Anda di halaman 1dari 60

Artikel Perubahan Iklim

I. Iklim adalah kondisi rata-cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim di bumi sangat
dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi
iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat
menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Ilmu yang
mempelajari tentang iklim adalah klimatologi.

Iklim meliputi statistik suhu , kelembaban , tekanan udara , angin , curah hujan , jumlah
partikel atmosfer dan meteorologi pengukuran unsur di dalam wilayah tertentu dalam
waktu lama. Iklim dapat dibandingkan dengan cuaca , yang merupakan kondisi
sekarang dari unsur-unsur dan variasi mereka selama masa pendek. Sebuah iklim
daerah yang dihasilkan oleh sistem iklim, yang memiliki lima komponen: atmosfer ,
hidrosfer , kriosfer , permukaan tanah, dan biosfer. Iklim lokasi dipengaruhi oleh nya
lintang , medan , dan ketinggian , serta dekat badan air dan arus mereka. Iklim dapat
diklasifikasikan sesuai dengan rata-rata dan kisaran khas variabel yang berbeda, paling
sering suhu dan curah hujan. Skema klasifikasi yang paling umum digunakan pada
awalnya dikembangkan oleh Wladimir Koppen . Sistem Thornthwaite, digunakan sejak
1948, menggabungkan evapotranspirasi bersama dengan suhu dan informasi curah
hujan dan digunakan dalam mempelajari keanekaragaman spesies hewan dan potensi
dampak perubahan iklim. Para Bergeron dan Tata Ruang Sinoptik sistem Klasifikasi
fokus pada asal-usul massa udara yang menentukan iklim suatu
wilayah. Paleoclimatology adalah studi tentang iklim kuno. Sejak pengamatan langsung
dari iklim tidak tersedia sebelum abad ke-19, paleoclimates yang disimpulkan dari
variabel proxy yang termasuk non-biotik bukti seperti sedimen ditemukan di tempat tidur
danau dan inti es , dan bukti biotik seperti cincin pohon dan karang. Model iklim adalah
matematika . model iklim masa lalu, sekarang dan masa depan Perubahan iklim dapat
terjadi lebih dari rentang waktu panjang dan pendek dari berbagai faktor; pemanasan
terakhir dibahas dalam pemanasan global .
Iklim (dariYunani KunoKlima,yang berartikemiringan)umumnya didefinisikan sebagai
cuaca rata-rata dalam jangka panjang. Periode rata-rata standar 30 tahun,tetapi periode
lainnya dapat digunakan tergantung pada tujuan.Iklim juga mencakup statistik lainnya
dari rata-rata, seperti besaran sehari-hari atau tahun ke tahun variasi.ParaPanel
Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim(IPCC) daftar istilah definisi adalah:
Iklim dalam arti sempit biasanya didefinisikan sebagai "cuaca rata-rata," atau lebih
ketat, sebagai deskripsi statistik dalam hal mean dan variabilitas dalam jumlah yang
relevan selama periode mulai dari bulan ke ribuan atau jutaan tahun.Periode klasik
adalah 30 tahun, seperti yang didefinisikan oleh Organisasi Meteorologi Dunia
(WMO).Jumlah ini yang paling sering permukaan variabel seperti suhu, curah hujan
angin, dan.Iklim dalam arti lebih luas adalah negara, termasuk deskripsi statistik, dari
sistem iklim.
Perbedaan antara iklim dan cuaca yang berguna diringkas dengan frase populer "iklim
adalah apa yang Anda harapkan, cuaca adalah apa yang Anda dapatkan."
Selamasejarah jangka waktu yang ada sejumlah variabel hampir konstan yang
menentukan iklim, termasuk lintang, ketinggian , proporsi tanah terhadap air, dan
kedekatan dengan lautan dan pegunungan.Ini perubahan hanya dalam jangka waktu
jutaan tahun karena proses sepertilempeng tektonik.Penentu iklim lain yang lebih
dinamis:sirkulasi termohalinlaut mengarah pada 5 C (9 F) pemanasan dari
utaraSamudera Atlantikdibandingkan dengan cekungan laut lainnya. Lainarus laut
mendistribusikan panas antara tanah dan air pada lebih regional skala.Kepadatan dan
jenis cakupan vegetasi mempengaruhi penyerapan panas matahari, retensi air, dan
curah hujan pada tingkat daerah.Perubahan dalam kuantitas atmosfergas rumah
kacamenentukan jumlah energi matahari ditahan oleh planet ini, yang
menyebabkanpemanasan globalataupendinginan global.Variabel yang menentukan
iklim banyak dan kompleks interaksi, tetapi ada kesepakatan umum bahwa garis besar
dipahami, setidaknya sejauh faktor-faktor penentu perubahan iklim historis yang
bersangkutan.
Klasifikasi Iklim
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan iklim pada zona yang sama. Awalnya,
iklim didefinisikan dalam Yunani Kuno untuk menggambarkan cuaca tergantung pada
lintang lokasi itu. Metode klasifikasi iklim modern secara luas dapat dibagi menjadi
metode genetik, yang fokus pada penyebab iklim, dan metode empiris, yang berfokus
pada efek dari iklim. Contoh klasifikasi genetik meliputi metode berdasarkan frekuensi
relatif yang berbeda massa udara jenis atau lokasi dalam sinoptik gangguan cuaca.
Contoh empiris klasifikasi termasuk zona iklim didefinisikan oleh tanaman tahan yang
tahan banting segala cuaca, evapotranspirasi, atau lebih umumnya klasifikasi iklim
Kppen yang pada awalnya dirancang untuk mengidentifikasi iklim dihubungkan secara
pasti dengan bioma . Kelemahan umum dari skema klasifikasi adalah bahwa mereka
menghasilkan batas-batas jelas antara zona mereka menentukan, bukan transisi
bertahap dari sifat iklim yang lebih umum di alam.
Bergeron dan Sinoptik Spasial

Klasifikasi yang paling sederhana adalah yang melibatkan massa udara. Klasifikasi
Bergeron adalah bentuk yang paling banyak diterima dari klasifikasi massa udara.
klasifikasi massa udara melibatkan tiga huruf.

1. Huruf pertama menjelaskan nya kelembaban properti, dengan c digunakan untuk


benua udara massa (kering) dan m untuk massa udara maritim (lembab).

2. Huruf kedua menjelaskan karakteristik termal dari daerah sumbernya: T untuk


tropis , P untuk kutub , A untuk Arktik atau Antartika, M untuk musim hujan , E untuk
khatulistiwa , dan S untuk udara unggul (udara kering yang dibentuk oleh gerakan
ke bawah yang signifikan di atmosfer ).

3. Huruf ketiga digunakan untuk menunjuk stabilitas atmosfer. Jika massa udara
dingin dari tanah di bawahnya, diberi label k. Jika massa udara lebih hangat dari
tanah di bawahnya, diberi label w. Sementara udara identifikasi massa awalnya
digunakan dalam peramalan cuaca selama tahun 1950, iklim mulai membangun
climatologies sinoptik berdasarkan ide ini pada tahun 1973.

Skema yang berdasarkan klasifikasi Bergeron adalah Sinoptik Spasial Sistem


Klasifikasi (SSC). Ada enam kategori dalam skema SSC:
1. Kering Polar (mirip dengan benua kutub),
2. Kering Sedang (mirip dengan maritim yang unggul),
3. Kering Tropis (mirip dengan benua tropis),
4. lembab Polar (mirip dengan maritim polar),
5. Sedang lembab (hibrida antara kutub maritim dan kelautan tropis), dan
6. lembab tropis (mirip dengan laut tropis, maritim musim hujan, atau maritim
khatulistiwa).
PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN MENGENAI PERUBAHAN IKLIM
DISARIKAN DARI IPCC REPORT 2007
diterjemahkan oleh :
Dr. Edvin Aldrian, BEng, MSc, APU dan Dian Nur Ratri Ssi
Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, BMKG @2011
1. FAKTOR PENTING APA YANG MENENTUKAN IKLIM BUMI ?
Sistim iklim bumi merupakan sebuah sistim interaksi kompleks antara atmosfer,
permukaan tanah, salju dan es, lautan serta badan air lainnya, dan makhluk hidup.
Komponen iklim yang paling mendominasi karakter iklim adalah atmosfer. Iklim sering
didefinisikan sebagai cuaca rata-rata. Iklim biasanya dideskripsikan sebagai rata-rata
dari variabilitas suhu, hujan dan angin selama beberapa periode waktu (bulan hingga
jutaan tahun). Periode yang sering digunakan adalah 30 tahun. Sistim iklim berubah
karena dipengaruhi oleh dinamika internal iklim itu sendiri dan akibat perubahan faktor
pendorong luar yang mempengaruhinya (disebut forcing). Faktor (forcing) luar meliputi
fenomena alamiah (seperti letusan gunung berapi dan variabilitas matahari) dan
perubahan akibat aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer. Radiasi
matahari merupakan sumber tenaga utama sistim iklim bumi. Ada tiga cara utama yang
dapat merubah kesetimbangan radiasi bumi:

1. Merubah jumlah radiasi matahari yang masuk (misal: dengan merubah orbit bumi
dan peristiwa kosmologi lainnya)
2. Merubah fraksi radiasi matahari yang dipantulkan (disebut albedo, misal:
dengan merubah penutupan awan, merubah komposisi partikel udara dan merubah
tutupan vegetasi)

3. Merubah panjang gelombang radiasi dari bumi yang dipantulkan ke angkasa


(misal: dengan merubah konsentrasi gas rumah kaca)

