Anda di halaman 1dari 18

PAPER

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM BERMASYARAKAT,


BERBANGSA DAN BERNEGARA
Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pendidikan Pancasila

Pengampu: I Gusti Bagus Wirya Agung , S.Psi. , MBA

Almadea Sela Gracia Ginting

1411105037

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BALI

2014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jimbaran, 25 November 2014

Almadea Sela Gracia Ginting

ii
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULAN.......................................................................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
Landasan Teoritis ................................................................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Paradigma ..................................................................................................... 3
Pembahasan.................................................................................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
Simpulan ........................................................................................................................................... 11
Saran ................................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULAN

Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami
perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak hal atau
peristiwa yang terjadi menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah pancasila
seperti sekarang ini di depan semua bangsa Indonesia.

Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik di
internal para pencetus nya hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi Pancasila
masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan
Politik dan mahasiswa. Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah
Pancasila adalah mengenai awal dicetuskan nya Pancasila tentang sila pertama. Memang
dari sejarah awal perkembangan bangsa Indonesia dapat kita lihat bahwa komponen
masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar yaitu kelompok agamais dalam hal ini
didominasi oleh kelompok agama Islam dan yang kedua adalah kelompok Nasionalis.
Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam pembuatan rancangan dasar Negara kita
tercinta ini.

Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan pancasila sebagai dasar Negara.


Sekarang pancasila pun dijadikan bahan perbincangan sebagai prilaku yang digunakan di
dalam kampus. Dimana di dalam kampus tersebut akan terdidik dengan kepemimpinan
pancasilan. Baik dalam prilaku bergaul juga dalam proses belajar mengajar di dalamnya.
Serta molekul-molekul yang menjadi bagiannya.

Artikel-artikel yang memuat masalah paradigma ini adalah artikel dibidang


pendidikan, perubahan mental/revolusi mental, serta pembangunan sumber daya alam.
Dibidang pendidikan kita telah kehilangan arah sehingga sistem pendidikan sekarang
malah membuat Indonesia semakin tertinggal, ini dikarenakan mental kita juga yang
belum berevolusi sesuai cita-cita luhur bangsa. Selain itu juga berpengaruh pada
pembangunan dibidang sumber daya alam menjadi terhambat dan terlambat.

Dengan munculnya masalah tersebut, perlunya metode-metode tertentu untuk


menganalisa akar masalah yang ada. metode yang digunakan adalah metode analisa
langsung dan pendekatan dua sisi masalah, dimana metode analisa langsung memahami
masalah yang ada secara mendalam sedangkan pendekatan dua sisi kita melihat baik dan
buruk masalah yang ada dan mencari hikmahnya. Setelah mengetahui metode yang tepat

1
dalam mengungkapkan masalah yang ada, barulah bisa menemukan titik terang atau
pemecahan persoalan sehingga paling tidak bisa mengurangi kekeliruan dari generasi
emas bangsa ini mengenai reformasi pada khususnya.

1.1 Rumusan Masalah


Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam paper ini sesuai dengan artikel yang
ada antara lain:
1.2.1 Bagaimana peran Pancasila sebagai paradigma pendidikan saat ini?
1.2.2 Bagaimana peran Pancasila sebagai paradigma dalam zaman reformasi
terutama dibidang mental masyarakat Indonesia?
1.2.3 Bagaimana peran Pancasila sebagai paradigma pembangunan pada umunnya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam paper ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai paradigma pembangunan
pendidikan saat ini.
1.3.2 Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai paradigma dalam reformasi
terutama dibidang mental masyarakat Indonesia.
1.3.3 Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai paradigm pembangunan pada
umumnya.
1.4 Batasan Permasalahan
1.4.1 Permasalahan yang akan dianalisis hanya sebatas pada pendidikan secara
umum.
1.4.2 Permasalahan yang akan dianalisis sebatas pada revolusi mental yang baru
dicanangkan.
1.4.3 Permasalahan yang akan dianalis dibidang pembangunan sektor pengolahan
sumber daya alam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Landasan Teoritis
2.1.1 Pengertian Paradigma
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam
dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul
The Structure Of Scientific Revolution, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi
dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga
merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Dalam masalah yang populer istilah paradigma berkembang menjadi
terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar, sumber asas serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan
serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan dan
pendidikan.
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma dibidang pembangunan antara lain:
o Pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, tidak hanya mementingkan
tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
o Pembangunan tidak boleh bersifat ideologis
o Pembangunan harus menghormati HAM
o Pembangunan dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan
masyarakat dalam pengambilan keputusan.
o Pembangunan mengutamakan mereka yang paling lemah untuk
menghapuskan kemiskinan struktural.
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
Pancasila sebagai paradigma dibidang IPTEK antara lain:
o Sila pertama, IPTEK selalu mempertimbangkan dari apa yang ditemukan,
dibuktikan, dan diciptakan.

