang kontrak sosial antara


perusahaan dengan masyarakat. Menurut teori ini, untuk diterima oleh masyarakat,
perusahaan harus mengungkapkan aktivitas social perusahaan sehingga akan
menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Reverte, 2009).Teori legitimasi juga
berpendapat bahwa perusahaan harus melaksanakan dan mengungkapkan aktivitas
CSR semaksimal mungkin agar aktivitas perusahaan dapat diterima oleh
masyarakat. Pengungkapan ini digunakan untukmelegitimasi aktivitas perusahaan
di mata masyarakat, karenapengungkapanCSR akan menunjukkan tingkat
kepatuhan suatu perusahaan (Branco dan Rodrigues, 2008).

Gossling dan Voucht (2007) mengatakan bahwa CSR dapat dipandang


sebagai kewajiban dunia bisnis untuk menjadi akuntabel terhadap seluruh
stakeholder, bukan hanya terhadap salah satu stakeholder saja. Jika perusahaan
tidak memberikan akuntabilitas kepada seluruh stakeholder yang meliputi
karyawan, pelanggan, komunitas, lingkungan lokal/global, pada akhirnya
perusahaan tersebut akan dinilai buruk dan tidak akan mendapatkan dukungan dari
masyarakat.

CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki


masalah sosial dan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan,
oleh sebab itu CSR sangat berperan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Menurut
Heinkel et al. (2001)perusahaan harus menganggap CSR sebagai strategi jangka
panjang yang menguntungkan, bukan sebagai aktivitas yang merugikan. Selain itu,
Branco, Manuel Castelo and Rodrigues Lucia Lima. 2008. Faktors Influencing
Social Responsibility Disclosure by Portuguese Companies. Journal of Business
Ethies, 83, pp: 685-701.

Heinkel, Robert, Alan Kraus and Josef Zechner. 2001. The effect of green
investment on corporate behavior. Journal of Financial and Quantitative Analysis, 36
(4), pp: 431.

Reverte, C. 2009. Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure


Ratings by Spanish Listed Firms. Journal of Business Ethics, 88, pp: 351-366.

Dewi, Kinorika. 2007. Corporate Social Responsibility dan Pengaruhnya pada


Preferensi Merek Perusahaan. Jurnal Ekonomi Janavisi. 10.(3). pp: 369-383.

Gray R, Kouhy R and Lavers S. 1995. Corporate social and environmental


reporting: A review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure,
Accounting, Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101

Belal, Ataur Rahman. 2001. A study of corporate social disclosures in


Bangladesh, Managerial Auditing Journal 16 (5): 274-289

Haniffa dan Cooke. 2005. The impact of culture and governance on corporate
social reporting, Journal of Accounting and Public Policy 24 : 391 - 430

Tilt, CA. 1994. The influence of external pressure groups on corporate social
disclosure: some empirical evidence, Accounting, Auditing and Accountability
Journal 7 (4), 56 71.

Anda mungkin juga menyukai