Anda di halaman 1dari 108

PT.

PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN

PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE


PADA UNIT ARHDM
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

Hilmi Dian Saputra

NIM 111203053

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

INDRAMAYU

2014
PT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN
PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE
PADA UNIT ARHDM
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

Hilmi Dian Saputra

NIM 111203053

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

INDRAMAYU

2014

i
ABSTRAK

PT. Pertamina Refinery Unit VI Balongan adalah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) dan merupakan salah satu pabrik pengolahan minyak bumi di

Indonesia setelah RU di daerah Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, dan Sorong.

RU VI Balongan merupakan pabrik yang sangat berpengaruh untuk kebutuhan

bahan bakar di daerah besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Bekasi dan

sebagainya. Pada RU VI terdapat beberapa unit produksi, salah satunya adalah

AHU atau Atmospheric Hydrodemetalization Unit. Produk yang dihasilkan dari

AHU ini adalah DMAR atau Demetalization Atmospheric Residue yang

digunakan untuk umpan RCC atau Residue Catalytic Cracking, kemudian Naptha,

Kerosin, Gas Oil yang diolah kembali di Naphtha Processing Unit, Gas Oil

Hydrotreating Unit sehingga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sebagai

bahan bakar kendaraan ataupun rumah tangga.

Proses pengolahan Atmospheric Residue pada unit AHU ini adalah

mengolah Atmospheric Residue yang dihasilkan dari unit CDU dengan

mengurangi kandungan metal seperti nickel,vanadium, Fe dan Na, serta sulfur

organik dan Nitrogen kemudian micro carbon residue yang dapat mengurangi

performa katalis di reaktor serta menghasilkan DMAR untuk umpan RCC.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN

PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE

PADA UNIT ARHDM

PERIODE 10 NOVEMBER 10 DESEMBER 2014

Hilmi Dian Saputra

NIM 111203053

Laporan Kerja Praktek ini telah disahkan

Di Indramayu, 10 Desember 2014

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan

Fendy Anthonius Lingga

Mengetahui,

DHC Section Head Senior Officer BP Refinery

Ahmad Aulia Fatimah Aradani

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Saya berterimakasih serta bersyukur kepada Allah SWT yang mana berkat

rahmat sehatnya sehingga saya bisa melakukan kerja praktek tanpa adanya

rintangan. Sebelum kerja praktek saya bersyukur diberikan kesabaran oleh Allah

SWT karena harus menunggu jawaban perusahaan yang sebelumnya selama satu

setengah bulan, namun Allah memecah kebuntuan melalui Om Ari (Pak

Karnowo) yang merupakan saudara jauh saya dan merupakan pegawai dari

Pertamina RU VI.

Tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada saudara saya Mamah Erni

dan Bang Arif Fadilah (KETE) yang sudah berusaha menghubungi Om Ari.

Saya berterimakasih juga atas dukungan dan materi dari ORANG

TUA(Engkus Kuswara & Ely Suhartini) saya, mereka tidak behenti menasehati

saya mengenai kerja praktek. Kakak (Eva Rosdiana) saya pun demikian selalu

menasehati saya mengenai kerja praktek .

Dan saya mengucapkan terimakasih juga kepada pembimbing

lapangan(Pak Fendy Anthonius Lingga), dosen pembimbing (Ibu Indah

Dhamayanthie, dan teman-teman operator (Pak Teguh, Pak Karto, Arif, Pak Dedi,

Pak Agus, Pak Maman) serta teman-teman saya yang membantu proses KP

maupun pengerjaan laporan.

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Hilmi Dian Saputra

Tempat, tanggallahir : Jakarta, 14 Agustus1994

Alamat : Perum. Masnaga Jl. GunungBromo II Blok A/372

Bintara Jaya, Bekasi Barat

Agama : Islam

Jeniskelamin : Laki-laki

Tinggi badan : 162,5 cm

Berat badan : 65 kg

Kesehatan : Sehat jasmani dan rohani

Hobby : Bermain basket

No. HP : 083823794145

E-mail : hilmi.riswandi@gmail.com

GolonganDarah :O

Status : Belum Menikah

v
RIWAYAT PENDIDIKAN

2000 2006 : SD Negeri Pulogebang 20, Jakarta Timur

2006 2009 : SMP Negeri 236, Jakarta Timur

2009 2012 : SMA Negeri12, Jakarta Timur

2012 -sekarang : Progam Studi DIII Teknik Kimia Akademi Minyak dan

Gas Balongan

PENGALAMAN BERORGANISASI

2012 - Sekarang : Pengurus dari Perhimpunan Mahasiswa Teknik

Kimia (PERMATEK) di Akamigas Balongan

2011 - 2012 : Pengurus dari Organisasi Siswa Intra Sekolah

(OSIS) di SMAN 12 Jakarta

2008 - 2009 : Pengurus dari Organisasi Siswa Intra Sekolah

(OSIS) di SMPN 236 Jakarta

PRAKTIKUM

1. Praktikum Kimia Dasar I, AKAMIGAS BALONGAN, Indramayu-Jawa

Barat.

2. Praktikum Fisika Dasar I, AKAMIGAS BALONGAN, Indramayu-Jawa

Barat.

3. Praktikum Kimia Analitik, AKAMIGAS BALONGAN, Indramayu-Jawa

Barat.

4. Praktikum Mikrobiologi, AKAMIGAS BALONGAN, Indramayu-Jawa

Barat.

vi
KUNJUNGAN LAPANGAN

1. Kunjungan ke - 1

Mata Kuliah : Mikrobiologi

Tempat : PT. Bukit Baros Cempaka, Sukabumi

Pembimbing : Indah Dhamayanthie, MT.

2. Kunjungan ke - 2

Mata Kuliah : Alat Industri kimia

Tempat : PT. Sumber Daya Kelola, Indramayu

Pembimbing : Rifana Indrawijaya, ST dan Yully Mulyani, ST

3. Kunjungan ke - 3

Mata Kuliah : Proses Industri Kimia

Tempat : PT. Indocement Tunggal Perkasa, Bogor

Pembimbing : Indah Dhamayanthie, MT dan Yully Mulyani, ST

4. Kunjungan ke - 4

Mata Kuliah : Pengolahan Industri Migas

Tempat : PT. Indorama Synthetic TBK, Purwakarta

Pembimbing : Indah Dhamayanthie, MT dan Yully Mulyani, ST

5. Kunjungan ke - 5

Mata Kuliah : Pengendalian Mutu Produksi

Tempat : PT. Sido Muncul, Semarang

Pembimbing : Indah Dhamayanthie, MT dan Yully Mulyani, ST

vii
TRAINING & SEMINAR

Character And Personality Building diadakan oleh Akamigas Balongan

pada tahun 2012

Seminar Nasional Crude Oil and Catalytic Convertion Process diadakan

oleh Perhimpunan Mahasiswa Teknik Kimia Akamigas Balongan pada

Agustus 2014

Aspen Hysys diadakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Teknik Kimia

Akamigas Balongan pada tahun 2014

Stadium General Lube Oil Complex diadakan oleh Perhimpunan

MahasiswaTeknik Kimia Akamigas Balongan pada tahun 2013

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul Laporan Kerja

Praktek PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT

ARHDM DI PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN.

Laporan kerja praktek ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata

kuliah Kerja Praktek yang ditempuh pada semester V(Lima) Program Studi

Diploma III Teknik Kimia AKAMIGAS Balongan. Laporan ini dibuat

berdasarkan pengamatan dan data yang dikumpulkan selama preode kerja praktek

10 November 2014 10 Desember 2014.

Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani, selaku Ketua Yayasan Akamigas Balongan.

2. Bapak Nahdudin Islami,M.Si, selaku Direktur Akamigas Balongan.

3. Ibu Indah Dharmayanthie, M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia

Akamigas Balongan.

4. Bapak Ahmad Aulia, selaku DHC Section Head RU VI Balongan

5. Bapak Suyatni, selaku Senior Supervisor AHU RU VI Balongan

6. Bapak Dedi Rosliadi, selaku DHC F&Q Supervisor RU VI Balongan

7. Bapak Fendy Anthonius Lingga, selaku Pembimbing Lapangan di Bagian

AHU.

ix
8. Kedua orang tua yang memberikan dukungan moral maupun spiritual.

9. Rekan-rekan sesama mahasiswa kerja praktek dan semua pihak yang telah

membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

laporan kerja praktek ini. Oleh karena penulis sangat mengharapkan berbagai

kritik dan saran yang bersifat membangun yang padat membawa penulis ke arah

yang lebih baik. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan dan

bisa dijadikan sebuah motivasi

Indramayu, Desember 2014

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL.................................................................................................................. i

ABSTRAK........................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR TABEL........................................................................................... xvii

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tema Kerja Praktek......................................................................... 3

xi
1.3 Tujuan Kerja Praktek ...................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 3

1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................ 4

1.4 Manfaat............................................................................................ 4

1.4.1 Manfaat Bagi Perusahaan ....................................................... 4

1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan ........................................ 5

1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa ....................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................ 6

2.1 Pengertian Umum Crude Oil........................................................... 6

2.2 Fraksi- fraksi Crude Oil dan Kegunaannya...................................... 7

2.3 Atmospheric Residue ...................................................................... 8

2.4 Atmospheric Residue Hydro Demetalizing................................... 10

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN ................................................. 14

3.1 Orientasi Lapangan ....................................................................... 14

3.2 Metode Wawancara ....................................................................... 14

3.3 Studi Literatur ............................................................................... 14

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .......................................... 15

xii
4.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) ............................... 15

4.2 Visi, Misi, Slogan dan Logo PT. PERTAMINA (Persero) ........... 18

4.3 PT. PERTAMINA RU VI Balongan............................................. 20

4.3.1 Tata Letak PT. PERTAMINA RU VI Balongan.................. 23

4.3.2 Sistem Kontrol...................................................................... 27

4.3.3 Struktur Organisasi Perusahaan ........................................... 27

4.4 Sistem Utilitas .............................................................................. 30

4.5 Pengolahan Limbah ....................................................................... 30

4.5.1 Pengolahan Limbah Cair ...................................................... 31

4.5.2 Pengolahan Limbah Gas....................................................... 32

4.5.3 Pengolahan Limbah Padat .................................................... 32

4.6 Laboratorium ................................................................................. 33

4.7 Unit- unit di RU VI Balongan ........................................................ 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 44

5.1 Fungsi Utama AHU....................................................................... 44

5.2 Proses Pada AHU .......................................................................... 45

5.2.1 Seksi Feed ............................................................................ 45

xiii
5.2.2 Seksi Reaksi ........................................................................ 46

5.2.3 Seksi Pemisahan Produk Reaktor......................................... 46

5.2.4 Seksi Recycle Gas ................................................................ 47

5.2.5 Seksi Fraksinasi.................................................................... 48

5.3 Alat-alat Pada AHU ...................................................................... 52

5.4 Bahan-bahan Kimia Yang Digunakan Pada Unit AHU ................ 60

BAB VI KENDALA SELAMA PROSES PADA AHU ................................ 62

BAB VII TUGAS KHUSUS ............................................................................ 66

7.1 Pengertian Pompa Secara Umum .................................................. 66

7.2 Pompa Sentrifugal Multistage ....................................................... 67

7.3 Cara Kerja Pompa ......................................................................... 69

7.3.1 Cara Kerja Pompa Sentrifugal.............................................. 69

7.3.2 Cara Kerja Pompa Sentrifugal Multistage ........................... 71

7.4 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal Multistage............................... 72

7.4.1 Bagian Dalam Pompa........................................................... 72

7.4.2 Balancing Drum ................................................................... 73

7.4.3 Seal Oil System .................................................................... 74

xiv
7.4.4 Lube Oil System................................................................... 76

7.4.5 Motor .................................................................................... 80

7.5 Kerusakan Yang Terjadi Pada Pompa........................................... 81

7.6 Kondisi Operasional Pompa Sentrifugal Multistage Pada AHU .. 83

BAB VIII PENUTUP ....................................................................................... 86

8.1 Kesimpulan.................................................................................... 86

8.2 Saran.. ............................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Atmospheric Residue ...................................................................... 9

