Li
Li
Scenario
Seorang pasien laki laki yang berusia 66 tahun datang dengan keluhan sakit
kepala dan munculnya luka-luka di pipi sebelah kanan hingga ke telinga. Pada
pemeriksaan ekstra oral tampak pustula, ulserasi, krusta dan edema di daerah
fasial kanan hingga telingga kanan. Pada pemeriksaan intra oral terdapat ulserasi,
krusta dan edema juga mengenai daerah labial bawah sebelah kanan nodus limfe
submandibular kanan membesar dan teraba lunak. Pemeriksaan intra oral tampak
ulser multiple pada daerah ventra dan dorsal lingual serta di dasar lidah sebelah
kanan.
STEP 1
Pustula : vesikel (ruang pada sel yg dikelilingi membrane sel,kurang dari 1 cm)
berisi nanah, ujung putih kekuningan
Krusta : sekumpulan nanah darah kotoran yang mengering warna hitam merah atau
coklat, bercampur dengan jaringan nekrotik
Ulserasi : keadaan jaringan lunak mulut yg kehilangan jaringan epitel karena trauma
mekanis pipi kegigitatau alat orthodontik atau khemis aspirin, cream sikat gigi
pada protesa gigi palsu, luka yg membentuk lubang pd kulit atau mukosa mulut,2
kondisi akut reaktif dan kronik reaktif (tidak sakit ditutupi membrane kuning yg
sedikit menonjol), sebuah proses peradangan untuk membentuk ulser karena
peradangan yg menembus membrane mukosa kulit
Edema : pembengkakan akibat cairan yang berlebihan di bawah kulit dan jaringan,
2 lokal karena gigit serangga alergi kulit, general kegagalan organ tubuh
Ulser multiple : pengelompokan ulser, kumpulan ulser yang lebih dari satu
Step 2
1. Apa saja lapisan mukosa mulut?
2. Fungsi mukosa mulut pada setiap lapisan
3. Apa saja lesi- lesi pada rongga mulut? Sertakan gambaran pada lesi tersebut
4. sebutkan perbedaanya pada masing masing lesi
5. Etiologi lesi pada rongga mulut
6. Perbedaan antara ulserasi akut dan kronik
7. Bagaimana penatalaksanaan dari masing masing lesi?
8. Apakah pustule, edema,ulser dan krusta merupakan serangkaian kejadian?
9. Faktor yang mempengaruhi gejala pada scenario
10.Hubungan antara pembesaran limfe dengan luka pipi disebelah kanan
3. Apa saja lesi- lesi pada rongga mulut? Sertakan gambaran pada lesi tersebut
Primer: macula,eritema, papula, nodula, vesikula, bula,pustule, tumor,kista
dan plak
Sekunder: squama, krusta, erosi, ulkus, jar.parut, abses, hyper pigmentasi,
hypo pigmentasi
Macula : gatal dan nyeri warna merah atau coklat, daerah yg mengalami
perubahan warna dan batas jelas bisa kecil atau besar tunggal atau jamak
Ulser
Erosi : lesi jar lunak akibat pecahnya vesikel atau bula, hilangnya perm epitel
tanpa kehilanan jaringan didalamnya
Fissure celah normal atau abnormal pada epidermis biasanya pada bibir
Papula: lesi padat di permukaan kulit diameter kurang dari 1 cm, warna putih
menyebabkan gatal dan nyeri
Plak
Vesikel : lesi berbenjol isi cairan batas jelas, besar kurang dari 1 cm
Bula : lesi berbenjol isi cairan batas jelas, besar lebih dari 1 cm
Pustula: lesi vesikel yg berisi nanah karena mikroorganisme berisi jaringan
padat
Nodula :lesi padat tebal lesi meluas sampai ke dalam dermis dengan
diameter kurang dari 1 cm
Bercak
Kista: berisi cairan di dalam dermis atau subkutan massa berdinding epitel
Jar. Parut: lesi mulai mengering
Keratosis : lesi berbentuk penebalan jaringan
Tumor : lebih dari 1 cm
video
li
1. Apa saja lapisan mukosa mulut?
Epitel rongga mulut terdiri dari lapisan-lapisan, antara lain :
1. Epitel mukosa mulu
Epitel mukosa mulut terdiri dari stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum,
stratum korneum.
a. Stratum basal
Sel dari stratum basal berbentuk kuboid dan silindris pendek dan membentuk lapisan
tunggal yang berdiam di lamina basalis di permukaan antar epitel dan lamina propria.
