Anda di halaman 1dari 14

Tuberkulosis pulmoner pada bayi : temuan Radiografi dan CT

Obyektif. Komplikasi dari TB yang sering pada bayi. Diagnosa yang benar untuk TB pada
bayi sangat penting. Tujuan dari studi ini untuk meringkas temuan radiografi dan CT dari TB
pulmo pada bayi dan menjelaskan gambaran radiologi yang sering terlihat di penyakit ini
pada bayi.

Kesimpulan. Temuan radiologi yang sering ditemukan pada tb pulmo bayi adalah
limfadenopati hilar atau mediastinal dengan nekrosis sentral dan konsolidasi ruang udara,
terutama konsolidasi mirip massa dengan area kesuraman rendah atau kavitas dengan
konsolidasi. Nodul pulmoner diseminata dan komplikasi jalan nafas sering di temukan pada
kelompok umur ini. CT merupakan teknik diagnostik yang berguna pada bayi dengan tb
karena dapat melihat lesi parenkim dan limfadenopati tuberkulosis lebih baik dari radiografi
dada. CT scan juga membantu ketika radiografi dada tidak dapat disimpulkan atau komplikasi
tb dicurigai.

Tuberkulosis masih menjadi penyebab penting dari kematian dan kesakitan di dunia. Sebagai
hasilnya diperparah epidemic HIV, gelandangan, penyalahgunaan obat, imigrasi dari negara
berkembang, masalah dari TB pulmo pada negara barat dinyatakan meningkat. Anak
merupakan salah satu kelompok resiko tinggi pada penyakit ini. Pada anak yang berumur
kurang dari 5 tahun adalah yang tertinggi resikonya terhadap TB pulmo.

Tb pulmo pada anak memiliki beberapa perbedaan yang terlihat dari anak yang lebih tua;
lebih muncul gejala, dan resiko berat dan komplikasi yang mengancam nyawa seperti
meningitis TB atau TB milier sangat tinggi. Sehingga diagnosa awal dan pengobatan sesuai
sangat penting untuk bayi dengan TB. Konfirmasi bakteri pada penyakit di anak susah di
dapat. Dan pada anak yang lebih muda (<3 bulan), tes tuberkulin biasanya negatif. Sehingga
radigrafi dada dan riwayat kontak lan gsung dengan pasien yang terinfeksi TB bermain
penting untuk diagnosa tb pada anak. Peran penting dari radiologos tidak terbantahkan.

CT scan memiliki keuntungan diatas radiograf konvensional dalam mendiagnosa tb pada


pasien pediatri dan mampu mendeteksi penyakit yang radiograf dadanya hasilnya normal atau
equivocal. CT scan dapat mengetahui limfadenopati; kalsifikasi, nodul bronkogenic dan
komplikasi sperti penyempitan jalan nafas, emfisema, dan efusi pleura. CT reolusi tinggi
dapat memunculkan gambaran nodul milier atau nodul bronkogenik pada parenkim paru,
terutamapada pasien yang tampak nodul pada radiograf dada. Walaupun beberapa studi
melaporkan temuan radiograf dada pada TB anak. Temuan CT dari penyakit telah dilaporkan
secara sporadis. Kegunaan dari studi untuk meringkas radiograf dan temuan CT TB pulmo
pada anak dan identifikasi yang sering pada temuan tb pulmo pada anak.

Bahan dan metode

Kami mereview secara retrospektif radiograf dada (n=25) dan CT scan dada (n=17) dari 25
konsekutif anak yang d diagnosis dengan TB pulmo pada institusi kami mulai 1991 2003.
Diagnoasa tb di tentukan dari kultur positif atau pewarnaan dari aspirasi gaster untuk basil
tahan asam pada 4 pasien, hasil positif dari PCR untuk MTB pada 5 pasien, kultur positif
pada ascites untuk MTB pada 1 dan 1 biopsi operasi.
Gbr 1. Anak perempuan dengan TB pulmo (pasien 15). Konsolidasi mirip massa dan
obstruksi bronkial menyebabkan limfadenopati hillar. A. Radiograf dada menunjukan
konsolidasi di zona paru kanan bawah (bintang) dan pelebaran mediastinum kanan atas
(panah). B. CT scan memberikan gambaran dengan definisi baik, peningkatan baik,
konsolidasi seperti massa pada lobus kanan bawah (bintang). Limfadenopati dengan
kesuraman minimal (panah) obstruksi bronkus intermedius. C. CT scan pada tingkat gambar
bawah pada B menunjukan konsolidasi lebar di lobus kanan tengah dan lobus kanan bawah.
Konsolidasi dengan pembesaran volume minimal. Ada area kesuraman multipel (panah) di
area konsolidasi.

