Dalam IOAA kali ini, Tim Indonesia berada pada ranking ranking ke 13 dari total 24
tim dari 22 negara. Sedangkan juara umum diraih oleh India dengan perolehan 3 emas
dan 2 perunggu. Salah seorang siswa dari India memperoleh Best Theory, sedangkan
Best Practical dan Absolute Winner diraih oleh siswa dari Polandia. Pada team
Competition yang dinilai adalah kecepatan tim dalam merakit sebuah teleskop, tapi
tidak hanya cepat tapi teleskop harus terpasang dengan baik dan seimbang
kedudukannya. Team competition dimenangkan oleh tim Thailand. Tim Indonesia
dalam hal ini meraih posisi kedua, dan Iran posisi ketiga.
Perolehan nilai antar peserta bersaing amat ketat. Disini diperlukan tugas team leader
selain ikut menganalisis soal-soal yang akan diujikan, menerjemahkan soal ke dalam
bahasa Indonesia, memeriksa hasil pekerjaan siswa Indonesia dan yang juga tidak
kalah penting berdebat dengan juri memperjuangkan penilaian yang fair bagi siswa
Indonesia.
Evaluasi umum dari hasil tim Indonesia pada ajang IOAA ke-4 ini lebih baik dari
IOAA ke-3 di Iran. Para siswa telah dibekali oleh tim pelatih dari Program Studi
Astronomi, FMIPA, ITB selama sekitar 4 bulan. Beberapa kekurangan seperti aspek
psikologis siswa ketika mengukti tes, ketelitian dan beberapa materi yang perlu
diperdalam akan menjadi bahan evaluasi tim pelatih, agar di tahun-tahun berikutnya
tim Indonesia dapat meraih hasil yang lebih baik. Memang tim India mempersiapkan
siswanya dengan baik pada Kompetisi Teori yang diakui oleh team leader India, tapi
pada Kompetisi Analisa Data dan Observasi tim Indonesia dan India setara.
Para peserta selain berkompetisi juga mengikuti kegiatan ceramah ilmiah dari Prof.
Richard de Grijs dari Peking University dan seoran profesor dari National Astronomy
Observatory of China (NAOC) yang menjelaskan tentang proyek-proyek besar
Astronomi yang didanai oleh negara China. Selain ceramah ilmiah, para peserta juga
mengikuti tour ke Great Wall dan Forbidden City.
Jakarta, 21 September 2010
Dr. Suryadi Siregar
Dr. M. Ikbal Arifyanto