1411105037
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
ii
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULAN.......................................................................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
Landasan Teoritis ................................................................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Paradigma ..................................................................................................... 3
Pembahasan.................................................................................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
Simpulan ........................................................................................................................................... 11
Saran ................................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULAN
Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami
perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak hal atau
peristiwa yang terjadi menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah pancasila
seperti sekarang ini di depan semua bangsa Indonesia.
Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik di
internal para pencetus nya hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi Pancasila
masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan
Politik dan mahasiswa. Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah
Pancasila adalah mengenai awal dicetuskan nya Pancasila tentang sila pertama. Memang
dari sejarah awal perkembangan bangsa Indonesia dapat kita lihat bahwa komponen
masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar yaitu kelompok agamais dalam hal ini
didominasi oleh kelompok agama Islam dan yang kedua adalah kelompok Nasionalis.
Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam pembuatan rancangan dasar Negara kita
tercinta ini.
1
dalam mengungkapkan masalah yang ada, barulah bisa menemukan titik terang atau
pemecahan persoalan sehingga paling tidak bisa mengurangi kekeliruan dari generasi
emas bangsa ini mengenai reformasi pada khususnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Teoritis
2.1.1 Pengertian Paradigma
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam
dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul
The Structure Of Scientific Revolution, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi
dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga
merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Dalam masalah yang populer istilah paradigma berkembang menjadi
terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar, sumber asas serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan
serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan dan
pendidikan.
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma dibidang pembangunan antara lain:
o Pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, tidak hanya mementingkan
tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
o Pembangunan tidak boleh bersifat ideologis
o Pembangunan harus menghormati HAM
o Pembangunan dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan
masyarakat dalam pengambilan keputusan.
o Pembangunan mengutamakan mereka yang paling lemah untuk
menghapuskan kemiskinan struktural.
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
Pancasila sebagai paradigma dibidang IPTEK antara lain:
o Sila pertama, IPTEK selalu mempertimbangkan dari apa yang ditemukan,
dibuktikan, dan diciptakan.
3
o Sila kedua, menekankan bahwa IPTEK haruslah bersifat beradab dan bermoral
demi kesejahteraan umat manusia.
o Sila ketiga, dengan IPTEK persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan
terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah, dan orang Indonesia
dengan masyarakat internasional.
o Sila keempat, mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis saling
menghormati dan menghargai kebebasan orang lain.
o Sila kelima, IPTEK didasarkan pada keseimbangan keadilan dalam
hubunganya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya,
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat
manusia, karena sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar
kemanusiaan. Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik dapat
diimplementasikan sebagai berikut :
o Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik,
budaya agama dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
o Mendahulukan kepentingan rakyat atau demokrasi dalam pengambilan
keputusan.
o Penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep mempertahankan
kesatuan bangsa.
o Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
o Nilai-nilai kejujuran, toleransi harus bersumber pada nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
Sesuai dengan paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi dalam
sistem kerakyatan dan pembangunan ekonomi yang berpijak
pada nilai moral Pancasila. Sistem ekonomi yang berdasar pada Pancasila
adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem
ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dan humanistis akan menghasilkan
sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan. Sistem ekonomi yang baik adalah
sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk
individu, sosial, makhluk pribadi maupun sebagai makhluk Tuhan. Kebijakan
ekonomi memiliki tujuan untuk men sejahterakan rakyat dan harus mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga
masyarakat. Oleh sebab itu perekonmian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Ekonomi kerakyatan akan mampu
4
mengembangkan program-program konkret pemerintah agar lebih mandiri dan
lebih mewujudkan pemerataan pembangunan serta keadilan. Dengan demikian
ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam
berekonomi sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan inspiratif.
5
beradab. Reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan kearah sumber
nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia.
Proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian reformasi total harus
memiliki platform dan sumber nilai yang jelas dan merupakan arah, tujuan, serta
cita-cita. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu
kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan
reformasi. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kondisi serta keadaan
yang lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, serta kehidupan keagamaan. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar
moral dan etika sebagai manusia yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, serta
terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum
Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna
bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja,
tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Salah satu dasar yuridis
Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah Tap MPRS
No.XX/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta
proses penegakan hukum yang harus senantiasa bersumber pada nilai-nilai
Pancasila secara eksplisit dan dirinci tata urutan peraturan perundang-undangan
di Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Sebagai cita-cita hukum, Pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif
maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi konstitutif Pancasila menentukan dasar
suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri sehingga
tanpa dasar yang diberikan oleh Pancasila maka hukum akan kehilangan arti dan
maknanya sebagai hukum itu sendiri.
Fungsi regulatif Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif sebagai
produk yang adil ataukah tidak adil. Sebagai staat fundamental norm, Pancasila
merupakan pangkal tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di
Indonesia termasuk UUD 1945. Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu
hukum disebutsebagai sumber dari segala peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
6
o Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
o Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
dan karenanya harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.
o Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun
bersama-sama lembaga lain kekuatannya berada dibawah Majelis
Permusyawatan Rakyat atau produk-produknya
Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-
asas moral daripada sila-sila pada Pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-
turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral keTuhanan, moral
kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik
yang santun dan bermoral. Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial
politik diartikan bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita
bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam
Pancasila.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi
Sesuai dengan paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi maka
sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada Pancasila.
Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas
ketuhanan (sila pertama Pancasila) dan kemanusiaan (sila kedua Pancasila).
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-
bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan
menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga
negara. Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu
pada Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Pembangunan
Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.
Ekonomi kerakyatan pada kenyataannya telah mampu bertahan pada masa
krisis yang terjadi. Ini dikarenakan langkah strategis yang diupayakan untuk
melakukan reformasi ekonomi yang berbasis ekonomi kerakyatan berdasarkan
nilai-nilai Pancasila diantaranya :
7
Keamanan pangan dan pengembalian kepercayaan melalui program
Jaringan Pengaman Sosial (JPS)
Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi
Transformasi struktur
Dengan sistem ekonomi yang didasarkan pada nilai kerakyatan yang
terkandung dalam Pancasila, peningkatan kesejahtraan akan dirasakan oleh
sebagian besar rakyat sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.
Pembahasan
8
Will atau kemauan, adalah kemampuan yang sering menuntut tindakan nyata
dari kemauan, memobilitas energi moral untuk bertindak tentang apa yang
kita pikirkan, apa yang harus kita kerjakan. Kemauan berada pada keberanian
moral inti.
Habit atau kebiasaan. Suatu kebiasaan untuk bertindak secara baik dan benar
perlu senantiasa di kembangkan.
Dengan pengembangan komponen-komponen ini diharapkan pendidikan
Indonesia dapat berkembang dengan baik dan sesuai asas-asas Pancasila
sehingga tidak kalah dengan Negara-negara lain yang telah berkembang dengan
pesat.
9
2.2.3 Paradigma Pembangunan dengan Asas Pancasila
Pembangunan di Indonesia saat ini masih dapat dikatakan lambat sejak
Indonesia merdeka sampai sekarang yang tepatnya telah berumur 69 tahun. Jika
dibandingkan dengan anggota ASEAN lainnya seperti Singapura yang telah
berkembang menjadi Negara maju, Negara Indonesia masih tertinggal jauh.
Ini dikarenakan pembangunan Indonesia belum maksimal serta belum bisa
mengolah kekayaan alam yang begitu melimpah. Malah sebaliknya orang asing
yang mengolah serta menikmatinya, sehingga kita sebagai pemilik tak mendapat
apa-apa. Diperlukan rencana dalam jangka panjang untuk memperbaiki
pengembangan pembangunan baik disektor formal, informal serta infrastruktur
yang ada.
Pembanguanan yang perlu ditekankan saat ini adalah pembangunan
dibidang pengolahan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati. Strategi
yang bisa diambil misalnya mengajak para sarjana-sarjana bidang teknologi
pengolahan sumber daya alam untuk mengaplikasikan ilmunya serta pemerintah
dapat membantu secara moral dengan menyutujui ide-ide yang kreatif dan
material berupa bantuan modal untuk mengembangkan penelitian maupun usaha
yang dapat dibuat.
Dengan demikian, penerapan asas-asas ataupun nilai-nilai pada butir-butir
Pancasila bisa dilaksanakan dibidang pengembangan dan pengolahan sumber
daya alam. Masyarakat Indonesia pun akan terbantu dalam mengolah hasil
sumber daya alam yang ada disekitarnya serta bisa menjadi prospek yang
menjanjikan. Pengolahan sumber daya alam ini juga harus memperhatikan
ekosistem yang ada agar semuanya seimbang. Selama berjalannya proyek, tetap
tujuan akhirnya untuk menyejahterakan rakyat serta lingkungan alam Indonesia
agar tetap terjaga dan lestari.
10
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dalam paper ini, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
3.1.1 Pendidikan saat ini merupakan hal penting yang dibutuhkan bangsa saat ini.
Komponen-komponen yang wajib dikembangkan antara lain: kompetrensi
moral, kemauan, kebiasaan. Dengan ketiga hal itu, kita dapat membangun
Indonesia yang lebih baik berasaskan Pancasila.
3.1.2 Dengan mental yang dimiliki saat ini, perlu adanya revolusi mental diseluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Revolusi mental ini harus menggunaakan langkah
khusus agar cepat terwujud dan terlaksana sehingga Indonesia tidak kalah
dengan Negara Asia lainnya serta berlandaskan nilai-nilai Pancasila yang luhur.
3.1.3 Pembangunan di Indonesia saat ini masih dapat dikatakan lambat dikarenakan
pembangunan Indonesia belum. Pembangunan yang perlu ditekankan saat ini
adalah pembangunan dibidang pengolahan sumber daya alam. Diperlukan
sebuah paradigma yang besar untuk mengubah nasib bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila.
Saran
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
beberapa rekomendasi untuk dikaji dan ditindak lanjuti yaitu:
3.2.2 Untuk kedepannya revolusi mental bisa dicoba karena revolusi tersebut masih
berlandaskan Pancasila sebagai aturan tertinggi.
