Anda di halaman 1dari 8

Bambu, Material Ramah Lingkungan yang Potensial

Christophorus Werner Hasto Prabowo


Email: Christophorushasto@yahoo.com
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Indonesia
Fakultas Teknik
Program Studi Arsitektur

Abstrak
Pemanfaatan kekayaan alam untuk digunakan sebagai elemen pembentuk sebuah bangunan telah
dilakukan oleh masyarakat sejak dulu. Pemanfaatan ini berkaitan dengan ketersediaan material lokal yang
ada di daerah sekitarnya. Pada lingkup wilayah di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang amat
besar hal ini tentu juga dilakukan oleh masyarakatnya. Dengan di berkahi dengan tanah yang subur
menjadikan berbagai tanaman dapat tumbuh subur disini, salah satunya adalah bambu. Bambu adalah
tumbuhan sejenis rumput liar yang memiliki batang berbentuk tubular. Bambu merupakan tanaman yang
dapat tumbuh dan regenerasi dengan cepat, hanya memerlukan waktu 3-5 tahun penanaman , bambu
sudah dapat dipanen, dalam pengolahannya pun untuk bisa dimanfaatkan sebagai elemen pembentuk
bangunan tidak di perlukan energi yang besar dan tidak menghasilkan limbah yang dapat merusak alam.
Bambu merupakan bahan alami yang bersifat organik, sehingga tanpa perlakuan khusus untuk
melindunginya, bambu hanya dapat bertahan kurang dari tiga tahun. Namun jika diperlakukan dengan
baik bambu mampu bertahan hingga 30 tahun. Hal ini menjadikan bambu menjadi material ramah
lingkungan yang potensial.

Kata kunci : bambu, ramah lingkungan, potensial.

Pendahuluan

Bambu, merupakan tumbuhan sejenis rumput liar yang berkembang biak dengan akar rimpang
yang berbentuk kelompok menjalar dan membentuk tunas baru. Berdasarkan Di dunia terdapat 1500 jenis
tanaman bambu, dan 170 jenis diantaranya berasal dari indonesia. Tentu ini menjadi peluang jika bisa
dimanfaatkan dan dikelola dengan pengolahan yang baik.

Bambu merupakan tanaman yang mudah


menyesuaikan diri dengan kondisi tanah
maupun cuaca yang ada. Bambu dapat tumbuh
mulai dari kondisi tanah yang sangat kering
hingga yang sangat lembab.tidak hanya
kemampuan beradaptasinya yang luar biasa
namun juga bambu dapat tumbuh dengan sangat
cepat. Cukup 3-6 tahun bambu sudah dapat di
pergunakan sebagai bahan bangunan yang
Gambar 1.1. Bambu (sumber:google.com) dengan perlakuan yang tepat dapat bertahan
lama. Dalam pengolahannya pun tidak
membutuhkan energi yang banyak serta tidak menghasilkan limbah yang dapat menggangu lingkungan.
Hal ini yang membuat bambu menjadi material ramah lingkungan.

Bambu bukan satu-satunya material alam yang dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan
namun ada kayu yang berasal dari beberapa jenis pohon tertentu juga merupakan salah satu material yang
digemari di masyarakat , akan tetapi karena pertumbuhan serta regenerasinya yang dinilai lambat
sedangkan permintaannya yang begitu tinggi ini mengakibatkan kelangkaan pada material ini. Selain itu

1
material bangunan juga dapat berupa bahan olahan dari pabrik seperti baja dan beton yang sering
diaplikasikan dilingkup perkotaan namun material dari pabrik ini dinilai tidak ramah lingkungan karena
proses pengolahannya yang membutuhkan banyak energi dan hal ini menyebabkan harganya yang mahal
terlebih lagi limbah dari hasil pengolahan ini dapat mencemari dan merusak lingkungan. Jika dilihat dan
dipertimbangkan lebih lanjut, material seperti baja dan beton yang mahal dan tidak ramah lingkungan
serta kayu yang semakin langka ini membuat bambu dinilai dapat menjadi material masa depan yang
menjanjikan.

Namun tidak semua orang menyadari keunggulan dari pemanfaatan bambu sebagai bahan
bangunan. Mungkin disebabkan karena banyaknya anggapan negatif terhadap bambu, muncul pandangan
di masyarakat bahwa bangunan yang menggunakan material pabrikasi seperti baja dan beton dapat
menaikan derajat sosial penghuninya , sementara rumah bambu dianggap bukan sebagai rumah permanen
dan bahkan ada yang memiliki pandangan bahwa material bambu hanya dipergunakan oleh golongan
tidak mampu.