Gambar 4.1 Logo Baru PT Pertamina(Persero)................................................ 19

Gambar 4.2 Logo PT Pertamina(Persero) RU VI Balongan ............................ 22

Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT Pertamina(Persero) RU VI Balongan...... 29

Gambar 4.4 Process Flow Diagram RU VI Balongan ...................................... 43

Gambar 5.1 Process Flow Diagram AHU ........................................................ 51

Gambar 5.2 Furnace.......................................................................................... 53

Gambar 5.3 Kompresor .................................................................................... 54

Gambar 5.4 Vessel ............................................................................................ 55

Gambar 5.5 Pompa Feed................................................................................... 56

Gambar 5.6 Feed Filter ..................................................................................... 57

Gambar 5.7 Reaktor .......................................................................................... 58

Gambar 5.8 Kolom Fraksinator dan Kolom Stripper ....................................... 59

Gambar 5.9 Heat Exchanger ............................................................................. 60

Gambar 7.1 Pompa Sentrifugal Multistage AHU............................................. 69

Gambar 7.2 Skema Prinsip Kerja dan Arah Aliran dalam Pompa Sentrifugal. 70

Gambar 7.3 Dua Arah Aliran dalam Pompa Multistage................................... 71

Gambar 7.4 Bagian-bagian Pompoa Sentrifugal Multistage ............................ 72

Gambar 7.5 Balancing Drum ............................................................................ 74

Gambar 7.6 Mechanical Seal ............................................................................ 74

Gambar 7.7 Sealing Area pada Pompa ............................................................. 75

xvi
Gambar 7.8 Seal System pada Pompa Umumnya ............................................ 76

Gambar 7.9 Lube Oil System pada AHU ......................................................... 77

Gambar 7.10 Main Oil Pump............................................................................ 78

Gambar 7.11 Lube Oil Cooler .......................................................................... 78

Gambar 7.12 Lube Oil Filter ............................................................................ 79

Gambar 7.13 Lube Oil Storage ......................................................................... 80

Gambar 7.14 Motor .......................................................................................... 81

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Fotokopi Surat Penerimaan Kerja Praktek.

2. Fotokopi Absensi Selama Kerja Praktek.

xviii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan PT Pertamina (Persero)................................ 16

Tabel 4.2 Produk Unit DTU .............................................................................. 38

Tabel 5.1 Spesifikasi Impurities pada Feed dan Output AHU ......................... 44

Tabel 5.2 Produk AHU ...................................................................................... 50

Tabel 7.1 Pump Data Sheet ............................................................................... 85

xix
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 7.1 Kinerja Pompa ................................................................................. 84

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib sebagai syarat

untuk menyelesaikan studi pada Program Studi D-3 Teknik Kimia

AKAMIGAS. Mata kuliah kerja praktek ini dimaksudkan untuk memberi

kesempatan kepada mahasiswa agar dapat melihat dan merasakan secara

langsung suasana lingkungan proses produksi. Selain itu, kerja praktek juga

dimaksudkan untuk memperkaya ilmu keteknik-kimiaan yang telah

didapatkan selama kuliah reguler. Dengan kerja praktek, Mahasiswa

diharapkan dapat mengenal proses-proses di dalam industri secara langsung,

sehingga pada akhirnya ketika terjun sebagai engineer, mahasiswa telah

terbiasa dengan proses-proses yang ada di dalam industri.

Adapun pelaksanaan Kerja Praktek (KP) tersebut dilakukan pada

perusahaan yang bergerak pada bidang usaha yang sesuai atau relevan dengan

bidang ilmu yang dipelajari. Adapun perusahaan tempat kami melakukan

Kerja Praktek adalah PT. Pertamina RU VI Balongan, yang berlokasi di Jalan

Raya Balongan Km.09.

Industri Migas merupakan industri yang sangat berperan penting di

masyarakat, terutama bagi para pengguna kendaraan bermotor. PT Pertamina

RU VI Balongan merupakan perusahaan milik Negara (BUMN) yang

bergerak di bidang pengolahan minyak bumi menjadi bahan bakar. Di

1
Indonesia ada 7 Refinery Unit, namun pada RU I tepatnnya di Pangkalan

Brandan, Medan ditutup karena alat pengolahannya tidak memadai. Oleh

karena itu, di Inonesia ada 6 Refinery Unit aktif diantaranya adalah RU pada

Dumai, Plaju, Balongan, Cilacap, Balikpapan, dan Sorong.

PT. Pertamina RU VI Balongan merupakan perusahaan yang

berpengaruh terhadap masyarakat karena menyediakan bahan bakar untuk

kota-kota besar, diantaranya adalah Jakarta, Bandung, Bekasi, Bogor dan

sebagainya. PT. Pertamina RU VI Balongan merupakan perusahaan yang

cukup terkenal di luar Indonesia karena memiliki suatu unit yang merupakan

unit yang terbesar se-Asia Tenggara, yaitu Unit RCC (Residue Catalytic

Cracking).

Unit RCC merupakan unit yang bertugas untuk mengolah residu yang

diberikan oleh Unit CDU secara langsung ataupun yang harus melalui unit

ARHDM. Umpan yang masuk ke RCC itu harus sesuai dengan spesifikasi

yang telah ditetapkan oleh Unit RCC. Umpan tersebut tidak boleh

mengandung senyawa metal seperti nickel,vanadium, Fe dan Na serta sulfur

organic dan Nitrogen, senyawa MCR (Micro Carbon Residue) karena dapat

mengurangi performa katalis yang berada pada RCC. Oleh sebab itu sebelum

masuk ke Unit RCC, atmospheric residue yang berasal dari Unit CDU

tersebut harus melalui proses demetalization atau pengurangan kandungan

metal yang prosesnya berada di dalam Unit ARHDM sampai kandungan

metal dan MCR sesuai dengan standar spesifikasi yang sudah dibuat unit

RCC. Umpan yang sudah sesuai standar RCC dinamakan DMAR.

2
Dari uraian di atas penulis tertarik pada proses pengolahan

atmospheric residue pada Unit ARHDM. Oleh karena itu penulis ingin

melakukan Kerja Praktek di PT. Pertamina RU VI Balongan untuk mengupas

proses pengolahan atmospheric residue pada Unit ARHDM. Selain itu

pelaksanaan Kerja Praktek ini sebagai apresiasi yang nyata dalam mendalami

ilmu Teknik Kimia, sehingga terdapat suatu kesinambungan antara teori dan

praktek sebagai wujud nyata dari kemampuan yang telah penulis dapat dalam

perkuliahan.

1.2 Tema Kerja Praktek

Tema yang akan diambil dalam kerja praktek ini adalah tentang

PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE.

1.3 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan yang dicapai sehubungan dengan pelaksanaan kerja

praktek ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui gambaran mengenai proses produksi di

perusahaan atau di institusi tempat kerja praktek berlangsung.

2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

menjalani perkuliahan.

3. Untuk meningkatkan keahlian, dan daya kreatifitas mahasiswa.

3
4. Melatih kemampuan dan kepekaan mahasiswa untuk mencari

solusi dari masalah yang dihadapi di dalam dunia industri atau

dunia kerja.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami proses kerja peralatan yang

digunakan dalam proses pengolahan atmospheric residue pada

unit ARHDM.

2. Mengetahui dan memahami proses pengolahan atmospheric

residue pada unit ARHDM.

3. Mengetahui dan memahami permasalahan produksi yang ada

di unit ARHDM.

4. Mengetahui dan memahami bahan kimia yang menunjang

proses produksi.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Perusahaan

1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa kerja

praktek dalam membantu menyelesaikan tugas-tugas pada

proses produksi.

2. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan untuk unit

yang ditekuni oleh mahasiswa kerja praktek.

4
3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan

bermanfaat antara perusahaan tempat kerja praktek dengan

jurusan Teknik Kimia Akamigas Balongan.

1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan

1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi tempat

praktek kerja dalam upaya meningkatkan hubungan baik antara

substansi akademik dengan kegiatan manajemen maupun

operasional institusi tempat kerja praktek.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan

melibatkan tenaga terampil dalam kegiatan kerja praktek.

1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengenal secara dekat dan langsung proses produksi

yang ada di lapangan.

2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik kimia yang

diperoleh dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang

sebenarnya, khususnya mengenai peralatan dan proses

pengolahan atmospheric residue.

3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan

tempat mahasiswa kerja praktek

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Umum Crude Oil

Minyak Bumi (bahasa Inggris: petroleum, bahasa latin petrus=karang

dan oleum=minyak) dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental,

berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di

lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari

campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana,

tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak

bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak.

Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi

geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam

studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan

minyak dan dipisah - pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga

menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak

tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk

membuat plastik dan obat-obatan. Minyak bumi digunakan untuk

memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan manusia.

6
2.2 Fraksi-fraksi Crude Oil dan Kegunaannya

Fraksi-fraksi Crude Oil

Fraksi Crude Oil dipisahkan bersdasarkan titik didihnya, diantaranya sebagai

berikut:

1. Gas

Rentang rantai karbon : C 1 sampai C5

Trayek didih : 0 sampai 50C

2. Gasolin (Bensin)

Rentang rantai karbon : C 6 sampai C11

Trayek didih : 50 sampai 85C

3. Kerosin (Minyak Tanah)

Rentang rantai karbon : C 12 sampai C20

Trayek didih : 85 sampai 105C

4. Solar

Rentang rantai karbon : C 21 sampai C30

Trayek didih : 105 sampai 135C

5. Minyak Berat

Rentang rantai karbon dari C 31 sampai C40

Trayek didih dari 130 sampai 300C

6. Residu

Rentang rantai karbon diatas C 40

Trayek didih diatas 300C

7
Kegunaan Fraksi-Fraksi Minyak Bumi

1. Gas

Kegunaan: Gas tabung, BBG, umpan proses petrokomia.

2. Gasolin (Bensin)

Kegunaan : Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan bermesin piston,

umpan proses petrokomia

3. Kerosin (Minyak Tanah)

Kegunaan: Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan bermesin jet,

bahan bakar rumah tangga, bahan bakar industri, umpan proses petrokimia

4. Solar

Kegunaan: Bahan bakar motor, bahan bakar industry

5. Minyak Berat

Kegunaan: Minyak pelumas, lilin, umpan proses petrokimia

6. Residu

Kegunaan: Bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas), aspal,

bahan pelapis anti bocor.

2.3 Atmospheric Residue

Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi,

minyak bumi akan dipanaskan dalam suhu diatas 300o C. Residu tidak

menguap dan digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor,

dan bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumi

8
yang menguap akan naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak

bumi lainnya.Aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan. Kandungan

utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik, dan

aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Unsur-

unsur selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen,

oksigen, belerang, dan beberapa unsur lain. Secara kuantitatif, biasanya 80%

massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen

dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.

Gambar 2.1 Atmospheric Residue

9
2.4 Atmospheric Residue Hydro De Metalizing

ARHDM unit mengolah Atmospheric residue (AR) dari CDU yang

mengandung metal (Ni, V,Fe), Na serta karbon (MCR) dalam jumlah yang

tinggi, menjadi DMAR yang mengandung metal (Ni, V,Fe), Na dan karbon

(MCR) dalam jumlah yang lebih kecil. Prosesnya dengan menggunakan

katalis dan hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi.

Produk yang dihasilkan dari ARHDM adalah:

1. Sour Gas.

2. Unstabilized Naphta.

3. Kerosene.

4. Gas Oil.

5. DMAR sebagai RCC Feed.

Uraian Proses:

1. Seksi Feed

Yaitu pemanasan awal dan penyaringan kotoran feed sebelum

dialirkan ke feed surge drum. Feed Atmospheric Residue (AR) dapat

langsung dari CDU (Hot AR)

Setelah kedua feed bergabung dan dipanaskan, feed kemudian

masuk ke feed filter, dimana padatan atau solid yang dapat menyebabkan

deposit pada top katalis pada reaktor pertama akan disaring dan

terakumulasi di elemen filter. Feed yang sudah difiltrasi dialirkan

10
ke Filtered Feed Surge Drum. Kemudian feed dipanaskan kembali

ke furnace sebelum dialirkan.