3.2.3 Pembangunan Indonesia saat ini sudah sepatunya cepat berubah agar sumber
daya alam yang ada tidak terbuang percuma atupun berpindah tangan ke orang
asing serta pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia wajib mengelolanya
berlandaskan Pancasila.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, Aim. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan XII. Jakarta:Grafndo
Permata Sari, Ayu. 2013. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam bermasyarakat
Berbangsa dan Bernegara. http://ayups87.wordpress.com/2013/11/01/Pancasila-
sebagai-paradigma-kehidupan-dalam-bermasyarakat-berbangsa-dan-bernegara-
singkat/html. diakses tanggal 15 September 2014
12
LAMPIRAN
13
pertumpahan darah. Namun, usaha ini tetap memerlukan dukungan moril dan spiritual serta
komitmen dalam diri seorang pemimpin dan selayaknya setiap revolusi diperlukan
pengorbanan oleh masyarakat. Dalam melaksanakan revolusi mental, kita dapat
menggunakan konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung Karno dalam pidatonya tahun
1963 dengan tiga pilarnya, Indonesia yang berdaulat secara politik, Indonesia yang
mandiri secara ekonomi, dan Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya. Kita
perlu memperbaiki cara kita merekrut pemain politik, yang lebih mengandalkan keterampilan
dan rekam jejak. Kita juga memerlukan birokrasi yang bersih, andal, dan kapabel. Demikian
juga dengan penegakan hukum, yang penting demi menegakkan wibawa pemerintah dan
negara, menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum. Di bidang ekonomi,
Indonesia harus berusaha melepaskan diri dari ketergantungan yang mendalam pada
investasi/bantuan dan teknologi luar negeri dan juga pemenuhan kebutuhan makanan dan
bahan pokok lainnya dari impor. Reformasi 16 tahun tidak banyak membawa perubahan
dalam cara kita mengelola ekonomi. Ketahanan pangan dan ketahanan energi merupakan dua
hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Indonesia harus segera mengarah ke sana dengan
program dan jadwal yang jelas dan terukur. Di luar kedua sektor ini, Indonesia tetap akan
mengandalkan kegiatan ekspor dan impor untuk menggerakkan roda ekonomi. Kita juga
perlu meneliti ulang kebijakan investasi luar negeri yang angkanya mencapai tingkat rekor
beberapa tahun terakhir ini karena ternyata sebagian besar investasi diarahkan ke sektor
ekstraktif yang padat modal, tidak menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi mengeruk
keuntungan yang sebesar-besarnya. Sifat ke-Indonesia-an semakin pudar karena derasnya
tarikan arus globalisasi dan dampak dari revolusi teknologi komunikasi selama 20 tahun
terakhir. Indonesia tidak boleh membiarkan bangsanya larut dengan arus budaya yang belum
tentu sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita. Sistem pendidikan harus diarahkan untuk
membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup di negara ini. Akses ke pendidikan dan
layanan kesehatan masyarakat yang terprogram, terarah, dan tepat sasaran oleh nagara dapat
membantu kita membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.
Kalau bisa disepakati bahwa Indonesia perlu melakukan revolusi mental, pertanyaan
berikutnya adalah dari mana kita harus memulainya. Jawabannya dari masing-masing kita
sendiri, dimulai dengan lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta lingkungan
kerja dan kemudian meluas menjadi lingkungan kota dan lingkungan negara. Revolusi mental
harus menjadi sebuah gerakan nasional. Usaha kita bersama untuk mengubah nasib Indonesia
menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil, dan makmur. Revolusi Mental Indonesia
baru saja dimulai.
14
Pertimbangan Presiden Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup dalam diskusi dan
peluncuran buku "Bioresources untuk Pembangunan-Pembangunan Ekonomi Hijau" di
Jakarta, Kamis (8/2/2013).
Emil mengkritisi bagaimana pembangunan saat ini mengorbankan ekosistem, salah satunya
adalah kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. "Saat ini monokultur dominan,
tambang dominan. Kalau seperti ini, Indonesia hancur tahun 2045," katanya.
Menurut Emil, seperti yang diuraikan dalam buku terbaru Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Indonesia kaya akan bioresources. Sumber daya alam hayati tersebut
semestinya bisa menunjang kebutuhan pembangunan di bidang pangan, farmasi, energi,
material dan lainnya. Kekayaan sumber daya alam hayati membuka kemungkinan mengubah
pola pembangunan dari eksploitasi sumber daya alam yang hanya berdampak secara ekonomi
menjadi pengayaan nilai sumber daya alam yang berdampak secara ekonomi, sosial dan
lingkungan.
Eksploitasi sumber daya alam sudah tidak dapat dimungkinkan lagi dalam jangka panjang.
Emil mengungkapkan, pemanfaatan potensi alam Indonesia seperti untuk sawit tetap
bisa dilakukan namun tidak berlebihan. Lahan kelapa sawit seharusnya bisa memanfaatkan
lahan terlantar, bukan memanfaatkan lahan hutan yang kaya biodiversitas.
15