Iklim akan merespon perubahan-perubahan di atas secara langsung dan tidak langsung
melalui mekanisme umpan balik (feedback) yang bervariasi.
Jumlah energi yang mencapai permukaan atmosfer seluas 1 m2 adalah setara 1.370
watt. Sedangkan jumlah energi/m2/detik rata-rata yang diterima di atas permukaan
bumi adalah hanya nya (Gambar 1). Pengurangan tersebut dikarenakan sekitar 30%
cahaya matahari yang mencapai lapisan atmosfer atas akan dipantulkan kembali ke
angkasa. Secara kasar 2/3 dari reflektifitas ini disebabkan oleh awan-awan dan partikel-
partikel kecil di atmosfer yang dikenal sebagai aerosols. Daerah berwarna terang
pada permukaan bumi utamanya salju, es dan gurun juga memantulkan sekitar 1/3
cahaya matahari. Perubahan yang paling dramatis pada pantulan yang disebabkan oleh
aerosol terjadi ketika letusan gunung berapi (vulkanik) besar menyemburkan bahan-
bahan ke dalam atmosfer. Hujan membersihkan aerosol dari atmosfer dalam satu atau
dua minggu, tetapi ketika bahan-bahan dari letusan vulkanik terlempar lebih jauh/tinggi
dari awan tertinggi, aerosol-aerosol ini dapat mempengaruhi iklim sekitar satu atau dua
tahun sebelum akhirnya jatuh ke lapisan troposfer dan terbawa jatuh ke permukaan
oleh proses hujan (terlarut dalam air hujan dan turun bersamanya). Letusan vulkanik
dapat menyebabkan penurunan suhu permukaan global rata-rata sekitar setengah
derajat celsius yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan.
Beberapa aerosol buatan manusia juga dapat memantulkan sinar matahari dan
mengurangi radiasi di lapisan atmsofer. Energi yang tidak dipantulkan kembali ke
angkasa diserap oleh permukaan dan atmosfer bumi. Jumlah ini kira-kira 240 W/m2.
Untuk menyeimbangkan energi yang datang, bumi sendiri harus meradiasikan, rata-
rata, jumlah yang sama dengan energi yang kembali ke angkasa. Bumi melakukannya
dengan mengemisikan radiasi gelombang panjang. Segala sesuatu di bumi
mengemisikan radiasi gelombang panjang secara terus-menerus. Yaitu bagaikan panas
yang dirasakan seseorang dari api; semakin panas sebuah objek, semakin banyak
energi panas yang diradiasikan. Untuk mengemisikan 240 W/m2, permukaan bumi
harus memiliki suhu rata-rata sekitar -190C. Suhu ini jauh lebih dingin daripada kondisi
yang sesungguhnya terjadi pada permukaan bumi (suhu permukaan rata-rata global
sekitar 140C). Malah, suhu sebesar -190C yang dibutuhkan tersebut ditemukan pada
ketinggian sekitar 5 km di atas permukaan laut. Alasan permukaan bumi lebih panas
dari nilai suhu yang seharusnya tersebut adalah kehadiran gas-gas rumah kaca, yang
bertindak sebagai selimut untuk radiasi gelombang panjang yang datang dari
permukaan. Penyelimutan ini dikenal sebagai pengaruh rumah kaca alami. Sehingga,
tanpa adanya efek gas rumah kaca yang alami, maka suhu rata rata permukaan bumi
semestinya adalah -19C. Gas-gas rumah kaca yang terpenting adalah uap air dan
karbon dioksida. Dua unsur utama atmosfer yang paling berlimpah yaitu nitrogen dan
oksigen tidak memilik efek rumah kaca seperti itu. Awan, di sisi lain, mempunyai
pengaruh penyelimutan yang serupa dengan gas-gas rumah kaca; bagaimanapun juga,
pengaruh ini diimbangi dengan reflektifitasnya, seperti rata-rata, awan cenderung
memiliki pengaruh pendinginan pada iklim (meskipun secara lokal seseorang dapat
merasakan pengaruh pemanasan; malam yang berawan cenderung tetap lebih hangat
daripada malam yang cerah karena awan akan meradiasikan energi gelombang
panjang kembali ke permukaan). Aktivitas manusia akan memperbesar pengaruh
penyelimutan melalui pelepasan gas-gas rumah kaca tambahan. Sebagai contoh,
jumlah karbondioksida di atmosfer telah meningkat sekitar 35% sejak zaman revolusi
industri, dan peningkatan ini diketahui sebagai akibat aktifitas manusia, utamanya
pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan. Karena itu, manusia telah
merubah komposisi kimia atmosfer global dengan dampak yang nyata terhadap iklim.
Karena bumi itu bulat, lebih banyak energi matahari yang datang pada daerah
permukaan tertentu di daerah tropis daripada di lintang yang lebih tinggi, dimana sinar
matahari mengenai atmosfer pada sudut yang lebih rendah. Energi dari daerah tropis ini
di transfer ke arah kutub melalui sirkusi laut dan atmosfer. Energi juga dibutuhkan untuk
menguapkan air dari laut permukaan daratan, dan energi ini disebut panas laten,
dilepaskan ketika uap air berkondensasi di awan (lihat Gambar 1). Sirkulasi atmosfer
utamanya dipicu oleh pelepasan panas laten ini. Sirkulasi atmosfer kemudian memicu
lebih banyak sirkulasi lautan melalui perilaku angin pada permukaan air laut yang
kemudian merubah suhu dan salinitas permukaan laut melalui proses hujan dan
penguapan. Akibat rotasi bumi, pola sirkulasi atmosfer cenderung ke arah timur-barat
daripada utara-selatan. Sistim angin baratan di daerah lintang menengah termasuk
dalam mekanisme yang memindahkan panas dari ekuator ke kutub. Sistim tersebut
yang membantu peralihan dan migrasi dari system tekanan rendah dan tinggi serta fron
panas dan dingin yang menyertainya. Karena kontrasnya suhu laut dan daratan dan
karena halangan seperti pegunungan dan lapisan es, maka sistim sirkulasi pada skala
planet akan terpaku mengikuti posisi geografis benua dan gunung meski perubahan
dan amplitudonya bisa berubah seiring berjalannya waktu. Karena pola sirkulasi
tersebut, musim salju yang dingin di Amerika Utara dapat berhubungan dengan musim
salju yang hangat di belahan bumi lainnya. Perubahan berbagi aspek sistim iklim,
seperti ukuran lempengan es, tipe dan distribusi vegetasi atau suhu atmosfer atau laut
akan mempengaruhi fitur-fitur sirkulasi skala luas di atmosfer dan lautan.
Gambar 1. Perkiraan neraca tahunan dan global bumi. Dalam jangka panjang jumlah
radiasi matahari yang diserap atmosfer dan bumi disetimbangkan oleh atmosfer dan
bumi oleh pancaran radiasi gelombang panjang. Setengah dari radiasi matahari diserap
permukaan bumi. Energi ini ditransfer ke atmosfer dengan proses pemanasan udara
oleh muka bumi, oleh penguapan dan oleh radiasi gelombang panjang yang diserap
awan dan gas-gas rumah kaca. Atmosfer kemudian meradiasikan gelombang panjang
ke bumi dan angkasa luar. Sumber Kiehl dan Trenberth (1997).
Ada mekanisme umpan balik dalam sistim iklim yang dapat menguatkan (arus balik
positif) atau mengurangi (arus balik negatif) pengaruh perubahan kekuatan iklim.
Sebagai contoh, ketika konsentrasi gas rumah kaca meningkat dan memanaskan iklim
bumi, salju dan es mulai meleleh. Pelelehan ini mengungkap permukaan air dan tanah
gelap yang ada di bawah salju dan es, dan permukaan gelap ini menyerap lebih banyak
panas matahari, menyebabkan lebih banyak pemanasan, yang menyebabkan lebih
banyak pelelehan, dan seterusnya, dalam siklus yang menguatkan sendiri. Mekanisme
arus balik ini, dikenal sebagai arus balik es-albedo yang menguatkan permulaan
pemanasan yang disebabkan oleh meningkatnya tingkat konsentrasi gas-gas rumah
kaca. Mendeteksi, memahami dan mengkuantifikasi arus balik iklim secara akurat telah
menjadi fokus penelitian utama oleh para ilmuwan dalam membongkar kerumitan sistim
iklim bumi. (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
2. APA HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN IKLIM DAN CUACA ?
Secara umum iklim didefinisikan sebagai rata-rata cuaca. Iklim, perubahan iklim dan
cuaca adalah tiga hal yang saling berhubungan. Dari hasil pengamatan, menunjukkan
bahwa telah terjadi perubahan pada cuaca dan perubahan statistiknya
mengidentifikasikan terjadinya perubahan iklim. Terdapat perbedaan yang penting pada
cuaca dan iklim yang saling berhubungan erat ini. Masalah antara cuaca dan iklim
muncul pada saat para peneliti ditanya kenapa mereka dapat memprediksi iklim 50
tahun yang akan datang tetapi mereka tidak dapat memprediksi cuaca beberapa
minggu dari sekarang. Sifat dasar cuaca yang kacau membuat cuaca tidak dapat
diprediksi lebih dari beberapa hari. Perubahan-perubahan iklim (misal: rata-rata cuaca
jangka panjang) mengakibatkan perubahan dalam komposisi atmosfer dan faktor yang
lainnya. Secara analogi, saat ini tidak mungkin bagi kita untuk memprediksi umur
seorang laki-laki yang akan mati, tetapi kita dapat mengatakan bahwa rata-rata usia
kematian laki-laki pada suatu negara industri adalah pada umur 75. Permasalahan
umum lainnya adalah pemikiran bahwa musim dingin ekstrim atau terdapatnya titik
pendinginan pada bola bumi merupakan bukti yang menolak terjadinya pemanasan
global. Selalu ada panas ekstrim dan dingin ekstrim, meskipun perubahan frekuensi
dan intensitasnya adalah sebagai bagian dari perubahan iklim. Tetapi ketika cuaca
global dirata-rata secara ruang dan waktu, ternyata bukti pemanasan bumi akan muncul
secara nyata dari data yang ada. Para ahli meteorologi berusaha keras untuk
mengamati, memahami, dan memprediksi perubahan perubahan sistim cuaca dari hari
ke hari. Dengan menggunakan konsep dasar fisika yang menentukan bagaimana
atmosfer bergerak, panas, dingin, hujan, salju, dan evaporasi air, Para ahli meteorologi
secara khusus dapat berhasil memprediksi cuaca beberapa hari ke depan. Faktor
utama yang membatasi prediksi cuaca lebih dari beberapa hari adalah sifat pokok
dinamika atmosfer. Di tahun 1960-an, seorang ahli meteorologi Edward Lorenz
menemukan bahwa perbedaan yang kecil pada kondisi inisiasi awal dapat
menyebabkan perbedaan hasil prakiraan beberapa waktu kemudian. Inilah yang
disebut dengan efek kupu-kupu (butterfly effect). Kupu-kupu mengepakkan sayapnya
(atau gambaran beberapa fenomena kecil) pada satu tempat, pada dasarnya, adalah
merubah pola cuaca berikutnya di tempat yang jauh. Inti dari efek ini adalah teori acak
(chaos), yaitu perubahan kecil pada parameter tertentu dapat menyebabkan secara
nyata acaknya sistim yang kompleks.
Contoh lainnya ditemukan pada perbedaan musim panas dan musim dingin. Variasi
perbedaan musim terjadi karena perbedaan pola geografis dari penerimaan energi dan
radiasi yang diserap dan radiasi yang dipancarkan kembali oleh bumi. Demikian juga,
proyeksi iklim yang akan datang dibentuk oleh perubahan-perubahan pokok dalam
energi panas di sistim bumi, khususnya peningkatan intensitas efek rumah kaca yang
menjebak energi panas di dekat permukaan bumi, ditentukan oleh jumlah kadar
karbondioksida dan gas rumah kaca lainnya di atmosfer.
Gambar 2. Skema komponen sistim iklim, proses dan interaksinya
Meskipun demikian, teori chaos tidak menyatakan ketiadaan urutan secara
keseluruhan. Sebagai contoh, perbedaan kondisi awal yang tajam dalam teori itu
mungkin merubah sistim badai pada suatu hari, tetapi rata-rata suhu dan hujan (iklim)
akan tetap sama untuk suatu wilayah dan dalam periode waktu tersebut. Masalah yang
signifikan dalam menghadapi prakiraan cuaca adalah kondisi awal periode prakiraan.
Hal ini dapat digunakan dalam memikirkan iklim dan hubungannya dengan kondisi latar
belakang cuaca. Lebih tepatnya, iklim dapat digambarkan sebagai keadaan yang perlu
memperhatikan seluruh kejadian di sistim bumi ini, termasuk atmosfer, daratan,
samudera, salju, es, dan segala sesuatu yang hidup (lihat Gambar 2) sebagai kondisi
global yang menentukan pola cuaca. Sebagai contoh adalah El Nio yang berpengaruh
pada cuaca di lepas pantai Peru. El Nio menentukan batas kemungkinan evolusi dari
random pola cuaca yang dapat terjadi. Sedangkan La Nia akan menentukan batas
lainnya.
Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi iklim, para peneliti menyatakan bahwa
aktivitas manusia adalah faktor utama yang bertanggung jawab pada pemanasan yang
terjadi selama 50 tahun terakhir. Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia
adalah hasil dari perubahan jumlah gas rumah kaca di atmosfer, dan juga disebabkan
oleh perubahan pada partikelpartikel kecil (aerosol) dan juga akibat perubahan tutupan
lahan. Dalam perubahan iklim, perubahan pada suatu parameter dapat berpengaruh
pada kejadian cuaca lainnya. Sebagai contoh: dengan meningkatnya suhu rata-rata
bumi, beberapa fenomena cuaca menjadi lebih sering dan intensif (misal: gelombang
panas, hujan lebat), sedangkan untuk yang lain, frekuensi dan intensitasnya berkurang
(kejadian ekstrim dingin). (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
3. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN EFEK RUMAH KACA ?
Matahari merupakan tenaga utama bagi sistim iklim di bumi. Pancaran energi pada
gelombang yang sangat pendek terutama pada panjang gelombang tampak atau dekat
tampak (contoh: ultraviolet) merupakan bagian dari spektrum matahari. Kira-kira 1/3
energi matahari yang mencapai puncak atmosfer bumi dipantulkan kembali ke angkasa,
2/3 nya diserap oleh permukaan dan sebagian kecil lainnya oleh atmosfer. Untuk
mengimbangi energi datang yang diserap, bumi memancarkan kembali energi dengan
jumlah yang sama ke luar angkasa. Karena bumi lebih dingin dari matahari, maka
radiasi bumi memiliki panjang gelombang yang lebih panjang, khususnya pada bagian
spektrum inframerah. (Gambar 3). Sebagian besar radiasi panas yang diemisikan oleh
daratan dan laut diserap oleh atmosfer (termasuk awan) dan di pantulkan kembali ke
bumi. Inilah yang disebut dengan efek rumah kaca. Dinding kaca pada rumah kaca
menurunkan aliran udara dan meningkatkan suhu udara di dalamnya. Secara analogi
(tetapi dengan proses fisika yang berbeda), efek rumah kaca bumi memanaskan
permukaan planet. Tanpa keberadaan efek rumah kaca, rata-rata suhu pada
permukaan bumi akan berada di bawah titik beku air. Dengan demikian, efek rumah
kaca bumi membuat kehidupan menjadi mungkin dan nyaman seperti yang kita ketahui
sekarang ini. Tetapi bagaimanapun, aktivitas manusia khususnya pembakaran bahan
bakar dan penebangan hutan menyebabkan efek rumah kaca tambahan sehingga
terjadi pemanasan global. Terdapat dua macam gas yang jumlahnya besar di atmosfer
yaitu nitrogen (terdiri dari 78% udara kering) dan oksigen (terdiri dari 21%), yang mana
hampir tidak menyebabkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi dikarenakan oleh
molekul-molekul yang lebih kompleks. Uap air merupakan gas rumah kaca yang paling
penting, dan karbondioksida (CO2) menempati urutan kedua. Metana, Nitrogen Oksida,
Ozon dan beberapa gas lain yang ada di atmosfer dalam jumlah kecil juga memiliki
kontribusi pada efek rumah kaca. Di wilayah ekuator yang lembab, dimana terdapat
banyak uap air di udara dan efek rumah kaca nyata terjadi, memberi sedikit tambahan
CO2 atau uap air tidak akan berdampak langsung pada penurunan radiasi infra merah.
Akan tetapi di wilayah kutub yang kering, pengaruh dari penambahan CO2 atau uap air
yang sedikit akan berdampak besar. Hal serupa berlaku pada saat, atmosfer atas kering
dan dingin dimana sedikit peningkatan jumlah uap air akan mempunyai pengaruh yang
besar pada efek rumah kaca dibandingkan perubahan yang sama pada jumlah uap air
di dekat permukaan. Pada akhirnya dampak pemanasan global akibat efek rumah kaca
akan lebih terasa di daerah dekat kutub.
Gambar 3. Efek Rumah Kaca
Beberapa komponen dari sistim iklim, khususnya laut dan makhluk hidup,
mempengaruhi konsentrasi gas-gas rumah kaca pada atmosfer. Contoh dasarnya
adalah tumbuhan yang mengambil CO2 dari udara dan mengubahnya (beserta air)
menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis. Pada era industri saat ini, aktivitas
manusia telah menambah gas rumah kaca di atmosfer, khusunya melalui pembakaran
bahan bakar dan penebangan hutan. Semakin bertambahnya gas rumah kaca seperti
CO2 ke atmosfer dapat meningkatkan efek rumah kaca sehingga terjadi pemanasan
pada iklim bumi ini. Jumlah pemanasannya tergantung pada mekanisme umpan balik
(feedback mechanism) yang jenisnya bermacam-macam. Sebagai contoh: atmosfer
menjadi panas dengan meningkatnya gas rumah kaca, konsentrasi uap airnya
meningkat, sehingga meningkatkan efek rumah kaca. Pemanasan menjadi lebih tinggi
disebabkan oleh peningkatan uap air pada siklus tersebut. Uap air memiliki pengaruh
yang cukup kuat yaitu sekitar dua kali peningkatan efek rumah kaca yang disebabkan
karena penambahan CO2.
Mekanisme umpan balik tambahan yang penting melibatkan peran dari awan. Awan
sangat efektif dalam menyerap radiasi inframerah yang meningkatkan efek rumah kaca
sehingga memanaskan bumi. Awan juga efektif dalam memantulkan kembali radiasi
matahari yang datang sehingga dapat mendinginkan bumi. Perubahan pada hampir
setiap aspek di awan, seperti jenisnya, lokasi, kandungan air, ketinggian awan, ukuran
dan bentuk partikel, atau umurnya, mempengaruhi tingkat kemampuan awan dalam
memanaskan atau mendinginkan atmosfer bumi. Beberapa perubahan memperkuat
pemanasan dan yang lainnya melemahkan. Banyak penelitan yang sedang berjalan
berupaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana awan
berubah sebagai respon terhadap pemanasan iklim dan bagaimana perubahan ini
berpengaruh pada iklim melalui mekanisme umpan balik yang bermacam-macam.
(Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
4. BAGAIMANA AKTIVITAS MANUSIA MENINGKATKAN PERUBAHAN IKLIM ?
Aktifitas manusia mempengaruhi perubahan iklim. Aktifitas manusia dapat merubah
jumlah gas-gas rumah kaca di atmosfer, aerosol (partikel-partikel kecil), dan
perawanan. Hal yang paling berpengaruh adalah pembakaran bahan bakar fosil yang
mengeluarkan gas karbondioksida ke udara. Gas rumah kaca dan aerosol
mempengaruhi iklim dengan merubah radiasi matahari yang masuk dan radiasi
inframerah (panas) yang keluar, ini merupakan bagian dari sistim keseimbangan energi
bumi. Perubahan gas dan partikel udara ini dapat menyebabkan pemanasan atau
pendinginan pada sistim iklim bumi. Sejak awal era industri (sekitar tahun 1750), hampir
sebagian besar pengaruh aktifitas manusia pada iklim menjadi penyebab pemanasan
global. Dampak yang disebabkan oleh manusia sejak era ini melebihi perubahan yang
disebabkan oleh proses alam, seperti matahari dan ledakan gunung api. Gas-gas
rumah kaca Aktifitas manusia menghasilkan empat macam gas rumah kaca yang utama
yaitu : Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Dinitrogen Oksida (N2O), dan Halocarbon
(kelompok gas yang mengadung Flour, Chlor, dan Brom). Gas-gas ini terakumulasi di
atmosfer sehingga konsentrasinya semakin meningkat dengan berjalannya waktu.
Peningkatan yang signifikan pada semua gas-gas ini terjadi pada era industri (Gambar
4).

Karbondioksida.

Peningkatan karbondioksida meningkat karena pembakaran bahan bakar fosil


yang digunakan dalam transportasi, pemanasan dan pendinginan ruangan serta
pabrik-pabrik. CO2 ini juga dapat disebabkan oleh pembakaran hutan serta proses
alam (misal: pembusukan tanaman)

Metana.

Jumlah metana yang meningkat akibat aktifitas manusia berhubungan dengan


pertanian dan distribusi gas alam. Metana juga dihasilkan oleh proses alam yang
terjadi, misalnya pada lahan basah (wetlands). Konsentrasi metana di atmosfer
tidak meningkat sekarang ini disebabkan karena rata-rata pertumbuhan menurun
selama akhir 2 dekade ini.

Dinitrogen oksida

Bahan dinitrogen oksida diemisikan oleh aktivitas manusia seperti pemakaian


pupuk dan pembakaran bahan bakar fosil. Proses alamiah di tanah dan lautan juga
menyumbang pelepasan N2O.

Halokarbon

Gas halocarbon meningkat khusunya disebabkan oleh aktifitas manusia, tetapi


proses alami juga merupakan salah satu sumbernya meskipun kecil.
Klorofluorokarbon (misal: CFC-11 dan CFC-12) termasuk ke dalam gas halocarbon
yang secara ekstensif kita gunakan sebagai alat refrigerator dan proses industri
sebelum keberadaannya di atmosfer ditemukan sebagai penyebab penipisan
lapisan ozon di stratosfer. Peraturan internasional mengatur agar pemakaian
klorofluorokarbon secara berlebihan dikurangi sebagai usaha melindungi lapisan
ozon.

Ozon.
Ozon adalah gas rumah kaca yang secara berkelanjutan dihasilkan dan
dihancurkan di atmosfer oleh reaksi kimia. Di lapisan troposfer, aktifitas manusia
menyebabkan ozon meningkat akibat gas-gas seperti karbonmonoksida,
hidrokarbon, dan nitrogen oksida yang secara kimia bereaksi menghasilkan ozon.
Seperti yang telah dikatakan seperti di atas, halocarbon dihasilkan akibat aktifitas
manusia. Hal ini dapat merusak lapisan ozon di stratosfer dan dapat menyebabkan
lubang ozon di atas antartika.

Uap air.

Uap air adalah gas rumah kaca yang paling berlimpah dan paling penting di
atmosfer. Pengaruh aktifitas manusia pada jumlah uap air di atmosfer secara
langsung tidak besar. Tetapi secara tidak langsung, manusia berpotensi
mempengaruhi uap air secara substansi dengan perubahan iklim yang terjadi.
Sebagai contoh, udara yang lebih panas mengandung uap air yang lebih banyak.
Aktifitas manusia juga berpengaruh terhadap uap air melalui emisi CH4, karena
CH4 juga mengalami penghancuran kimiawi di stratosfer, menghasilkan uap air
meski dalam jumlah yang kecil.

Aerosol.

Aerosol adalah partikel-partikel kecil yang ada di udara dengan ukuran,


konsentrasi, dan komposisi kimia yang bervariasi. Beberapa aerosol diemisikan
secara langsung ke udara saat yang lain terbentuk dari senyawa-senyawa yang
ter-emisi. Pembakaran bahan bakar fosil dan biomasa meningkatkan jumlah
aerosol yang mengandung senyawa sulfur, senyawa organik, dan karbon hitam
(soot). Aktifitas manusia seperti proses pertambangan dan industri meningkatkan
jumlah debu di udara. Aerosol alami seperti debu dihasilkan dari permukaan,
aerosol garam laut, emisi biogenis dari tanah dan laut serta sulfat dan debu hasil
dari ledakan gunung api.
FORCING RADIASI DARI FAKTOR AKIBAT PENGARUH AKTIFITAS MANUSIA
Partikel-partikel aerosol mempengaruhi kekuatan radiasi secara langsung melalui
refleksi dan absorbsi dari energi matahari dan radiasi sinar inframerah di atmosfer.
Beberapa aerosol menyebabkan kekuatan/energi positif dan beberapa lainnya
negatif. Aerosol juga menyebabkan kekuatan radiasi negatif secara tidak langsung
melalui perubahan yang terjadi pada awan.
Aktifitas manusia sejak era industri merubah alam ini, seperti perubahan tutupan
lahan, khusunya merubah lahan pertanian, padang rumput, dan hutan selain itu
juga merubah kondisi es dan salju. Secara keseluruhan, hampir semua energi
radiasi yang dipantulkan kembali oleh bumi menghasilkan efek yang negatif.
Gambar 4. Konsentrasi di atmosfer dari gas-gas rumah kaca berumur panjang selama
2000 tahun terakhir. Peningkatan sejak tahun 1750 disebabkan oleh kontribusi
aktivitasmanusia di era industri. Unit konsentrasi adalah satuan per juta (ppm) atau
satuan per milyar (ppb), yang menunjukkan jumlah molekul gas rumah kaca tiap per
juta atau per milyar molekul udara pada sampel udara. Pesawat terbang menghasilkan
kondensasi kejut linear secara terus menerus (contrail) di wilayah yang besuhu
rendah dan kelembaban tinggi. Contrail terbentuk dari awan cirrus yang memantulkan
radiasi matahari dan menyerap sinar inframerah. Contrail linear dari kegiatan-kegiatan
pesawat terbang meningkatkan keawanan bumi dan diperkirakan menyebabkan radiasi
forcing positif. Kekuatan radiasi yang dipengaruhi oleh aktifitas manusia dapat dilihat
pada Gambar 5. Nilai tersebut menggambarkan total kekuatan relatif pada awal era
industri (sekitar tahun 1750). Nilai kekuatan pada seluruh gas rumah kaca meningkat.
Hal ini disebabkan oleh aktifitas manusia. Setiap gas menyerap radiai sinar inframerah
yang keluar di udara. Di antara gas-gas rumah kaca yang lain, CO2 meningkat paling
tinggi pada periode ini. Peningkatan ozon yang terjadi di troposer juga menyebabkan
pemanasan, sedangkan penurunan jumlah ozon di stratosfer dapat menyebabkan
pendinginan.
RADIASI FORCING DARI PERUBAHAN ALAM
Kekuatan alam meningkat karena perubahan dan ledakan gunung api. Energi matahari
meningkat secara bertahap di era industri sehingga menyebabkan radiasi forcing positif
(Gambar 5). Ini merupakan penjumlahan pada perubahan siklus radiasi matahari yang
memiliki siklus ~11 tahunan. Energi matahari secara langsung memanaskan sistim iklim
dan juga mempengaruhi atmosfer (gas rumah kaca seperti ozon pada stratosfer).
Ledakan gunung api dapat menyebabkan kehidupan pendek (2-3 tahun) dari kekuatan
negatif melalui peningkatan sementara yang terjadi pada aerosol sulfat di stratosfer.
Stratosfer akhir-akhir ini bebas dari aerosol gunung api, sejak letusan besar terjadi pada
tahun 1991 (Mt. Pinatubo).