3
o Sila kedua, menekankan bahwa IPTEK haruslah bersifat beradab dan bermoral
demi kesejahteraan umat manusia.
o Sila ketiga, dengan IPTEK persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan
terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah, dan orang Indonesia
dengan masyarakat internasional.
o Sila keempat, mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis saling
menghormati dan menghargai kebebasan orang lain.
o Sila kelima, IPTEK didasarkan pada keseimbangan keadilan dalam
hubunganya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya,
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat
manusia, karena sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar
kemanusiaan. Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik dapat
diimplementasikan sebagai berikut :
o Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik,
budaya agama dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
o Mendahulukan kepentingan rakyat atau demokrasi dalam pengambilan
keputusan.
o Penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep mempertahankan
kesatuan bangsa.
o Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
o Nilai-nilai kejujuran, toleransi harus bersumber pada nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
Sesuai dengan paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi dalam
sistem kerakyatan dan pembangunan ekonomi yang berpijak
pada nilai moral Pancasila. Sistem ekonomi yang berdasar pada Pancasila
adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem
ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dan humanistis akan menghasilkan
sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan. Sistem ekonomi yang baik adalah
sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk
individu, sosial, makhluk pribadi maupun sebagai makhluk Tuhan. Kebijakan
ekonomi memiliki tujuan untuk men sejahterakan rakyat dan harus mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga
masyarakat. Oleh sebab itu perekonmian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Ekonomi kerakyatan akan mampu

4
mengembangkan program-program konkret pemerintah agar lebih mandiri dan
lebih mewujudkan pemerataan pembangunan serta keadilan. Dengan demikian
ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam
berekonomi sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan inspiratif.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya


Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita
harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai
yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya
bersifat humanistis, artinya nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang
bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Dalam rangka pengembangan sosial budaya, Pancasila sebagai kerangka
kesadaran yang dapat mendorong untuk universalitas melepaskan simbol-simbol
dari keterikatan struktur, dan transedentalisasi meningkatkan derajat
kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual. Pembangunan nasional bidang
kebudayaan, harus dilandasi dengan persatuan dan kesatuan bangsa dengan
membangun sistem budaya maupun pengembangan iptek dengan melalukan
pemberdayaan kebudayaan lokal guna.
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam
Negara bertujuan melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya
karena berlandaskan hukum. Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara pada
bidang pertahanan dan keamanan Negara agar tercapainya harkat dan martabat
manusia sebagai pendukung pokok Negara. Pertahanan dan keamanan negara
haruslah berdasarkan pada tujuan demi kepentingan rakyat sebagai warga
Negara serta harus menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan
kemanusiaan demi terwujudnya keadilan.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama


Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi bangsa
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia. Dalam pengertian ini maka negara menegaskan dalam pokok pikiran
ke IV bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti
bahwa kehidupan dalam negara berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan. Negara
memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk agamanya dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Oleh karena itu kehidupan beragama dalam Negara Indonesia dewasa ini harus
dikembangkan kearah terciptnya kehidupan bersama yang penuh toleransi,
saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
Negara Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata kembali
kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang
sejahtera, bermartabat kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia,
demokratis yang bermoral religius serta yang bermoral kemanusiaan dan