2. Seksi Reaksi

Masing-masing modul terdiri atas tiga reaktor yang disusun secara

seri dengan spesifikasi yang sama. Karena reaksi Hydrotreating adalah

eksotermis, maka temperatur campuran oil/gas akan naik pada saat

bereaksi. Unruk mengatur kenaikkan temperatur dan untuk mengontrol

kecepatan reaksi maka diinjeksikan Cold Quench Recycle Gas. Effluent

reaktor kemudian dialirkan ke seksi pendinginan dan pemisahan.

3. Seksi Pendinginan dan Pemisahan Produk Reaktor.

Pendinginan pertama dilakukan di Exchanger dimana sebagian

panasnya diambil oleh combine feed reaktor, selanjutnya effluent

feed reaktor mengalir ke Hot High Pressure Separator (HPSS).

Fungsi dari HPSS adalah untuk mengambil residu oil dari effluent

reaktorsebelum didinginkan, karena residu yang mengandung endapan

alumunium dapat menyumbat exchanger di effluents vapor cooling train.

Dengan temperatur 37o C residu sudah mempunyai sumber untuk

memisahkan naphta, kerosene dan produk gas oil pada atmospheric

fraksionator.

Aliran liquid panas dari HPSS mengalir ke Hot Flow Pressure

Separator, dimana uap yang terpisah dari liquid panas dalam HPSS ini

banyak mengandung H2 , NH3 , CH4 gas ringan hidrokarbon

dan liquid hidrokarbon lainnya. Uap tersebut selanjutnya didinginkan

11
di Heat Reaktor, dimana panas dari HE ini akan ditransfer di Combine

Feed reaktor. Setelah itu aliran campuran uap dialirkan ke Effluent Air

Cooler masuk ke Cold High Pressure Separator (CHPS). Recycle gas yang

kaya hidrogen serta terpisah dari minyak dan air, masuk ke Recycle Gas

Compressor dan sebagian keHydrogen Membrane Separator unit untuk

dimurnikan.

Karena kemungkinan sejumlah minyak dan air tidak seluruhnya

terpisahkan dalam CHPS maka minyak dan air tidak seluruhnya dari

CHPS dialirkan ke CLPS. Air yang terkumpul di bottom drum CLPS

dialirkan ke Sour Water Stripper (SWS), sedangkan minyaknya

dipanaskan dahulu dengan Heat Exchanger sebelum dialirkan

ke Atmospheric Fraksionator.

Liquid dari bottom HPSS diflashkan di dalam Hot Low Pressure

Separator (HLPS). Uap yang mengandung H2 dipisahkan

untuk recovery dan produk minyak berat digabung dengan produk HLPS

modul 13 dialirkan ke Fraksionator. Flash gas dari HLPS modul 12 dan 13

didinginkan melalui exchanger dan air cooler sebelum diflashkan Cold

low Pressure Drum (CLPFD), Flash gas dari CLPFD yang kaya akan

H2 dialirkan ke make up gas compressor untuk dikompresi dan

dikembalikan ke unit ARHDM. Liquid ringan diflashkan bersama

dengan liquid dari CHPS ke CLPS.

12
4. Seksi Recycle Gas

Aliran gas yang kaya hidrogen dari CHPS terbagi dua, sebagian

dikembalikan ke reaktor dengan Recycle Gas Compressor dan sebagian

aliran (Bleed Stream) ke Membrane Separation Unit.

5. Seksi Fraksinasi

Produk ARHDM dipisahkan menjadi Naphta, Kerosene, Diesel,

dan Hydrodemalized Atmospheric Residue. Diperoleh dari Atmospheric

Fraksionator dibantu dua buah stripper. Sebelum dikirim ke luar, naphta

dimurnikan di Naphta Stabilizer dan Kerosene dalam Clay Treater.

Atmospheric Fraksionator terdiri dari dua seksi, yaitu seksi atap

(top), seksi bawah (bottom). Produk Heavy Oil dari HLPS masuk ke

fraksionator Cold Feed dari CLPS masuk ke fraksionator. Di seksi Bottom

Fraksionator diinjeksikan stripping steam yang telah dipanaskan lebih

lanjut (Superheated Steam) di seksi konveksi pada furnace.

13
BAB III

METODOLOGI KERJA PRAKTEK

Metode pelaksanaan yang dilakukan selama Kerja Praktek, meliputi :

3.1 Orientasi Lapangan

Dimana data yang diperoleh dari lapangan secara langsung mengenai

PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE DI UNIT ARHDM.

Berdasarkan penelitian itulah penyusun mendapatkan data data yang akan

menjadi sumber data dalam pembuatan laporan.

3.2 Metode Wawancara

Data - data diperoleh dari konsultasi langsung dengan pembimbing

lapangan maupun dengan operator operator yang ada di lapangan.

3.3 Studi Literatur

Merupakan data yang diperoleh dari buku buku sebagai bahan

tambahan dalam penyusunan proposal yang berkaitan dengan tema yang

diambil.

14
BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero)

Minyak bumi masih menjadi komoditas utama di Indonesia sampai saat ini,

baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan dasar produk turunan untuk

pemenuhan kebutuhan masyarakat. Proses pengolahan minyak bumi menjadi

produk dengan nilai ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari perusahaan-

perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan industri

petrokimia hilir. Pengelolaan sumber daya ini diatur oleh negara untuk

kemakmuran rakyat seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Hal ini

ditujukan untuk menghindari praktek monopoli dan mis-eksploitasi kekayaan alam

yang berujung pada kesengsaraan rakyat.

Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan

Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha

tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang

melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni

1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia.

Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur)

tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun

1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921. Penemuan-

penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan maskapai

perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac, Caltex dan

15
maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di

Indonesia.

Terjadi beberapa perubahan pengelolaan perusahaan minyak di Indonesia

pasca kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah

Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak

Nasional (PT PERMINA). Kemudian dengan PP No. 198/1961 PT PERMINA

dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP No.

27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu perusahaan yang

bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PN

PERTAMINA). Sebagai landasan kerja baru, lahirlah UU No. 8/1971 pada tanggal

15 September 1971. Sejak itu, nama PN PERTAMINA diubah menjadi PT.

PERTAMINA, dan dengan PP No. 31/2003 PT. PERTAMINA menjadi (Persero),

yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang berwenang

mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan di

Indonesia.Berikut ini adalah kronologis sejarah berdirinya PT Pertamina:

Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan PT Pertamina (Persero)

1945 : Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik

Indonesia (PTMNRI) di Tarakan, yang merupakan

perusahaan minyak nasional pertama di Indonesia.

April 1954 : PT PTMNRI Tambang Minyak Sumatera Utara

(TMSU)

16
10 Desember : TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional

1957 (PT PERMINA)

1 Januari 1959 : NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak

Indonesia (PT PERMINDO)

Februari 1961 : PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara

Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi

sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia.

1 Juli 1961 : PT PERMINA dijadikan PN PERMINA

(PP No. 198/1961)

20 Agustus : Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi

1968 Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

Nasional (PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968

15 September : PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA

1971 berdasarkan UU No. 8/1971

17 September : PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero)

2003 sesuai PP No. 31/2003

Sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan

BBM di Indonesia,PT. Pertamina (Persero) menghadapi tantangan yang semakin

berat karena lonjakan kebutuhan BBM harus diiringi dengan peningkatan

17
pengolahan minyak bumi agar suplai BBM tetap stabil. Dalam pembangunan

nasional, PT. Pertamina (Persero) memiliki tiga peranan penting, yaitu:

1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.

2. Sebagai sumber devisa negara.

3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan

pengetahuan.

PT. Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di berbagai

wilayah di Indonesia, untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama

di dalam negeri

4.2 Visi, Misi, Slogan dan Logo PT. PERTAMINA (Persero)

Dalam peranannya sebagai elemen penting dalam pemenuhan kebutuhan

BBM di Indonesia, PT Pertamina (Persero) mempunyai visi dan misi, yaitu :

VISI

Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia

MISI

Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru danterbarukan secara

terintegerasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

Pertamina juga memiliki slogan yaitu Selalu Hadir Melayani. Slogan

ini diharapkan dapat mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki sikap

enterpreneurship dan customer oriented yang terkait dengan persaingan yang

sedang dan akan dihadapi perusahaan.

18
Pemikiran perubahan logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis

Pertamina. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan

diperkuat melalui tim restrukturisasi Pertamina tahun 2000 (Tim Citra) termasuk

kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan

perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena

adanya perubahan kebijakan atau pergantian dewan direksi. Wacana perubahan

logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT. PERTAMINA

(PERSERO) pada tahun 2003. Adapun pergantian logo yaitu agar membangun

semangat baru, mendukung coorporate culture bagi semua pekerja, mendapatkan

image yang lebih baik diantara global oilandgas companies serta mendorong daya

saing dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain :

1. Perubahan peranan dan status hukum perusahaan menjadi perseroan.

2. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi banyak terbentuknya entitas

bisnis baru di bidang hulu dan hilir.

Gambar 4.1 Logo Baru PT PERTAMINA (Persero)

Logo Pertamina yang baru memiliki makna sebagai berikut:

1. Elemen logo huruf P yang menyerupai bentuk panah, menunjukkan

PERTAMINA sebagai perusahaan yang bergerak maju dan progresif.

19
2. Warna-warna yang berani menunjukan Alir besar yang diambil PERTAMINA

dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis,

dimana :

Biru berarti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

Hijau berarti sumber energi yang berwawasan lingkungan.

Merah berarti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi

berbagai macam kesulitan.

4.3 PT. PERTAMINARU VI Balongan

Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya

invetasi pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari

keuntungan Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity

dari pemerintah yang dimasukkan sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu

membangun kilang-kilang lainnya sebelum tahun 1990. Oleh karena itu kilang

Balongan disebut kilang milik PERTAMINA.

Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah

minyak mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai

harga jual yang relatif rendah karena kualitasnya yang kurang baik.

Sebagai bahan baku kilang, kualitas yang rendah dari crude duri dapat

terlihat diantaranya dari kandungan residu yang sangat tinggi mencapai 78%,

kandungan logam berat dan karbon serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi

kilang yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak

mampu mengolah secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi

minyak dari lapangan Duri meningkat cukup besar. Saat ini, feed yang digunakan

20
pada kilang Balongan merupakan campuran crude Duri dan Minasdengan

perbandingan Duri 80 : 20 Minas.

Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi

kebutuhan BBM yaitu:

1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri.

2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional maupun regional.

3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.

Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang

dinamakan proyek EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun

1991. Pada perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah

namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT. Pertamina

(Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan

oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda

dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic

Cracking (RCC) mengalami kerusakan.

Unit RCC ini merupakan unit komersil di kilang PT. Pertamina (Persero)

RU VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed) menjadi

minyak ringan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Residu yang dihasilkan

sangat besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak

dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang

terbesar se-Asia Tenggara Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas

produksi kilang minyak domestik menjadi 1.074.300 BPSD. Produksi kilang

minyak Balongan berjumlah kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang

21
dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya. Di bawah ini merupakan logo PT.

PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan :

Gambar 4.2 Logo PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Logo PT Pertamina (Persero) RU VI memiliki makna sebagai berikut:

1. Lingkaran : fokus ke bisnis inti dan sinergi

2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi

ciri khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

3. Warna :

a. Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup.

b. Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam

setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran.

c. Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero).

d. Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI.

22
Pemilihan Balongan sebagai lokasi proyek EXOR I didasarkan pada

kondisi-kondisi berikut :

1. Lokasinya relatif dekat dengan konsumen bahan bakar minyak terbesar, yaitu

Jakarta dan Jawa Barat.