Gambar 5. Ringkasan komponen utama dari radiasi memaksa perubahan iklim. Semua
radiasi forcings hasil dari satu atau lebih faktor yang mempengaruhi iklim dan berkaitan
dengan kegiatan manusia atau proses alam seperti dijelaskan dalam teks. Nilai
mewakili forcings pada tahun 2005 relatif terhadap awal era industri (sekitar 1750).
Aktivitas manusia menyebabkan perubahan signifikan dalam gas berumur panjang,
ozon, uap air, albedo permukaan, aerosol dan contrails. Peningkatan hanya di alam
memaksa signifikansi apapun antara 1750 dan 2005 terjadi di radiasi matahari. Forcing
positif menyebabkan pemanasan sedangkan forcing iklim negatif menyebabkan
pendingin. Garis hitam tipis melekat pada setiap batang berwarna mewakili rentang
ketidakpastian untuk nilai masing-masing.
Pada atmosfer kita, radiative forcing aktivitas manusia jauh lebih berpengaruh pada
saat ini dan bagi perubahan iklim yang akan datang daripada memperkirakan radiating
forcing dari perubahan pada proses alam. (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan
Edvin Aldrian)
Apakah Kekuatan Radiasi (Radiative Forcing )itu?
Radiative Forcing adalah faktor yang dapat mempengaruhi perubahan iklim, seperti
gas-gas rumah kaca. Kekuatan radiasi mengukur keseimbangan energi antara sistim
bumi dan atmosfer yang dipengaruhi oleh faktor yang merubah iklim. Istilah radiasi
muncul karena faktor ini merubah antara energi radiasi matahari yang datang dan
radiasi infra merah yang keluar di atmosfer bumi. Kesetimbangan radiasi mengontrol
suhu di permukaan bumi. Tingkat kekuatan ini digunakan untuk mengindikasikan bahwa
keseimbangan radiasi bumi telah jauh dari kondisi normalnya
5. BAGAIMANA SUHU BUMI INI BERUBAH ?
Pengamatan alat selama 157 tahun menunjukkan bahwa suhu di permukaan meningkat
secara global, dengan variasi regional yang penting. Untuk rata-rata global, pemanasan
di abad yang lalu telah terjadi dalam dua fase, dari 1910-an hingga 140-an (0.35C) dan
yang lebih besar terjadi pada 1970-an hingga saat ini (0.55C). Tingkat peningkatan
pemanasan telah terjadi selama 25 terakhir. Tercatat bahwa, 11 dari 12 tahun panas
terjadinya pada 12 tahun terakhir. Di atas permukaan, pengamatan global sejak akhir
1950-an menunjukkan: troposfer (di atas 10 km) berada pada tingkat yang sedikit lebih
tinggi daripada permukaan. Disisi lain, stratosfer (10 30 km) mendingin sejak tahun
1979. Hal ini cocok dengan gambaran persamaan fisika dan sebagian besar hasil
pemodelan. Penegasan akan pemanasan global datang karena memanasnya lautan,
meningkatnya permukaan laut, mencairnya glasier, menipisnya es di Artik dan
berkurangnya salju yang menutupi kutub utara. Tidak ada termometer tunggal (single
thermometer) yang mengukur suhu global. Tetapi pengukuran menggunakan
termometer individu dilakukan tiap hari pada beberapa ribu stasiun di daratan
digabungkan dengan pengukuran yang dilakukan dari kapal yang bergerak di lautan,
menghasilkan estimasi rata-rata suhu global setiap bulan. Untuk memperoleh
perubahan yang konsisten, analisis utamanya adalah anomali yang sesungguhnya
(datang dari rata-rata klimatologi tiap tempat), hal ini lebih kuat daripada perubahan
pada data yang tersedia. Saat ini adalah mungkin menggunakan pengukuran dari tahun
1850 hingga sekarang meskipun cakupannya lebih sedikit dari pada saat setengah
kedua abad 19 secara global, tetapi jauh lebih baik setelah tahun 1957 saat
pengukuran dimulai di antartika dan yang terbaik adalah setelah 1980 saat pengukuran
dengan satelit dimulai.
Diperlihatkan dalam rata-rata global, suhu permukaan telah meningkat sekitar 0.74C
melebihi ratusan tahun yang lalu (antara 1906 dan 2005; lihat Gambar 6).
Bagaimanapun, pemanasan yang terjadi tidak tetap dan tidak sama di musim yang
berbeda atau di lokasi yang berbeda. Tidak ada perubahan secara keseluruhan yang
besar dari 1850 sampai sekitar 1915, selain dari atas hingga bawah tercampur dengan
variabilitas alami ada juga kemungkinan bahwa sebagian meningkat dari conto yang
sedikit. Peningkatan (0.35C) terjadi pada suhu rata-rata global dari 1910an hingga
1940an, diikuti dengan sedikit pendinginan (0.1C) dan kemudian pemanasan yang
cepat (0.55C) hingga akhir 2006 (Gambar 6). Tahun terpanas selama 1998 hingga
2005 (yang secara statistik tidak dapat dibedakan), dan 11 dari 12 tahun terpanas
terjadi pada 12 tahun terakhir (1995 sampai 2006). Pemanasan, khususnya tahun
1970an, secara umum lebih besar di atas daratan daripada di atas lautan. Secara
musiman, pemanasan sedikit lebih besar pada belahan bumi yang bermusim dingin.
Pemanasan tambahan terjadi pada kota-kota dan area urban tetapi dibatasi oleh luasan
spasial, dan dampaknya terjadi pada keduanya dengan meniadakan sebanyak mungin
tempat mempengaruhi dari data suhu global dan dengan meningkatkan kisaran
kesalahan (pita biru pada Gambar 6).
Gambar 6. (Atas) rata-rata global Tahunan diamati temperatures1 (titik hitam) bersama
dengan sederhana sesuai dengan data. Sumbu Tangan kiri menunjukkan anomali relatif
terhadap rata-rata 1961-1990 dan sumbu tangan kanan menunjukkan suhu aktual
estimasi (C). tren Linear cocok dengan (kuning) 25 terakhir, 50 (oranye), 100 (ungu)
dan 150 tahun (merah) yang ditampilkan, dan sesuai tahun 1981 sampai 2005, 1956-
2005, 1906 sampai 2005, dan 1856-2005, masing-masing . Perhatikan bahwa untuk
beberapa periode terakhir lebih pendek, lereng lebih besar, menunjukkan pemanasan
dipercepat. Kurva biru adalah penggambaran yang dihaluskan untuk menangkap variasi
decadal. Untuk memberikan gambaran tentang apakah fluktuasi yang bermakna,
decadal 5% sampai 95% (abu-abu terang) berkisar tentang kesalahan yang diberikan
garis (sesuai, nilai tahunan tidak melampaui batas). Hasil dari model iklim didorong oleh
radiasi forcings estimasi abad ke-20 menyatakan bahwa ada sedikit perubahan
sebelum menjadi sekitar 1915, dan bahwa sebagian besar perubahan awal abad ke-20
disumbangkan oleh pengaruh-pengaruh yang terjadi secara alami termasuk perubahan
radiasi matahari, gunung api dan variabilitas alami. Dari sekitar 1940-1970
meningkatnya industrialisasi setelah Perang Dunia II peningkatan polusi di belahan
bumi utara, berkontribusi terhadap pendinginan, dan peningkatan karbondioksida dan
gas rumah kaca mendominasi pemanasan diamati setelah pertengahan 1970-an.
(Bawah) Pola linear tren suhu global 1979-2005 diperkirakan permukaan (kiri), dan
untuk troposfer (kanan) dari permukaan hingga ketinggian sekitar 10 km, dari catatan
satelit. Daerah berwarna abu abu menunjukkan data yang tidak lengkap. Perhatikan
pemanasan lebih spasial seragam dalam rekaman satelit troposfer sementara
perubahan suhu permukaan lebih jelas berhubungan dengan tanah dan laut.
Sedikit wilayah lainnya telah dingin sejak 1901, khususnya bagian utara Atlantik Utara
dekat dengan Greenland bagian selatan. Pemanasan sejak saat itu menjadi sangat
kuat di atas benua Asia dan Amerika Utara bagian utara. Bagaimanapun, Wilayah
dengan variabiltas yang besar dari tahun ke tahun ini, tanda-tanda pemanasan dengan
jelas terjadi di sebagian lintang redah dan lintang sedang, khusunya lautran tropis. Di
bagian kiri bawah dari Gambar 1, yang menunjukkan trend suhu sejak tahun 1979, pola
pemanasan dan pendinginan wilayah di Lautan Pasifik berhubungan dengan El Nio.
Untuk pengamatan global sejak akhir 1950an, sebagian besar variasi dari kumpulan
data menunjukkan bahwa troposfer telah memanas pada tingkat yang sedikit lebih
besar daripada permukaan, di saat stratosfer telah mendingin secara nyata sejak tahun
1979. Hal ini sesuai dengan perkiraan persamaan fisika dan sebagian besar hasil
pemodelan yang mendemonstasikan tentang peningkatan gas rumah kaca di troposfer
memanas dan stratosfer mendingin, penipisan ozon juga berkontribusi pada
pendinginan stratosfer.
Analisa perubahan jangka panjang pada suhu ekstrim harian akhir-kahir ini jadi
memungkinkan untuk beberapa wilayah di dunia (bagian dari Amerika Utara dan bagian
selatan Amerika Selatan, Eropa, Asia bagian timur dan utara, Afrika bagian selatan dan
Australia. Khususnya sejak tahun 1950an, pencatatan menunjukkan penurunan pada
sejumlah malam dan hari-hari yang sangat dingin serta peningkatan pada sejumlah
malam hangat dan hari panas (lihat FAQ 3.3). Panjang musim yang bebas beku (frost-
free season) telah meningkat pada sebagian besar wilayah lintang tinggi dan lintang
tengah di kedua belahan bumi. Di belahan bumi bagian utara, sebagian besar
menunjukkan musim semi yang mulainya lebih awal. Sebagai tambahan atas apa yang
telah dijelaskan oleh data permukaan di atas, pengukuran suhu di atas permukaan
dibuat oleh balon cuaca sejak 1958, dan dari data satelit sejak 1979. Data satelit
Gelombang mikro telah digunakan untuk menciptakan catatan suhu satelit untuk
lapisan atmosfer yang tebal termasuk troposfer (sekitar 10 30 km). Beberapa analisa
baru dengan kalibrasi silang telah dikembangkan dari 13 instrumen pengamatan pada
satelit yang berbeda digunakan sejak 1979 dan kompensasi untuk merubah pada waktu
pengamatan serta ketinggian satelit.
Konsisten dengan peningkatan pengamatan di permukaan, terjadi penurunan pada
panjang sungai dan musim danau es. Selanjutnya, di seluruh dunia hampir terjadi
penurunan dan penghilangan massa glasier di abad 20. Mencairnya es Greenland
akhir-akhir ini menjadi nyata; selimut salju menurun di wilayah-wilayah belahan bumi
bagian utara; ketebalan laut es di artik pada setiap musim, yang lebih dramatisnya, di
musim panas dan musim semilautan memanas dan tinggi permukaan laut meningkat
menyebabkan ekspansi pemanasan pada lautan serta mencairnya es daratan.
(Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
6. BAGAIMANAKAH PERUBAHAN HUJAN ATAU CURAH HUJAN ITU ?
Pengamatan menunjukkan bahwa perubahan terjadi pada sejumlah intensitas,
frekuensi, dan tipe curah hujan. Aspek-aspek curah hujan ini secara umum disebabkan
oleh variabilitas alam, El Nio, dan perubahan pada pola sirkulasi atmosfer (seperti
pengaruh osilasi atlantik utara). Trend hujan tahun 1900 sampai 2005 telah diamati di
sejumlah tempat, secara signifikan di Amerika Utara dan Selatan bagian timur, Eropa
bagian utara, dan Asia Tengah menjadi lebih basah, sedangkan Sahel, Afrika bagian
selatan, Asia bagian selatan dan Mediterania menjadi lebih kering. Hujan yang turun
saat ini lebih menjadi hujan daripada salju di wilayah bagian utara. Peningkatan
kejadian hujan lebat telah diamati, meskipun di tempat yang jumlah totalnya menurun.
Perubahan ini diasosiasikan dengan peningkatan uap air di atmosfer yang meningkat di
lautan, khusunya di lintang rendah. Ada juga peningkatan kejadian kekeringanan dan
banjir di beberapa wilayah. Hujan adalah bentuk umum dari hujan, salju, dan bentuk
beku lainnya ataupun liquid yang jatuh dari awan. Karakter hujan saat terjadi sangat
bergantung pada suhu dan situasi cuaca, kemudian ditentukan oleh suplai kelembaban
melalui angin dan penguapan permukaan serta bagaimana tercampurnya bersama
badai. Bentuk curah hujan sebagai bentuk kondensasi uap air, biasanya pada kenaikan
udara yang mengembang dan disebabkan oleh pendinginan. Gerakan ke atas muncul
dari udara yang naik di atas pegunungan. Udara hangat bergerak di atas udara yang
lebih dingin (front panas) udara yang lebih dingin mendorong udara yang lebih hangat
ke bawah (front dingin), konveksi dari pemanasan lokal di permukaan, cuaca lain dan
system awan. Oleh karena itu, perubahan pada setiap aspek ini mempengaruhi hujan.
Pemetaan hujan cenderung turun naik, trend secara keseluruhan pada hujan dapat
dihitung oleh PDSI (Palmer Drougth Precipitation Index). Lihat Gambar 7 yang
mengukur kelembaban tanah menggunakan hujan dan estimasi secara kasar dari
perubahan pada hujan.
Konsekwensi dari peningkatan pemanasan oleh pengaruh manusia yang meningkatkan
efek rumah kaca adalah meningkatnya evaporasi dan menyediakan kelembaban
permukaan yang cukup. Oleh karena itu, kelembaban permukaan secara efektif
berfungsi sebagai air conditioner, Panas digunakan untuk evaporasi yang
melembabkan udara daripada menghangatkannya. Sebuah hasil pengamatan
menunjukkan bahwa musim panas sering cenderung tidak hangat dan kering atau
dingin dan basah. Di wilayah Amerika Utara dan Selatan bagian timur yang lebih basah
(lihat Gambar 7), suhu sedikit lebih meningkat daripada wilayah lainnya (lihat Gambar 8
untuk perubahan jumlah hari hangat). Di benua bagian utara pada saat musim dingin,
bagaimanapun hujan lebih banyak dihubungkan dengan suhu yang lebih tinggi, sebagai
kapasitas daya ikat air (Water Holding Capacity) dari peningkatan atmosfer di kondisi
yang lebih panas. Bagaimanapun, di wilayah ini dimana hujan umum sedikit meningkat,
peningkatan suhu (FAQ 3.1) telah meningkatkan kekeringan. Perubahan iklim
mempengaruhi secara langsung perubahan jumlah, intensitas, frekuensi dan tipe hujan.
Pemanasan mempercepat keringnya permukaan daratan dan meningkatkan potensi
parahnya kekeringan yang telah diamati di beberapa tempat di dunia (Gambar 8).
Hukum fisika (hubungan Clapyron Clausius menyatakan bahwa kapasitas daya ikat
air di atmosfer meningkat sekitar 7% setiap peningkatan 1C di atmosfer. Pengamatan
kelembaban relative tidak selalu menunjukkan bahwa nilai yang selalu sama, dari
permukaan hingga troposfer, sebab itu, meningkatnya suhu akan terjadi bila uap air
meningkat. Di abad 20, berdasarkan perubahan di suhu permukaan laut, diperkirakan
bahwa uap air meningkat sekitar 5% di atas lautan hal ini meningkatkan intensitas
hujan, resiko hujan lebat, dan salju. Teori dasar, simulasi model iklim dan semua
kejadian empiris menyatakan bahwa iklim yang lebih panas meningkatkan uap air,
menyebabkan kejadian hujan yang lebih intensif dimana total hujan tahunan menurun,
dan dengan prospek untuk setiap kejadian yang lebih kuat saat jumlah hujan secara
keseluruhan meningkat. Iklim yang memanas meningkatkan resiko kekeringan dimana
tidak terjadi hujandan banjir disaat dan tempat yang berbeda. Secara langsung,
musim panas 2002 di Eropa meningkatkan kejadian banjir tetapi diikuti dengan
gelombang panas dan kering pada tahun 2003. Distribusi dan waktu kejadian banjir
serta kekeringan sebagian besar disebabkan oleh siklus, khususnya di wilayah tropis
dan lintang tengah ngara-negara lingkar pasifik (pasifik rim-countries) Di wilayah
dimana polusi aerosol menutupi tanah dari sinar matahari secara langsung,
menurunkan evaporasi dalam menurunkan suplai kelembaban ke atmosfer. Oleh sebab
itu, meskipun potensi hujan meningkat disebabkan oleh meningkatnya uap air, durasi
dan frekuensi kejadian-kejadiannya mungkin berkurang. Perubahan lokal dan regional
pada karakter hujan juga tergantung dari pola sirkulasi atmosfer yang dinyatakan
dengan El Nio dan osilasi samudera Atlantik utara (the North Atlantik Oscillation, NAO,
yang mengukur kekuatan angin barat di atas Atlantik Selatan pada musim hujan) dan
juga pola variabilitas. Beberapa pengamatan perubahan sirkulasi dihubungkan dengan
perubahan iklim. Perubahan suatu hubungan di suatu jalur badai membuat beberapa
wilayah jadi lebih basah dan beberapa lainnya lebih kering, membuat pola perubahan
manjadi rumit. Di wilayah Eropa pada tahun 1990an lebih banyak terjadi NAO positif
membuat kondisi di Eropa bagian utara lebih basah dan di Mediterania serta Afrika
bagian utara menjadi lebih kurang (Gambar 8). Kekeringan di Sahel benua Afrika
bagian barat (Gambar 8) terus berlangsung meskipun tidak sekuat sebelumnya; hal
tersebut telah dihubungkan dengan perubahan sirkulasi atmosfer untuk merubah pola
suhu permukaan laut tropis di samudera Pasifik, Hindia dan badan air Atlantik.
Kekeringan semakin meluas di Afrika dan juga menjadi hal biasa di daerah tropis dan
subtropis.
Sebagai kenaikan suhu, hujan jatuh sebagai hujan daripada peningkatan salju
khususnya di musim gugur dan musim semi pada awal dan akhir musim salju, dan di
wilayah dimana suhunya mendekati beku. Perubahan diamati di beberapa tempat,
khususnya di daratan lintang tinggi dan lintang sedang dari belahan bumi utara,
menyebabkan peningkatan hujan tetapi menurunkan tumpukan salju (snowpack) dan
tetap mengurangi sumber air di musim panas, saat mereka sangat membutuhkan. Pola
perubahan ini sangat kompleks, pencatatan jangka panjang menegaskan bahwa pola
hujan bervariasi dari tahun ke tahun dan memperpanjang kekeringan multi tahunan
yang selalu di perjelas oleh tahun hujan lebat; seperti El Nio, contohnya adalah hujan
tahun 2004 2005 di USA bagian barat daya diikuti dengan 6 tahun kekeringan dan
tumpukan salju di bawah normal.
Pola spasial terpenting (atas) PDSI (Palmer Drought Severity Index) bulanan untuk
tahun 1900 hingga tahun 2002. PDSI adalah indeks kekeringan serta pengukuran nilai
defisit kumulatif (kondisi relative hingga rata-rata lokal) yang terkenal dalam
kelembaban permukaan daratan dihubungkan dengan hujan sebelumnya dan
mengestimasi kelembaban dari sistim atmosfer (berdasarkan suhu atmosfer) hingga
sistem perhitungan hidrologi. Panel bawah menunjukkan bagaimana sinyal dan
kekuatan pola tersebut telah berubah sejak tahun 1900. Wilayah berwarna merah
hingga jingga adalah wilayah yang kering (lebih basah) dari rata-rata dan wilayah
berwarna biru atau hijau adalah lebih basah (lebih kering) dari rata-rata saat nilai yang
ditunjukkan pada plot yang lebih rendah adalah positif (negative). Kurva halus berwarna
hitam menunjukkan variasi dekadal (10 tahunan). Time series berhubungan dengan
trend, pola ini dan variasinya mencatat 67% trend PDSI linier dari tahun 1900 hingga
tahun 2002 di atas wilayah daratan global. Olah karena itu peningkatan cirri-ciri
kekeringan Afrika berkembang, khususnya di Sahel. Perhatikan juga area yang lebih
basah, khususnya Amerika Utara dan Selatan bagian timur serta Eurasia bagian utara.
Diadaptasi dari Dai et al. (2004b) (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
7. APAKAH TELAH TERJADI PERUBAHAN PADA KEJADIAN EKSTRIM SEPERTI
GELOMBANG PANAS, KEKERINGAN, BANJIR, DAN TOPAN ?
Sejak 1950an, sejumlah gelombang panas telah meningkat dan menyebar di sejumlah
malam yang panas (warm nights). Perluasan wilayah dipengaruhi oleh kekeringan yang
meningkat akibat curah hujan di daratan yang menurun sementara penguapan terus
meningkat akibat kondisi yang menghangat. Secara umum, sejumlah kejadian hujan
harian yang besar menyebabkan peningkatan banjir, tetapi tidak di setiap tempat. Badai
tropis dan frekuensi topan bermacam-macam dari tahun ke tahun, tetapi fakta-fakta
menunjukkan adanya peningkatan intensitas dan durasi sejak 1970an. Di ekstratropis,
variasi jejak dan intensitas badai merefleksikan variasi pada sirkulasi atmosfer, seperti
Atlantik Utara. Di beberapa wilayah di dunia, telah ditemukan indikasi perubahan pada
tipe variasi kejadian iklim ekstrim. Kejadian ekstrim biasanya bernilai lebih dari 1,5 atau
10% dari waktu (saat ektrim) atau 90,95 dan 99% dari waktu (saat kejadian ekstrim
lainnya). Pada malam hangat atau hari panas (akan didiskusikan di bawah) melebihi
persentil ke 90 dari suhu, saat malam dingin atau hari-hari jatuh di bawah persentil ke
10. Hujan yang besar didefinisikan sebagai jumlah harian yang lebih besar dari presentil
ke 95 (atau untuk sangat ekstrim very heavy, persentil ke 99). Pada 50 tahun
terakhir wilayah contoh, terjadi penurunan signifikan pada kejadian tahunan malam
dingin dan peningkatan malam panas (Gambar 8). Penurunan kejadian hari dingin dan
peningkatan hari panas meluas. Distribusi suhu minimum dan maksimum tidak hanya
bergeser ke nilai yang lebih tinggi, sesuai dengan pemanasan, tetapi ekstrim dingin
memanas melebihi ekstrim panas pada 50 tahun terakhir. Secara tidak langsung,
hampir sebagian besar ekstrim panas meningkatkan gelombang panas. Indikasi lain