5
beradab. Reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan kearah sumber
nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia.
Proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian reformasi total harus
memiliki platform dan sumber nilai yang jelas dan merupakan arah, tujuan, serta
cita-cita. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu
kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan
reformasi. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kondisi serta keadaan
yang lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, serta kehidupan keagamaan. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar
moral dan etika sebagai manusia yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, serta
terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum
Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna
bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja,
tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Salah satu dasar yuridis
Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah Tap MPRS
No.XX/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta
proses penegakan hukum yang harus senantiasa bersumber pada nilai-nilai
Pancasila secara eksplisit dan dirinci tata urutan peraturan perundang-undangan
di Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Sebagai cita-cita hukum, Pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif
maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi konstitutif Pancasila menentukan dasar
suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri sehingga
tanpa dasar yang diberikan oleh Pancasila maka hukum akan kehilangan arti dan
maknanya sebagai hukum itu sendiri.
Fungsi regulatif Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif sebagai
produk yang adil ataukah tidak adil. Sebagai staat fundamental norm, Pancasila
merupakan pangkal tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di
Indonesia termasuk UUD 1945. Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu
hukum disebutsebagai sumber dari segala peraturan perundang-undangan di
Indonesia.

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik


Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam Pancasila sebagai
fondasi bangunan negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam
kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana kerokhanian berdasarkan
nilai-nilai tersebut.
Berdasarkan semangat dari UUD 1945 esensi demokrasi adalah:
o Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara.

6
o Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
o Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
dan karenanya harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.
o Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun
bersama-sama lembaga lain kekuatannya berada dibawah Majelis
Permusyawatan Rakyat atau produk-produknya
Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-
asas moral daripada sila-sila pada Pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-
turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral keTuhanan, moral
kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik
yang santun dan bermoral. Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial
politik diartikan bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita
bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam
Pancasila.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi
Sesuai dengan paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi maka
sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada Pancasila.
Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas
ketuhanan (sila pertama Pancasila) dan kemanusiaan (sila kedua Pancasila).
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-
bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan
menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga
negara. Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu
pada Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Pembangunan
Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.
Ekonomi kerakyatan pada kenyataannya telah mampu bertahan pada masa
krisis yang terjadi. Ini dikarenakan langkah strategis yang diupayakan untuk
melakukan reformasi ekonomi yang berbasis ekonomi kerakyatan berdasarkan
nilai-nilai Pancasila diantaranya :
7
Keamanan pangan dan pengembalian kepercayaan melalui program
Jaringan Pengaman Sosial (JPS)
Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi
Transformasi struktur
Dengan sistem ekonomi yang didasarkan pada nilai kerakyatan yang
terkandung dalam Pancasila, peningkatan kesejahtraan akan dirasakan oleh
sebagian besar rakyat sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.

Pembahasan

2.2.1 Paradigma Pendidikan Saat Ini


Pendidikan saat ini merupakan hal penting yang dibutuhkan bangsa saat
ini. Kurangnya SDM berkualitas membuat kita masih ketergantungan terhadap
pihak luar. Pendidikan beberapa tahun terakhir hanya mementingkan kepintaran
seseorang dalam bidang intelektual dengan mengesampingkan nilai emosional
dan perilaku. Padahal nilai tersebut yang terpenting dalam pengembangan
pendidikan saat ini. Pancasila hanya dijadikan simbol saja tanpa ada
penerapannya.

Namun saat ini pemerintah Indonesia mulai menata kembali sistem


pendidikan di Indonesia dengan mengembangkan asas Pancasila. Salah satunya
dengan program kurikulum 2013 yang bertujuan membuat anak-anak Indonesia
bisa mengembangkan kreativitas sselebar-lebarnya serta memberikan hak untuk
mengemukakan pendapat tanpa adanya tekanan. Hal ini merupakan perwujudan
nilai-nilai Pancasila yang telah berhasil menjadi paradigma dibidang
pendidikan. Walaupun program kurikulum 2013 sangat baik, namun penerapan
dilapangan masih saja ada kendala.

Untuk program ditingkat pendidikan tinggi pemerintah juga telah


mengembangkan suatu proyek yang bernama program kreativitas mahasiswa
atau yang biasa disingkat dengan PKM. PKM ini bertujuan untuk melatih
mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide kreatif mereka dan mengolah potensi
yang ada sehingga bisa dikembangkan ditingkat masyarakat maupun dalam
skala nasional. Program ini secara inplisit mengajarkan mahasiswa tentang
pendidikan karakter yang harus dijunjung tinggi agar tercapainya tujuan mereka.