Permasalahan yang akan diangkat pada karya tulis ini ialah apakah bambu dapat bermanfaat
sebagai elemen konstruksi dan elemen dekorasi pada bidang arsitektur, serta keuntungan apa saja yang di
dapat dalam penerapan material bambu pada bangunan.

Tujuan dari penulisan karya tulis ini ialah dapat menganalisis pemanfaatan bambu sebagai elemen
konstruksi dan elemen dekorasi pada bidang arsitektur, serta mendiskripsikan keuntungan penerapan
material bambu pada bangunan. Pada penulisan ini yang akan dikaji lebih lanjut ialah mengenai
pemanfaatan bambu sebagai elemen konstruksi dan elemen dekorasi pada bidang arsitektur, serta
mendiskripsikan keuntungan penerapan material bambu pada bangunan.

dalam penulisan karya tulis ini dibagi dalam tiga tahap , yang pertama dalam pengumpulan data-
data dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi kepustakaan (Library research). Dengan merujuk
kepada artikel, buku-buku, internet, dan berita-berita media yang relevan. Dalam pengumpulan data
tersebut lebih mengacu kepada data dari internet. Karena keterbatasan penulis dalam mencari data yang
original. Selanjutkan mengidentifikasi data yang diperoleh dan diselesaikan dengan penarikan
kesimpulan.

Tinjauan Pustaka Material Bambu


Mengenal Bambu

Bambu adalah nama kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon kayu atau perdu yang
melurus dengan batang yang biasanya tegak, kadang-kadang memanjat, mengayu, dan bercabang-
cabang (Sastrapraja,dkk.,1977 dalam Wijaya,2003). Bambu secara botanis dapat digolongkan
pada famili Gramineae. Berbeda dengan kayu, bambu tidak mengenal perkembangan gemang,
bambu berkembang biak dengan akar rimpang, yaitu semacam rebung yang bukan akar maupun
tandan. Akar rimpang tersebut akan mengikat batang bambu pada tanah dan membentuk
kelompok menjalar lalu menjadi tunas baru. Famili Gramineae dibagi atas lima suku, yaitu
Dendrocalaminae, Melocanninae, Bambusinae, Arundinaiinae serta Puellianae Bambu secara
umum merupakan material yang bersifat orthotropic, yaitu memiliki sifat yang berbeda pada 3
arah sumbu; Longitudinal, radial, dan tangensial. Akan tetapi bambu juga merupakan material
yang bersifat biological. Perbedaan dan ketidakkonsistenan sifat karakteristik bambu disebabkan
beberapa faktor, antara lain: jenis bambu, umur bambu, keadaan tanah, keadaan lingkungan, dan
bagian batang bambu. Bambu tua biasanya berumur lebih dari 3 tahun, bambu dewasa berkisar
antara 2-3 tahun, dan bambu muda berkisar antara 0-2 tahun. Bambu tua memiliki warna
permukaan kulit yang sudah berubah dari warma asli (agak putih) dan bercorak akibat ditempeli

2
jamur. Pada bambu muda masih banyak terdapat pelepah pada batang dan warna batang masih
hijau.

Jenis bambu

Dalam majalah seri rumah ide yang mengangkat topik Bambu untuk Rumah
Modern, Imelda Akmal Architectural Writer Studio memaparkan bahwa Dari 1500 jenis
bambu di dunia, 170 (11%) diantaranya berasal dari Indonesia. Namun berdasarkan heinz
frick dalam buku Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu dan majalah seri rumah ide Bambu
Untuk Rumah Modern dipaparkan bahwa dari 170 jenis bambu yang berasal dari
Indonesia ini hanya ada lima jenis bambu yang direkomendasikan untuk digunakan
sebagai material bangunan, yaitu bambu petung, bambu gombong, bambu tali,bambu
hitam, bambu ori. Bambu-bambu ini memiliki karakter yang berbeda-beda dan tentu
memiliki kegunaan yang berbeda pula jika dijadikan sebagai material bangunan, mulai
dari sebagai elemen konstruksi bangunan sampai elemen dekorasi atau pelengkap
bangunan. Untuk mendapat kualitas bambu terbaik yang akan digunakan sebagai material
bangunan, selain diperhatikan jenisnya, bambu yang akan digunakan pun harus
merupakan bambu yang sudah tua sekitar 3-5 tahun. Sebelum digunakan bambu terlebih
dahulu di awetkan agar dapat semakin tahan lama, baru dapat dipergunakan sesuai
dengan kebutuhan. Berikut merupakan pengenalan akan bambu yang telah disebutkan di
atas:

a. Bambu petung (Dendrocalamus Asper). Bambu jenis ini memiliki


rumpun yang agak rapat, Bambu yang
amat kuat, dengan jarak ruas pendek,
tetapi dengan dindingnya tebal
sehingga tidak dapat terbilang elastis,
bambu jenis ini berdiameter 8-13cm,
panjang batang 10-20 m, panjang
ruas berkisar antara 40-60cm,
berwarna hijau kekuning-kuningan..
Bambu ini sering ditanam dan
tumbuh pada daerah berketinggian
Gambar 2.1. Bambu 400-500m, dengan curah hujan
petung 2400mm/tahun. Bambu jenis ini
(sumber:google.com)
biasanya digunakan sebagai struktur utama bangunan, yaitu kolom,
balok, maupun struktur atap. Bambu jenis ini biasa di jual dengan harga
Rp40.000,00/batang.

3
b. Bambu gombong (Gigantochloa Pseudoarundinacea). Bambu ini
memiliki diameter 10cm dan
berwarna hijau kekuningan.
Pelepah buluhnya mempunyai
daun yang berbentuk lanset,
kuping pelepah buluhnya kecil.
Di Indonesia jenis ini dapat
ditemukan di daerah dengan
ketinggian 0-700 m dari
permukaan laut dan beriklim
Gambar 2.2. Bambu kering.Bambu gombong bisa
gombong tumbuh hingga mencapai
(sumber:google,com) 20m.bambu ini banyak digunakan
sebagai kuda-kuda penyangga atap pengganti baja. Bambu jenis ini biasa
di jual dengan harga sama seperti bambu petung.
c. Bambu tali/apus (Gigantochloa Apus) Bambu yang sangat elastis karena
diameter dan ukuran bambu ini
yang tergolong kecil dengan jarak
ruas sampai 65cm dan dengan
diameter 4-8cm, serta panjang
batang 6-13m dengan warna hijau
kekuning-kuningan, mudah tumbuh
di berbagai area. Bambu ini biasa di
gunakan sebagai gording pada
konstruksi atap bambu. Bambu tali
dihargai Rp 6.000,00 Rp 8.000,00/
Gambar 2.3. Bambu Tali
(sumber:google.com) batang.
d. Bambu hitam/wulung (Gigantochloa
Verticillata). Seperti namanya bambu jenis ini hitam dan mudah di temui
di daerah jawa. Bambu wulung
memiliki ruas yang cukup panjang
seperti pada bambu tali/apus yang
jarak ruasnya mencapai 65cm, akan
tetapi bambu jenis ini tebalnya
sampai 2cm dan hal ini
mengakibatkan jenis ini tidak liat
(getas), bergaris kuning muda.
Bambu ini berdiameter 4-10cm
Gambar 2.4. Bambu Hitam dengan panjang batang 7-18m.
(sumber:google.com)
e. Bambu ori /duri (Bambusa
Blumeana) Bambu ini berkarakter kuat dan besar seperti bambu petung,
jarak ruas yang pendek dengan
dinding tebal, bagian luar (kulit)
lebih halus dan licin dibanding
dengan jenis bambu lainnya , selain
itu juga lebih keras dibanding bambu
lainnya. Bambu ini berdiameter 7-10
cm dengan panjang batang 9-18m.
Tumbuh di tanah basah, disepanjang
Gambar 2.5. Bambu ori
(sumber:google.com)
sungai. Masa panen bambu ini dapat
dilakukan setelah umum 3 tahun.

4
Sifat mekanika bambu

Menurut Heinz Frick di dalam bukunya Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu,


secara teoretis sifat mekanika material bambu bergantung pada:

a. Jenis Bambu yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan


b. Umur bambu dan waktu penebangannya
c. Kelembapan ( kadar air keseimbangan ) pada batang bambu
d. Bagian batang bambu yang digunakan (bagian kaki, pertengahan, atau kepala)
e. Letak dan jarak ruasnya masing-masing (bagian ruas kurang tahan terhadap gaya
tekan dan lentur).