yang mendukung adalah hasil pengamatan yang menyatakan adanya kecenderungan
lebih sedikitnya jumlah hari bersalju (frost day) dihubungkan dengan rata-rata
pemanasan di sebagian besar lintang tengah. Indikasi yang jelas dari perubahan
ekstrim adalah bukti pengamatan meningkatnya kejadian hujan besar di lintang tengah
selama 50 tahun terakhir, meskipun di tempat yang rata-rata hujannya tidak meningkat.
untuk kejadian hujan yang sangat besar, peningkatan tren dilaporkan sangat baik, tetapi
hasilnya ada untuk sebagian kecil wilayah.
Gambar 8. Diamati tren (hari per decade) untuk tahun 1951 hingga tahun 2003. Pada
frekuensi suhu ekstrim, ditetapkan berdasarkan nilai tahun 1961 hingga 1990, sebagai
peta untuk persentil ke 10 : (a) malam yang dingin (b) hari yang dingin, dan persentil ke
90 (c) malam yang hangat (d) hari yang hangat. Trend dihitung hanya untuk grid yang
memiliki sekurang-kurangnya 40 tahun data selama periode tersebut serta memiliki
data setidaknya hingga tahun 1999. Garis hitam menunjukkan wilayah dimana tren-nya
signifikan pada level 5%. Di bawah setiap peta merupakan time series tahunan secara
global serta anomaly-anomali ( dari tahun 1961 hingga 1990). Garis merah
menunjukkan variasi dekadal (10 tahunan). Tren signifikan berada pada tingkat 5%
untuk semua indikasi global yang ditunjukkan. Disadur dari Alexandar et al (2006).
Kekeringan lebih mudah diukur karena durasinya yang panjang dimana banyak indikasi
dan system metric dari kekeringan, banyak penelitian yang menggunakan total hujan
bulanan dan rata-rata suhu dikombinasikan ke pengukuran yang disebut Palmer
Drought Severity Index (PDSI). PDSI dihitung sejak pertengahan abad 20 menunjukkan
besarnya kecenderungan kekeringan di belahan bumi bagian utara sejak pertengahan
1950an, dengan meluasnya kekeringan di Eurasia bagian selatan, Afrika bagian utara,
Kanada, dan Alaska (Gambar 7) dan trend yang berlawanan di Amerika Selatan dan
Utara bagian timur. Di Belahan bumi selatan, permukaan basah tahun 1970an dan
relative kering pada tahun 1960an dan 1990an, dan ada kecenderungan kekeringan
dari tahun 1974 hingga 1998. Durasi terekam yang lebih panjang di Eropa untuk
keseluruhan abad 20 mengindikasikan beberapa trend yang signifikan. Penurunan
hujan di daratan sejak 1950an nampaknya adalah penyebab utama
kecenderungan/tren kekeringan meskipun pemanasan permukaan sangat luas selama
2 atau 3 dekade terakhir juga sepertinya punya andil dalam penyebab kekeringan. Satu
penelitian menunjukkan bahwa wilayah daratan yang sangat kering melintasi muka
bumi (didefinisikan sebagai area dengan PDSI kurang dari -3.0) panjangnya dua kali
lipat lebih sejak tahun 1970, berhubungan dengan awal penurunan hujan di daratan
yang memiliki korelasi dengan El Nio Southern Oscillation dan dengan penurunan
hujan yang berikutnya sehingga terjadi pemanasan permukaan. Perubahan frekuensi
serta intensitas badai tropis dan topan tertutupi oleh variabilitas alami yang besar. The
El Nio Southern Oscillation sangat mempengaruhi lokasi dan aktifitas badai tropis di
seluruh dunia. Secara global, memperkirakan potensi kerusakan oleh badai
menunjukkan peningkatan tren sejak pertengahan 1970an, dengan tren durasi badai
yang lebih panjang dan intensitas badai yang lebih besar, dan aktifitasnya sangat
berkorelasi dengan suhu permukaan laut tropis. Hubungan ini dikuatkan dengan
penemuan peningkatan yang besar di sejumlah dan bagian dari kekuatan topan secara
umum sejak 1970 meskipun total jumlah siklon dan hari siklon menurun di sebagian
besar badan air dunia. Secara spesifik, topan kategori nomor 4 dan 5 meningkat sekitar
75% sejak 1970. Peningkatan terbesar di Pasifik Utara, Indian, dan Laut Pasifik
tenggara. Bagaimanapun, sejumlah topan di Atlantik Utara telah berada di atas normal
pada 9 dari 11 tahun terakhir. Berdasarkan pengukuran yang bervariasi pada
permukaan dan troposfer atas, nampaknya telah terjadi pergeseran menuju arah kutub
(poleward) seperti aktivitas lintasan badai Belahan Bumi Utara pada saat musim hujan
pada paruh kedua abad ke 20. Perubahan ini adalah bagian dari variasi yang telah
terjadi berhubungan dengan Osilasi Atlantik Utara. Pengamatan dari 1979 ke
pertengahan 1990an menyatakan kecenderungan lebih besar dari Desember hingga
Februari sirkulasi atmosfer barat melewati troposfer dan stratosfer bawah, bersamaan
dengan pergeseran menuju arah kutub (poleward displacement) dari jetsream dan
peningkatan aktivitas lintasan badai. Bukti pengamatan untuk perubahan dalam
parahnya fenomena cuaca skala kecil (seperti tornado, hujan es, dan hujan angin)
sebagian besar adalah lokal dan terlalu menyebar untuk digambarkan dan disimpulkan
secara umum; peningkatan di beberapa wilayah bertambah karena kewaspadaan publik
yang meningkat dan bertambahnya usaha dalam mengumpulkan laporan-laporan
fenomena ini. (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
8. APAKAH JUMLAH SALJU DAN ES DI BUMI MENURUN ?
Ya. Pengamatan menunjukkan terjadi penurunan skala global dari salju dan es dalam
beberapa tahun, khususnya sejak tahun 1980 serta peningkatan selama dekade
terakhir, meskipun ada pertumbuhan di beberapa tempat dan sedikit perubahan lainnya
(Gambar 1). Sebagian besar gunung es (glasier) semakin mengecil. Penutupan salju
menurun lebih awal pada musim semi. Laut es di Artik menurun sepanjang musim, yang
paling dramatis adalah di musim panas. Pengurangan dilaporkan dalam lapisan salju
permanen (permafrost), danau es, sungai, tanah beku secara musiman. Wilayah pantai
yang penting dari es di Greenland dan Antartika bagian barat, serta glasier Peninsula
Antartika, menipis dan menyebabkan permukaan laut meningkat. Kontribusi total dari
glasier, balutan es, dan mencairnya air ke laut diperkirakan 1.2+0.4 mm/tahun dari
periode 1993 hingga 2003. Pengukuran dari satelit terus menerus menangkap sebagian
besar selimut salju musiman di atas daratan bumi, menyatakan bahwa selimut salju
musim semi belahan bumi utara menurun sekitar 2% per dekade sejak 1966, meskipun
ada sedikit perubahan pada musim gugur atau awal musim hujan. Di banyak tempat,
berkurangnya musim semi telah terjadi meskipun hujan meningkat. Data satelit belum
boleh diandalkan pada pengukuran kondisi es di danau dan sungai-sungai, atau secara
musiman atau pembekuan tanah secara permanen. Bagaimanapun, berbagai laporan
lokal dan regional telah diterbitkan dan secara umum nampak indikasi pemanasan
lapisan salju permanen (permafrost), peningkatan pencairan lapisan di atas permafrost
pada musim panas, penurunan ketebalan beku di musim hujan dalam area pembekuan
musiman pada durasi sungai dan danau es musiman. Sejak 1978, data satelit
menyediakan pengamatan secara kontinyu dari luas laut es di kedua wilayah kutub.
Untuk Artik, rata-rata tahunan luas laut es telah menurun 2.7 0.6% per dekade. Saat
luas laut es musim panas telah menurun 7.1 2.4% per decade. Luas laut es antartika
menunjukkan tidak ada trend yang signifikan. Terdapat data ketebalan, khususnya dari
dasar laut tetapi terbatas untuk wilayah artik tengah, dimana mereka mengindikasikan
penipisan kira-kira 40% di antara periode 1958 sampai 1977 dan tahun 1990an. Hal ini
nampaknya di luar perkiraan dari penipisan di seluruh wilayah artik.
Sebagian besar gunung glasier dan balutan es telah berkurang, kemungkinan mulai
menurun di tahun 1850. Meskipun banyak tutupan es (glasier) Belahan Bumi Utara
memiliki beberapa tahun yang mendekati keseimbangan sekitar 1970, ini diikuti dengan
peningkatan penyusutan. Mencairnya glasier dan es menyumbang 0.70.22 mm/tahun
kepada peningkatan permukaan air laut antara 1991 dan 2001.
Gambar 9. Anomali dari time series (penyimpangan dari rerata jangka panjang) dari
suhu permukaan di kutub (A, G), luasan tutupan es artik dan antartika (B, F), wilayah
beku di bumi belahan utara (C), tutupan salju bumi belahan utara (D) dan
kesetimbangan glasier global (E). Kurva tebal merah di E menunjukkan kesetimbangan
masa glasier; dan panel satunya menunjukkan variasi sepuluh tahunan.
Secara bersamaan, es Greenland dan Antartika menipis, Greenland menyumbang
0.20.1 mm/tahun dan Antartika menyumbang 0.20.35 mm/tahun kepada peningkatan
permukaan laut periode 1993 sampai 2003. Hal itu adalah bukti laju kehilangan pesat
hingga tahun 2005. Penebalan wilayah dingin lintang tinggi Greenland dan Antartika
Timur yang mungkin disebabkan dari peningkatan salju, telah melebihi keseimbangan
dengan penipisan pada wilayah pantai Greenland dan Antartika Barat dalam responnya
pada peningkatan aliran es keluar dan peningkatan pencairan permukaan Greenland.
Interaksi air dengan iklim sekitarnya memiliki cara yang rumit. Jadi, penyebab secara
spesifiknya tidak selalu jelas. Meskipun begitu, tidak dapat dihindari bahwa suhu lokal
berada di atas titik beku. Berkurangnya penutupan salju di pegunungan glasier terjadi
meskipun salju meningkat dalam beberapa kasus, diperumit dengan peningkatan suhu
udara. Dapat dikatakan, meskipun penutupan suhu berubah mempengaruhi
pembekuan tanah, danau, dan es sungai, ini nampaknya tidak cukup menjelaskan
perubahan pengamatan, dinyatakan bahwa peningkatan suhu udara lokal sangat
penting. Pengamatan reduksi laut es artik dapat disimulasikan dengan baik oleh model
yang di jalankan oleh sirkulasi historis serta perubahan suhu. Pengamatan peningkatan
suhu salju dan es di beberapa wilayah pusat dingin, pencairan permukaan di wilayah
pantai dan pencairan lapisan bawah es (sub-es) sepanjang pantai konsisten dengan
pemanasan. Meluasnya perubahan alami salju dan es secara geografi yang dinyatakan
sebagai peluasan pemanasan adalah penyebab hilangnya es di bumi. (Diterjemahkan
oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
9. APAKAH PERMUKAAN AIR LAUT MENINGKAT ?
Ya, ada bukti kuat bahwa permukaan air laut global meningkat secara bertahap pada
abad ke-20 dan saat ini sedang meningkat pada laju peningkatan yang terus naik,
setelah sedikit perubahan pada periode antara 0 dan 1900 sesudah masehi.
Permukaan air laut diproyeksikan akan lebih meningkat pada laju yang lebih besar lagi
pada abad ini. Dua penyebab utama peningkatan permukaan air laut adalah ekspansi
termal lautan (air berekspansi ketika hangat akibat pemanasan global) dan pencairan
lapisan es yang menambah volume air laut.
Permukaan air laut global meningkat sekitar 120 m selama beberapa milenium lalu
yang diikuti berakhirnya zaman es terakhir (kira-kira 21.000 tahun lalu), dan stabil
antara 3000 dan 2000 tahun lalu. Indikator permukaan air laut menyarankan bahwa
permukaan air laut global tidak berubah secara signifikan sejak itu sampai akhir abad
ke 19. Pencatatan perubahan permukaan air laut dengan instrumen modern
menunjukkan bukti permulaan kenaikan permukaan air laut selama abad ke-19.
Perhitungan untuk abad ke 20 menunjukkan rata-rata permukaan air laut global
meningkat pada tingkat sekitar 1.7 mm/tahun. Pengamatan satelit yang tersedia sejak
awal 1990an menyediakan data permukaan air laut yang lebih akurat dengan cakupan
hampir global. Data satelit altimetri 10 tahunan ini menunjukkan bahwa sejak 1993,
permukaan air laut telah meningkat pada laju sekitar 3 mm/tahun, jauh lebih tinggi
daripada rata-rata selama setengah abad sebelumnya. Pengukuran hidrografi
ketinggian muka laut di pantai mengkonfirmasi pengamatan ini, dan menunjukkan
bahwa tingkat yang sama telah terjadi pada beberapa dekade sebelumnya. Sama
dengan model iklim, data satelit dan observasi hidrografi menunjukkan bahwa
permukaan air laut tidak meningkat secara seragam di seluruh dunia. Di beberapa
daerah, tingkatnya mencapai beberapa kali peningkatan permukaan rata-rata global,
sementara di daerah lain justru permukaan air laut turun. Variasi spasial substansial
pada tingkat perubahan permukaan air laut juga didapat dari pengamatan hidrografi.
Variabilitas spasial tingkat kenaikan permukaan air laut kebanyakan akibat perubahan
yang tidak seragam pada suhu dan salinitas dan berkaitan dengan perubahan pada
sirkulasi lautan.
Data suhu lautan cakupan global pada tahun-tahun sekarang memungkinkan
perhitungan langsung ekspansi termal. Dipercaya bahwa pada rata-rata, selama
periode dari 1961 sampai 2003, ekspansi termal menyumbang sekitar sepertiga
kenaikan permukaan laut yang diamati, sementara melelehnya es di kutub dilaporkan
kurang dari setengah. Karena itu, besarnya kenaikan permukaan laut yang diamati
selama periode tersebut tidak dengan memuaskan dijelaskan oleh data set tersebut,
seperti yang dilaporkan pada IPCC Third Asessment Report pada tahun 2001.
Selama tahun-tahun sekarang (1993-2003), dimana sistim pengamatan jauh lebih baik,
ekspansi termal dan pelelehan es daratan masing-masing dilaporkan sekitar setengah
dari kenaikan permukaan air laut, meskipun ada beberapa ketidakpastian dalam
perhitungannya. Pemahaman bersama yang layak pada tahun-tahun saat ini antara
tingkat kenaikan permukaan air laut yang diamati dan jumlah ekspansi termal dan
kehilangan es daratan menyarankan sebuah batas atas untuk besarnya perubahan
pada penyimpanan air daratan, yang kurang diketahui dengan baik. Model
menyarankan tidak ada kecenderungan dalam penyimpanan air daratan akibat
perubahan yang dipicu oleh iklim tapi ada fluktuasi antar tahunan dan dekadal yang
besar. Bagaimanapun juga, untuk periode 1993 sampai 2003 ketidaksesuaian proses-
proses kecil antara kenaikan permukaan air laut yang diamati dan jumlah kontribusi
yang diketahui mungkin akibat tidak terukurnya proses-proses yang dipengaruhi
manusia (contoh, ekstrasi air tanah, tampungan reservoir, pengeringan lahan basah,
dan penggundulan hutan). Gambar 10 menunjukkan evolusi rata-rata permukaan air
laut global di masa lampau dan seperti diproyeksikan untuk abad ke-20 untuk SRES
skenario A1B.
Gambar 10. Time series rata-rata kenaikan permukaan air laut global (penyimpangan
dari rata-rata 1980 1999) di masa lampau dan seperti yang diproyeksikan untuk masa
depan. Untuk periode sebelum 1870, pengukuran global permukaan air laut tidak
tersedia. Bayang-bayang abu-abu menunjukkan ketidakpastian dalam tingkat
perubahan perubahan permukaan air laut jangka panjang yang dihitung. Garis merah
adalah rekonstruksi rata-rata permukaan air laut global dari pengamatan pasang surut,
dan bayang-bayang merah menandakan selang variasi dari sebuah kurva halus. Garis
hijau menunjukkan rata-rata permukaan air laut global yang diamati dari data satelit
altimetri. Bayang-bayang biru mewakili selang proyeksi model untuk skenario SRES
A1B untuk abad ke-21, relatif pada rata-rata 1980 ke 1999, dan telah dihitung secara
independen dari pengamatan. Di luar 2100, proyeksinya sangat bergantung pada
skenario emisi. Selama beberapa abad atau millennium, permukaan air laut dapat
meningkat sampai beberapa meter.
Permukaan air laut global diproyeksikan meningkat selama abad ke-21 pada tingkat
yang lebih tinggi daripada selama 1961 sampai 2003. Di bawah IPCC Special Report
on Emission Scenarios (SRES) A1B scenario pada pertengahan 2090an, sebagai
contoh, permukaan air laut global mencapai 0.22 sampai 0.44 m di atas tingkat 1990,
dan sedang meningkat sekitar 4 mm/tahun. Seperti di masa lampau, perubahan
permukaan air laut di masa depan tidak akan seragam secara geografis, dengan
perubahan permukaan laut regional bervariasi sekitar 0.15 m dari rata-rata proyeksi
model tipikal. Ekspansi termal diproyeksikan menyumbang lebih dari setengah rata-rata
kenaikan, tetapi es daratan akan kehilangan massa dengan cepat seiring dengan
berjalannya abad. Sebuah ketidakpastian penting berhubungan dengan apakah
mengalirnya es dari lelehan lempengan lapisan es akan terus meningkat sebagai
konsekuensi arus es yang dipercepat, seperti yang sudah diamati pada tahun-tahun
sekarang. Ini akan menambah jumlah kenaikan permukaan air laut, tetapi proyeksi
kuantitatif tentang berapa banyak pertambahannya tidak bisa dibuat dengan yakin,
karena terbatasnya pemahaman akan proses-proses yang relevan. (Diterjemahkan oleh
Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
10. APA YANG MENYEBABKAN ZAMAN ES DAN PERUBAHAN IKLIM PENTING
LAIN SEBELUM ZAMAN INDUSTRI ?
Iklim pada bumi telah berubah pada semua skala waktu, termasuk lama sebelum
aktivitas manusia berperan. Kemajuan besar telah dibuat dalam memahami penyebab
dan mekanisme perubahan iklim ini. Perubahan dalam keseimbangan radiasi bumi
merupakan penggerak utama perubahan iklim di masa lampau, tetapi penyebab
perubahannya bervariasi. Untuk tiap kasus apakah itu zaman es, kehangatan pada
masa dinosaurus atau fluktuasi millennium di masa lampau penyebab spesifik harus
ditetapkan secara individu. Dalam banyak kasus, ini dapat dilakukan dengan tingkat
kepercayaan yang memadai sekarang ini, dan banyak perubahan iklim di masa lampau
dapat di simulasi ulang dengan model kuantitatif. Iklim global ditentukan oleh
kesetimbangan neraca radiasi planet bumi. Ada 3 cara utama bagaimana
kesetimbangan radiasi bumi bisa berubah, sehingga menyebabkan sebuah perubahan
iklim: (1) merubah radiasi matahari yang datang (contoh dengan perubahan pada orbit
bumi atau pada matahari itu sendiri), (2) merubah fraksi radiasi matahari yang
dipancarkan (fraksi ini disebut albedo ini bisa dirubah, sebagai contoh, dengan
perubahan dalam penutup awan, partikel kecil yang disebut aerosol atau tutupan
lahan), dan (3) merubah energi gelombang panjang yang diradiasikan kembali ke
angkasa (sebagai contoh dengan perubahan dalam konsentrasi gas rumah kaca).
Sebagai tambahan, iklim lokal juga bergantung pada bagaimana panas didistribusikan
oleh angin dan arus laut. Semua faktor-faktor ini telah memainkan peran dalam
perubahan iklim masa lampau.
Berawal dengan zaman es yang telah datang dan pergi dalam siklus regular selama
hampir tiga juta tahun, ada bukti kuat bahwa ini berhubungan dengan variasi regular
dalam orbit bumi di sekitar matahari, yang disebut siklus Milankovitch (Gambar 11).
Siklus-siklus ini merubah jumlah radiasi matahari yang diterima pada tiap bujur dalam
tiap musim (tetapi tidak terlalu mempengaruhi rata-rata tahunan global), dan dapat
dihitung dengan ketepatan astronomi. Masih ada beberapa diskusi tentang bagaimana
tepatnya siklus Milankovitch mengawali dan mengakhiri zaman es, tetapi banyak
penelitian menyarankan bahwa jumlah sinar matahari musim panas pada belahan bumi
utara adalah penting: jika jumlahnya jatuh di bawah nilai kritis, salju dari musim dingin
sebelumnya tidak meleleh pada musim panas dan sebongkah es mulai tumbuh
sehingga semakin banyak salju terakumulasi. Simulasi model iklim mengkonfirmasi
bahwa sebuah zaman es benar dapat dimulai dengan cara ini, sementara model
konseptual sederhana telah digunakan dengan sukses untuk simulasi awal proses
zaman es masa lampau berdasarkan perubahan orbit. Hasil simulasi tersebut juga
memperlihatkan bahwa pengurangan besar pada insolasi musim panas utara, serupa
dengan penyebab dimulainya zaman es terakhir, akan dimulai dalam 30.000 tahun lagi.
Meskipun bukan penyebab utamanya, konsentrasi karbondioksida (CO2) atmosfer juga
memainkan peran penting dalam pembentukan zaman es. Data inti es benua Antartika
menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 rendah pada waktu zaman es (glacial) dingin
(~190 ppm), dan tinggi pada zaman es diantara (interglacial) hangat (~280 ppm); CO2
atmosfer mengikuti perubahan suhu di Antartika dengan keterlambatan beberapa ratus
tahun. Karena iklim berubah pada awal dan akhir zaman es selama ribuan tahun,
kebanyakan dari perubahan ini dipengaruhi oleh arus balik positif CO2; yaitu, sebuah
pendinginan kecil awal akibat siklus Milankovitch yang kemudian dijelaskan sebagai
konsentrasi CO2 jatuh. Simulasi model iklim zaman es menghasilkan hasil realistis
hanya jika peran CO2 diperhitungkan.