2. Telah tersedianya sarana penunjang, yaitu Depot Unit Produksi Pemasaran

Dalam Negeri (UPPDN) III, terminal daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat

di Balongan, Convensional Buoy Mooring (CBM) dan Single Bouy Mooy

(SMB).

3. Dekat dengan sumber gas alam di daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat dan

British Petroleum (sekarang Beyond Petroleum, BP).

4. Selaras dengan proyek pemipaan bahan bakar minyak di Jawa.

5. Tersedianya lahan yang dibutuhkan, yaitu bekas sawah yang kurang produktif.

6. Tersedianya sarana infrastruktur.

4.3.1 Tata Letak PT. PERTAMINA RU VI Balongan

Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU VI didirikan di

kecamatan Balongan, kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah

barat laut Cirebon). Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah

tadah hujan, diperlukan pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari

pulau Gosong Tengah yang dikerjakan dalam waktu empat bulan.

Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan

dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah kilang.

Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah

ini. Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali. Di antara sumur-sumur

23
tersebut, sumur yang berhasil memproduksi adalah sumur Jatibarang,

Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan

lepas pantai. Sedangkan produksi minyak buminya sebesar 239,65

MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT.

Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN III sendiri

baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar

di daerah Cirebon dan sekitarnya.

Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan

jalannya proses produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan

dan lingkungan. Untuk mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit

dalam kilang disusun sedemikian rupa sehingga unit yang saling

berhubungan jaraknya berdekatan. Dengan demikian pipa yang

digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang dibutuhkan untuk

mendistribusikan aliran dapat diminimalisir serta temperatur yang akan

stabil.

Keamanan area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit

yang memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll.

Unit-unit yang berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat

dengan area perkantoran adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi

air sehingga relatif aman.

Area kilang terdiri dari :

Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang

: 200 ha daerah penyangga

24
Sarana perumahan : 200 ha

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis

dengan adanya faktor pendukung, antara lain :

a. Bahan Baku

Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

(Persero) RU VI Balongan adalah :

Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed).

Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed).

Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric

Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).

b. Air

Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma,

Rejasari, kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang.

Pengangkutan dilakukan secara pemipaan dengan pipa berukuran 24

inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3 serta kecepatan

maksimum 1.200 m3 . Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat

exchangers (sebagai pendingin),dan kebutuhan perumahan. Dalam

pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan

dengan sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-

recycle ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah

memperbaiki kualitas effluent parameter NH3, fenol, dan COD sesuai

dengan persyaratan lingkungan.

c. Transportasi

25
Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya

dan lepas pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar

sehingga memperlancar distribusi hasil produksi, terutama untuk

daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah fasilitas yang

berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan

produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM,

rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran

peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan

LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities.

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero)

RU VI Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama,

dipekerjakan pada proses pendirian Kilang Balongan yang berupa

tenaga kerja lokal non-skill sehingga meningkatkan taraf hidup

masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan

untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA

(Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di

Indonesia.

4.3.2 Sistem Kontrol

Pada PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan mempunyai

sistem kontrol yang sebagian besar menggunakan kontrol automatik dan

manual. Sebagian besar kontrol terpusat pada DCS (Distributed Control

System) yaitu RCC complex, DTU complex, DHC complex, dan H2 Plant.

26
Kontrol yang digunakan adalah pneumatik karena yang diproses adalah

bahan yang mudah terbakar dan kemudian diubah menjadi signal elektrik

(Digital) agar dapat terbaca di-DCS.

4.3.3 Struktur Organisasi Perusahaan

PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan mempunyai

struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang

satu dengan yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-

masing bagian. Tujuan dibuatnya struktur organisasi adalah untuk

memperjelas dan mempertegas kedudukan suatu bagian dalam

menjalankan tugas sehingga akan mempermudah untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur organisasi

dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri.

27
Gambar 4.3Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

28
4.4 Sistem Utilitas

Sistem utilitas mempunyai tujuan untuk menunjang operasi unit-unit proses

dengan menyediakan kebutuhan listrik, steam, air pendingin, gas N 2 , fuel gas

system, dan sebagainya. Sistem utilitas ini terdiri dari beberapa unit, yaitu:

1. Pembangkit Listrik dan Sistem Distribusi (Unit 51)

2. Pembangkit Steam (Unit 52)

3. Water Intake Facility (WIF) dan Fasilitas Penjenuhan Air

(Water Treatment Plant) Salam Darma (Unit 53)

4. Raw Water dan Potable Water System (Unit 54)

5. Demineralize Water Unit (Unit 55)

6. Cooling Tower System (Unit 56)

7. Sistem Udara dan Instrumen (Unit 58)

8. Nitrogen Plant (Unit 59)

Bahan baku unit utilitas pada PERTAMINA RU VI adalah air dan udara

yang kemudian diolah untuk berbagai keperluan.

4.5 Pengolahan Limbah

Limbah industri minyak bumi umumnya mengandung logam-logam berat,

senyawa sulfur dan amin, senyawa kimia berbahaya, serta senyawa-senyawa

hidrokarbon yang mudah terbakar. Hal ini menuntut adanya Refinery Unit limbah

agar limbah yang dibuang dapat memenuhi spesifikasi dan persyaratan yang telah

ditetapkan pemerintah. PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

menghasilkan berbagai macam limbah, yang terdiri dari limbah cair, limbah gas,

29
dan limbah padat. Dari ketiga macam limbah tersebut, limbah cair merupakan

limbah yang paling potensial untuk menyebabkan pencemaran lingkungan.

Limbah yang paling banyak dihasilkan adalah senyawa sulfur karena

minyak mentah yang digunakan berkadar sulfur tinggi. PERTAMINA RU VI

memiliki unit pemroses yang bertahap untuk pengolahan H 2 S. Kandungan H2 S

yang terdapat dalam off gas akan diolah di unit Amine Treatment. Kandungan H2 S

dan amoniak yang terkandung dalam air sisa proses diolah lagi di seksi Sour Water

Stripper. Tahap ini terdiri dari 2 seksi yaitu seksi Sour Water Stripper (SWS) dan

seksi Spent Caustic Treating. Seksi Sour Water Stripper inilah yang akan

menghasilkan gas H2 S. Kemudian kandungan sulfur dari off gas Amine Treatment

Unit dan unit SWS akandibuang memalui flare.Treated off gas dari Amine

Treatment digunakan sebagai bahan bakar di Fuel Gas System dan sebagai bahan

bakuHydrogen Plant (steam reforming). Sedangkan treated waterakan diolah

kembali di Effluent Treatment Facility (ETF) sebelum dibuang ke lingkungan.

Sebagian treated water digunakan kembali di CDU dan ARHDM.

4.5.1 Pengolahan Limbah Cair / Waste Water Treatment (Unit 63)

Tujuan utama pengolahan limbah cair adalah mengurangi

kandungan BOD, partikel tercampur, serta membunuh mikroorganisme

patogen. Selain itu, pengolahan limbah juga berfungsi untuk

menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan tidak

terdegradasi agar konsentrasinya menjadi lebih rendah. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka dibangun unit Sewage dan Effluent Water Treatment

di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ini. Setelah diambil kadar

sulfurnya di SWS, pengolahan limbah cair dilanjutkan ke unit Sewage dan

30
Effluent Water Treatment. Unit ini dirancang untuk memproses buangan

seluruh kegiatan proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent

yang ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini 600 m3 /jam dimana kecepatan

effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di

area proses dan utilitas.

4.5.2 Pengolahan Limbah Gas

Limbah gas dari kilang yang masih mengandung sulfur diambil

oleh Amine Treatment kemudian diolah di Sulfur Recovery Unit dan

sisanya dibakar di incinerator (untuk gas berupa H2 S dan CO) maupun

flare (gas hidrokarbon).

4.5.3 Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat dari industri minyak adalah katalis sisa dan sludge.

Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak

yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas, karena akan

mencemari lingkungan. Sludge dihasilkan dari hasil pengolahan limbah

cair di ETF. Pada sludge selain mengandung lumpur, pasir, dan air juga

masih mengandung hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di-recovery

ke dalam proses. Sludge ini juga tidak dapat di buang ke lingkungan sebab

tidak terurai secara alamiah dalam waktu singkat.

Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari

pencemaran lingkungan. Dalam upaya tersebut, PT. PERTAMINA

(Persero) RU VI Balongan melakukannya dengan membakar sludge dalam

suatu ruang pembakar (incinerator) pada temperatur tertentu. Lumpur/pasir

31
yang tidak terbakar dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di suatu

area, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.

4.6 Laboratorium

Program Kerja Laboratorium

Bagian Laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena pada

bagian ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan data-

data yang telah diberikan, maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan

dijaga standar mutunya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Bagian

Laboratorium berada di bawah bidang Unit Produksi.

Bagian ini memiliki beberapa tugas pokok, yaitu:

a. Mengadakan penelitian dan pengembangan jenis crude minyak lain, selain

crude dari minyak Duri dan Minas yang memungkinkan dapat diolah di

PERTAMINA RU VI Balongan.

b. Sebagai kontrol kualitas bahan baku, apakah memenuhi persyaratan sehingga

memberikan hasil yang diharapkan.

c. Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

d. Mengadakan analisa terhadap jenis limbah yang dihasilkan selama operasi

proses kilang pada PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan.

Pemeriksaan di Laboratorium meliputi:

a. Crude oil, terutama crude Duri dan Minas.

b. Stream produk yang dihasilkan dari unit AHU, RCC, CDU, Hydrogen Plant

dan unit-unit lain.

32
c. Utilitas: air, fuel gas, chemical agent dan katalis yang digunakan.

d. Intermediate dan finishproduct.

Di dalam pelaksanaan tugas, Bagian Laboratorium dibagi menjadi tiga

seksi, yaitu:

Seksi Teknologi (TEKNO)

Seksi Tekno ini mempunyai tugas antara lain:

a. Mengadakan blending terhadap fuel oil yang dihasilkan, agar dapat

menghasilkan octan number yang besar dengan proses blending yang

singkat tanpa penambahan zat kimia lain, seperti TEL, MTBE, atau

ETBE.

b. Mengadakan penelitian terhadap lindungan lingkungan (pembersihan air

buangan).

c. Mengadakan evaluasi crude Minas dan Duri sebagai raw material.

d. Mendukung kelancaran operasional semua unit proses, ITP, dan utilitas

termasuk percobaan katalis, analisa katalis yang digunakan dalam reaktor

dan material kimia yang digunakan di kilang RU VI.

e. Melakukan analisa bahan baku, stream/finish produk serta chemical

dengan menggunakan metode pemeriksaan sampel.

Seksi Analitika dan Gas (ADG)

Seksi ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat kimia dari

bahan baku, intermediate produk dan finish produk serta bahan kimia yang

digunakan, juga analisis gas stream maupun dari tanki. Tugas yang

dilakukan antara lain:

33
a. Mengadakan analisa sampling dan analisa contoh air serta chemical

secara instrument dan kimiawi, agar didapatkan hasil akurat.

b. Mengadakan analisa sampling dan analisa secara instrument dan kimiawi

terhadap contoh minyak sesuai dengan metode pemeriksaan sampel.

c. Mengadakan analisa gas masuk dan gas buang dari masing-masing alat

(jika diperlukan).

d. Mengadakan analisa sampel gas dari kilang dan utilitas serta produk gas

yang berupa LPG, propylene.

e. Mengadakan analisa sampling non rutin shift sample stream gas, LPG,

propylene, fuel gas, serta hidrogen.