Sel basal menunjukkan aktifitas paling aktif dalam siklus epitel mukosa mulut.
b. Stratum spinosum
Terletak di atas lapisan basal. Terdiri dari sel berbentuk polyhedral. Lapisan basal dan
lapisan pertama dari lapisan spinosum sering disebut stratum germinativum.
Dinamakan germinativum karena banyak terjadi mitosis, dan lapisan ini bertanggung
jawab terhadap sel-sel di atasnya.
c. Stratum granulosum
Terletak di atas lapisan spinosum terdiri dari sel-sel agak gepeng berisi granula
keratohialin serta banyak bundle tonofibril pada epitel berkeratin. Pada lapisan tak
berkeratin, lapisan germinativum tidak mencolok. Granula yang terdapa pada
sitoplasma sel sangat padat, basofilik, dan berkaitan dengan pembentukan ortokeratin.
nti sel tampak degenerasi dan pyknotik. Sel lapisan granulosum pada lapisan
ortokeratin atau korneum menjadi gepeng, kehilangan inti. Sehingga sel berisi penuh
keratin dan menjadi eosinofil.
d. Stratum korneum
Sel-sel dari lapisan ini gepeng tanpa inti dan penuh dengan filamen keratin yang
dikelilingi oleh matriks. Sel epitel paling permukaan mati (keratin), lalu terkelupas
dan diganti oleh sel baru dari lapisan sel dibawahnya. Keratin merupakan protein
keras dan tak larut yang mengisi sebagian atau seluruh bagian dalam sel yang telah
berkerut dan mengandung ikatan sulfide yang berasal dari cincin dan bersatu dengan
rantai polipeptida. Proses keratinisasi tampak pre natal pada bagian lingual dan bukal
pada alveolar ridge pun terdapat proses keratinisasi dan bersifat genetik
Pada epithelium rongga mulut terdapat sel berkeratin dan sel tidak berkeratin. Sel-sel
tidak berkeratin terdiri dari 4 tipe sel, antara lain sel Langerhans, sel Merkel,
melanosi, dan limfosit.
a. Sel Langerhans
Sel ini mempunyai perpanjangan halus dari sitoplasma membrane yang disebut
dendritik. Sel ini ditemukan di lapisan atas basal mukosa mulut dan kulit. Sel ini
berfungsi pada respon imun.
b. Sel Merkel
Ditemukan pada lapisan basal sepanjang rete peg sepanjang mukosa mulut dan
kulit. Sel merkel tidak memiliki dendritik dan membentuk tonofilamen keratin,
kadang desmosom dengan sel epitel di dekatnya. Sel mengandung granula dalam
sitoplasma. Kadang terletak dekat fiber saraf. Granula dalam sel berfungsi sebagai
neurotransmitter antara sel Merkel dengan serabut saraf, dapat menerima dan
menyalurkan rangsang sensoris dan merespon sentuhan (berhubungan erat dengan
ujung saraf bebas dalam epitel). Saraf sensoris pada mukosa mulut berakhir
dengan ujung saraf bebas yang menerima rangsang panas, dngin, sentuhan, sakit,
dan rasa.
c. Melanosit
Terletak di antara sel-sel basal dibedakan dari sel keratinosit berdasarkan tidak
adanya hemi-desmosom, desmosom, tonofibril. Bila pigmen melanin pada
jaringan ikat, maka melanin berada dalam sel makrofag yang mengambil
melanosom yang dihasilkan melanosit di lapisan epitel. Lokasi dan distribusi
melanin dalam rongga mulut bervariasi umumnya pada gingival, bukal, palatum
keras, dan lidah.