Pengembangan pendidikan juga mementingkan komponen-komponen


yang wajib dikembangkan antara lain:

Competence atau kompetrensi moral adalah kemampuan untuk menggunakan


pertimbangan-pertimbangan moral dan perasaan dalam perilaku moral yang
afektif.

8
Will atau kemauan, adalah kemampuan yang sering menuntut tindakan nyata
dari kemauan, memobilitas energi moral untuk bertindak tentang apa yang
kita pikirkan, apa yang harus kita kerjakan. Kemauan berada pada keberanian
moral inti.
Habit atau kebiasaan. Suatu kebiasaan untuk bertindak secara baik dan benar
perlu senantiasa di kembangkan.
Dengan pengembangan komponen-komponen ini diharapkan pendidikan
Indonesia dapat berkembang dengan baik dan sesuai asas-asas Pancasila
sehingga tidak kalah dengan Negara-negara lain yang telah berkembang dengan
pesat.

2.2.2 Paradigma Reformasi Khusunya pada Mental Orang Indonesia


Pada zaman sekarang, orang Indonesia terlalu sering bergantung pada pihak
luar terutama pada barang impor dan teknologi modern. Ini dikarenakan orang
Indonesia zaman sekarang lebih bersifat konsumtif daripada produktif yang
mengakibatkan nilai impor Indonesia lebih besar daripada ekspor Indonesia
sehingga devisa Negara banyak keluar. Selain itu politik serta birokrasi Indonesia
masih carut marut sehingga masyarakat juga dibuat bingung. Sudah sewajarnya
muncul gagasan untuk merubah mental orang-orang Indonesia dari yang bersifat
konsumtif jadi produktif, politik dan birokrasi sesuai asas Pancasila serta
demokrasi dan dibidang lainnya. Revolusi mental ini harus berdasarkan Pancasila
karena Pancasila bisa menjadi paradigma besar kedepannya. Pancasila yang
fleksibel dalam penerapan kehidupan kita bisa sebagai asas fundamental yang
kuat jika revolusi mental sudah berjalan.

Revolusi mental merupakan usaha kita bersama untuk mengubah nasib


Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil, dan makmur.
Sehingga diperlukan langkah-langkah khusus dalam penanganannya. Diperlukan
beberapa ahli untuk membantu pemerintah dalam melepas jeratan kemunduran
saat ini. Bangsa kita harus cepat berkembang sehingga tahun 2025 dan
selanjutnya Indonesia tidak akan kalah dari Negara-negara Asia lainnya.
Namun hikmah dari semua masalah yang ada di Indonesia membuat kita
semakin sadar betapa pentingnya Pancasila saat ini. Pancasila tidak hanya
dihapalkan tetapi juga harus diamalkan untuk kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

9
2.2.3 Paradigma Pembangunan dengan Asas Pancasila
Pembangunan di Indonesia saat ini masih dapat dikatakan lambat sejak
Indonesia merdeka sampai sekarang yang tepatnya telah berumur 69 tahun. Jika
dibandingkan dengan anggota ASEAN lainnya seperti Singapura yang telah
berkembang menjadi Negara maju, Negara Indonesia masih tertinggal jauh.
Ini dikarenakan pembangunan Indonesia belum maksimal serta belum bisa
mengolah kekayaan alam yang begitu melimpah. Malah sebaliknya orang asing
yang mengolah serta menikmatinya, sehingga kita sebagai pemilik tak mendapat
apa-apa. Diperlukan rencana dalam jangka panjang untuk memperbaiki
pengembangan pembangunan baik disektor formal, informal serta infrastruktur
yang ada.
Pembanguanan yang perlu ditekankan saat ini adalah pembangunan
dibidang pengolahan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati. Strategi
yang bisa diambil misalnya mengajak para sarjana-sarjana bidang teknologi
pengolahan sumber daya alam untuk mengaplikasikan ilmunya serta pemerintah
dapat membantu secara moral dengan menyutujui ide-ide yang kreatif dan
material berupa bantuan modal untuk mengembangkan penelitian maupun usaha
yang dapat dibuat.
Dengan demikian, penerapan asas-asas ataupun nilai-nilai pada butir-butir
Pancasila bisa dilaksanakan dibidang pengembangan dan pengolahan sumber
daya alam. Masyarakat Indonesia pun akan terbantu dalam mengolah hasil
sumber daya alam yang ada disekitarnya serta bisa menjadi prospek yang
menjanjikan. Pengolahan sumber daya alam ini juga harus memperhatikan
ekosistem yang ada agar semuanya seimbang. Selama berjalannya proyek, tetap
tujuan akhirnya untuk menyejahterakan rakyat serta lingkungan alam Indonesia
agar tetap terjaga dan lestari.