Seksi Pengamatan

Seksi ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisis bahan

baku, intermediate produk dan finish produk. Sifat-sifat yang diamati adalah:

a. Distilasi

b. Spesific Gravity

c. Reid Vapour Pressure/RVP (analisa tekanan uap untuk ignition

gasoline)

d. Flash and Smoke Point (analisa pembakaran tidak sempurna/jelaga)

e. Conradson Carbon Residue (CCR)

f. KinematicViscosity

g. Cooper Strip and Silver Strip (analisa kandungan sulfur) dan

kandungan air

34
4.7 Unit-unit di RU VI Balongan

Proses pengolahan crude oil di kilang RU VI dibagi menjadi beberapa unit

kompleks untuk menghasilkan produk gasolin (premium,pertamax dan pertamax

plus), LPG, propylene, kerosene, solar (premium DEX), Industrial Diesel Oil

(IDF), Decant Oil, dan sebagainya. Proses utama yang digunakan PT

PERTAMINA RU VI BALONGAN dalam mengolah crude oil sebagai berikut :

1. Hydro Skimming Complex (HSC)

Proses yang terjadi terjadi pada Hydro Skimming Complex unit ini

adalah proses distilasi dan treating dari limbah yang dihasilkan dari crude oil

dan treating proses naphta. Unit HSC merupakan Refineri Unit awal dari

keseluruhan proses di PT. PERTAMINA RU VI Balongan. Unit HSC terdiri

dari Distillation Treating Unit (DTU) dan Naphta Processing Unit (NPU).

a. Distillation Treating Unit (DTU)

Unit ini dibangun untuk mengolah crude oil dengan cara distilasi

serta melakukan treating terhadap gas dan air buangan dari unit-unit

pemrosesan lainnya. Unit ini merupakan primary processing dan

dibangun untuk mengolah campuran minyak Indonesia dengan kapasitas

125.000 BPSD. Pada proses ini, mayoritas digunakan crude oil dari

minas (light crude oil) dan Duri (heavy crude oil) dengan perbandingan

tendon rasio (perbandingan antara kapasitas maksimal : minimal)

35
tertentu, dimana nilai batas minimal Duri : Minas adalah 50:50; dan nilai

batas maksimal Duri : Minas adalah80:20. Saat ini crude oil yang

digunakan berasal dari Duri, LSWR ex Dumai, Minas, JMCO, Mudi dan

Banyu Urip. Adapun mayoritas sumber crude oil dipilih dari Duri dan

Minas karena cadangannya yang melimpah pada tahun 1990-an, serta

secara ekonomis harga crude oil dari Duri paling murah sedangkan hara

crude oil dari Minas paling mahal. Oleh karena itu, kombinasi dari

keduanya akan digabungkan untuk mendapatkan feed yang dapat

disesuaikan dengan spesifikasi produk yang diinginkan.

Pada proses ini digunakan proses distilasi atmosferik dimana

minyak mentah (multi component) akan dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Adapun produk yang dihasilkan dari proses ini berupa off gas,

naphta, kerosene, untreated gas oil dan AR (Atmospheric Residue).

Tabel 4.2 Produk Unit DTU

Produk Laju Aliran (ton/jam)

Fuel Gas 0,30

LPG 0,83

Naphta 26,46

Kerosene 60,96

36
LGO 91,42

HGO 43,16

AR (Atmopheric Residue) 542,62

b. Naphta Processing Unit ( NPU )

NPU merupakan merupakan proyek PERTAMINA RU VI

Balongan yang dikenal dengan Kilang Langit Biru Balongan (KLBB).

Unit ini bertujuan untuk mengolah dan meningkatkan bilangan oktan dari

naphta dengan caramengurangi impurities yang dapat menurunkan nilai

oktan, menghasilkan aromatik dari naphta dan parafin, serta penataan

ulang dari struktur molekul hidrokarbon (isomerisasi). Feed dari proses

unit ini berupa naphta atau Low Octane Mogas Component (LOMC)

yang memiliki angka oktan sebesar 68-80 dan sesudah diolah menjadi 92-

98. Sebelumnya metode yang dilakukan untuk meningkatkan bilangan

oktan adalah dengan penambahan TEL (Ttra Etil Lead) dan MTBE

(Methyl Tertier Butyl Eter). Namun saat ini penggunaan TEL dan MTBE

telah dilarang karena timbal dapat menyebabkan pencemaran udara dan

berbahaya bagi kesehatan karena timbal dapat masuk dan mengendap

didalam tubuh sehingga menghambat pembentukan sel darah merah. Oleh

karena itu NPU dibuat dan dioperasikan agar dapat meningkatkan angka

oktan tanpa harus mencemari udara.

37
2. Distillation and Hydrotreating Complex (DHC)

Pada unit Distillation and Hydrotreating Complex, produk intermediate

minyak bumi, yang berupa Atmospheric Residue (AR) akan mengalami proses

treating lebih lanjut. Tujuan proses treating adalah mengurangi kandungan

impurities dari minyak bumi seperti senyawa nitrogen, sulfur, Na,kandungan

logam (Nikel, Vanadium, Fe) dan kandunga MCR (Micro Carbon Residue).

Unit DHC terdiri dari Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit (AHU)

dan Hydro Treating Unit (HTU).

DHC merupakan suatu kompleks unit yang bertugas untuk melakukan

treating atau menyingkirkan pengotor-pengotor yang terdapat diproduk-

produk hasil keluaran dari Crude Distillation Unit (CDU).

Pengolahan pada unit-unit disini dilakukan dengan bantuan

hidrogen, sehingga terdapat juga unit yang memproduksi kebutuhan hidrogen

pada unit-unit pemrosesan.

DHC sendiri menaungi dua buah kompleks unit dibawahnya,

yaitu :

a. Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit(AHU/ARHDM)

AHU merupakan unit yang bertujuan untuk mengurangicarbon

residue, metal (hydrodemetallization), sulphur (hydrodesulphurization),

dannitrogen (hydronitrogenation) dari produk keluaran CDU yang berupa

atmospheric residue (AR). Proses berlangsung di unit AHU ini

38
meggunakan bantuan hidrogen dan katalis. Produk yang telah diolah di

AHU akan dijadikan feed kedalam Residue Catalytic Cracker Unit

(RCU).

b. Hydotreating Unit (HTU)

HTU merupakan unit yang bertugas untuk mengolah produk

keluaran CDU selain atmospheric residue. Pada HTU sendiri terdapat

tiga buah unit,yaitu :

Gas Oil Hydrotreating Unit (GO-HTU)-Unit 14

GO HTU merupakan unit yang bertugas untuk mengolah

produk keluaran CDU, berupa gas oil. Pada unit ini,gas oil akan

dibersihkan dari pengotornya, lalu akan digunakan sebagai salah satu

komponen blending untuk produk akhir unit pengolahan RU VI

Balongan.

Light Cycle Oil Hydrotreating Unit (LCO - HTU) Unit 21

LCO HTU merupakan unit yang bertugas untuk mengolah

produk keluaran CDU berupa kerosene. Pada unit ini, kerosene akan

dibersihkan dari pengotornya,lalu akan ditampung didalam tangki

penampungan.

Hydrogen Plant - Unit 22

Hydrogen plant merupakan unit yang berfungsi untuk

menghasilkan hidrogen dengan kemurnian 99.9% untuk keperluan

unit-unit pemrosesan di unit pengolahan RU VI Balongan.

39
3. Residue Catalytic Cracking Complex (RCCC)

Residue Catalytic Cracking Complex (RCCC) merupakan secondary

process dari pengolahan minyak bumi,dimanaresidu minyak bumi dipecah

kembali menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomis. Crude Duri

dan Minas yang diolah di kilang RU VI memiliki residu kurang lebih 60-65%.

Unit RCC terdiri dari dua unit yaitu unit Residue Calaytic Cracker (RCC) dan

Light End Unit (LEU).

RCC merupakan salah satu unit yang mengolah residu menjadi minyak

ringan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dengan menggunakan katalis.

Feed RCC berasal dari unit AHU dan CDU. Sedangkan produk minyak yang

dihasilkan berupa LPG, Gasoline, Light Cycle Oil, Propylene, Polygasoline

dan decant oil.

a. Residue Catalytic Cracking Unit (RCU)

Unit ini merupakan secondary processing dengan kapasitas

83.000 BPSD yang berfungsi untuk mengolah produk keluaran dari

ARHDM berupa demetallization atmospheric residue (DMAR)

sebanyak 35,5% dan produk keluaran CDU berupa atmopheric residue

(AR) sebanyak 64,5% sehingga didapatkan produk yang bernilai lebih

tinggi seperti decant oil, light cycle oil dan overhead vapor main

column.

RCU merupakan unit yang berfungsi untuk meningkatkan nilah

tambah dari residu dengan menggunakan katalis.RCC dirancang untuk

mengolah Treated Atmospheric Residue yang berasal dari AHU dan

Atmospheric Residue yang berasal dari CDU.

40
b. Light End Unit (LEU)

Unit ini berguna untuk melakukan treatment lebih lanjut terhadap

produk-produk yang telah terbentuk. LEU mengolah naphta menjadi

produk minyak ringan, seperti LPG dan proylene serta poligasoline.

Gambar 4.4 Process Flow Diagram RU VI Balongan

41
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Fungsi Utama AHU

Unit ARHDM atau AHU dirancang untuk melakukan treatment

atmospheric residue (AR) guna menurunkan kandungan metal (Ni & V) dan

carbon residu (MCR) yang terdapat di dalamnya sehingga diperoleh produk

demetallized atmospheric residue (DMAR) yang memenuhi spesifikasi

sebagai umpan unit RCC. Tingginya kandungan metal dalam DMAR dapat

meracuni catalyst RCC, sedangkan tingginya kandungan MCR akan

meningkatkan beban panas regenerator unit RCC. Unit ARHDM atau AHU

terdiri dari 2 train reaktor yang masing masing dioperasikan secara terpisah

dengan satu train fraksinator yang dioperasikan untuk kedua train reaktor

yang ada. Kapasitas masing masing train reaktor unit ARHDM adalah 29

MBSD dan total kapasitas 58 MBSD atau 384 m3 /jam (360 T/jam).

Tabel 5.1 Spesifikasi Impurities pada Feed dan Output AHU

Feed (output DMAR (output


Pengotor (impurities)
CDU) AHU)
Nikel Max 39 ppm Max 18 ppm

Metal content Vanadium Max 2 ppm Max 2 ppm

Ferrum Max 13 ppm -


Natrium Max 1 ppm -
Sulfur Max 2200 ppm Max 200 ppm
MCR (Micro Carbon Residue) Max 9.1% wt Max 3.5% wt

42
5.2 Proses Pada AHU

Unit AHU terdiri lima seksi yaitu seksi feed, seksi reaksi, seksi

pendinginan dan seksi pendinginan produk reaktor, seksi recycle gas dan

seksi fraksionasi.

5.2.1 Seksi Feed

Feed unit AHU berupa AR (Atmospheric Residue) yang

diperoleh langsung dari residu keluaran CDU (Hot AR) dan dari tangki

(Cold AR), dicampur dan dipanaskan terlebih dahulu sebelum masuk ke

unit berikutnya. Selanjutnya, feed yang telah dipanaskan dialirkan

melalui filter untuk menyaring padatan (pasir/silika), dengan ukuran

saringan 25 mikron. Padatan (solid) dapat menyebabkan deposit pada

top katalis direaktor pertama. Padatan yang berukuran lebih besar dari

25 mikron akan tertahan dan terakumulasi pada elemen filter. Apabila

pressure drop filter sudah tinggi (P>1.6 atm), maka harus dilakukan

back washing agar kotoran pada filter dapat dibersihkan. Back washing

dilakukan dengan mengalirkan sebagian DMAR melalui filter dengan

arah berlawanan terhadap feed. Feed yang telah disaring dialirkan

kedalam filtered feed surge drum terlebih dahulu untuk menghindari

loss suction head pompa yang dapat menimbulkan kavitasi. Jika

tekanan kurang dari NPSH (Net Positive Suction Head) maka

diinjeksikan LPJ. Kemudian feed dipompakan menuju furnace sebelum

dialirkan secara paralel ke train 12 dan 13. Untuk awal penyalaan

(ignition) furnace digunakan pilot selanjutnya digunakan fuel gas.