2. Lamina basalis
Sel basal melekat pada lamina basalis dengan perlekatan mekanis yang dinamakan hemi-
desmosom. Hemi-deesmosom terdiri dari tonofilamen yang menembus sitoplasma sel dan
berakhir di lamina basalis. Kelainan genentik dan penyakit auto imun menyebabkan
kerusakan pada lamina basal.
3. Lamina propria
Lamina propria merupakan jaringan ikat yang terletak di bawah epitel (pendukung epitel)
dibedakan dalam dua lapisan yaitu lapisan papilar dan reticular. Pada lap[isan papilar
terdapat jaringan ikat yang menjorok ke arah epitel, fiber kolagen sedikit dan susunan
renggang, banyak kapiler. Pada lapisan reticular, fiber kolagen tersusun padat paralel
dengan permukaan. Pada lamina propria ditemukan pembuluh darah yang berasal dari
lapisan submukosa. Suplai nutrisi epitel diperoleh dari pembuluh darah lamina propria
(epitel bersifat avaskular)
from the underlying connective tissue of the lamina propia to thesurface,
the four layers in the nonkeratinied epithelium are: the stratum
"asale( " a s a l l a y e r ) , s t r a t u m s p i n o s u m ( s p i n o u s l a y e r ) ,
s t r a t u m i n t e r m e d i u m (intermediate layer), and stratum superfi ciale
(superfi cial layer).
dari jaringan ikat yang mendasari dari lamina propia ke permukaan, empat lapisan dalam epitel
nonkeratinied adalah: lapisan "asale ("asal lapisan), stratum spinosum (spinous lapisan),
stratum intermedium (lapisan menengah), dan lapisan superficiale (dangkal layer).
3. Apa saja lesi- lesi pada rongga mulut? Sertakan gambaran pada lesi tersebut
Menurut siregar 2003
Lesi primer
N Nama Pengertian Gambar
o lesi
1 Makula perubahan warna kulit tanpa perubahan
bentuk seperti pada tinea versikolor.
Lesi sekunder
N Nama lesi Pengertian Gambar
o
1 Skuama pelepasan lapisan tanduk dari
permukaan kulit
P-J Lamey, MAO Lewis., 1998, Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Widya
Medika, Jakarta
Langlais.,Miller., 2000, Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim,
Jakarta: Hipokrates
6. Perbedaan antara ulserasi akut dan kronik
Ada dua jenis kondisi ulserasi yaitu ulserasi akut relatif dan ulserasi kronik
relatif. Gambaran klinis ulserasi akut relatif menunjukkan gejala inflamasi
akut termasuk rasa sakit, kemerahan dan pembengkakakn. Area ulserasi
ditutupi eksudet fibrin berwarna putih kekuningan dan dikelilingi daerah
kemerahan. Sedangkan pada ulserasi kronik, terjadi sedikit atau tanpa rasa
sakit. Area ulserasi ditutupi membran kuning dan dengan tepi sedikit
menonjol yang menandakan adanya hyperkeratosis. Gambaran
histopatologik ulserasi akut menunjukkan hilangnya permukaan epitel yang
diganti oleh jaringan fibrin yang sebagian besar mengandung neutrofil.
Bagian dasar menunjukkan dilatasi kapiler dan mengandung neutrofil. Bagian
dasar menunjukkan dilatasi kapiler dan pembentukan jaringan granulosi.