Gambar 11. Skema perubahan orbit bumi (siklus Milankovitch yang memicu siklus
zaman es. T menandakan perubahan pada kemiringan (atau arah miring) sumbu bumi,
E menandakan keanehan (eccentricity) orbit (akibat sumbu minor elips), dan P
menandakan lenggok (precession), yaitu, perubahan dalam arah kemiringan sumbu
pada titik orbit tertentu. Sumber: Rahmstorf dan Schellnhuber (2006).
Selama zaman es yang terakhir, lebih dari 20 pergantian iklim yang dramatis dan kasar
terjadi dan yang terutama dalam catatan adalah di sekitar Atlantik utara.(lihat section
6.4). ini berbeda dari siklus glacial-interglacial dimana di dalamnya mungkin tidak
melibatkan perubahan besar dalam suhu rata-rata global: perubahan tidak sinkron di
Greenland dan Antartika, dan mereka ada di arah yang berlawanan di Atlantik Selatan
dan Utara. Ini berarti bahwa sebuah perubahan utama dalam keseimbangan radiasi
global tidak akan diperlukan untuk menyebabkan pergantian ini; sebuah pendistribusian
kembali panas dalam sistim iklim sudah akan cukup. Benar ada bukti kuat bahwa
perubahan dalam sirkulasi lautan dan transport panas dapat menjelaskan banyak fitur
kejadian-kejadian kasar ini; data sedimen dan simulasi model menunjukkan bahwa
beberapa perubahan ini dapat dipicu oleh ketidakstabilan dalam lapisan es di sekitar
Atlantik pada waktu itu, dan pelepasan air tawar ke dalam lautan. Banyak masa-masa
hangat juga terjadi dalam sejarah iklim selama kebanyakan 500 juta tahun terakhir,
bumi mungkin benar-benar bebas dari lepisan es (ahli geoglogi dapat mengetahuinya
dari tanda daun-daun es pada batu karang, yang tidak serupa seperti sekarang, ketika
Greenland dan Antartika tertutup es. Data pada kelimpahan gas rumah kaca kembali ke
1 juta tahun, yaitu di luar jangkauan inti-inti es antartika, masih agak tidak pasti, tetapi
analisis sampel geologis menyarankan bahwa periode bebas-es hangat bersamaan
dengan waktu tingginya tingkat CO2 atmosfer. Pada skala waktu jutaaan tahun, tingkat
CO2 berubah akibat aktivitas tektonik, yang mempengaruhi laju pertukaran CO2 lautan
dan atmosfer dengan bumi padat. Lihat section 6.3 tentang iklim-iklim kuno ini.
Kemungkinan penyebab lain dari perubahan iklim di masa lampau adalah variasi dalam
output energi Matahari. Pengukuran pada decade belakangan ini menunjukkan bahwa
output matahari sedikit bervariasi (mendekati 0.1%) dalam siklus 11 tahun. Pengamatan
bintik matahari (kembali ke abad ke 17), begitu juga data dari isotop yang dibangkitkan
oleh radiasi kosmik, menyediakan bukti untuk perubahan jangka panjang pada aktivitas
matahari. Korelasi data dan simulasi model menunjukkan variabilitas matahari dan
aktivitas vulkanik mungkin memicu alasan lain akan variasi iklim selama millennium
terakhir, sebelum dimulainya zaman industry. Contoh-contoh ini mengilustrasikan
bahwa perubahan iklim yang berbeda di masa lampau memiliki penyebab-penyebab
yang berbeda. Fakta bahwa faktor-faktor alami menyebabkan perubahan iklim di masa
lampau tidak berarti bahwa perubahan iklim saat ini adalah alami. Dengan analogi,
fakta bahwa kebakaran hutan telah secara alami disebabkan oleh kilat yang
menyambar tidak berarti bahwa kebakaran tidak bisa juga disebabkan oleh peng-
kemah yang ceroboh. Faq 2.1 menujukan pertanyaan bagaimana pengaruh manusia
dibandingkan dengan alam dalam kontribusinya terhadap perubahan iklim saat ini.
(Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
11. APAKAH PERUBAHAN IKLIM SAAT INI TIDAK BIASA DIBANDINGKAN
DENGAN PERUBAHAN SEBELUMNYA DALAM SEJARAH BUMI ?
Iklim telah berubah pada semua skala waktu dalam sejarah bumi. Beberapa aspek
perubahan iklim saat ini biasa, tetapi yang lain tidak. Konsentrasi CO2 di atmosfer telah
mencapai rekor relatif tinggi selama lebih dari setengah juta tahun silam, dan telah
menjadi seperti itu pada laju yang luar biasa cepat. Suhu global saat ini lebih hangat
daripada selama sedikitnya lima abad silam, bahkan mungkin lebih dari satu
millennium. Jika pemanasan berlanjut tanpa dikurangi, perubahan iklim yang dihasilkan
dalam abad ini akan sangat tidak biasa dalam geologi. Aspek tidak biasa lainnya dari
perubahan iklim saat ini adalah penyebabnya: perubahan iklim di masa lampau adalah
alamiah (lihat FAQ 6.1), sedangkan kebanyakan dari pemanasan 50 tahun terakhir
disebabkan oleh aktivitas manusia.
Ketika membandingkan perubahan iklim saat ini dengan yang sebelumnya, yang
notabene alamiah, tiga pembedaan harus dipertimbangkan. Pertama, harus jelas
variabel mana yang sedang dibandingkan: apakah itu konsentrasi gas rumah kaca atau
suhu (atau parameter iklim lainnya), dan apakah itu nilai absolutnya atau laju
perubahannya? Kedua, perubahan lokal tidak boleh disamakan dengan perubahan
global. Perubahan iklim lokal sering lebih besar daripada yang global, karena faktor-
faktor lokal (contoh; perubahan pada sirkulasi laut dan atmosfer) dapat mengganti
pengiriman panas atau kelembaban dari satu tempat ke tempat lain dan arus balik lokal
bekerja (contoh arus balik es laut). Perubahan besar pada suhu rata-rata global,
sebaliknya, membutuhkan beberapa pemicu global (seperti sebuah perubahan pada
konsentrasi gas rumah kaca atau aktivitas matahari). Ketiga, penting untuk
membedakan antara skala waktu. Perubahan iklim selama lebih dari jutaan tahun dapat
jauh lebih besar dan memiliki penyebab-penyebab yang berbeda (contoh pergeseran
lempeng benua) dibandingkan dengan perubahan iklim pada skala waktu seratus
tahun.