Dengan sisa 14 pasien , lebih dari 2 dari 3 kriteria yang didapat. Test tuberkulin pada kulit
(mantoux test) dengan 5 unit tuberkulin dari derivat protein yang dimurnikan memberikan
hasil area indurasi 10mm atau lebih; mengesampingkan penyebab penyakit dan temuan klinis
yang menyusul dari penyakit konsisten dengan TB ( klinis atau perbaikan radiologis dari obat
OAT); dan temuan minimal 1 anggota keluarga dengan tertular TB.

Kelompok studi terdiri dari 15 anak laki-laki dan 10 anak perempuan dengan usia antara 2
12 bulan (rata-rata umur, 5,9 bulan). Tidak ada anak yang imunokompromise, dan tidak HIV
positif. 21 pasien yang di vaksin BCG ( Baciile Calmette-Guerin) pada usia 4 minggu.
Pemeriksaan fisik letak BCG dan regio nodus limfatik menunjukan tak ada kelainan. Tes
mantoux di lakukan pada seluruh pasien dan menunjukan hasil 11 positif (44%). 7 pasien
(28%) terekspos oleh anggota rumah yang TB pulmo aktif. Gejala pada pasien adalah demam
(84%), batuk (76%), dahak (48%), pilek (36%), nafas cepat (32%). Pada 2 pasien, kejang
merupakan manifestasi awal tanpa tanda gejala pernafasan. Penyebaran sistemik ditemukan
pada 8 pasien (32%) sebagai berikut : otak (n=4), hati (n=2), limpa (n=3), ginjal (n=1). Rata-
rata durasi dari gejala sebelum terdiagnosa TB dan memulai penggunaan obat OAT adalah 50
hari (antara 1-90 hari). Pada 4 anak (16%), durasi gejala kurang dari 1 minggu.

Radiografi dada awal dimiliki oleh semua pasien. Tindak lanjut Radiografi dada dimiliki oleh
23 pasien. Hasil tindak lanjut radiografi tidak seragam pada semua pasien, dan rata-rata
durasi tindak lanjut adalah 2 tahun (antara 4 bulan - 3,5 tahun).

CT scan dada dilakukan 1-10 hari (rata-rata 4 hari) setelah radiografi dada awal untuk 1 atau
lebih alasan tertentu; untuk mengevaluasi temuan tak biasa pada radiograf seperti lesi mirip
massa atau nodul yang menyebar untuk; untuk menemukan dan memastikan limfadenopati
dan mendeteksi atau evaluasi komplikasi seperti penyempitan jalan nafas dengan atau tidak
dengan atelektasis atau emfisema, atau pleural atau pericardial TB.
Gbr.2. anak laki-laki usia 6 bulan dengan TB pulmo (pasien 10). Konsolidasi dengan kavitas
besar. Radiografi dada menunjukan kavitas besar dengan konsolidasi pada lobus kanan atas
(panah). Nodul multipel tampak pada lapang paru kiri atas ( kepala panah).

CT scan di peroleh dari alat ct scan generasi III CT/T 9800 scanner atau HiSpeed
Advantage System (keduanya buatan GE Healthcare) pada 40-100mA, 120 kVp dan 1-2
detik waktu pindai. CT scan didapatkan setelah injeksi media kontras bolus IV, dengan
beriringan ketebalan wilayah 5-10 mm dari apex paru ke diafragma. Pada 3 pasien, tambahan
CT scan resolusi tinggi dengan wilayah ketebalan 1.5 mm di dapatkan tingkatan 5-10mm
dengan algoritma peningkatan ujung.