Penetapan karakter material bambu ini berdasarkan prasyarat di iklim tropis seperti di
indonesia. bahwa bambu yang dipergunakan dalam pembangunan merupakan bahan
bangunan yang kering dengan kadar air 12%. Hal ini merupakan kadar air
kesetimbangan pada kelembapan udara 70% yang dapat dianggap sebagai nilai rata
rata yang wajar pada iklim tropis. Berikut merupaka sifat mekanika dari bambu:

a) Kuat tarik
Kuat tarik merupakan ketahanan suatu benda menahan gaya luar yang berupa
gaya tarik yang bekerja pada benda tersebut. Morisco pada tahun 1994-1999
telah melakukan pengujian terhadap kuat tarik bambu. Hasil yang didapatkan
kuat tarik kulit bambu ori cukup tinggi yaitu hampir mencapai 5000 kg/cm
persegi, atau sekitar dua kali tegangan luluh baja, sedangkan kuat tarik rata-rata
bambu tetap lebih tinggi jika dibanding dengan luluh baja.
b) Kuat tekan
Kuat tekan merupakan kemampuan benda untuk menahan gaya luar yang
datangpada arah sejajar serat yang cenderung memperpendek atau menekan
bagian-bagian benda secara bersama-sama (Syafii, 1984 dalam Pambudi,2002).
c) Kuat geser
Kuat geser merupakan kemampuan benda untuk menahan gaya luar yang
datangpada arah sejajar serat dan cenderung menekan bagian-bagian benda
secara tidak bersama-sama atau dalam arah yang berbeda. Kuat geser bambu
sangat kecil jika dibandingkan dengan kuat tarik dan kuat tekan bambu.
d) Kuat lentur
Kuat lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
melengkungkan batang bambu atau menahan muatan mati atau hidup. Katena
bambu merupakan bahan yang elastis, maka lendutan yang terjadi sesuai
kekuatan bahan menjadi agak tinggi(rata-rata 1/20).

Pengawetan Bambu

Bambu mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi
tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat sihi dan kelembapan tinggi di
daerah tropis. Serta memiliki kadar selulosa 50% lebih banyak dibanding kayu.
Maka jika tanpa pengawetan dan pemeliharaan yang benar , maka bambu yang
digunakan sebagai material konstruksi hanya dapat bertahan paling lama 2-3
tahun saja. Sedangkan jika dengan pengawetan dan pemeliharaan yang baik dapat

5
bertahan hingga lebih dari 15 tahun. Dalam proses pengolahan bambu itu sendiri
ada beberapa hal yang paling memperngaruhi yaitu masa memotong batang
bambu, perawatan dan pengeringan bambu, dan pengawetan bambu (Heinz,
2004).

Masa memotong batang bambu ( Pemanenan)


Penelitian menunjukkan bahwa bambu sebagai bahan
bangunan
sebaiknya
dipotong pada
umur 3-6
tahun. Pada
umur itu,
bambu
memiliki mutu
dan kekuatan
yang paling
tinggi, dan
paling tahan
Gambar 2.6. Proses pemotongan
bambu (sumber: terhadap hama
oswasngabar.wordpress.com) dan jamur jika
dirawat dan
dikeringkan dengan baik. Batang bambu dipotong sekitar 15-30 cm
(ruas kedua) diatas tanah, langsung pada bagian bawah sebuah ruas
(buku) supaya air dapat masuk pada ruas yang terbuka, sehingga
cepat membusuk yang dapat menghasilkan tunas baru. Untuk
menebang batang bambu, harus selalu menggunakan parang.
Sampai saat ini masih banyak mitos-mitos yang dipercayai
di masyarakat bahwa bambu yang baik hanya boleh ditebang pada
hari-hari tertentu, yaitu Senin, Rabu, dan Minggu. Bambu tidak
boleh ditebang pada Selasa, Jumat dan Sabtu. Waktu tebangnya
pun tidak bisa sembarangan, penebangan bambu yang benar adalah
saat subuh pada saat bulan tua (pada seperempat terakhir sebelum
bulan gelap), karena batang bambu pada waktu ini dinilai paling
kering dan menghindari kadar gula tinggi yang dapat mengundang
hama. Bambu juga tidak boleh ditebang saat rebung baru tumbuh,
hal ini dipercaya akan mengakibatkan kekuatan bambu itu akan
berkurang mudah rapuh. Lalu jika sudah berbunga bambu tidak
boleh digunakan karena dipercaya bambu yang sudah
mengeluarkan bunga merupakan pertanda bahwa bambu akan
segera mati.
Lalu khususnya bambu petung penebangan harus dilakukan
pada saat setengah tua (Sekitar 2 tahun), karena jika terlalu tua
akan mudah retak. Sedangkan untuk bambu lain harus ditebang
pada usia yang paling tua. Ciri bambu yang sudah tua dan siap
tebang adalah menurut jatnika dalam wawancara mengenai bambu:

Gambar 2.7. Bercak putih , ciri


bambu tua
1. Sudah
mengeluarkan
bercak putih
pada batang
bambu
2. Sudah tidak
terdapat
kelopak yang
membungkus
tiap ruas
bambu
3. 10 ruas keatas dari tanah sudah berakar
4. Berbunyi nyaring saat dipukulkan batangnya.
5. Seratnya sudah berwarna cokelat.
6. Sudah tidak berbau, karena bambu muda berbau
seperti tebu/gula.

Perawatan dan Pengeringan bambu

Perawatan bambu yang paling baik dilaksanakan langsung


pada tempatnya.. Batang bambu yang baru dipotong sebaiknya
disandarkan dalam keadaan berdiri pada bambu yang belum dipotong/
atau di tempat teduh. Batang bambu tersebut harus terlindungi
terhadap kelembapan tanah yang akan naik dengan menggunakan
sebuah batu dibawah batang. Batang bambu ini dibiarkan daam
keadaan demikian selama 1-2 bulan. Setelah itu di rendam dengan air
garam dan kapur sekitar satu minggu. Lalu ditiriskan sekitar 2-3 hari.
Cara perawatan secara tradisional lainnya adalah dengan
merendam batang bambu sebelum digunakan selama satu bulan di
dalam air tawar, air payau, atau air laut yang tenang atau mengalir
sehingga kandungan kanji akan dicuci atau hilang. Di dalam air,
Bakteri Anaeorob menyerang kanji didalam batang bambu dan
mengubahnya menjadi zat yang kurang lezat bagi hama , dan menjadi
kurang subuh bagi jamur.Perendaman bambu sebaiknya dilakukan
setelah bambu dikeringkan terlebih dahulu, baru kemudian dapat
direndam seluruhnya. Atau pun dengan cara perawatan yang ketiga
dengan menggunakan api, api bertujuan untuk menghasilkan asap
yang dapat membasmi hama yang berada di dalam batang bambu dan
juga dapat memperkeras permukaan bambu. cara ini juga dapat
meluruskan maupun membengkokan batang bambu(Heinz,2004).

Pengawetan Bambu

Telah banyak percobaan dan penelitian mengenai cara pengawetan


bambu. Pada dasarnya pengawetan bambu adalah proses memasukkan
bahan kimia/ pengawet ke dalam bambu agar keawetannya bertambah

7
dan lebih tahan lama terhadap organisme perusak(Imelda
Akmal,2011). Pengawetan bambu pun terdapat berbagai metode, mulai
dari pengawetan dengan perendaman, batang bambu atau bilah bambu
direndam dalam larutan pengawet, larutan pengawet ini dapat berupa
larutan borak yang mudah didapat kan.
Lalu cara
selanjutnya
dengan metode
pengaliran
(boucherie
process), cara ini
dianggap paling
efisien. Yaitu
batang bambu
yang baru
dipotong
(termasuk
tangkai dan
Gambar 8. Boucherie Process daunnya)
(sumber:Seri Rumah Ide Bambu disambung
Untuk Rumah Modern)
dengan slang
pada ujung kakinya, lalu dihubungkan ke drum besi yang mengandung
bahan pengawet. Bahan pengawet dari drum besi ini akan mengalir di
dalam batang bambu mulai dari pangkal sampir ujung batang. Proses
ini memakan waktu 2-5 hari. Lalu ada cara difusi, yaitu Batang bambu
dimasukkan ke dalam drum besi besar yang sudah di berikan bahan
pengawet berbentuk pasta, nantinya bahan pengawet ini akan diisap
oleh pembuluh rambut yang ada di batang bambu sampai menguap
melalui daunnya. Cara ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan
akan sulit jika batang bambu terlalu panjang. Cara pengawetan
selanjutnya dapat dengan cara pengecatan dengan zat penolak
seranggga. Daun dari pohon imbau (azadirachta indica) dihancurkan
dan digilas sehingga menghasilkan sari daun. Karena sari tersebut
mengandung insektisida alam yang tidak disukai serangga, maka sari
ini dapat dicatkan pada batang dan konstruksi bambu yang sudah
dalam keadaan kering sehingga dapat menolak serangga (Heinz,2004).

Anda mungkin juga menyukai