Alasan utama akan perhatian saat ini tentang perubahan iklim adalah meningkatnya
konsentrasi CO2 di atmosfer (dan beberapa gas rumah kaca lainnya), yang sangat
tidak biasa selama perioda Quaternary (sekitar dua juta tahun silam). Konsentrasi CO2
sekarang diketahui secara akurat selama 650.000 tahun silam dari inti es antartika.
Selama waktu ini, konsentrasi CO2 bervariasi antara yang rendah, yaitu 180 ppm
selama masa glasial dingin dan yang tinggi, yaitu 300 ppm selama zaman es antara
(interglasial) hangat. Lebih dari berabad-abad, konsentrasinya meningkat dengan
cepat, dan sekarang sekitar 379 ppm (lihat bab 2). Sebagai perbandingan, kira-kira
kenaikan 80 ppm pada konsentrasi CO2 di akhir abad es silam umumnya terjadi selama
5000 tahun. Nilai yang lebih tinggi pada saat ini hanya telah terjadi jutaan tahun lalu.
Suhu merupakan variabel yang lebih sulit untuk di rekonstruksi daripada CO2 (sebuah
gas yang tercampur dengan baik secara global, karena suhu tidak memiliki nilai yang
sama di seluruh dunia, sehingga sebuah catatan tunggal (contoh sebuah inti es)
hanyalah nilai terbatas. Fluktuasi suhu lokal, bahkan yang sudah lebih dari beberapa
decade, bisa beberapa derajat Celsius, yang lebih besar daripada sinyal pemanasan
global dari abad lalu sekitar 0.7. Yang lebih berarti untuk perubahan global adalah
analisis rata-rata skala luas (global atau hemisfer), dimana banyak rata-rata variasi lokal
keluar dan dengan variabilitas yang lebih kecil. Yang lebih berarti untuk perubahan
global adalah analisis rata-rata skala luas (global atau hemisfer), dimana banyak rata-
rata variasi lokal keluar dan variabilitas lebih kecil. Cakupan catatan instrument mundur
ke perioda sekitar 150 tahun. Lebih jauh lagi, kompilasi data dari cincin pohon, inti es,
dan sebagainya, kembali ke seribu tahun dengan penurunan cakupan spasial selama
periode-periode awal (lihat section 6.5). Sementara ada perbedaan diantara
rekonstruksi tersebut dan ketidak-yakinan signifikan tetap, semua rekonstruksi yang
dipublikasikan menemukan bahwa suhu hangat selama masa abad pertengahan, dingin
sampai nilai rendah pada abad ke-17, 18, dan 19, dan hangat dengan cepat setelah itu.
Tingkat kepanasan global pertengahan tidak pasti, tetapi bisa dicapai lagi pada
pertengahan abad ke-20, hanya mungkin melebihinya sejak itu. Kesimpulan ini
didukung oleh hasil pemodelan iklim. Sebelum 2000 tahun lalu, variasi suhu belum
dikumpulkan secara sistematis, menjadi rata-rata skala luas, tetapi tidak menyediakan
bukti untuk suhu rata-rata tahunan global yang lebih panas dari saat ini kembali melalui
Holocene (11.600 tahun silam; lihat section 6.4). Ada indikasi kuat bahwa iklim panas,
dengan penutupan es global yang dikurangi dan permukaan laut yang tinggi, berlaku
sampai sekitar 3 tahun lalu. Karena itu, kehangatan saat ini timbul tidak biasa dalam
konteks abad terakhir, tetapi tidak tidak biasa pada skala waktu yang lebih panjang
dimana perubahan dalam aktivitas tektonik (yang dapat memicu variasi konsentrasi gas
rumah kaca yang lambat dan alami) menjadi relevan (lihat kotak 6.1). Perkara yang
berbeda adalah laju pemanasan saat ini. Apakah perubahan iklim global yang lebih
cepat tercatat dalam data proxy? Perubahan suhu terbesar jutaan tahun lalu adalah
terjadi pada perioda siklus glacial, dimana suhu rata-rata global berubah dari 4C
sampai 7C diantara zaman es dan periode interglasial hangat (perubahan lokal lebih
luas, sebagai contoh dekat tutupan lempengan es benua). Bagaimanapun juga, data
menunjukkan bahwa pemanasan global di akhir abad es adalah proses bertahap yang
berlangsung sekitar 5000 tahun (lihat section 6.3). Karena itu jelas bahwa laju
perubahan iklim global saat ini jauh lebih cepat dan sangat tidak biasa dalam konteks
perubahan masa lampau. Pergantian iklim dadakan yang banyak didiskusikan selama
masa glacial (lihat section 6.3) tidak berlawanan dengan contoh-contoh, karena
mungkin diakibatkan oleh perubahan perpindahan panas di laut, yang mungkin tidak
mempengaruhi suhu rata-rata global.
Lebih jauh lagi, di luar data inti es, resolusi waktu inti sedimen dan arsip-arsip lain tidak
merubah perubahan secepat pemanasan yang terjadi saat ini. Karena itu, meskipun
perubahan iklim besar telah terjadi di masa lampau, tidak ada bukti bahwa ini
membutuhkan waktu yang lebih cepat daripada pemanasan saat ini. Jika proyeksi rata-
rata 5C pemanasan di abad ini (selang atasnya) terjadi, kemungkinan bumi akan
mengalami sekitar jumlah pemanasan rata-rata global yang sama seperti yang telah
terjadi di akhir zaman es terakhir; tidak ada bukti bahwa laju perubahan global masa
depan ini cocok dengan peningkatan suhu global yang dapat dibandingkan dari
perubahan yang terjadi selama 50 juta tahun silam. (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri
dan Edvin Aldrian)
12. APAKAH PENINGKATAN PADA KARBONDIOKSIDA ATMOSFER DAN GAS
RUMAH KACA LAIN SELAMA ZAMAN INDUSTRI DISEBABKAN OLEH AKTIVITAS
MANUSIA ?
Ya, peningkatan pada karbondioksida atmosfer (CO2) dan gas-gas rumah kaca lain
selama zaman industri disebabkan oleh aktivitas manusia. Bahkan, peningkatan
konsentrasi CO2 atmosfer yang diamati tidak mengungkap luas penuh emisi manusia
sehingga hanya meliputi 55% dari CO2 yang dilepaskan oleh aktivitas manusia sejak
1959. Sisanya telah diambil oleh tanaman di daratan dan oleh lautan. Pada semua
kasus, konsentrasi gas-gas rumah kaca atmosfer, dan peningkatannya, ditentukan oleh
keseimbangan antara sumber-sumber (emisigas dari aktivitas manusia dan sistim alam)
dan buangan (pembuangan gas dari atmosfer oleh konversi menjadi campuran kimia
yang berbeda). Pembakaran bahan bakar fosil (plus kontribusi yang lebih kecil dari
produksi semen) bertanggung jawab akan lebih dari 75% emisi CO2 yang disebabkan
oleh manusia. Perubahan penggunaan lahan (utamanya penggundulan hutan)
bertanggung jawab atas sisanya. Untuk metana, gas rumah kaca penting lainnya, emisi
yang dibangkitkan oleh kegiatan manusia melebihi emisi alami selama 25 tahun
terakhir. Untuk nitrogen oksida, emisi yang dibangkitkan oleh kegiatan manusia sama
dengan emisi alami ke atmosfer. Kebanyakan gas-gas mengandung halogen yang
berumur panjang (seperti klorofluorokarbon) dihasilkan oleh manusia, dan tidak ada di
atmosfer sebelum zaman industry. Rata-rata, ozon troposfer saat ini telah meningkat
38% sejak masa pra industry, dan peningkatan yang dihasilkan dari reaksi atmosfer
polutan berumur pendek diemisikan oleh aktifitas manusia. Konsentrasi CO2 sekarang
379 bagian per juta (ppm) dan metana lebih besar dari 1.774 bagian per milyar (ppb),
keduanya mungkin jauh lebih tinggi pada setidaknya 650 ribu tahun (dimana CO2 tetap
antara 180 dan 300 ppm dan metanaantara 320 dan 790 ppb). Tingkat perubahan saat
ini dramatis dan belum pernah terjadi; peningkatan CO2 tidak pernah melebihi 30 ppm
dalam 1 kyr namun sekarang CO2 telah meningkat sampai 30 ppm hanya dalam 17
tahun terakhir. Karbondioksida
Emisi CO2 (Gambar 12a) dari pembakaran bahan bakar fosil, dengan kontribusi dari
produksi semen, bertanggung jawab untuk lebih dari 75% peningkatan konsentrasi CO2
atmosfer sejak masa pra-industri. Sisanya berasal dari perubahan penggunaan lahan
yang didominasi oleh penggundulan hutan (dan berkaitan dengan pembakaran
biomasa) dengan kontribusi dari merubah paraktek-praktek pertanian. Semua
peningkatan ini disebabkan oleh aktivitas manusia. Siklus karbon alami tidak dapat
menjelaskan peningkatan atmosferik yang diamati dari 3.2 menjadi 4.1 GtC/tahun
dalam bentuk CO2 selama 25 tahun terakhir (1 GtC sama dengan 1015 gram carbon,
atau 1 milyar ton). Proses-proses alami seperti fotosintesis, respirasi, pembusukan dan
pertukaran gas permukaan laut mengarah pada pertukaran besar, sumber-sumber dan
buangan CO2 antara daratan dan atmosfer (diperkirakan ~ 120 GtC/tahun) dan lautan
dan atmosfer (diperkirakan ~90 GtC/tahun). Buangan alami karbon menghasilkan
sedikit serapan CO2 kira-kira 3.3 GtC/tahun selama 15 tahun terakhir, konsentrasi
atmosfer akan tumbuh bahkan lebih dramatis. Peningkatan konsentrasi CO2 di
atmosfer diketahui disebabkan oleh aktivitas manusia karena karakter CO2 di atmosfer,
khususnya rasio beratnya terhadap atom karbon yang ringan, telah berubah dalam cara
yang bisa dihubungkan dengan tambahan karbon bahan bakar fosil. Sebagai
tambahan, rasio oksigen terhadap nitrogen di atmosfer telah menurun ketika CO2
meningkat; ini seperti yang diharapakan karena oksigen habis ketika bahan bakar
dibakar. Bentuk berat karbon, isotop karbon 13, kurang berlimpah pada vegetasi dan
pada bahan bakar fosil yang dibentuk dari vegetasi masa lampau, dan lebih berlimpah
pada karbon di lautan dan emisi vulkanik atau geothermal. Jumlah relative isotop
karbon 13 di atmosfer telah menurun, menunjukkan bahwa karbon yang ditambahkan
datang dari bahan bakar fosil dan vegetasi. Karbon juga memiliki isotop radiatif yang
langka, karbon 14, yang ada di dalam karbon atmosfer tetapi tidak ada dalam bahan
bakar fosil. Sebelum test atmosfer senjata nuklir, penurunan dalam jumlah relative
karbon 14 menunjukkan bahwa karbon bahan bakar fosil sedang ditambahkan ke
atmosfer. Gas-gas yang mengandung halogen Aktivitas manusia bertanggung jawab
akan bagian terbesar konsentrasi gas mengandung halogen atmosfer berumur panjang,
sebelum industrialisasi, hanya ada sedikit gas-gas yang mengandung halogen yang
terjadi secara alami, sebagai contoh, metal bromida dan metal klorida. Perkembangan
teknik-teknik baru untuk sistesis kimia menghasilkan sebuah perkembang-biakan gas-
gas yang mengandung halogen yang diproduksi secara kimia selama 50 tahun terakhir
di abad ke-20. Emisi gas-gas mengandung halogen kunci yang dihasilkan oleh manusia
ditunjukkan di Gambar 1b. masa hidup atmosferik berselang antara 45 sampai 100
tahun untuk klorofluorokarbon (CFC) di plot di sini, dari 1 sampai 18 tahun untuk
hidrofluorokarbon (HFC). Perfluorokarbon (PFC, tidak diplot) berlangsung terus-
menerus dalam atmosfer selama ribuan tahun. Konsentrasi beberapa gas-gas
mengandung halogen penting, termasuk CFC, sekarang sedang stabil atau menurun
pada permukaan bumi sebagai hasil Protokol Montreal pada Bahan-bahan yang
Mengikis Lapisan Ozon dan Perkembangannya. Konsentrasi HCF, produksinya
diharapkan terhapus bertahap sampai 2030, dan gas-gas HFC dan PFC Protokol
Kyoto, sedang meningkat.
Metana Sumber-sumber metana (CH4) di atmosfer dibangkitkan oleh aktivitas manusia
melebihi sumber-sumber CH4 dari sistim alami (Gambar 12c). Antara 1960 dan 1999,
konsentrasi CH4 tumbuh rata-rata 6 kali lebih cepat daripada periode 40 tahun dari dua
milenium sebelum 1800, meskipun tingkat pertumbuhan mendekati nol sejak 1980.
sumber alami utama CH4 ke atmosfer adalah lahan basah seperti gambut. Sumber
alami tambahan termasuk rayap, lautan, vegetasi dan hidrat CH4. aktivitas manusia
yang menghasilkan CH4 termasuk produksi energi dari batu bara dan gas alam,
pembuangan limbah pada lahan terbuka, memelihara binatang pemamah biak (lembu
dan domba), pertanian beras dan pembakaran biomasa. Sekali diemisikan, CH4 tetap
tinggal di atmosfer selama kira-kira 8.4 tahun sebelum pelepasan, utamanya oleh
oksidasi kimia di troposfer. Buangan minor CH4 meliputi pengambilan oleh tanah dan
penghancuran akhir di stratosfer. Nitrous Oxide Sumber-sumber nitrous oxide (NO2) ke
atmosfer dari aktivitas manusia kira-kira sama dengan sumber-sumber NO2 dari sistim-
sistim alami (Gambar 12d). Antara 1960 dan 1999, konsentrasi NO2 tumbuh rata-rata 2
kali lebih cepat daripada selama periode 40 tahun dua milenium sebelum 1800.
Sumber-sumber NO2 alami termasuk lautan, oksidasi kimia amonia di atmosfer, dan
tanah. Tanah tropis khususnya sumber NO2 penting ke atmosfer. Aktivitas manusia
yang mengemisikan NO2 termasuk perubahan pupuk nitrogen menjadi NO2 dan emisi
berikutnya dari tanah-tanah pertanian, pembakaran biomasa, memelihara lembu dan
beberapa aktivitas industri, termasuk produksi serat nilon. Sekali diemisikan, NO2 tetap
tinggal di atmosfer kira-kira 114 tahun sebelum pelepasan, utamanya oleh perusakan di
stratosfer. Ozon Troposfer Ozon troposferik dihasilkan oleh reaksi fotokimia di atmosfer
melibatkan bahan-bahan kimia pertanda seperti karbonmonoksida, CH4, campuran
bahan organik yang mudah menguap dan nitrogen oksida. Bahan-bahan kimia ini
diemisikan oleh proses-proses biologi alami dan aktivitas manusia termasuk perubahan
penggunaan lahan dan pembakaran bahan bakar fosil. Karena ozon troposfer relatif
berumur pendek, bertahan selama beberapa hari sampai minggu di atmosfer,
distribusinya sangat bervariabel dan diikat ke kelimpahan campuran pertandanya, uap
air dan sinar matahari. Konsentrasi ozon troposfer sangat tinggi pada udara perkotaan,
downwind daerah perkotaan dan di beberapa daerah pembakaran biomasa.
Peningkatan 38% (20-50%) pada ozon troposfer sejak zaman pra industri (Gambar
12e) disebabkan oleh manusia. Sangat mungkin bahwa kenaikan pada dorongan
radiatif yang dikombinasikan dari CO2, CH4 dan N2O sedikitnya 6 kali lebih cepat
antara 1960 dan 1999 daripada selama periode 40 tahun selama dua abad sebelum
tahun 1800.
Gambar 12. Perincian sumbangan perubahan-perubahan konsentrasi gas rumah kaca
di atmosfer, berdasarkan informasi yang dirinci pada bab 4 dan 7. (a) sampai (d),
sumber-sumber yang disebabkan oleh manusia ditunjukkan dengan warna orange,
sementara sumber-sumber alami dan buangannya ditunjukkan dengan warna biru. (e),
jumlah ozon troposfer yang disebabkan oleh manusia dalam warna orange sementara
jumlah ozon alami dalam warna hijau. (a) sumber-sumber dan buangan CO2 (GtC).
Tiap tahu CO2 dilepaskan ke atmosfer dari aktivitas manusia termasuk pembakaran
bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan. Hanya 57 sampai 60% CO2
diemisikan dari aktivitas manusia tetap di atmosfer. Beberapa larut ke dalam lautan dan
beberapa tergabung ke dalam tanaman ketika tanaman tumbuh. Fluks-fluks yang
berkaitan dengan tanah selama 1990an; fluks bahan bakar fosil dan semen
pengambilan lautan bersih selama periode 2000 sampai 2005. Semua nilai dan selang
ketidakpastian dari tabel 7.1. (b) emisi global CFC dan campuran gas-gas mengandung
halogen lainnya selama 1990 (orange muda) dan 2002 (orange gelap). Bahan-bahan
kimia ini diproduksi oleh manusia secara ekslusif. Disini, HCFc terdiri dari HCFC-22,
-141b dan -142b, sementara HFC terdiri dari HFC-23, -125, -135a dan -152a. Satu Gg
= 109 g (1000 ton). Kebanyakan data dari laporan dirinci di bab 2. (c) sumber-sumber
dan buangan CH4 selama periode 1983 sampai 2004. Sumber-sumber CH4 yang
disebabkan oleh manusia termasuk produksi energi, landfills, ternak (contoh, lembu dan
domba), pertanian beras dan pembakaran biomasa. Satu Tg = 1012 untuk CH4 dari
nilai keseluruhan dari tabel 7.6. (d) sumber-sumber dan buangan N2O. Sumber-sumber
N2O yang disebabkan oleh manusia termasuk perubahan pupuk nitrogen menjadi N2O
dan emisi sesudahnya dari tanah pertanian, pembakaran biomasa, ternak, dan
beberapa aktivitas industri termasuk pembuatan nilon. Nilai-nilai sumber dan
ketidakpastian adalah nilai tengah dan btas-batas selang dari tabel 7.7. Kehilangan
N2O adalah dari bab 7.4. (e) ozon troposfer pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan
periode 1990 sampai 200. Peningkatan pembentukan ozon troposfer adalah
dipengaruhi oleh manusia, dihasilkan dari reaksi kimia atmosfer dari polutan yang
diemisikan oleh pembakaran bahan bakar fosil atau biofuel. Selang ketidakpastian dan
nilai pra industri dari tabel 4.9 IPCC Third Assesment Report (TAR), dihitung dari
pengamatan yang direkonstruksi. Total saat ini dan selang ketidak pastiannya adalah
rata-rata dan standar deviasi hasil model dikutip dalam tabel 7.9 laporan ini, tidak
termasuk dari TAR. (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
13. SEHANDAL APAKAH MODEL-MODEL YANG DIGUNAKAN UNTUK
MEMPROYEKSIKAN PERUBAHAN IKLIM DI MASA DEPAN ?
Ada keyakinan yang memadai bahwa model-model iklim dapat memberikan
perhitungan kuantitatif terpercaya akan perubahan iklim di masa yang akan datang,
khususnya pada skala kontinental dan di atasnya. Keyakinan ini datang dari pondasi
model-model dalam prinsip-prinsip fisika yang dapat diterima dan dari kemampuannya
untuk membuat ulang fitur-fitur yang diamati dari perubahan iklim saat ini dan masa
lampau. Keyakinan dalam perhitungan model lebih tinggi untuk beberapa variabel iklim
(contoh, suhu) dan untuk yang lainnya (contoh, hujan). Selama beberapa dekade
perkembangan, model-model telah dengan konsisten menghasilkan gambar peringatan
iklim signifikan yang terang dan sempurna sebagai jawaban atas meningkatnya gas-gas
rumah kaca. Model-model iklim adalah perwakilan matematis dari sistim iklim,
diekspresikan sebagai kode-kode computer dan bekerja pada computer-komputer yang
kuat. Sumber keyakinan pertama pada model datang dari fakta bahwa dasar-dasar
model adalah berdasarkan hukum-hukum fisika tetap, seperti konservasi massa, energi
dan momentum, sejalan dengan banyak pengamatan.
Sumber keyakinan kedua datang dari kemampuan model-model untuk mensimulasi
aspek-aspek penting iklim saat ini. Model-model secara rutin dan ekstensif ditaksir
dengan membandingkan simulasinya dengan pengamatan atmosfer, lautan, cryosfer
dan permukaan daratan. Tingkat evaluasi unprecendented telah mengambil alih selama
dekade terakhir dalam bentuk multi-model intercomparisons yang terorganisasi
Model-model menunjukkan kemampuan yang signifikan dan meningkat dalam mewakili
banyak fitur-fitur iklim penting, seperti distribusi suhu atmosfer skala luas, hujan, radiasi
dan angin, dan suhu lautan, arus dan penutupan es laut. Model-model juga dapat
mensimulasikan aspek-aspek penting dari banyak pola variabilitas iklim yang diamati
pada selang skala waktu. Contoh-contoh termasuk kemajuan dan mundurnya perilaku
sistem monsoon utama, pergantian suhu musiman, jejak badai dan daerah jalur hujan,
dan naik turunnya tekanan permukaan ekstratropis skala hemisfer (gaya tahunan
bagian utara dan selatan). Beberapa model iklim, atau varian yang berkaitan erat, juga
telah diuji dengan menggunakanya untuk memprediksi cuaca dan membuat ramalan
musiman. Model-model ini mendemonstrasikan keahlian dalam peramalannya,
menunjukkan mereka dapat mewakili fitur-fitur penting sirkulasi umum pada skala waktu
lebih pendek, begiu juga dengan aspek variabilias musiman dan interanual.
Kemampuan model mewakili ini dan fiur-fitur iklim penting lainnya meningkatkan
keyakinan kita bahwa hasil model sungguh mewakili proses-proses fisik esensial yang
penting untuk simulasi perubahan iklim masa depan (Catatan bahwa batasan dalam
kemampuan model iklim untuk memprediksi cuaca dalam beberapa hari tidak
membatasi kemampuannya untuk memprediksi perubahan iklim jangka panjang, seperti
ini prediksi yang sangat berbeda). Sumber keyakinan ketiga datang dari kemampuan
model membuat ulang fitur-fitur iklim masa lampau dan perubahan iklim. Model-model
telah digunakan untuk mensimulasikan iklim-iklim kuno, seperti pertengahan Holocene
yang hangat 6.000 tahun yang lalu atau maksimum glasial terakhir 21.000 tahun lalu
(lihat bab 6). Mereka dapat membuat ulang banyak fitur-fitur (membiarkan
ketidakpastian dalam merekonstruksi iklim lampau) seperti besarnya dan pola skala
luas pendinginan lautan selama abad es terakhir. Model-model juga bisa
mensimulasikan banyak aspek-aspek perubahan iklim yang diamati pada rekaman
instrumen. Satu contoh adalah tren suhu global selama abad terakhir (ditunjukkan pada
Gambar 13) dapat dimodelkan dengan keahlian tinggi ketika faktor manusia dan alam
yang mempengaruhi iklim dimasukkan. Model-model juga membuat ulang perubahan
lainnya, seperti peningkatan suhu yang lebih cepat pada malam hari daripada siang
hari, derajat pemanasan yang tinggi di Artik dan pendinginan global jangka pendek (dan
pemulihan selanjutnya) yang telah mengikuti akibat ledakan gunung api utama, seperti
Gunung Pinatubo pada 1991 (lihat Gambar 13). Model proyeksi suhu global yang dibuat
selama dua dekade terakhir juga sudah sama dengan pengamatan pada periode
tersebut. Meskipun demikian, model-model masih menunjukkan eror-eror yang
signifikan. Meskipun ini biasanya lebih besar daripada skala yang lebih kecil, masalah-
masalah skala luas penting juga tetap. Sebagai contoh, defisiensi tetap dalam simulasi
hujan atau curah hujan daerah tropis, El-Nino Southern Oscillation dan Osilasi Madden
Julian (variasi yang diamati dalam angin tropis dan curah hujan dengan skala waktu 30
90 hari). Sumber pokok dari kebanyakan eror-eror tersebut adalah banyak proses-
proses penting skala kecil tidak bisa diwakili secara eksplisit dalam model, dan
sehingga harus dimasukkan dalam bentuk perkiraan ketika berinteraksi dengan fitur-
fitur skala besar. Ini sebagian akibat keterbatasan kekuatan menghitung, tetapi juga
dihasilkan dari keterbatasan dalam pemahaman ilmiah atau pada ketersediaan
pengamatan yang detail dari beberapa proses-proses fisik. Ketidakpastian yang
signifikan, khususnya, berhubungan dengan gambaran awan-awan, dan awan yang
dihasilkan sebagai jawaban atas perubahan iklim. Konsekuensinya, model-model terus
menampilkan selang substansial perubahan suhu global sebagai jawaban atas tekanan
gas rumah kaca yang dispesifikasi (lihat bab 10). Meskipun tidak pasti, bagaimanapun
juga, model-model sepakat dengan prediksinya akan pemanasan iklim substansial di
bawah gas rumah kaca meningkat, dan pemanasan ini besarnya konsisten dengan
perhitungan mandiri yang diturunkan dari sumber-sumber lain, seperti yang diamati dan
rekonstruksi masa lampau.
Sejak keyakinan dalam perubahan-perubahan diproyeksi oleh model-model global
menurun pada skala kecil, teknik-teknik lain, seperti penggunaan model iklim regional,
atau metode downscaling, telah dikembangkan secara spesifik untuk pembelajaran
perubahan iklim skala lokal dan regional. Bagaimanapun juga, begitu model-model
global terus berkembang, dan resolusinya terus membaik, model-model tersebut
menjadi sangat berguna untuk menginvestigasi fitur-fitur skala kecil, seperti perubahan
pada kejadian cuaca ekstrim, dan perbaikan yang lebih jauh pada perwakilan skala
regional diharapkan engan kemampuan menghitung yang meningkat. Model-model juga
menjadi lebih komprehensif dalam perlakuannya kepada sistim iklim, karena itu secara
eksplisit mewakili proses-proses biofisika dan fisika dan interaksi yang dianggap
penting secara potensial untuk perubahan iklim, khususnya pada skala waktu yang
lebih panjang. Contoh-contohnya adalah pencantuman respon-respon tanaman saat ini,
biologi lautan dan interaksi kimia, dan dinamika lapisan/bongkahan es pada beberapa
model iklim global.
Gambar 13. Rata-rata global suhu dekat-permukaan selama abad 20 hasil pengamatan
(hitam), diperoleh dari 58 simulasi dihasilkan oleh 14 model iklim yang berbeda
terdorong oleh factor aktivitas manusia dan factor alam yang mempengaruhi iklim
(kuning). Rata-rata dari semua perjalanan ini juga ditampilkan (garis merah tebal).
Anomali suhu ditampilkan relative dari rata-rata 1901 1950. Garis vertical berwarna
abu-abu menunjukkan waktu letusan gunung api yang besar. (Gambar diambil dari bab
9, Gambar 9.5. Lihat keterangan yang sesuai untuk rincian lebih lanjut).
Kesimpulannya, kepastian pada model datang dari dasar fisiknya, dan kemampuannya
dalam menggambarkan iklim yang dimati dan perubahan iklim masa lampau. Model-
model telah terbukti sebagai alat yang sangat penting untuk mensimulasi dan
memahami iklim masa depan yang dapat dipercaya, khususny pada skala luas. Model-
model tetap memiliki batasan yang signifikan, seperti gambarannya akan awan, yang
mengarah pada ketidakpastian dalam besar dan waktunya, begitu juga dengan detail
regional, perubahan iklim yang diprediksi. Meskipun demikian, selama beberapa
decade perkembangan model, model-model telah konsisten menyediakan gambar
pemanasan iklim signifikan yang merupakan respon dari peningkatan gas gas rumah
kaca. (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)