3 radiologis menganalisa radiografi dada dan CT scan sesuai konsensus. Di radiografi dada,
perhatian partikuler diberikan untuk pola dari lesi parenkim pulmoner (konsolidasi, nodul dan
penyakit disseminata), kavitas dengan lesi parenkim, tonjolan mediastinal mengarah
limfadenopati, dan komplikasi jalan nafas dan pleura. Pada CT scan, pola lesi parenkim
pulmo (konsolidasi udara, nodul bronkogenik dan nodul diseminata); kavitas dengan lesi
parenkim; limfadenopati mediastinal dan hilar dengan atau tidak dengan nekrosis central;
komplikasi jalan nafas, pleural, pericardial dan lesi dinding dada dam perubahan dari organ
yang di pantau seksama. Saat kami menemukan konsolidasi pada proses pengamatan, dengan
tingkatan yang baik setelah pemberian agen kontras, peningkatan volume atau pembesaran
dan tidak ada air bronkogram, kita menyatakan konsolidasi mirip massa.

Hasil

Radiograf dada
Pada radiografi dada (n=25), konsolidasi udara adalah lesi parenkim yang paling sering, yang
dialami oleh 20 pasien (80%) (Gbr.1A). lesi nodul ditemukan pada 7 pasien (28%) dan
diantaranya, konsolidasi udara ipsilateral dan kontralateral didapatkan pada 5 pasien (gbr.2).
Nodul disseminata yang ditemukan pada 6 pasien (24%) (Gbr. 3A, 4A, dan 5A). Dan semua
berusia 4 bulan atau lebih muda. Kavitasi dengan lesi parenkim di dapat dari 2 pasien (Gbr. 2
dan 4A).

Tonjolan mediastinal, kemungkinan limfadenopati mediastinal dan hilar, yang ditemukan


pada 18 pasien (72%) (Gbr. 1A), tapi menentukan perbedaan antara lesi parenkim pulmoner
dekat dengan hilum dan limfadenopati susah di berbagai kasus radiograf dada. Hiperinflasi
pada paru (n = 8,32%) (Gbr. 6A), penyempitan bronkus (n=4, 16%) (Gbr. 6A), dan atelektasi
(n=4, 16%) juga sering ditemukan. Kita menemukan 1 pasien efusi pleura.

CT

Pada CT scan (n=17), konsolidasi udara terlihat pada semua 17 pasien. Konsolidasi mirip
massa terlihat pada 10 dari 17 pasien (59%) (Gbr. 1B, 1C, dan 3C). Area suram
multifocalterlihat pada 7 pasien (41%) (Gbr. 1C dan 3C). Kavitas dengan konsolidasi
ditemukan pada 5 pasien (29%). Pada 1 pasien dengan kavitas nekrotik dengan konsolidasi,
kavitas nekrotik berkembang menjadi lesi bulosa ekstensif bilateral; dia adalah satu-satunya
yang tidak selamat. Nodul pulmoner disseminata ditemukan pada 5 pasien (29%) (Gbr. 3B,
4B, dan 5B). Dari ketiganya, nodul disseminata lebih besar (>2mm diameter) daripada nodul
milier biasa pada TB dewasa dan bersatu dengan lainnya (Gbr. 3B dan 4B). Pada 1 pasien
kavitas tampak nodul disseminata (Gbr.4B). Nodul bronkogenik di temukan pada 7 pasein
(41%) pada semua 3 pasien dengan CT resolusi tinggi, nodul sentrilobuler atau struktur linear
bercabang mengarah penyebaran bronkogenik TB yang terlihat (Gbr. 6B). Tidak termasuk
pasien dengan nodul disseminata pada kedua paru, lesi pulmoner parenkim bilateral pada 6
pasien (50%) dan perkembangan lobus kanan atas (n=10), lobus atas kiri (n=9), lobus bawah
kiri (n=7), lobus kanan bawah (n=7) dan lobus kanan tengah (n=5).