Sedangkan pada ulserasi kronik tampak jaringan granulasi dengan jaringan
parut di bagian yang lebih dalam
Situmorang N, Lim E. Kebiasaan mengunyah sirih dan lesi yang dijumpai pada
Pada umumnya, lesi ini disebabkan oleh trauma mekanis dan hubungan antara
penyebabnya diketahui. Ulkus traumatik tergolong lesi reaktif dengan gambaran klinis
berupa ulkus tunggal pada mukosa yang dapat disebabkan oleh adanya trauma fisik atau
mekanik, perubahan termal, kimia, dan radiasi yang mengakibatkan kerusakan jaringan.
a. Trauma mekanik atau fisik Penyebabnya antara lain maloklusi, kesalahan pada
pembuatan protesa, menyikat gigi yang terlalu keras, kebiasaan pasien yang suka
menggigit-gigit pipi atau bibir dan oral piercing. Trauma mekanik dapat disebabkan oleh
karena tergigit baik disengaja maupun tidak disengaja. Lokasinya bisa bersebelahan
dengan gigi yang karies atau patah, tepi plat gigi tiruan atau ortodontik. Pada anak-anak,
ulkus traumatik disebut Riga-Fede yang muncul pada permukaan ventral lidah. Ulkus ini
bersifat kronis, dengan gambaran histopatologis yang disebut ulserasi eosinofilik
(traumatic granuloma, traumatic ulcerative granuloma with stromal eosinophilia
[TUGSE], eosinophilic granuloma of the tongue).
b. Trauma termal Trauma termal dapat disebabkan karena makanan yang panas sehingga
menimbulkan luka bakar pada lidah dan palatum, atau dapat disebabkan oleh
berkontaknya instrument dental yang panas dengan mukosa (iatrogenic). Pada umumnya,
jejas yang ditimbulkan akibat thermal food burns terletak pada palatum maupun mukosa
bukal bagian posterior. Lesinya berwarna kemerahan (eritema) pada bagian tengah ulkus
dengan epitelium yang nekrosis pada bagian tepinya. Salah satu contoh food burns adalah
pizza burns yang diakibatkan oleh keju panas, dan paling banyak terdapat pada palatum.
c. Trauma kimiawi Trauma kimiawi dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang
bersifat kaustik, seperti obat kumur dengan kandungan tinggi alkohol, hidrogen peroksida
dan fenol dan penggunaan aspirin sebagai obat sakit gigi. Selain itu, sodium perborat dan
turpentin juga dapat menyebabkan terjadinya ulkus. Penggunaan aspirin baik dalam tablet
maupun yang digunakan secara topikal pada mukosa dapat menyebabkan ulkus pada
mukosa. Material endodontik yang berfungsi sebagai bahan devitalisasi pulpa seperti
pasta arsen atau paraformaldehid dapat menyebabkan terjadinya nekrosis pada gingiva
dan tulang yang diakibatkan oleh bocornya bahan devitalisasi dari kamar pulpa menuju
ke jaringan sekitar. Natrium hipoklorit juga dapat menimbulkan efek yang sama apabila
mengalir ke jaringan sekitar. Pada penggunaan gulungan kapas, juga dapat menyebabkan
timbulnya ulkus pada mukosa rongga mulut. Kejadian ini disebut cotton roll burn atau
cotton roll stomatitis.
d. Terapi radiasi dan kemoterapi Manifestasi oral akibat terapi radiasi adalah oral
mukositis yang timbul pada minggu kedua setelah terapi, dan akan sembuh perlahan 2-3
minggu setelah terapi dihentikan. Area yang terkena adalah mukosa yang disinari
langsung oleh sinar X. Pada kemoterapi, mukosa yang terkena adalah mukosa
nonkeratinisasi, seperti mukosa bukal, ventrolateral lidah, palatum mole, dan dasar mulut.
Lesi awal berwarna keputihan dengan sedikit deskuamasi pada keratin, yang kemudian
menimbulkan atrofi pada mukosa dengan gambaran edematous dan eritematous.
Selanjutnya ulkus akan ditutupi oleh membran fibrinopurulen. Ulkus terasa nyeri dengan
sensasi rasa terbakar, serta tidak nyaman.