14. DAPATKAH KEJADIAN-KEJADIAN EKSTRIM INDIVIDU DIJELASKAN OLEH


PEMANASAN RUMAH KACA?
Perubahan dalam ekstrim-ekstrim iklim diharapkan ketika iklim menghangat sebagai
jawaban atas meningkatnya gas-gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas
manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil. Bagaimanapun juga, menentukan
apakah kejadian ekstrim tunggal, spesifik diakibatkan oleh sebab yang spesifik seperti
meningkatnya gas-gas rumah kaca, adalah sulit, jika tidak tidak mungkin, untuk dua
alasan: 1) kejadian ekstrim biasanya disebabkan oleh kombinasi factor-faktor dan 2)
selang penampakan luas dari kejadian-kejadian ekstrim adalah yang normal bahkan
pada iklim yang tak berubah. Meskipun demikian, analisis pemanasan yang diamati
selama abad terakhir menganjurkan bahwa kemungkinan beberapa gelombang panas,
telah meningkat akibat pemanasan gas rumah kaca, dan bahwa kemungkinan lainnya,
seperti frost atau malam yang sangat dingin, telah menurun. Sebagai contoh, penelitian
baru-baru ini memperkirakan bahwa pengaruh manusia telah membuat resiko lebih dari
dua kali lipat musim panas Eropa yang sangat panas seperti pada 2003. Orang-orang
yang dipengaruhi oleh kejadian cuaca ekstrim sering bertanya apakah pengaruh
manusia pada iklim dapat ditangani oleh bebrapa tanggung jawab yang luas. Tahun
tahun sekarang telah banyak kejadian-kejadian ekstrim yang dilihat sehingga beberapa
komentator menghubungkannya dengan peningkatan gas-gas rumah kaca, ini termasuk
kemarau panjang di Australia, musim panas yang sangat panas di Eropa tahun 2003
(Lihat Gambar 14), musim hurricane di Atlantik Utara yang intensif pada 2004 dan 2005
dan kejadian curah hujan ekstrim di Mumbai, India pada Juli 2005. Dapatkah pengaruh
manusia seperti konsentrasi gas rumah kaca yang meningkat I atmosfer telah
menyebabkan kejadian-kejadian ini?
Kejadian-kejadian ekstrim biasanya hasil dari kombinasi factor-faktor. Contohnya,
beberapa faktor menyumbang pada musim panas Eropa tahun 2003 yang sangat
panas, termasuk sistim tekanan yang sanagat kuat yang berhubungan dengan langit
yang sangat cerah dan tanah kering, yang meninggalkan lebih banyak energi matahari
yang tersedia untuk memanaskan daratan karena lebih sedikit energi digunakan untuk
evaporasi moisture dari tanah. Serupa, pembentukan hurricane membutuhkan suhu
permukaan laut yang hangat dan kondisi sirkulasi atmosfer yang spesifik. Karena
beberapa factor dapat dipengaruhi oleh kegiatan manusia, seperti suhu permukaan
laut, tetapi yang lainnya tidak, tidak mudah untuk mendeteksi pengaruh manusia pada
kejadian tunggal ekstrim yang spesifik. Meskipun demikian, mungkin saja
menggunakan model-model iklim untuk menentukan apakah pengaruh - pengaruh
manusia telah berubah kemungkinan tipe-tipe tertentu kejadian ekstrim. Sebagai
contoh, pada kasus gelombang panas Eropa tahun 2003, sebuah model iklim
dijalankan dengan hanya memasukkan perubahan historis pada faktor-faktor alami
yang mempengaruhi iklim, seperti aktivitas vulkanik dan perubahan dalam output
matahari. Selanjutnya, model dijalankan lagi dengan memasukkan factor-faktor
manusia dengan alam, yang menghasilkan simulasi evolusi iklim Eropa yang jauh lebih
dekat dengan yang nyata terjadi. Berdasarkan percobaan ini, diperkirakan bahwa
selama abad ke-20, pengaruh-pengaruh manusia lebih dari dua kali lipat resiko
mendapatkan musim panas di Eropa sepanas tahun 2003, dan bahwa dalam
ketidakhadiran pengaruh manusia, resikonya mungkin sekali dalam ratusan tahun.
Pekerjaan modeling yang lebih detail akan dibutuhkan untuk memperhitungkan
perubahan pada resiko untuk kejadian dampak besar yang spesifik, seperti terjadinya
serangkaian malam-malam yang sangat hangat di daerah seperti Paris.

Gambar 14. Suhu pada musim panas di Swiss dari tahun 1864 2003 rata-rata sekitar
17 oC. Ditunjukkan oleh kurva berwarna hijau. Ekstrim panas pada musim panas tahun
2003, rata-rata suhu mencapai 22 oC, ditunjukkan oleh garis merah (garis vertikal
ditunjukkan setiap tahun pada 137 tahun pencatatan). Distribusi Gaussian yang pas
ditunjukkan dengan kurva berwarna hijau. Tahun 1909, 1947, dan 2003 dimunculkan
karena tahun-tahun itu mewakili tahun-tahun ekstrim selama pencatatan. Nilai di sudut
bawah sebelah kiri menunjukkan standar deviasi () dan anomali tahun 2003
dinormalisasi oleh standar deviasi tahun 1864 2003 (T/ ). Disadur dari Schr et al.
(2004). Nilai pendekatan berdasarkan kemungkinan seperti itu Apakah pengaruh
manusia mengubah kemungkinan sebuah kejadian? Apakah pendekatan itu
digunakan untuk memperkirakan pengaruh factor-faktor internal, seperti peningkatan
gas-gas rumah kaca, pada frekuensi tipe-tipe kejadian-kejadian yang spesifik, seperti
late-spring frost, dapat berubah akibat perubahan dalam variabilitas iklim seperti
perubahan dalam kondisi iklim rata-rata. Analisis tersebut mengandalkan model iklim
berdasarkan perhitungan variabilitas iklim, dan karenanya model-model iklim yang
digunakan harus cukup mewakili variabilitas tersebut.
Pendekatan berdasarkan kemungkinan yang sama dapat digunakan untuk menguji
perubahan-perubahan pada frekuensi curah hujan yang besar atau banjir. Model-model
iklim memprediksikan bahwa pengaruh-pengaruh manusia akan menyebabkan
peningkatan dalam banyak tipe kejadian-kejadian ekstrim, termasuk curah hujan
ekstrim. Sudah ada bukti bahwa, pada dekade saat ini, curah hujan ekstrim telah
meningkat di beberapa daerah mengarah pada peningkatan banjir. (Diterjemahkan oleh
Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)

15. DAPATKAH PEMANASAN GLOBAL ABAD KE-20 DIJELASKAN OLEH


VARIABILITAS ALAMI ?

Sangat tidak mungkin bahwa pemanasan abad ke-20 disebabkan oleh sebab-sebab
alami. Akhir abad ke-20, panasnya semakin tidak biasa. Rekonstruksi iklim lampau
(paleo climatic) menunjukkan bahwa di tengah kedua abad ke-20 mungkin adalah
periode 50 tahun terpanas di belahan bumi selatan dalam 1300 tahun terakhir.
Pemanasan cepat ini mungkin konsisten dengan pemahaman ilmiah tentang bagaiman
iklim harus merespon peningkatan gas-gas rumah kaca yang cepat seperti yang telah
terjadi selama abad silam, dan pemanasan tidak konsisten dengan pemahaman ilmiah
tentang bagaimana iklim harus merespon faktor eksternal alami seperti varibilitas dalam
output matahari dan aktivitas gunung api. Model-model iklim menyediakan alat yang
cocok untuk mempelajari berbagai pengaruh pada iklim bumi. Ketika pengaruh-
pengaruh meningkatkan gas rumah kaca dimasukkan ke dalam model seperti faktor-
faktor eksternal alami, model-model akan menghasilkan simulasi yang baik akan
pemanasan yang telah terjadi selama abad terakhir. Suatu model akan gagal membuat
ulang pemanasan yang diamati ketika dijalankan hanya menggunakan faktor-faktor
alami. Ketika faktor-faktor manusia dimasukan, model-model juga mensimulasikan pola
geografis perubahan suhu di seluruh globe dengan yang telah terjadi pada dekade saat
ini. Pola spasial ini, yang memiliki fitur-fitur seperti pemanasan yang lebih besar pada
lintang utara tinggi, berbeda dari pola variabilitas iklim alami penting kebanyakan yang
berhubungan dengan proses-proses iklim internal, seperti El-Nino. Variabilitas dalam
iklim bumi sepanjang masa disebabkan oleh proses-proses eksternal, seperti El Nio,
begitu juga dengan perubahan pada pengaruh-pengaruh eksternal lainnya. Pengaruh-
pengaruh eksternal ini dapat alamiah, seperti aktivitas vulkanik dan variasi output
tenaga matahari, atau disebabkan oleh aktivitas manusia seperti emisi gas rumah kaca,
aerosol yang bersumber dari manusia, penipisan ozon dan perubahan penggunaan
lahan. Peran proses-proses internal alami dapat dihitung dengan mempelajari variasi
yang diamati dalam iklim dan dengan menjalankan model-model iklim tanpa merubah
faktor eksternal apapun yang mempengaruhi iklim. Pengaruh-pengaruh eksternal dapat
dihitung dengan model dengan mengubah faktor-faktor ini dan dengan menggunakan
pemahaman fisik dari proses yang terlibat. Pengaruh yang dikombinasikan dari
variabilitas internal alami dan faktor eksternal dapat juga dihitung dari informasi iklim
yang dicatat dalam cincin (lingkaran) pohon, inti es dan tipe thermometer alami lainnya
sebelum zaman industri.
Gambar 15. Perubahan Suhu relative terhadap rata-rata yang sesuai untuk tahun 1901
1950 (C) dari dekade ke dekade mulai tahun 1906 hingga 2003 di atas berbagai
benua, serta seluruh dunia, area daratan dan lautan global (grafik bawah). Garis hitam
menunjukkan perubahan suhu pengamatan, pita berwarna menunjukkan kombinasi
jangkauan meliputi 90% simulasi model terakhir. Warna merah mengindikasikan
simulasi yang memasukkan factor manusia dan alam. Warna biru menunjukkan
simulasi yang hanya memasukkan faktor alam. Garis hitam putus-putus menunjukkan
dekade dan wilayah benua bagi yang memiliki sedikit pengamatan. Deskripsi lebih
lanjut dari gambar ini serta metodenya diberikan pada materi suplementasi Appendix
9c.
Faktor-faktor eksternal alami mempengaruhi iklim termasuk aktivitas vulkanik dan
variasi dalam output tenaga matahari. Letusan gunung berapi ada kalanya
menyemburkan jumlah debu dan aerosol sulfat yang tinggi ke atmosfer, melindungi
bumi dan merefleksikan sinar matahari kembali ke angkasa. Output matahari memiliki
siklus 11 tahun dan bisa juga memiliki variasi jangka yang lebih panjang. Aktifitas
manusia selama 100 tahun terakhir, khususnya pembakaran bahan bakar fosil, telah
menyebabkan peningkatan tinggi dan karbondioksida serta gas-gas rumah kaca
lainnhya di atmosfer. Sebelum zaman industri, gas-gas ini sudah tetap pada konsentrasi
mendekati nol selama ribuan tahun. Aktifitas manusia juga telah menyebabkan
peningkatan-peningkatan konsentrasi pada partikel-partikel refleksi murni, atau
aerosoldi atmosfer khususnya selama 1950an dan 1960an. Meskipun proses-proses
internal alami, seperti El Nio, dapat menyebabkan variasi dalam suhu rata-rata global
jangka waktu yang relatif pendek, analisis mengindikasikan bahwa sebuah porsi besar
diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal. Jangka waktu pendinginan global yang singkat
telah telah mengikuti letusan gunung api besar, seperti Gunung Pinatubo pada 1991.
Pada awal abad ke-20, suhu rata-rata global meningkat, waktu dimana konsentrasi gas
rumah kaca mulai meningkat, output matahari mungkin meningkat dan ada sedikit
aktivitas vulkanik. Selama tahun 1950an dan 1960an, suhu global rata-rata mendatar
(stabil), peningkatan aerosol dari bahan bakar fosil dan sumber-sumber lainnya
mendinginkan planet. Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 juga menaruh kuantitas
akan banyaknya debu reflektif ke dalam atmosfer atas. Pemanasan yang cepat yang
diamati pada gas-gas rumah kaca telah mendominasi semua faktor-faktor lain. Banyak
eksperimen telah dilakukan menggunakan model iklim untuk menentukan kemungkinan
penyebab perubahan iklim abad ke-20. Eksperimen tersebut mengindikasikan bahwa
model tidak bisa membuat ulangan pemanasan cepat yang diamati pada dekade baru-
baru ini ketika model-model tersebut hanya memasukkan variasi output matahari dan
aktivitas gunung api. Bagaimanapun juga, seperti yang ditunjukkan di Gambar 15,
model-model mensimulasikan perubahan suhu yang diamati pada abad ke-20 ketika
mereka memasukkan semua faktor-faktor eksternal terpenting termasuk pengaruh-
pengaruh manusia dari sumber-sumber seperti gas-gas rumah kaca dan faktor-faktor
eksternal alami. Respon yang dihitung dengan model pada faktor-faktor eksternal
inidapat dideteksi pada iklim abad ke 20 secara global dan dalam tiap benua kecuali
antartka dimana tidak ada pengamatan yang cukup. Pengaruh manusia pada iklim
sangat mungkin mendominasi semua penyebab perubahan lain pada suhu permukaan
global selama abad terakhir.
Sumber ketidakpastian sering muncul dari pengetahuan yang tidak lengkap akan
beberapa faktor ekternal (seperti aerosol yang bersumber dari manusia). Selain itu,
model-model iklim sendiri juga tidak sempurna. Meskipun demikian, semua model
mensimulasikan pola respon pada peningkatan gas rumah kaca dari aktifitas manusia
serupa dengan pola perubahan yang diamati. Pola ini termasuk pemanasan daratan
yang lebih besar dari pada lautan. Pola perubahan, yang berbeda dari pola-pola dasar
perubahan suhu berhubungan dengan variabiltas internal alami, seperti El Nio,
membantu untuk membedakan respon kepada gas-gas rumah kaca dari faktor-faktor
eksternal alami. Model-model dan pengamatan menunjukkan pemanasan pada bagian
bawah atmosfer (troposfer) dan pendinginan meningkat di stratosfer. Ini merupakan
jejak lain dari perubahan yang mengungkap pengaruh manusia pada iklim. Sebagai
contoh, peningkatan output matahari bertanggung jawab akan pemanasan iklim saat ini,
troposfer dan stratosfer sudah (akan) panas. Selain itu, perbedaan dalam waktu
pengaruh manusia dan ekternal alami membantu membedakan respon-respon iklim
terhadap faktor-faktor ini. Pertimbangan seperti itu meningkatkan keyakinan bahwa
manusia adalah penyebab yang lebih dominan daripada faktor alami pemanasan global
yang di amati selama lebih dari 50 tahun terakhir. Perkiraan suhu belahan bumi utaras
elama 1 sampai 2 milenium terakhir, berdasarkan thermometer alami seperti cincin
pohon yang bervariasi dalam luas atau kerapatan ketika suhu berubah, dan catatan
cuaca historik, menyediakan bukti tambahan bahwa pemanasan abad ke-20 tidak bisa
hanya dijelaskan oleh variabilitas internal alami dan faktor-faktor penekan ekternal
alami. Keyakinan dalam perkiraan suhu ini meningkat karena sebelum zaman industri
banyak variasi yang ditunjukkan di suhu rata-rata belahan bumi utara dapat dijelaskan
oleh pendinginan episodic yang disebabkan oleh letusan vulkanik besar dan oleh
perubahan output matahari. Variasi yang tersisa umumnya konsisten dengan
variabilitas yang disimulasikan oleh model-model iklim pada ketidakhadiran faktor-faktor
alami dan faktor eksternal dari manusia. Sementara ada ketidakpastian dalam perkiraan
suhu lampau, mereka menunjukkan bahwa mungkin setengah kedua abad ke-20
adalah periode 50 tahun terpanas dalam 1300 tahun terakhir. Variabilitas iklim yang
diperkirakan disebabkan oleh faktor alami adalah kecil dibadingkan dengan pemanasan
abad ke-20 yang kuat. (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
16. APAKAH KEJADIAN-KEJADIAN EKSTRIM SEPERTI GELOMBANG PANAS,
KEMARAU ATAU BANJIR, DIHARAPKAN BERUBAH KETIKA IKLIM BUMI
BERUBAH ?
Ya, tipe frekuensi dan intensitas kejadian-kejadian ekstrim diharapkan berubah ketika
iklim bumi berubah, dan perubahan-perubahan ini dapat terjadi bahkan dengan
perubahan iklim rata-rata yang relatif kecil. Perubahan pada beberapa tipe kejadian
ekstrim telah diobservasi, sebagai contoh, peningkatan frekuensi dan intensitas
gelombang panas serta hujan. Pada iklim masa depan yang lebih panas, akan ada
peningkatan resiko yang lebih intensif dan lebih sering dan akan terjadi gelombang
panas. Gelombang panas Eropa pada tahun 2003 adalah contoh kejadian panas
ekstrim yang terjadi selama beberapa hari hingga beberapa minggu, hal ini sepertinya
akan menjadi hal biasa pada iklim masa depan yang lebih panas. Aspek yang
berhubungan dengan kejadian suhu ekstrim adalah kemungkinan terjadinya penurunan
kisaran suhu harian (diurnal) pada sebagian besar wilayah. Kemungkinan lainnya, iklim
masa yang akan datang memanas dan hari beku (frost day) menjadi lebih sedikit (misal:
malam hari dimana suhu menurun di bawah titik beku). Panjang musim pertumbuhan
dihubungkan dengan frost day, dan telah diproyeksikan meningkat ketika iklim panas.
Kemungkinan penurunan frekuensi hari dingin (misal: periode dingin ekstrim yang
berlangsung beberapa hari hingga seminggu) pada musim dingin belahan bumi utara
(BBU) di sebagian besar wilayah. Pengecualian terjadi di wilayah dengan pengurangan
terkecil Amerika Utara bagian barat, Atlantik Utara, Eropa Selatan dan Asia akibat
perubahan sirkulasi atmosfer. Pada iklim masa depan yang lebih panas, sebagian besar
proyek Model-Model Sirkulasi Umum Atmosfer Lautan meningkatkan kekeringan pada
musim panas dan kebasahan pada musim dingin di sebagian besar bagian Lintang
Tengah Utara dan Lintang Tinggi. Kekeringan pada musim panas mengindikasikan
kemarau dengan resiko yang lebih besar. Seiring dengan resiko kering, ada
peningkatan hujan yang intensif dan banjir dari daya ikat air yang lebih besar pada
atmosfer yang lebih panas. Hal ini telah diamati dan diperkirakan akan terus
berlangsung karena dunia semakin panas, hujan cenderung terkonsentrasi pada
kejadian yang lebih intensif dengan periode yang lebih panjang diantaranya (jumlah
hujan sedikit dengan periode panjang). Oleh karena itu, intensitas dan hujan yang lebat
akan diselingi dengan periode kering yang relatif lebih panjang. Aspek lain dari
perubahan proyeksi ini adalah ekstrim basah diperkirakan menjadi lebih parah di
beberapa wilayah disaat curah hujan rata-rata meningkat, dan ektrim panas
diperkirakan menjadi lebih parah di wilayah yang curah hujannya diharapkan menurun.
Bersamaan dengan hasil peningkatan ekstrim dari curah hujan yang intensif, meskipun
kekuatan angin pada iklim yang masa datang tidak berubah, akan terjadi peningkatan
intensitas hujan ekstrim. Khusunya, diatas daratan bumi belahan utara, kemungkinan
peningkatan kebasahan pada musim dingin diperkirakan di atas Eropa bagian Utara
dan Tengah akibat peningkatan hujan yang intensif selama badai. Banjir yang
meningkat di di Eropa dan wilayah lintang tengah disebabkan oleh curah hujan yang
intensif dan kejadian salju menghasilkan limpasan air permukaan yang lebih banyak.
Hasil yang sama terjadi pada hujan di musim panas, berdampak banjir lebih banyak
pada wilayah Asia Monsun dan wilayah tropis lainnya. Peningkatan resiko banjir di
beberapa sungai utama pada iklim yang semakin panas berhubungan pada
peningkatan aliran sungai dengan peningkatan resiko badaiberhubungan dengan
kejadian curah hujan ekstrim dan banjir. Beberapa perubahan ini akan cenderung lebih
lamadari yang sudah berjalan. Ada bukti dari penelitian hasil model iklim dimana siklom
tropis masa depan akan menjadi lebih parah, dengan kecepatan angin yang lebih besar
dan hujan yang jauh lebih intensif. Studi mengatakan bahwa perubahan itu mungkin
sudah terjadi, ada indikasi bahwa rata-rata beberapa angin topan kategori 4 dan 5 per
tahun telah meningkat selam 30 tahun terakhir. Sejumlah penelitian modeling juga
sudah memperkirakan kecenderungan akan badai yang lebih sedikit tetapi lebih intensif
di luar daerah tropis dengan kecenderungan menuju kejadian angin yang lebih ekstrim
dan gelombang laut yang lebih tinggi pada beberapa daerah dalam hubungannya
dengan siklon-siklon yang kuat. Model-model juga memproyeksikan pergantian arah
kutub jalur badai pada kedua belahan bumi sampai beberapa derajat lintang.
(Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
17. BAGAIMANAKAH KEMUNGKINAN PERUBAHAN IKLIM DADAKAN DAN
DAHSYAT, SEPERTI HILANGNYA LEMBAR-LEMBAR ES ATAU PERUBAHAN
DALAM SIRKULASI LAUT GLOBAL?