Limfadenopati hilar dan mediastinal di temukan semua 17 pasien. Pada tingkatkan CT,
perkembangan nodus limfatik tampak kesuraman sentral dan peningkatan perifer di semua
pasien (Gbr. 1B dan 6C). Paratrakeal kanan dan nodus subcarinal yang paling sering berubah
(untuk kedua, n=13,76%). Limfadenopati pada nodus hilar kanan terlihat pada 10 dari 17
pasien (59%). Nodus paratrakeal kiri ditemukan pada 9 pasien (53%), dan nodus hilar kiri
ditemukan 7 (41%). Pada 2 pasien (12%), kalsifikasi terlihat dengan pembesaran nodus.
Komplikasi jalan nafas juga sering ditemukan pada ct scan. Penyempitan bronkial terlihat di
11 pasien (65%) yang dekat dengan limfadenopati peribronkial (Gbr. 6C dan 6D).
Hiperinflasi pada paru dengan limfadenopati mediastinal terlihat di 8 pasien (47%) (Gbr 6B).
Bronkiektasis ditemukan pada 1 pasien.

Efusi pleura berhubungan dengan konsolidasi udara yang ditemukan pada 5 pasien (29%),
dan bilateral pada 1 dari mereka. Efusi pleura ditemukan pada 1 pasien. Penebalan pericardial
ditemukan pada 2 pasien.

Dada radiografi dan CT temuan diringkas dalam Tabel 1.

Informasi tambahan di CT
Pada 17 pasien yang memiliki CT scan, diperoleh informasi tambahan yang bisa diperoleh di
radiografi dada berupa : hubungan limfadenopati mediastinum (n = 4), konfirmasi
limfadenopati(n = 13), penggambaran nekrosis sentral (n = 17) atau kalsifikasi (n = 2) dalam
pembesaran kelenjar getah bening, deteksi stenosis bronkial distal sampai lobar bronkus
(n=7), keterlibatan pleura (n = 4) dan penebalan perikardial (n = 2), dan deteksi lesi
extrathoracic (n = 3). Pada empat pasien (24%) yang diagnosis tuberkulosis disarankan CT
scan untuk melihat pembesaran kelenjar getah bening dengan nekrosis sentral (Tabel 1).
Keterlibatan tuberkulosis extrathoracic (hati [n = 2], limpa [n = 3], dan ginjal [n = 1]) telihat
di CT scan dada pada tiga pasien dengan penyebarluasan nodul di paru (Gambar. 3D).
Gambar 3. Anak usia 4 bulan dengan TB sistemik (pasien 12).
A. Rontgen dada menunjukkan beberapa nodul disebarluaskan di kedua paru-paru dan
konsolidasi di zona paru kiri bawah (tanda bintang).
B. CT scan dada menunjukkan penyebarluasan nodul dengan ukuran bervariasi
Kebanyakan nodul lebih besar dari 2 mm.
C. CT scan menunjukkan konsolidasi dengan daerah rendah redaman (panah) di segmen
superior lobus kiri bawah.
D. Banyak nodul rendah redaman dicatat dalam limpa pada CT scan.
Gambar.4 anak usis 4 bulan dengan tuberkulosis akut dengan perluasan (pasien 14). terlihat
perubahan kavitas nodul.
A. Rontgen dada menunjukkan banyak nodul di kedua paru-paru. Rongga berdinding
tipis (panah) terlihat pada lobus kiri bawah.
B. Pada CT dada, terlihat beberapa nodul dengan ukuran bervariasi. Terlihat
pembentukan kavitas dibeberapa nodul (panah).
C. Tindak lanjut radiografi dada diperoleh 1 tahun setelah A dan B tidak menunjukkan
nodul pada salah satu parenkim paru-paru.
Gambar. 5 Anak 3-bulan (pasien 1) TBC akut dengan perluasan.

A. Rontgen dada menunjukkan beberapa nodul disebarluaskan dengan distribusi acak


di kedua paru-paru.
B. CT scan dada menunjukkan beberapa nodul kecil di kedua paru-paru.
C. Pada tindak lanjut rontgen dada diperoleh setelah obat antituberkulosis untuk 1
tahun, nodul sembu, meninggalkan beberapa kalsifikasi. terlihat beberapa kalsifikasi
di limpa (panah).