43
5.2.2 Seksi Reaksi

Feed yang berasal dari furnace terbagi menjadi dua aliran dan

masuk kedalam rekator pada modul 12 atau 13. Masing-masing modul

mempunyai tiga reaktor (fixed bed reactor) dengan spesifikasi yang

sama dan disusun paralel. Didalam ketiga reaktor terjadi reaksi

hydrotreating yang bersifat eksotermis. Penginjeksian H2 berguna untuk

pengurangan MCR, pengambilan metal dan berfungsi sebagai pengatur

suhu apabila temperatur reaktor 2 dan 3 terlalu tinggi. Untuk mengatur

temperatur dan kecepatan reaksi (menghindari terjadinya run away

reaction), sebelum masuk ke reaktor ke 2 dan ke 3 diinjeksikan cold

quench recycle gas yang berasal dari cold high pressure separator

(chps). Effluent yang berasal dari reaktor ketiga dialirkan ke seksi

pemisahan produk reaktor.

5.2.3 Seksi Pemisahan Produk Reaktor

Effluent reaktor ketiga didinginkan pertama kali pada feed

exchanger dengan memanfaatkan temperatur combined feed reactor

sebagai fluida pendingin, sebelum masuk kedalam Hot High Pressure

Separator (HHPS). Cairan panas keluar dari HHPS dialirkan ke Hot

Low Pressure Separator (HLPS), sedangkan uap panas yang

mengandung H2 , NH3 ,H2 S dan gas hidrokarbon dialirkan menuju Cold

High Pressure Separator (CHPS) setelah didinginkan dengan beberapa

HE dan fin fan. Selain itu untuk mencegah terjadinya kebuntuan dan

korosi, diinjeksikan kondensat dan larutan polisulfida ke pipa masuk fin

44
fan. Air yang keluar dari CHPS dikirim ke SWS sedangkan minyak

yang telah berhasil dipisahkan dialirkan ke Cold Low Pressure

Separator (CLPS). CLPS mempunyai fungsi yang sama dengan CHPS.

Air ada bagian bawah drum dialirkan ke SWS, sour gas (keluaran atas)

dialirkan ke fuel gas treating dan minyaknya dialirkan ke Atmospheric

Fractionator (12-C-501) setelah dipanaskan terlebih dahulu dibeberapa

HE.

Sementara itu cairan panas yang keluar dari HHPS dialirkan

menuju HLPS. Pada HLPS, fraksi uap yang masih ikut pada fraksi cair

akan dipisahkan kembali. Fraksi uap akan dialirkan ke CLPS sedangkan

fraksi cairnya akan dialirkan ke Atmospheric Fractionator (12-C-501).

5.2.4 Seksi Recycle gas

Fraksi gas yang berasal dari CHPS (modul 12 dan 13) yang kaya

akan hidrogen, sebagian akan masuk kedalam Recycle Gas Compressor

(13-K-101) dan Hydrogen Recovery Unit (12-A-501). Hydrogen

Recovery Unit (HRU) merupakan membran yang berfungsi untuk

memurnikan hidrogen agar dapat dipakai kembali direaktor dan sebagai

media quenching pada reaktor. Sebelum masuk ke HRU, aliran gas

dimasukkan kedalam scrubber untuk mengurangi kandungan ammonia

sehingga batas maksimum 30 ppm. Prinsip dari scrubber ini adalah

pencucian gas memakai air sehingga gas bebas dari ammonia,

sedangkan air akan melarutkan ammonia tersebut.

45
5.2.5 Seksi Fraksinasi

Fraksi minyak (heavy oil) yang berasal dari HLPS dan CLPS

difraksinasi didalam kolom atmospheric fractionator yang dibantu

dengan superheated steam. Aliran minyak dari HLPS berupa Hot

Heavy Oil dimasukkan kedalam tray 33, sedangkan minyak dari CLPS

berupa Cold Heavy Oil dimasukkan kedalam masuk pada tray 28.

Overhead vapor berupa steam dan hidrokarbon akan dikondensasi oleh

overhead air cooler (finfan) (12-E-505), kemudian dialirkan ke

overhead accumulator(12-V-505). Vapor berasal dari overhead

accumulator dinaikkan tekananya dengan menggunakan off gas

compressor (12-K-502 A/B) pada kompresor stage pertama dan outlet-

nya didinginkan menjadi kondensat pada interstage cooler sebelum

masuk ke dalam Interstage KO drum (12-V-506 A/B). Vapor yang

berasal dari Interstage KO drum dikompresi pada kompresor stage

kedua. Liquid yang berasal dari overhead accumulator berupa

unstabillized naphtha dicampur dengan aliran vapor yang telah

dikompresi pada kompresor stage kedua. Campuran aliran ini kemudian

didinginkan dengan cooler (12-E-507) sebelum memasuki Sour Gas

Separator (12-V-507). Di dalam SGS, terjadi pemisahan antara

unstabillized naphtha, sour water, dan off gas. Unstabillized naphtha

dipanaskan oleh produk stabillized naphtha, kemudian dialirkan

menuju Naphtha Stabillizer (12-C-505) dan dipisahkan dari off gas. Off

gas dialirkan menuju fuel gas treating, sedangkan stabillized naphtha

46
didinginkan terlebih dahulu di cooler (12-E-520) sebelum dikirim ke

tangki penampungan.

Side stream product dari fraksionator beruapa kerosene di ambil

dari down stream tray 10 kemudian dimasukkan kedalam kerosene

sidecut stripper (12-C-503) dan dipanaskan menggunakan reboiler.

Kemudian dikirim ke tangki penyimpanan sebagai campuran blending

gas oil.

Produk gas oil diambil pada tray 25 masuk ke dalam gas oil

stripping (12-C-502) dan di-stripping oleh superheated steam. Sebagian

produk akan dikembalikan pada tray 22, sedangkan sebagian lainnya

didinginkan pada fin fan cooler (12-E-513) dan kemudian dialirkan

menuju unit GO-HTU (unit 14) dan sebagian lainnya dikirim ke tangki

penampungan.

Produk bottom fractionator berupa DMAR sebesar 86%

dipompa dan dibagi menjadi dua aliran. Aliran terbanyak digunakan

untuk memanaskan feed fractinator dan memanaskan AR yang akan

masuk ke Feed Filter. Aliran yang sedikit digunakan untuk

memanaskan kerosene stripper reboiler. Kedua aliran ini kemudian di-

mixed, selanjutnya sebagian besar DMAR dikirim ke unit RCC dan

sisanya dikirim ke tangki penampungan sebesar 10%.

47
Tabel 5.2 Produk AHU

Produk Kapasitas (BPSD)


C1 C4 170500 (Nm3 /jam)
Naphta 900
Kerosene 2550
Gas Oil 5900
DMAR 50.300

48
Gambar 5.1 Process Flow Diagram AHU

49
5.3 Alat-alat Pada AHU
1. Furnace ( Dapur Pembakaran )

Dalam industri pengolahan minyak bumi maupun industri kimia

lainnya sering kali dibutuhkan peralatan untuk memanaskan fluida yang

disebut Furnace. Dimana panas yang dihasilkan dari pembakaran fuel akan

dipindahkan kepada fluida yang mengalir dalam tube-tube yang ada dalam

furnace.

Furnace didesain dari struktur bangunan yang berdinding plate

baja yang bagian dalamnya dilapisi oleh material tahan api. Panas yang

digunakan dalam furnace berasal dari panas pembakaran secara langsung

dan juga radiasi-radiasi panas yang dipantulkan kembali ke tube-tube yang

ada didalam furnace sehingga akan mengurangi kehilangan panas.

Furnace didesain untuk dapat menggunakan fuel gas. Ruang utama

di furnace disebut fire box (Combution Chumber) yang merupakan tempat

terjadinya pembakaran fuel agar dapur memberikan panas se-optimal

mungkin kepada fluida yang mengalir ke dalam tube, maka perlu

diusahakan agar pembakaran yang terjadi bisa berlangsung dengan

sempurna. Panas yang dihasilkan dari furnace adalah 500 o C yang dibuang

melalui stack.

50
Gambar 5.2 Furnace

2. Kompresor

Kompresor digunakan untuk mengkompresi gas dari tekanan

rendah hinggga tekanan tertentu yang lebih tinggi sesuai dengan

kebutuhan lawanan dari kompresi yaitu ekspansi. Ekspansi adalah

menurunkan tekanan dengan memperbesar volume dari gas tersebut.

Kompresor dipakai untu mengalirkan fuida (gas) dengan tekanan tertentu

sesuai dengan kebutuhan operasi. Kompresor pada AHU khususnya untuk

make up H2 cara kerjanya meliki 3 stage, diantaranya:

Stage 1 : 20 - 50 kg/cm2

Stage 2 : 50 - 100 kg/cm2

Stage 3 : 100 - 190 kg/cm2

51
Gambar 5.3 Kompresor

3. Vessel

Vessel adalah suatu alat yang merupakan alat proses dengan

bahan berupa fluida (cair, gas) . Vessel memiliki 2 klasifikasi diantaranya

sebagai berikut:

Storage Vessel (Tangki Penyimpanan)

Processing Vessel (Tangki Process)

Fungsi vessel berdasarkan klasifikasinya adalah penampungan,

pemisahan fase, dan ruang untuk mempertemukan dua atau lebih bahan.

Tergantung dari keperluan proses, vessel dapat bertekanan atmosferik

atau bahkan vakum. Contoh Processing Vessel adalah separator

sedangkan contoh storage vessel adalah tangki penyimpanan crude oil

atau gas.

52
Gambar 5.4 Vessel

4. Pompa Feed

Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan

fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan cara menaikkan

tekanan pada fluida tersebut agar sanggup mencapai tempat yang dituju.

Pompa feed jenisnya yaitu pompa sentrifugal multistage (10

stage) .Pompa feed digunakan untuk menaikkan tekanan feed dari 4

kg/cm2 menjadi 198 kg/cm2 untuk memasuki reaktor.

53
Gambar 5.5 Pompa Feed

5. Feed Filter

Feed Filter merupakan salah satu peralatan di unit AHU. Fungsi

feed filter yaitu memisahkan partikel-partikel padat dengan ukuran

tertentu yang terdapat dalam umpan reaktor. Partikel-partikel tersebut

dapat berupa silika, alumina maupun yang berasal dari tangki. Hal ini

berguna untuk mencegah penyumbatan pada bed katalis reaktor.

54
Gambar 5.6 Feed Filter

6. Reaktor

Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu

reaksi berlangsung. Dimana pada unit AHU terdiri dari 3 reaktor pada

tiap unit. Reaktor ini berfungsi untuk mengurangi kandungan sulfur,

metal (vanadium, nikel dan Fe), Na dan MCR (Micro Carbon Residue).

Sedangkan di unit GO-HTU reaktor berfungsi untuk mengurangi

kandungan sulfur, Nitrogen dan oksigen. Reaktor 1 lebih kecil dari

reaktor lainnya karena di reaktor 1 diletakkan katalis metal paling banyak

sehingga proses treating lebih banyak di reaktor 1.

55
Gambar 5.7 Reaktor

7. Coloumn

Kolom berbentuk sama dengan vessel. Perbedaannya yaitu kolom

memiliki tray-tray sedangkan vessel tidak. Kolom berfungsi untuk

memisahkan produk berdasarkkan titik didihnya. Contoh kolom di AHU

adalah kolom fraksinator yang berfungsi memisahkan DMAR dari

Naptha, Kerosin, Gas Oil dan kolom stripper yang berfungsi memisahkan

hidrokarbon berat dan hidrokarbon ringan. Kolom stripper diletakkan di

sebelah dari kolom fraksinator sehingga setelah pemisahan berdasarkan

titik didihnya bahan langsung masuk ke kolom stripper.

56
Gambar 5.8 Kolom Fraksinator dan Kolom Stripper

8. Heat Exchanger

Heat Exchanger adalah alat penukar panas yang cara kerjanya

yaitu memanfaatkan panas dari satu fluida untuk memanaskan fluida

yang lainnya begitu pula ketika mendinginkan suatu fluida. HE memiliki

2 bagian shell dan tube. Fluida yang memiliki panas yang tinggi

dimasukkin ke dalam tube, sedangkan fluida yang memiliki panas lebih

rendah dimasukkan ke dalam shell.