Perubahan iklim dadakan dan dahsyat, seperti jatuhnya lembar es Antartika Barat,
hilangnya lembar es Greenland dengan cepat atau perubahan skala besar sistem
sirkulasi lautan, tidak dipertimbangkan terjadi pada abad ke-20, berdasarkan hasil
model yang tersedia saat ini. Bagaimanapun juga, kejadian perubahan seperti itu
menjadi sangat mungkin ketika gangguan sistem iklim terus berlanjut. Analisis fisika,
kimia, dan biologi dari inti es Greenland, sedimen laut dari Atlantik Utara dan
dimanapun dan arsip-arsip iklim masa alampau lainnya telah mendemonstrasikan
bahwa suhu lokal, rezim angin dan siklus angin dapat berubah dengan cepat hanya
dalam beberapa tahun. Perbandingan hasil dari catatan di beberapa lokasi dunia
menunjukkan bahwa di masa lampau perubahan besar hemisfer sampai tingkat global
terjadi. Ini telah mengarah pada dugaan iklim masa lampau yang tidak stabil yang
mengalami fase perubahan kasar. Oleh karena itu, kepedulian yang penting adalah
berlangsungnya pertumbuhan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer merupakan
gangguan yang cukup kuat untuk memicu perubahan dadakan pada sistem iklim.
Gangguan seperti itu dengan sistem iklim dapat dianggap berbahaya, karena akan
memiliki konsekuensi global. Sebelum mendiskusikan beberapa contoh perubahan
tersebut, sangat berguna untuk mendefinisikan istilah dadakan dan dahsyat. Dadakan
membawa arti bahwa perubahan yang terjadi jauh lebih cepat daripada gangguan
inducing perubahan; dengan kata lain, responnya non-linear. Perubahan iklim dahsyat
adalah yang melibatkan perubahan melebihi selang variabilitas alami saat ini dan
memiliki selang luas spasial dari beberapa ribu kilometer sampai global. Pada skala
lokal sampai regional, perubahan kasar adalah karateristik yang umum dari variabilitas
iklim alami. Disini, kejadian berumur pendek yang lebih cocok dirujuk sebagai kejadian
ekstrim tidak dipertimbangkan, tetapi perubahan skala luas yang berevolusi secara
cepat dan berlangsung selama beberapa tahun samapi dekade. Sebagai contoh,
pertengahan 1970an pergantian suhu permukaan laut di Pasifik bagian timur, atau
pengurangan salinitas pada kedalaman 1000 m di Laut Labrador sejak pertengahan
1980an, adalah contoh-contoh kejadian dadakan dengan konsekuensi lokal sampai
regional, berlawanan dengan skala luas, kejadian lebih panjang adalah fokusnya disini.
Satu contoh adalah kejatuhan potensial, atau tertutupnya Gulf Stream, yang telah
mendapat perhatian umum. Gulf Stream adalah arus horizontal utama di Laut Atlantik
barat laut yang dipicu oleh angin hangat tropis. (Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan
Edvin Aldrian)
18. JIKA EMISI GAS-GAS RUMAH KACA DIKURANGI, SEBERAPA CEPATKAH
KONSENTRASINYA DI ATMOSFER MENURUN ?
Penyesuaian konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sampai pengurangan emisinya
bergantung pada proses-proses fisika dan kimia yang menguraikan tiap gas dari
atmosfer. Konsentrasi beberapa gas rumah kaca menurun hampir cepat dengan respon
pengurangan emisi, sementara yang lainnya dapat terus meningkat selama berabad-
abad bahkan dengan emisi yang berkurang. Konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer
bergantung pada kompetisi antara laju emisi ke dalam atmosfer dan laju proses-proses
yang menghilangkannya dari atmosfer. Sebagai contoh, karbondioksida (CO2) ditukar
antara atmosfer, lautan dan daratan melalui proses-proses seperti transfer gas
atmosfer-lautan dan proses-proses kimia (e.g., hujan/terlarut secara kimia) dan biologi
(contoh, fotosintesis). Sementara lebih dari setengah CO2 yang diemisikan dihilangkan
dari atmosfer dalam satu abad, beberapa fraksi (sekitar 20%) CO2 yang diemisikan
tetap di atmosfer selama beberapa abad. Karena proses penghilangan yang lambat,
CO2 atmosfer akan terus meningkat dalam jangka panjang bahkan jika emisinya
dikurangi dari tingkat saat ini. Metana, CH4, dihilangkan oleh proses-proses kimia di
atmosfer, sementara N2O dan beberapa halokarbon dihancurkan di atmosfer atas oleh
radiasi matahari. Proses-proses ini masing-masing bekerja pada skala waktu yang
bebeda berkisar dari tahun ke milenium. Ukuran untuk ini adalah waktu hidup gas di
dalam atmosfer, didefinisikan sebagai waktu yang digunakan untuk sebuah gangguan
untuk dikurangi 37% dari jumlah awalnya. Sementara untuk CH4, N2O dan gas-gas
lainnya seperti hidroklorofluorokarbon-22 (HCFC-22), cairan refrigerant, waktu hidupnya
bisa ditentukan (untuk CH4 sekitar 12 tahun, N2O sekitar 110 tahun, dan untuk HCFC-
22 sekitar 12 tahun), waktu hidup CO2 tidak bisa ditentukan. Perubahan konsentrasi
gas bergantung pada bagaimana emisi berevolusi sepanjang waktu. Jika emisi
meningkat sejalan dengan waktu, konsentrasi atmosfer juga akan meningkat terhadap
waktu, dan tidak tergantung pada waktu hidup atmosfer gas. Bagaimanapun juga, jika
tindakan diambil untuk mengurangai emisi, nasib konsentrasi gas trace akan
bergantung pada perubahan relatif tidak hanya pada emisi tetapi juga proses-proses
penghilangannya. Disini kami menunjukkan bagaimana masa hidup dan proses-proses
penguraian gas-gas berbeda dictate evolusi konsentrasi ketika emisi dikurangi.
Sebagai contoh, ada tes kasus yang mengilustrasikan bagaimana konsentrasi yang
akan datang dari ke 3 gas trace ini akan merespon perubahan emisi ilustratif
(diwakilkan disini sebagai respon terhadap tekanan impulsif dari emisi). Kita
menganggap CO2, yang tidak memiliki masa hidup yang spesifik, begitu juga dengan
gas trace dengan masa hidup panjang sesuai abad (contoh N2O) , dan gas trace
dengan masa hidup pendek sesuai dekade (seperti CH4, HCFC-22 atau halokarbon
lain). Untuk tiap gas, lima ilustrasi emisi masa depan ditampilkan; stabilisasi emisi pada
tingkat saat ini, dan pengurangan emisi 10%, 30%, 50% dan 100%. Perilaku CO2
sangat berbeda dari gas-gas trace yang masa hidupnya jelas. Stabilisasi emisi CO2
pada tingkat saat ini akan menghasilkan peningkatan yang berlanjut akan CO2
atmosfer selama abad ke-21, dimana untuk gas dengan masa hidup dengan urutan
abad atau dekade, stabilisasi emisi pada tingkat saat ini akan mengarah pada
stabilisasi konsentrasinya pada tingkat yang lebih tinggi daripada saat ini dalam
beberapa abad, dekade, berturut-turut. Bahkan, hanya pada kasus penghapusan emisi
lengkap konsentrasi CO2 atmosfer dapat distabilkan pada nilai yang konstan. Semua
kasus pengurangan emisi CO2 lainnya menunjukkan peningkatan konsentrasi karena
karakteristik proses-proses pertukarannya berhubungan dengan siklus karbon dalam
sistem iklim. Lebih spesifik, laju emisi CO2 melebihi laju penguraiannya, dan
penguraian yang tidak lengkap dan lambat menunjukkan bahwa pengurangan kecil atau
sedang pada emisinya tidak akan menstabilkan konsentrasi CO2, tetapi hanya
mengurangi laju pertumbuhannya pada dekade mendatang. Pengurangan 100% emisi
CO2 diharapkan mengurangi laju pertumbuhannya 10%, sementara pengurangan emisi
30% akan mengurangai laju pertumbuhan konsentrasi CO2 30%. Pengurangan 50%
akan menstabilkan CO2 atmosfer, tetapi hanya kurang dari satu dekade. Setelah itu,
CO2 atmosfer akan meningkat lagi begitu buangan daratan dan laut menurun akibat
penyesuaian kimia dan biologi. Penghapusan lengkap emisi CO2 diperkirakan
mengarah pada penurunan lambat CO2 atmosfer sekitar 40 ppm selama abad ke-21.
Situasi ini sangat berbeda dari gas-gas trace dengan masa hidup yang jelas. Untuk gas
trace ilustratif dengan masa hidup sesuai abad (contoh N2O), pengurangan emisi lebih
dari 50% dibutuhkan untuk menstabilkan konsentrasi mendekati nilai saat ini. Emisi
tetap mengarah pada stabilisasi konsentrasi dalam beberapa dekade. Dalam kasus gas
ilustratif dengan masa hidup pendek, kehilangan pada saat ini sekitar 70% emisi.
Pengurangan emisi kurang dari 30% akan akan menghasilkan peningkatan konsentrasi
jangka pendek dalam kasus ini, tetapi sebaliknya pada CO2, akan mengarah pada
stabilisasi konsentrasinya dalam beberapa dekade. Penurunan pada tingkat dimana
konsentrasi gas tersebut akan stabil proporsional pada pengurangan emisi. Karena itu,
pada contoh ilustrasi ini, pengurangan emisi gas trace ini lebih besar daripada 30%
akan dibutuhkan untuk menstabilkan konsentrasi pada tingkat signifikan di bawah saat
ini. Pengurangan emisi yang lengkap akan mengarah pada kembalinya konsentrasi pra
industri kurang dalam seabad untuk gas trace dengan masa hidup sesuai dekade.
(Diterjemahkan oleh Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)
19. APAKAH PERUBAHAN IKLIM YANG DIPROYEKSIKAN BERVARIASI DARI
DAERAH KE DAERAH ?
Iklim bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Variasi ini dipicu oleh distribusi
pemanasan matahari yang tidak merata, respon individu atmosfer, lautan, dan
permukaan daratan, interaksi diantaranya, dan karakteristik fisik daerah tersebut.
Gangguan unsur-unsur atmosfer yang mengarah pada perubahan global
mempengaruhi aspek-aspek tertentu dari interaksi kompleks ini. Beberapa faktor yang
disebabkan manusia yang mempengaruhi iklim forcing adalah global di alam,
sementara yang lainnya berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Sebagai contoh,
karbondioksida, yang menyebabkan pemanasan, didistribusikan secara merata di
seluruh bumi, tidak tergantung dari mana emisinya berasal, sementara aerosol sulfat
(partikel kecil) yang menjadi pemicu beberapa pemanasan cenderung regional dalam
pendistribusiannya. Lebih jauh lagi, respon terhadap forcing sebagian diatur oleh
proses-proses balik yang beroperasi pada daerah yang berbeda dari tempat dimana
forcingnya paling besar. Karena itu, perubahan iklim yang diproyeksikan juga akan
bevariasi dari satu daerah ke daerah lain. Lintang adalah titik mulai yang baik untuk
mempertimbangkan bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi sebuah daerah.
Sebagai contoh, ketika pemanasan diharapkan dimanapun di bumi, jumlah pemanasan
yang diproyeksikan umumnya meningkat dari daerah tropis ke kutub di belahan bumi
utara. Hujan lebih kompleks, tetapi juga memiliki fitur-fitur yang bergantung pada
lintang. Pada lintang dekat dengan daerah kutub, hujan diproyeksikan meningkat,
sementara penurunan diproyeksikan di banyak daerah di tropis. Peningkatan hujan
tropis diproyeksikan selama musim hujan (e.g., monsunal), dan pada Pasifik tropis
khusunya. Lokasi lautan dan pegunungan juga faktor yang penting. Umumnya, interior
benua diproyeksikan hangat lebih dari daerah coastal. Respon hujan khususnya sensitif
tidak hanya pada geometri kontinental, tapi juga bentuk pegunungan terdekat dan arah
arus angin. Monsun, siklon ekstratropis dan hurricane/typhoon semua dipengaruhi
dengan cara yang berbeda oleh fitur-fitur spesifik daerah ini.
Beberapa aspek yang paling sulit dalam memahami dan memproyeksikan perubahan
pada iklim regional berkaitan dengan perubahan yang mungkin pada sirkulasi atmosfer
dan lautan, dan pola variabilitasnya. Meskipun pernyataan umum mencakup varietas
daerah dengan iklim yang mirip secara kualitatif dapat dibuat dalam beberapa kasus,
hampir setiap daerah berbeda dan unik dalam beberapa cara. Sebagai contoh apakah
zona pesisir disekeliling laut Mediterania subtropis, cuaca ekstrim di interior Amerika
Utara bergantung pada perpindahan uap air dari Gulf Meksiko, atau interaksi antara
distribusi tanaman, suhu lautan dan sirkulasi atmosfer yang membantu mengontrol
batas bagian selatan Gurun Sahara.
Sementara mengembangkan pemahaman keseimbangan faktor-faktor global dan
regional yang benar tetap menjadi tantangan, pemahaman faktor-faktor ini tetap
berkembang, meningkatkan keyakinan kita pada proyeksi regional. (Diterjemahkan oleh
Dian Nur Ratri dan Edvin Aldrian)

Read more: Artikel Perubahan Iklim http://karangploso.jatim.bmkg.go.id/index.php/90-


klimatologi/analisis-klimatologi/artikel-perubahan-iklim/126-artikel-perubahan-
iklim#ixzz4gSjryeLB
Under Creative Commons License: Attribution Share Alike
Follow us: @BMKGkarangploso on Twitter | bmkgstasiunklimatologikarangplosomalang on
Facebook

Anda mungkin juga menyukai