Follow-Up Radiografi Dada


Pada follow-up radiografi dada (n = 23), limfadenopati mediastinum dan lesi
parenkim mengalami penurunan ukuran sekitar 74% (17/23) pasca 1 bulan pengobatan (Tabel
1). Perbaikan dari konsolidasi ruang udara didahului regresi nodul yang membesar, dan
resolusi konsolidasi lengkap terjadi dalam waktu 6 bulan (Gambar. 4C), kecuali satu pasien
yang mengalami lesi bula pada parenkim dan meninggal karena kegagalan pernafasan. Dua
pasien, sisa limfadenopati diidentifikasi sekitar 1 tahun (Tabel 2). Diantara 18 pasien,
kalsifikasi baru terjadi pada empat pasien sedangkan penurunan volume paru-paru dengan
fibrosis fokal terjadi pada tiga pasien selama 6 bulan (Gambar. 5C). Penyempitan bronkus,
terlihat pada empat pasien di radiografi awal, kemudian semua pasien menjalani follow-up
radiografi. Penemuan hasil radiografi setelah pengobatan anti tuberkulosis dirangkum pada
Tabel 2.

Diskusi
Sebagian besar kasus TB paru pada bayi adalah TB primer. Infeksi primer dimulai dengan
masuknya doplet yang terinfeksi dalam alveoli paru-paru, kemudian diikuti inflamasi
parenkim paru [11, 21]. Pada awal peradangan terlihat konsolidasi alveolar lokal, yang
merupakan fokus utama. Hal ini mungkin saja terjadi meskipun jarang, progresifitas yang
melibatkan sebagian atau seluruh segmen lobus biasanya tidak terlihat pada radiografi dada
[21, 22]. Infeksi kemudian menyebar ke kelenjar getah bening sentral dari fokus utama
melalui cairan kelenjar limfatik (pada radiografi dada muncul sebagai pola interstitial linear)
dan disebut dengan limfadenopati regional. Fokus utama dan pembesaran kelenjar getah
bening itu disebut kompleks Ranke [21-24]. Pada sebagian besar kasus, lesi ringan parenkim
yang disertai limfadenopati dapat sembuh secara spontan. Dalam beberapa kasus, terutama
pada infant, kelenjar getah bening akan terus membesar [11]. Nekrosis kaseasi, progresivitas
pada kelenjar getah bening regional node kemajuan dan pembesaran nodul dapat menekan
daerah bronkus dan menyebabkan penyempitan bronkus, obstruksi, dan emfisema [21, 22].
Saat terjadi proses infeksi, nodul yang meradang bisa melubangi bronkus lainnya dan aliran
caseous ke dalam cabang bronkial, menyebabkan TBC bronkogenik serta fokal TBC atau
pneumonia lobaris [25, 26]
Limfadenopati pada mediastinum yang disertai dengan atau tanpa kelainan radiologis
pada parenkim merupakan ciri tuberkulosis primer pada anak [20-24]. Pada penelitian kami,
gambaran radiografi dada menunjukkan limfadenopati mediastinum pada 72% pasien dan
kelainan parenkim paru pada 96% pasien dan temuan tersering pada radiografi lesi parenkim
paru berupa konsolidasi (80%). Leung et al. [20], pada 191 anak, terdapat perbedaan antara
hubungan usia dengan prevalensi kelainan parenkim paru. Anak-anak berusia 0-3 tahun
memiliki prevalensi lebih tinggi mengalami limfadenopati (100%) serta prevalensi rendah
untuk mengalami kelainan parenkim paru (51%) dibandingkan dengan anak usia 4-15 tahun.
Dalam kelompok mereka, limfadenopati hanya sebagai manifestasi radiologis pada TBC
primer yang merupakan gambaran TBC pada anak sebanyak 49% kasus; hanya 9% pasien
anak dengan usia lebih besar atau remaja menunjukkan temuan tersebut. Namun, pada
penelitian kami, sebagian besar pasien terjadi perubahan parenkim dan limfadenopati.
Limfadenopati mediastinum yang terisolasi tanpa perubahan parenkim paru jarang terlihat.
Dalam penelitian ini, radiografi dada yang menunjukkan penyebaran tuberkulosis paru
sebanyak enam pasien (24%). Semua dari mereka berusia 4 bulan atau lebih muda.
Penyebarluasan nodul terlihat pada limpa (n = 2) atau hati (n = 1) pada gambaran CT scan
dua pasien dengan tuberkulosis paru yang mengalami penyebaran (pasien 3 dan 12).
Pembesaran difus hati, limpa, dan ginjal terlihat melalui gambaran CT scan pada satu pasien
(Pasien 1). MRI otak pada satu pasien menunjukkan terjadinya meningitis TB dengan
tuberkuloma yang disebarluaskan (pasien 3). Dalam penelitian lain [16, 17, 24],
TB yang mengalami penyebarluasan lebih umum terjadi pada bayi daripada anak-anak
dengan usia lebih tua.