10
BAB III

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dalam paper ini, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

3.1.1 Pendidikan saat ini merupakan hal penting yang dibutuhkan bangsa saat ini.
Komponen-komponen yang wajib dikembangkan antara lain: kompetrensi
moral, kemauan, kebiasaan. Dengan ketiga hal itu, kita dapat membangun
Indonesia yang lebih baik berasaskan Pancasila.
3.1.2 Dengan mental yang dimiliki saat ini, perlu adanya revolusi mental diseluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Revolusi mental ini harus menggunaakan langkah
khusus agar cepat terwujud dan terlaksana sehingga Indonesia tidak kalah
dengan Negara Asia lainnya serta berlandaskan nilai-nilai Pancasila yang luhur.
3.1.3 Pembangunan di Indonesia saat ini masih dapat dikatakan lambat dikarenakan
pembangunan Indonesia belum. Pembangunan yang perlu ditekankan saat ini
adalah pembangunan dibidang pengolahan sumber daya alam. Diperlukan
sebuah paradigma yang besar untuk mengubah nasib bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila.

Saran
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
beberapa rekomendasi untuk dikaji dan ditindak lanjuti yaitu:

3.2.1 Pengembangan pendidikan tidak boleh setengah-setengah sehingga diperlukan


pengawasan khusus oleh pemerintah serta aparat penegak hukum.

3.2.2 Untuk kedepannya revolusi mental bisa dicoba karena revolusi tersebut masih
berlandaskan Pancasila sebagai aturan tertinggi.

3.2.3 Pembangunan Indonesia saat ini sudah sepatunya cepat berubah agar sumber
daya alam yang ada tidak terbuang percuma atupun berpindah tangan ke orang
asing serta pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia wajib mengelolanya
berlandaskan Pancasila.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, Aim. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan XII. Jakarta:Grafndo

Chotib, dkk. 2006. Kewarganegaraan 3 Menuju Masyarakat Madani. Bandung:Yudhistira

Kaelan, M.S. 2010. Pendidikan Pancasila. Paradigma: Yogyakarta

Permata Sari, Ayu. 2013. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam bermasyarakat
Berbangsa dan Bernegara. http://ayups87.wordpress.com/2013/11/01/Pancasila-
sebagai-paradigma-kehidupan-dalam-bermasyarakat-berbangsa-dan-bernegara-
singkat/html. diakses tanggal 15 September 2014

Rochimudin. 2013. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.


http://belajarnegara.blogspot.com/2013/04/Pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan.html. diakses tanggal 15 September 2014

Acdemia. - . Pancasila sebagai Paradigma dalam Kehidupan Masyarakat Berbangsa dan


Bernegara.
http://www.academia.edu/5092517/Pancasila_Sebagai_Paradigma_Kehidupan_Dalam_
Masyarakat_Berbangsa_Dan_Bernegara/html. Diakses tanggal 15 Septemeber 2014

Tanpa Nama. - . Pancasila sebagai Paradigma.


http://www.empatpilarkebangsaan.web.id/Pancasila-sebagai-paradigma. Diakses
tanggal 16 September 2014

12
LAMPIRAN

(Kompasiana, 20 Mei 2013)