57
Gambar 5.9 Heat Exchanger

5.4 Bahan-bahan Kimia Yang Digunakan Pada Unit AHU

Unit AHU membutuhkan bahan kimia untuk menunjang prosesnya .

Biasanya bahan kimia yang digunakan pada umumnya merupakan corrotion

inhibitor.

Bahan kimia tersebut adalah:

1. Kurilex L-log

Bahan kimia Kurilex L-log ini merupakan corrotion inhibitor.

Bahan ini digunakan untuk Temperate Cooling Water (TCW).

2. Sodium Polysulfide Solution

Bahan kimia ini lebih dikenal dengan nama polysulfide.

Polysulfide mempunyai rumus molekul Na2 Sx. Polysulfide merupakan

bahan kimia berbentuk cairan kuning kecokelatan dengan bau mirip


o
sulfide, memiliki titik didih 104 C. Bahan ini merupakan bahan kimia

produksi Chevron yang memiliki sifat larut dalam air dan tidak larut dalam

hidrokarbon. Befungsi untuk melapisi pipa agar tidak terjadi fouling pada

fluida dan juga untuk mencegah korosi.

58
3. Dimethyl Disulfide

Dimethyl disulfide atau disingkat DMDS merupakan cairan

berwarna kuning pucat dengan bau seperti telur busuk. DMDS memiliki

rumus molekul H3 C S2 CH3 . DMDS memiliki sifat larut dalam alkohol

ringan eter, aliphatic hydrocarbon. Memiliki titik didih 109,6 o C dan flash

point 16 o C. Berfungsi untuk mengaktifkan katalis yang baru.

4. Unicor LHS

Bahan kimia ini merupakan corrotion inhibitor yang berbentuk

cairan berwarna kuning sawo berbau seperti hidrokarbon. Unicor LHS

merupakan produksi UOP. Memiliki flash point 140 o F.

Unicor LHS sangat cocok untuk Unit RCC tetapi tidak cocok untuk

Unit AHU karena kinerjanya kurang bagus sehingga diganti dengan bahan

kimia Nalco yang kinerjanya lebih bagus.

59
BAB VI

KENDALA SELAMA PROSES PADA AHU

Setiap unit di RU VI Balongan pasti pernah mengalami masalah tertentu

yang dapat menghambat berlangsungnya proses. Masalah bisa terjadi karena

kesalahan operator, kesalahan settingan pada alat, kesalahan spesifikasi pada

bahan, ataupun ada zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan masalah.

Masalah tersebut dapat diselesaikan semuanya, namun masalah yang

terjadi pada alat proses hanya bisa ditanggulangi secara sementara saja. Apabila

perbaikan/penggantian alat hanya dapat dilakukan saat Change Out Catalyst

(COC) atau saat Turn Around (TA).

Inilah beberapa masalah yang pernah terjadi pada unit AHU di RU VI

Balongan:

1. Kualitas Feed

Feed yang masuk ke unit AHU mengandung water yang mengandung

banyak solid yang disebabkan karena upset di CDU.

Penyebab feed banyak kotoran adalah:

Feed yang masuk dari CDU mengandung banyak kotoran

Cara menanggulanginya:

Kapasitas diturunkan

Apabila level surge drum turun, sirkulasi DMAR

60
2. Kebocoran Pipa

Kebocoran pipa sangat mengganggu jalannya fluida karena fungsi pipa

adalah sebagai alat perpindahan pada fluida.

Penyebab kebocoran pipa:

Korosi pada pipa

Cara menanggulangi sementara:

Diberi cover berbentuk plat setengah lingkaran yang bermateri sama dengan

pipa kemudian di las

3. Pembakaran Fuel Gas Tidak Sempurna Pada Furnace

Pada furnace nyala api yang baik adalah api yang berwarna biru dan

apinya mengarah ke atas. Biasanya nyala api yang tidak bagus itu apinya

berarna merah dan apinya mengarahnya tidak lurus ke atas.

Penyebabnya:

Terdapat kotoran pada burner berupa kerak sisa pembakaran

Cara menanggulanginya:

Membersihkan burner dari kotoran yang ada

4. Pompa Trip

Pompa trip itu macam-macam masalahnya misalkan karena bocor seal,

poros bengkok, casing bocor, bearing rusak, maupun vibrasi tinggi.

Penyebabnya:

Kurangnya lube oil pada bearing

Vibrasi tinggi bisa karena kendala alignment shaft pada pompa

61
Cara menanggulanginya

Menambahkan lube oil pada bearing

Memperbaiki alignment shaft

5. Korosi

Korosi merupakan masalah yang paling fatal apabila terjadi pada

proses, karena akan mengganggu berlangsungnya proses dan dapat merusak

alat alat proses.

Korosi merupakan kerusakan/degradasi logam yang disebabkan karena

adanya reaksi redoks. Lebih simpelnya ada air, oksigen, dan zat pengoksidasi

akan terjadi korosi. Korosi yang biasa terjadi pada AHU adalah korosi erosi.

Korosi erosi adalah korosi yang disebabkan karena adanya aliran fluida secara

terus menerus.

Pernyebab korosi:

Adanya zat pengoksidasi seperti sulfur, ammonia, sianida, dll

Cara penanggulangannya:

Memberikan corrotion inhibitor

Cara pencegahannya:

Mengkontrol kandungan total iron di sour water

Memonitor ketebalan pipa

6. Fouling (Kerak)

Fouling biasa terjadi pada pipa dan akan menyebabkan kerusakan pada

pipa.

62
Penyebabnya:

Suhu fluida terlalu rendah

Kurangnya dosis polysulfide

Cara menanggulangi:

Menambahkan dosis polysulfide

63
BAB VII

TUGAS KHUSUS

Pada saat melaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina RU VI Balongan

saya diberi tugas khusus oleh pembimbing saya. Saya disuruh mengupas tuntas

mengenai Multistage Centrifugal Pump.

7.1 Pengertian Pompa Secara Umum

Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu

cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan

tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi

hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat

berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek.

Klasifikasi pompa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu

pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa kerja dinamis

(non positive displacement pump).

Salah satu jenis

pompa kerja dinamis adalah pompa sentrifugal yang prinsip kerjanya m

engubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis)

melalui suatu impeller yang berputar dalam casing. Pada Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU)

Labuhan Angin, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa

bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

64
adanya gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung

(melingkar).

7.2 Pompa Sentrifugal Multistage

Pompa sentrifugal merupakan pompa kerja dinamis yang paling

banyak digunakan karena mempunyai bentuk yang sederhana dan harga yang

relatif murah. Keuntungan pompa sentrifugal dibandingkan jenis pompa

perpindahan positif adalah gerakan impeler yang kontinyu menyebabkan

aliran tunak dan tidak berpulsa ,keandalan operasi tinggi disebabkan gerakan

elemen yang sederhana dan tidak adanya katup-katup,kemampuan untuk

beroperasi pada putaran tinggi, yang dapat dikopel dengan motor listrik,

motor bakar atau turbin uap ukuran kecil sehingga hanya membutuhkan ruang

yang kecil, lebih ringan dan biaya instalasi ringan,harga murah dan biaya

perawatan murah.

Klasifikasi Pompa Sentrifugal

a. Kapasitas :

Kapasitas rendah : < 20 m3 / jam

Kapasitas menengah : 20-60 m3 / jam

Kapasitas tinggi : > 60 m3 / jam

b. Tekanan Discharge :

Tekanan Rendah : < 5 Kg / cm2

Tekanan menengah : 5 - 50 Kg / cm2

Tekanan tinggi : > 50 Kg / cm2

c. Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat :

65
Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing.

Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang

tersusun seri dalam satu casing.

Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang

tersusun paralel dalam satu casing.

Multi Impeller Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage.

d. Posisi Poros :

Poros tegak

Poros mendatar

e. Jumlah Suction :

Single Suction

Double Suction

f. Arah aliran keluar impeller :

Radial flow

Axial flow

Mixed fllow

Fungsi Pompa Sentrifugal Multistage

Pompe dapat digunakan pada :

Cooling Tower

Chiller

High Rise Building

Perkebunan

Marine

66
Oil and Gas

Steel

Automotive

Crude Palm Oil Plantation

Mining

Gambar 7.1 Pompa Sentrifugal Multistage AHU

7.3 Cara Kerja Pompa

7.3.1 Cara Kerja Pompa Sentrifugal

Dalam bentuknya yang sederhana, pompa sentrifugal terdiri dari

dari sebuah impeller yang berputar dalam rumah pompa. Rumah pompa

mempunyai dua saluran yaitu saluran isap dan saluran kempa. Terhadap

arah putaran biasanya sudu-sudu impeller dibengkokkan ke belakang.

67
Sebelum pompa dijalankan rumah pompa dan saluran isap harus terisi

zat cair, untuk menjaga agar zat cair tidak mengalir dari saluran isap

dan rumah pompa kembali ke sumber biasanya dibagian bawah saluran

isap dipasang katup kaki.

Bila impeller berputar dengan cepat, maka sudu-sudu impeller

memberikan gerak berputar kepada zat cair yang berada di dalam rumah

pompa. Gaya sentrifugal yang terjadi mendorong zat cair ke bagian

keliling sebuah luar kipas dan terkempakan keluar. Karena itu pada

lubang saluran masuk ke dalam kipas di dalam rumah pompa timbul

ruang kosong sehingga tekanannya turun (hampa udara). Oleh sebab

itu cairan dapat terdorong masuk ke dalam rumah pompa atau terjadi

kerja isap. Pada keliling sebelah luar impeller, zat cair mengalir dalam

rumah pompa dengan tekanan dan kecepatan tertentu. Zat cair mengalir

sedemikian rupa dalam aliran yang tidak terputus-putus dari saluran

isap melalui pompa ke saluran kempa.

Gambar 7.2 Skema Prinsip Kerja dan Arah Aliran dalam Pompa
Sentrifugal

68
7.3.2 Cara Kerja Pompa Sentrifugal Multistage

Pompa jenis ini dipilih bila diperlukan head pemompaan yang

tinggi dimana single stage pump tidak ekonomis. Pompa ini mampu

beroperasi sampai head 3000 psia dan kapasitas pemompaan sampai

3000 gallon per menit.

Dalam pompa terdapat beberapa buah impeller yang dipasang

secara seri dalam satu poros. Total head yang ditimbulkan oleh pompa

jenis ini sama dengan jumlah head yang dihasilkan masing-masing

impeller. Tetapi kapasitasnya sama dengan kapasitas yang melalui satu

buah impeller.

Gambar 7.3 Dua Arah Aliran dalam Pompa Multistage

69
7.4 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal Multistage

7.4.1 Bagian dalam Pompa

Gambar 7.4 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal Multistage

Shaft: berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak

selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian - bagian

berputar.

Casing: Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi

sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor

(guide vane), inlet dan outlet

nozzel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan

mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis

(single stage).

Impeller: Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari

pompa menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara

kontinyu, sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan

70
masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang

masuk sebelumnya.

Bearing: Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan

beban dari poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial

maupun beban axial. Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat

berputar dengan lancar dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian

gesek menjadi kecil.

Suction Nozzle: Saluran masuknya fluida ke dalam pompa

Discharge Nozzle: Saluran keluarnya fluida dari pompa

Seal: suatu bagian dalam sebuah konstruksi alat/mesin yang berfungsi

untuk sebagai penghalang keluar/masuknya cairan, baik itu fluida

proses maupun pelumas

7.4.2 Balancing Drum

Balancing drum adalah silinder yang dipasang pada rotor

pompa, pada umumnya di sisi ujung discharge. Celah kecil dalam

satuan mm dipertahankan secara aksial antara casing atau piston yang

merupakan bagian stasioner yang melekat dengan casing pompa.

Satu sisi dari balancing drum, tekanan = tekanan discharge

sementara sisi lain dari balancing drum, tekanan = tekanan suction

(sedikit lebih besar dari tekanan suction yang dikelola oleh garis

penyeimbang yang dihubungkan ke saluran suction pompa. Oleh

karena itu, karena perbedaan tekanan balancing drum memiliki gaya

71
dorong yang berlawanan dengan gaya dorong yang diciptakan oleh

fluida.

