Secangkir teh dan bolu sore ini menghantarkan pada senja yang
kau titipkan untukku. Jingganya terasa begitu hangat menenangkan,
begitu mengikat setiap hembus angin kenangan. Baru satu bulan kita tak
bersua, sudah terasa dahaga batin. Beriring langkah melahap senja di
bibir pantai bersama debur ombak.
Saat ini sedikit demi sedikit teh manis yang kuteguk hampir habis.
Padahal merindumu dan kenangan itu tak pernah habis di pikirku. Datang
kemudian pergi menyisakan kenangan yang berarti untuk dikenang
kembali. Seakan kau adalah pahlawan yang patut kukenang. Mungkin
memang begitu adanya, kau adalah pahlawan hati. Untuk saat ini kau tak
menjadi teman hidup namun telah menjadi pelajaran hidup.
Tak ada yang akan tahu siapa teman hidupku pun hidupmu kelak.
Jelasnya, saat ini bagiku kau cukup memberi pelajaran hidup. Akan
disimpan hal manis tentang kita, meski sakit hati yang kau beri begitu
nyata. Kesakitan itu tak berarti, karena aku tak pernah sesali. Terima
kasih untuk semua harapan yang pernah kita bangun bersama. Terima
kasih pula untuk meninggalkanku tanpa bahasa. Untuk patah yang
kuterima, kau tak perlu khawatir karena sepenuhnya aku yakin dapat
menata kepingan ini sedikit demi sedikit.
Nyatanya kini aku tetap baik-baik saja, bahkan merasa lebih tegar,
lebih baik dari aku yang lalu saat dulu kita bertemu. Kau mengajarkanku
berdiri sendiri saat patah hati menyelimuti. Tetap kokoh meski hujan
dapat melapukkan. Bermain dengan sakitnya air hujan melawan setiap
tangis kenangan. Memeluk rindu yang dibawa hujan begitu eratnya.
Tersenyum begitu anggun kala Tuhan memberi kesempatan kembali
menatap mata itu. Membuang seluruh perasaan hancur untuk sementara.
Namun darimu aku belajar bahwa disakiti tak selalu balas menyakiti.
Teman duduk sore ini telah tiada, teh dan bolu favoritku telah
habis kulahap. Berakhir pula senja yang kunikmati dengan merindumu.
Meski sakit hati, tak sedikitpun keburukan terlontar di bibir maupun hati.
Karena aku tahu bahwa Tuhan selalu menyimpan yang terbaik disaat yang
tepat. Bahwa Tuhan memberi yang kita butuhkan bukan apa yang kita
inginkan.
-Pena Biru-