Anda di halaman 1dari 1

Mendiagnosa ketuban pecah dini dapat dengan berbagai cara.

Pertama, dengan melakukan


anamnesis yang baik dan teliti kapan mulai keluar air, jumlahnya, merembes atau tiba-tiba
banyak, konsistensinya encer atau kental dan baunya. Kemudian dengan melakukan
pemeriksaan fisik, sebagai berikut:
Semua wanita dengan keluhan keluar air pervaginam harus dilakukan pemeriksaan
inspekulo steril. Pemeriksaan serviks mungkin memperlihatkan keluarnya cairan amnion dari
lubang serviks.
Jika meragukan apakah cairan berasal dari lubang serviks atau cairan pada forniks
posterior vagina, dilakukan pemeriksaan pH dari cairan tersebut (cairan amnion akan
merubah lakmus menjadi berwarna biru karena bersifat alkalis). Cairan vagina dalam keadaan
normal bersifat asam. Perubahan pH dapat terjadi akibat adanya cairan amnion, adanya
infeksi bahkan setelah mandi. Tes nitrazine kuning dapat menegaskan diagnosa dimana
indikator pH akan berubah berwarna hitam, walaupun urine dan semen dapat memberikan
hasil positif palsu.
Melihat cairan yang mengering di bawah mikroskop, cairan amnion akan menunjukkan
fern-like pattern (gambaran daun pakis), walaupun tes ini sedikit rumit dan tidak dilakukan
secara luas.
Batasi pemeriksaan dalam untuk mencegah ascending infection. Lakukan vaginal swab
tingkat tinggi. Jika curiga terjadi infeksi, periksa darah lengkap, cRP, MSU dan kultur darah.
Berikan antibiotika spektrum luas.
Pemeriksaan lebih lanjut seperti USG digunakan untuk melihat organ interna dan
fungsinya, juga menilai aliran darah uteroplasenta. USG yang menunjukkan berkurangnya
volume likuor pada keadaan ginjal bayi yang normal, tanpa adanya IUGR sangat mengarah
pada terjadinya ketuban pecah dini, walaupun volume cairan yang normal tidak mengeksklusi
diagnosis.
Pada masa yang akan datang, tes seperti cairan prolaktin atau alpha-fetoprotein, dan
penghitungan fibronektin bayi mungkin dapat menentukan dengan lebih tepat adanya ketuban
pecah dini

Anda mungkin juga menyukai