Hal ini menjelaskan bahwa CT scan dapat mendeteksi atau mengkonfirmasi


limfadenopati [12-15, 27]. Delacourt et al. [14], 15 pasien anak dengan infeksi TB dan
gambaran radiografi dada negatif, ditemukan pembesaran kelenjar getah bening sebanyak
60% pasien yang menjalani CT Scan dada. Pada CT scan yang ditingkatkan , limfadenopati
TB dilihat sebagai pembesaran nodul dengan gambaran redaman rendah karena kaseasi
nekrosis dan peningkatan hipervaskularisasi perifer menunjukkan proses inflamasi [13, 27,
28]. Dalam penelitian kami, terlihat gambaran limfadenopati pada CT scan yang tejadi pada
empat pasien yang pada radiografi dada sebelumnya tidak terlihat gambaran limfadenopati.
Oleh karena itu, CT scan dapat membantu mendiagnosis TBC apabila radiografi dada tidak
meyakinkan.

Pada penelitian kami, CT scan digambarkan limpadenopati pada 4 pasien yang tidak suspek
menderita limpadenopati pada X foto thoraks. Bagaimanapun, CT scan dapat
membantu mendiagnosisntuberculosis ketika penemuan pada X foto thorax
tidak pasti atau meragukan.

Pada penelitian kami, konsolidasi udara yang banyak ditemukan di parenkim


terlihat pada CT scan sebanyak 100%, dimana lebih umum ditemukan pada kasus TB anak.
Pada penelitian ini, kami sering menemukan massa seperti konsolidasi yang meningkat,
volume expanding, dan tidak ada gambaran air broncogram. Pembesaran kelenjar hilus
limponodi dapat menekan broncus sekitarnya dan menyebabkan inflamasi difus pada
bronkus. Hal yang selanjutnya terjadi adalah diikuti oleh atelektasis dan konsolidasi. Hasil
radiografi tersebut dinamai konsolidasi kolaps lesi segmental epituberkulosis, kami
percaya penyakit yang sama dapat dijelaskan pada pemeriksaan CT scan. Konsolidasi kolaps
umumnya ditemukan pada anak-anak daripada anak dewasa dan cenderung terjadi kurang
dari satu bulan dari infeksi primer.walaupun massa yang mirip dengan konsolidasi telah
ditemukan pada 59% pada pasien yang dilakukan CT scan, hanyan 15% yang ditemukan pada
penelitian oleh kim dkk. Area rendah redaman dengan konsolidasi, memperlihatkan nekrosis
kaseosa, dimana ditemukan banyak di penelitian kami (41%) daripada di penelitian KIM dkk.
Pada 25% kavitasi tanpa konsolidasi telah ditemukan sebanyak 29% pasien pada penelitian
kami, kavitasi, mengindikasikan infeksi yang tinggi dan jumlah bakteri yang banyak
merupakan tanda dari TB post primer dan hal tersebut bahaya pada TB anak primer. Kavitasi
lebih sering ditemukan dengan area redaman yang rendah dengan konsolidasi (60%) pada
penelitian kami. Nekrosis dan pencairan pada area konsolidasi penumonic adalah penyebab
lesi bulosa. Pada penelitian kami, satu pasien menunjukan lesi bulosa extensiv.