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan

Pancasila sebagai paradigma pembangunan pendidikan merupakan salah satu aspek


yang penting untuk membangun pendidikan di Indonesia. Salah satu agenda penting dalam
upaya mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa kita adalah melalui pendidikan karakter,
pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti. Pendidik
(guru) yang baik adalah vital bagi kemajuan dan juga keselamatan bangsa. Guru tidak hanya
menyampaikan ide-ide, tetapi hendaknya menjadi suatu wakil dari suatu cara hidup yang
kreatif, suatu simbol kedamaian dan ketenangan dalam suatu dunia yang dicemaskan dan
dianiaya. Komponen-komponen Moral Action, meliputi tiga unsur penting, yaitu :

Competence atau kompetrensi moral adalah kemampuan untuk menggunakan


pertimbangan-pertimbangan moral dan perasaan dalam perilaku moral yang afektif.
Will atau kemauan, adalah kemampuan yang sering menuntut tindakan nyata dari
kemauan, memobilitas energi moral untuk bertindak tentang apa yang kita pikirkan, apa
yang harus kita kerjakan. Kemauan berada pada keberanian moral inti.
Habit atau kebiasaan. Suatu kebiasaan untuk bertindak secara baik dan benar perlu
senantiasa di kembangkan.
Tugas pendidikan moral adalah membantu peserta didik supaya memiliki karakter atau
akhlaq atau budi pekerti yang baik, sekaligus dimilikinya dalam diri peserta didik,
pengetahuan, perasaan, dan tindakan moral yang saling melengkapi satu sama lain, dalam
suatu kesatuan organis harmonis dinamis. Sedangkan tujuan pendidikan moral adalah
membantu peserta didik agar menjadi bijak atau pintar (smart) dan membantu mereka
menjadi orang yang baik. Baik dalam artinya adalah dimilikinya nilai-nilai yang dapat
memperkokoh martabat manusia dan mengembangakan kebaikan individu dan masyarakat.

Kompas, 10 Mei 2014


Oleh: Joko Widodo
Perlu Revolusi Mental
Dalam pembangunan bangsa, saat ini kita cenderung menerapkan prinsip-prinsip
paham liberalisme yang jelas tidak sesuai dan kontradiktif dengan nilai, budaya, dan karakter
bangsa Indonesia. Sudah saatnya Indonesia melakukan tindakan korektif, tidak dengan
menghentikan proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi dengan mencanangkan revolusi
mental menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation building baru yang
lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan.
Penggunaan istilah revolusi tidak berlebihan. Sebab, Indonesia memerlukan suatu
terobosan budaya politik untuk memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik-praktik yang
buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh kembang sejak zaman Orde Baru sampai
sekarang. Revolusi mental beda dengan revolusi fisik karena ia tidak memerlukan

13
pertumpahan darah. Namun, usaha ini tetap memerlukan dukungan moril dan spiritual serta
komitmen dalam diri seorang pemimpin dan selayaknya setiap revolusi diperlukan
pengorbanan oleh masyarakat. Dalam melaksanakan revolusi mental, kita dapat
menggunakan konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung Karno dalam pidatonya tahun
1963 dengan tiga pilarnya, Indonesia yang berdaulat secara politik, Indonesia yang
mandiri secara ekonomi, dan Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya. Kita
perlu memperbaiki cara kita merekrut pemain politik, yang lebih mengandalkan keterampilan
dan rekam jejak. Kita juga memerlukan birokrasi yang bersih, andal, dan kapabel. Demikian
juga dengan penegakan hukum, yang penting demi menegakkan wibawa pemerintah dan
negara, menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum. Di bidang ekonomi,
Indonesia harus berusaha melepaskan diri dari ketergantungan yang mendalam pada
investasi/bantuan dan teknologi luar negeri dan juga pemenuhan kebutuhan makanan dan
bahan pokok lainnya dari impor. Reformasi 16 tahun tidak banyak membawa perubahan
dalam cara kita mengelola ekonomi. Ketahanan pangan dan ketahanan energi merupakan dua
hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Indonesia harus segera mengarah ke sana dengan
program dan jadwal yang jelas dan terukur. Di luar kedua sektor ini, Indonesia tetap akan
mengandalkan kegiatan ekspor dan impor untuk menggerakkan roda ekonomi. Kita juga
perlu meneliti ulang kebijakan investasi luar negeri yang angkanya mencapai tingkat rekor
beberapa tahun terakhir ini karena ternyata sebagian besar investasi diarahkan ke sektor
ekstraktif yang padat modal, tidak menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi mengeruk
keuntungan yang sebesar-besarnya. Sifat ke-Indonesia-an semakin pudar karena derasnya
tarikan arus globalisasi dan dampak dari revolusi teknologi komunikasi selama 20 tahun
terakhir. Indonesia tidak boleh membiarkan bangsanya larut dengan arus budaya yang belum
tentu sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita. Sistem pendidikan harus diarahkan untuk
membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup di negara ini. Akses ke pendidikan dan
layanan kesehatan masyarakat yang terprogram, terarah, dan tepat sasaran oleh nagara dapat
membantu kita membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.
Kalau bisa disepakati bahwa Indonesia perlu melakukan revolusi mental, pertanyaan
berikutnya adalah dari mana kita harus memulainya. Jawabannya dari masing-masing kita
sendiri, dimulai dengan lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta lingkungan
kerja dan kemudian meluas menjadi lingkungan kota dan lingkungan negara. Revolusi mental
harus menjadi sebuah gerakan nasional. Usaha kita bersama untuk mengubah nasib Indonesia
menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil, dan makmur. Revolusi Mental Indonesia
baru saja dimulai.