Gambar 7.5 Balancing Drum

7.4.3 Seal Oil System

Sealing system adalah sistem penyekat. Pemilihan yang tepat

pada sebuah seal sangat penting bagi keberhasilan pemakaian pompa.

Untuk mendapatkan kehandalan pompa yang terbaik, pilihan penyekat

harus tepat antara jenis seal dan lingkungan yang dipakai.

Gambar 7.6 Mechanical Seal

72
Dasar-dasar Penyekat (Seal)

Ada dua jenis seal: statis dan dinamis.

Seal statis dipakai jika tidak ada gerakan yang terjadi

pada pertemuan antara kedua permukaan yang akan disekat. Gasket

dan O-ring merupakan contoh yang umum dari seal statis.

Seal Dinamis digunakan dimana ada permukaan yang

bergerak relatif terhadap satu sama lain. Seal dinamis misalnya

digunakan pada poros yang berputar dan menghantarkan power

melalui dinding sebuah tangki (Gambar 7.7), melalui casing dari

pompa (Gambar 7.8), atau melalui rumah peralatan berputar lainnya

seperti filter atau layar.

Gambar 7.7 Sealing Area pada Pompa

73
Gambar 7.8 Seal System pada Pompa Umumnya

7.4.4 Lube Oil System


Prinsip kerja dari sistem pelumas diatur oleh FG Lube Oil

(FG : function group) yang mengatur operasi Main Lube Oil Pump,

Emergency Lube oil pump, dan Lube Oil Pavour Extraxtor Fan yang

bertujuan menyediakan tekanan dan temperatur minyak yang tetap

untuk bantalan (bearing) gas turbin dan generator.

Fungsi dari pelumas adalah:

Pelumasan, untuk mengurangi gesekan antara poros dengan

bantalan

Pendinginan, untuk mendinginkan panas yang ditimbulkan akibat

dari gesekan

Sisi isap(suction) dari jacking pump

Supply sistem power oil (hydraulic sistem)

74
Gambar 7.9 Lube Oil System pada AHU

Pada Lube Oil System terdapat beberapa bagian yang

menunjang kerjanya diantaranya adalah:

a. Main Oil Pump

Main oil pump dengan type pompa sentrifugal. Dipasang

berdiri pada tangki oli. Dimana pada sisi suction dipasang

penyaring (strainer) untuk melindungi single stage impeller. Pompa

dilengkapi dengan valve non return yang mencegah oli mengalir

kembali kearah suction.

75
Gambar 7.10 Main Oil Pump

b. Lube Oil Cooler.

Cooler didesain sebagai sebuah plat penukar panas yang

dipasang pada tengah aliran berlawanan. Plat tersebut membagi

antara aliran oli (panas) dan aliran air(dingin). Kadang terdapat dua

cooler pada sebuah unit, dimana saat yang satu beroperasi maka

satu unit dapat di standby kan. Cooler adalah termasuk system air

pendingin tertutup yang diisi dengan air dan glikol.

Gambar 7.11 Lube Oil Cooler

76
c. Lube Oil Filter

Untuk memastikan bearing bebas dari masalah, lube oil

harus memenuhi kriteria dan spesifikasi yang ditentukan dalam

manual operational of gas turbine. Oleh karena itu oli harus

mampu memindahkan partikel di bawah 6 um. Filter bertipe

duplex, dimana masing-masing sisi mampu beroperasi dalam aliran

penuh. Penggantian kedua sisi dibuat tanpa menyela pasokan oli ke

sistem.

Perbedaan tekanan (differential pressure) pada filter dikontrol oleh

differential pressure switch, dapat mengindikasikan apakah filter

dalam kondisi kotor atau bersih.

Gambar 7.12 Lube Oil Filter

d. Lube Oil Storage

Lube Oil Storage merupakan tempat penyimpanan pelumas yang

akan diberikan ke bearing pompa. Bentuk dari lube oil storage

77
adalah kotak seperti tempat penyimpanan pada umunya. Biasanya

diletakkan dibawah main oil pump agar pompa mudah untuk

menyedot lube oilnya tersebut.

Fungsi dari lube oil storage adalah:

Untuk mengkontrol apakah lube oil ada

Untuk penyedia umpan pelumas untuk main oil pump

Gambar 7.13 Lube Oil Storage

7.4.5 Motor

Motor ini memiliki fungsi yang sangat penting, karena bila

tidak ada motor pompa tidak akan bekerja. Prinsip kerja motor ini

adalah memanfaatkan energi listrik untuk menggerakan rotor yang ada

di pompa, setelah rotor tersebut bergerak barulah impeller pada pompa

bergerak saat inilah pompa sudah mulai bekerja. Energi listrik yang

78
dibutuhkan sangat besar untuk menghidupkan motor tersebut dan arus

yang dibutuhkan adalah 400 ampere.

Pada motor terdapat ventilasi yang berfungsi untuk sirkulasi

udara motor tersebut.

Gambar 7.14 Motor

7.5 Kerusakan Yang Terjadi Pada Pompa

Usaha maksimal/proaktif dalam memelihara pompa harus tetap

dilakukan, namun peristiwa kerusakan tentu akan terjadi, namun dengan

79
langkah proaktif kerusakan dapat diprediksi agar dapat direncanakan

perbaikan kapan dan tidak terjadi kerusakan yang lebih fatal.

Tipikal sebab tersebut adalah:

a. Bocor seal/gland packing

b. Kapasitas menurun

c. Poros bengkok atau macet

d. Bearing rusak

e. Casing Bocor

f. Vibrasi tinggi

Getaran mesin (Mechanical Vibration) diartikan sebagai gerakan

bolak-balik dari komponen mekanik dari suatu mesin sebagai reaksi dari

adanya gaya dalam(gaya yang dihasilkan oleh mesin tersebut) maupun

gaya luar (gaya yang berasal dari luar atau sekitar mesin). Kasus yang

dominan dalam getaran mesin adalah yang disebabkan oleh gaya eksitasi

getaran yang berasal dari mesin tersebut, yang menyangkut diantaranya:

Kondisi yang tak seimbang (unbalance) baik yang statik maupun

dinamik pada mesin tersebut.

Cacat yang terjadi pada elemen-elemen rotasi (bearing rusak, impeller

macet, dll).

Ketidaksempurnaan bagian/fungsi mesin tersebut.

Mesin yang ideal tidak akan bergetar karena energi yang

diterimanya digunakan sepenuhnya untuk fungsi mesin itu sendiri. Dalam

praktek mesin yang dirancang dengan baik, getarannya relatif rendah

80
namun untuk jangka pemakaian yang lama akan terjadi kenaikan level

getaran karena hal berikut:

Keausan pada elemen mesin.

Proses pemantapan pondasi(base plate)sedemikian rupa sehingga terjadi

deformasi dan mengakibatkan misalignment pada poros.

Perubahan perilaku dinamik pada mesin sehingga terjadi perubahan

frekuensi pribadi.

Analisis ciri mekanik memungkinkan pemanfaatan sinyal getaran

untuk mengetahui kondisi mesin tersebut tanpa membongkar atau

menghentikan suatu mesin, sehingga dapat dimanfaatkan untuk analisis

lebih lanjut dalam perbaikan pada kerusakan yang terjadi. Dengan

melakukan pengamatan analisis getaran secara berkala, maka sesuatu yang

tidak normal pada suatu mesin dapat dideteksi sebelum kerusakan yang

lebih besar terjadi.

7.6 Kondisi Operasional Pompa Sentrifugal Multistage Pada AHU

Kondisi Operasional Pompa Sentrifugal Multistage Pada AHU diantaranya

sebagai berikut:

(1) Bukaan Spill Back 0%

(2) Flow Suction 100 180 T/Jam

(3) Temperatur Suction = Temperatur Discharge = 240 250 o C

(4) Pressure Suction 3-5 kg/cm2

(5) Pressure Discharge 195-205 kg/cm2

81
(6) 6 Temperatur Winding Indikator rata-rata 120 145 o C, temperatur ini

berfungsi untuk mengetahui temperatur daerah motor

(7) Membutuhkan 400 ampere untuk mengoperasikan motor sebagai

penggerak pomp

(8) Untuk memonitori vibrasi yang harus di kontrol adalah Thrust End Disp,

Thrust End Vib, Radial End Vib, dan P Balancing Drum

82
Grafik 7.1 Kinerja Pompa

83
Tabel 7.1 Pump Data Sheet

BAB VIII

PENUTUP

84
BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan kerja praktek di

pabrik PT. Pertamina RU VI Balongan antara lain:

1. PT. Pertamina RU VI Balongan adalah perusahaan yang mengolah

minyak bumi menjadi produk antara maupun produk akhir.

2. Unit ARHDM/AHU adalah unit yang bertugas mengurangi kandungan

metal (Ni, V, Fe), Na dan micro carbon residue (MCR) pada AR dan

menyiapkan umpan DMAR ke Unit RCC.

3. AHU memiliki 2 unit yaitu unit 12 dan 13 yang keduanya memiliki

kapasitas 58 MBSD atau 384 m3 /jam.

4. Kandungan metal yang ada di DMAR untuk RCC maksimal 20ppm

(nikel 18ppm dan vanadium 2 ppm).

5. Kandungan MCR yang diperbolehkan maksimal 3.5 % wt.

6. Kandungan metal yang melebihi spesifikasi dapat meracuni katalis,

sedangkan kandungan MCR yang melebihi spesifikasi dapat

meningkatkan panas pada regenerator Unit RCC.

7. Proses yang terjadi pada AHU dibagi menjadi 5 yaitu Seksi Feed, Seksi

Reaksi, Seksi Separasi, Seksi Fraksinasi, dan Seksi Recycle Gas.

85
8. Alat-alat yang digunakan pada AHU adalah Feed Filter, Heat Exchanger,

Reaktor, Furnace, Kompresor, Pompa Feed, Vessel (Separator) dan

Kolom (Fraksinator).

9. Bahan kimia yang diinjeksikan pada AHU adalah Polysulfide, Kurilex L-

log, Dimethyl Disulfide, Nalco.

10. Masalah yang pernah terjadi pada AHU adalah kebocoran pipa,

pembakaran fuel gas tidak sempurna, fouling, korosi, dan pompa trip.

11. Produk utama dari AHU adalah DMAR, produk sampingnya yaitu Off

Gas, Naphta, Kerosene, dan Gas Oil.

8.2 Saran

Berdasarkan hal hal yang telah kami peroleh selama melaksanakan

praktek kerja di PT Pertamina RU VI Balongan maka kami dapat

memberikan saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya perawatan yang efektif pada peralatan sehingga efisiensi

produksi dapat ditingkatkan.

86
DAFTAR PUSTAKA

PERTAMINA. 1992. Pedoman Operasi Kilang dan Pertamina UP VI Balongan.

Balongan: PERTAMINA.

Irianto, I Njoman Subakti. 2010. Buku Pegangan Pekerja ARHDM. Balongan :

PERTAMINA.

http://fariedrj.blogspot.com/2013/01/definisi-dan-karakteristik-pompa.html

http://rezafaturachman.wordpress.com/2012/07/12/centrifugal-multistage-pump-
jet-pompe/

http://indahkireilestari.files.wordpress.com/2011/04/pompa1.doc
http://www.scribd.com/doc/32235908/Prinsip-Kerja-Pompa-Sentrifugal

http://mechanic-mechanicalengineering.blogspot.com/2011/03/pompa-pump.html

http://soemarno.org/2009/01/08/perbaikan-pompa-centrifugal/

http://engineering-power-plant.blogspot.com/2010/11/boiler-feedwater-pump-
balancing-line.html

http://awan05.blogspot.com/2009/12/analisa-vibrasi.html

http://yogilaksono.blogspot.com/2009/07/lube-oil-system-gt-13e2.html

87

Anda mungkin juga menyukai