CT scan mempunyai manfaat yang lebih dibandingkan dengan pemeriksaan radiologic thorax
lainnya untuk mengetahui sebaran bronkogenic pada TB dan TB milier.
Walaupun nodul broncogenic terlihat hanya pada 29% pasien TB anak, mereka
menemukan 41% pada penelitian kami. Jamieson dan cremin melihat resolusi
tinggi CT scan menemukan TB paru pada anak usia 6 tahun dengan nodul
multipel diseminata pada X foto thorax. Pada penelitian mereka , nodul
diseminata menyebar dengan berbagai ukuran. Mereka mengusulkan
menggunakan kalimat tuberkulosis diseminata akut dibanding dengan TB
miliari pada anak karena nodul milier didefinisikan sebagai nodul kecil kurang
dari 2mm, bentuk yang sama, dan menyebar. Pada CT scanb penelitian kami,
nodul diseminata terlihat poada 29% pasien kami. Nodul lebih besar >2mm
dibandingkan dengan nodul milier ditemukan pada 3dari 5 pasien.

Jalan napas pada anak lebih kecil dan lebih mudah ditekan oleh pembesaran limponodi hilus.
Pada penelitian kami, penyempitan bronkus terlihat pada 65% dan hiperinflasi
dari paru terlihat 47% pada parenkim paru di CT scan. Komplikasi jalan napas
telah ditemukan pada TB anak (penyempitan bronkus 37% [13] dan 29%
[27]). CT scan mendeteksi komplikasi jalan napas lebih baik daripada X foto
thoraks. Pada 7 pasien dari 11 pasien dengan penyempitan bronkus distal pada
bro nkus lobaris tidak terlihat pas x foto thoraks.

Efusi pleura pada TB primer ditemukan melalui ruptur langsung dari lesi subpleura di cavum
pleura atau penyebaran dari limpadenopati kaseosa atau berdekatan dengan
lesi spinal. Efusi pleura umumnya tidak ditemukan pada tuberculosis di anak
muda, dan bahaya pada anak-anak. Pada TB pleura, CT scan juga membantu
untuk menunjukkan ketebalan dari pleura, lokasi efusi kronik dimana
dibutuhkan dekotrtikasi dan empiema. Kesimpulan pada tabel 3 melaporkan
hasil radiografi dan CT scan pada anak kecil dan remaja TB primer yang
dibandingkan dengan hasil penelitian kami.

Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, mengingat durasi dari gejala (<1 minggu)
ditemukan hanya pada 4 pasien di penelitian kami. 3 pasien yang
menunjukkan buldging mediastinum pada x ray foto thorax mempunyai hasil
mantoux test yang positif dan 1 paseian yang menunjukkan diseminata milier
pada X ray foto thorax mempunyai riwayat kontak dengan TB aktif.

Kemunduran hasil radiologi merupakan proses yang lama. Pada penelitian kami, resolusi
komplit pada konsolidasi muncul setelah 6 bulan pengobatan, dan kemajuan
konsolidasi udara didahului oleh pembesaran nodul. Follow up radiografi
setelah pengobatan tuberkulosis dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada
progresi dan komplikasi yang timbul. Hal ini tidak selalu hasil radiologi yang
normal untuk tidak melanjutkan pengobatan.

Kesimpulannya, penemuan radilogi yang sering ditemukan pada TB primer pada anak adalah
limpadenopati mediastinum/ hilus dengan nekrosis dan konsolidasi udara,
massa konsolidasi dengan area redaman rendah atau kavitas dengan
konsolidasi. Nodul dissaminata dan komplikasi jalan napas sering ditemukan
pada grup usia ini. CT scan dapat sangat membantu ketika X foto thorax
meragukan untuk menggambarkan komplikasi TB.

Anda mungkin juga menyukai