Kompas, 7 Februari 2013


Oleh: Yunanto Wiji Utomo
Ubah Paradigma Pembangunan atau Indonesia Hancur
Pembangunan ekonomi yang konvensional dan bertumpu pada eksploitasi sumber daya
alam menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. Jika pola pembangunan ini diteruskan,
bukan tidak mungkin Indonesia justru menuai kehancuran 100 tahun setelah
kemerdekaannya. Hal tersebut diungkapkan oleh Emil Salim, Ketua dan Anggota Dewan

14
Pertimbangan Presiden Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup dalam diskusi dan
peluncuran buku "Bioresources untuk Pembangunan-Pembangunan Ekonomi Hijau" di
Jakarta, Kamis (8/2/2013).
Emil mengkritisi bagaimana pembangunan saat ini mengorbankan ekosistem, salah satunya
adalah kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. "Saat ini monokultur dominan,
tambang dominan. Kalau seperti ini, Indonesia hancur tahun 2045," katanya.

Menurut Emil, seperti yang diuraikan dalam buku terbaru Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Indonesia kaya akan bioresources. Sumber daya alam hayati tersebut
semestinya bisa menunjang kebutuhan pembangunan di bidang pangan, farmasi, energi,
material dan lainnya. Kekayaan sumber daya alam hayati membuka kemungkinan mengubah
pola pembangunan dari eksploitasi sumber daya alam yang hanya berdampak secara ekonomi
menjadi pengayaan nilai sumber daya alam yang berdampak secara ekonomi, sosial dan
lingkungan.
Eksploitasi sumber daya alam sudah tidak dapat dimungkinkan lagi dalam jangka panjang.

Emil mencontohkan, sebelum Indonesia mencapai usia kemerdekaan 100, bahan


tambang yang tersisa hanya tembaga dan batubara. Lainnya, habis.
Pembangunan, kata Emil, harus dilakukan pada konsep ilmuwan, bukan konsep politisi.
Politisi umumnya hanya berorientasi jangka pendek. Misalnya, bagaimana pasca pemilu
2014. Pembangunan harus dipikirkan jauh ke depan.
"Kita harus switch dari eksploitasi ke enrichment," kata Emil. "Apakah kita mau Indonesia
cuma jaya tahun 2014 tapi harus babak belur tahun 2045 setelah 100 tahun kemerdekaan?"
tambah Emil yang sebelumnya juga pernah menjabat sebagai menteri lingkungan hidup.

Emil mengungkapkan, pemanfaatan potensi alam Indonesia seperti untuk sawit tetap
bisa dilakukan namun tidak berlebihan. Lahan kelapa sawit seharusnya bisa memanfaatkan
lahan terlantar, bukan memanfaatkan lahan hutan yang kaya biodiversitas.

15

Anda mungkin juga menyukai