Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

PENETAPAN KADAR POLIFENOL DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK


ETANOL DAUN SINTRONG (Crassocephalum crepidiodes (Benth.) S. moore)

Tresna Lestari, Agnis Nurmala, Mira Nurmalasari


STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Jl. Cilolohan No 36 Tasikmalaya

Abstrak

Sintrong merupakan satu jenis tanaman yang banyak dikonsumsi sebagai lalapan oleh masyarakat
sunda. Sintrong diketahui memiliki kandungan senyawa polifenol yang memiliki potensi sebagai
antibakteri. Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar polifenoldan uji aktivitas antibakteri dari
ekstrak etanol daun sintrong. Penetapan kadar polifenol dilakukan dengan metode Jeong et al (2005)
menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dengan asam galat sebagai standar. Uji aktivitas antibakteri
dilakukan dengan metode difusi agar. Hasil pengujian diperoleh kadar total senyawa fenolik ekstrak
etanol daun sintrong adalah 1,8581 g GAE/100 g ekstrak dan konsentrasi hambat minimum ekstrak
terhadap Escherichia coli ATCC 89391 sebesar 8% setara dengan konsentrasi Tetrasiklin HCl 8,698
g/ml serta konsentrasi hambat minimum terhadap Staphylococcus aureus ATCC 65381 sebesar 8%
setara dengan konsentrasi Tetrasiklin HCl 11,913 g/ml.

Kata kunci : Sintrong, ekstrak etanol, polifenol, antibakteri

PENDAHULUAN dan bekerja sebagai antibakteri


Sintrong berasal dari Afrika tropis, kini (Pourmouran, 2006).
telah menyebar ke seluruh wilayah tropika
di Asia. Kemudian menyebar ke India, METODE PENELITIAN
Indonesia, Filipina dan Thailand. Dan Alat
sekarang menyebar ke Miyanmar dan Autoklaf, inkubator, oven, ose bulat,
Vietnam. Kerap ditemui di tanah-tanah cawan petri, maserator, rotary evaporator
terlantar yang subur, tepi sungai, tepi (IKA HB10), mikropipet dan
jalan, perkebunan, di sawah-sawah yang spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu
mengering, terutama di bagian yang 1240).
lembab, hingga ketinggian 250-2.500 m
dpl (Galinato et al, 1999). Bahan
Selain dapat digunakan sebagai daun sintrong (Crassocephalum
lalapan, daun sintrong digunakan sebagi crepidioides, bakteri Staphylococcus
obat bisul (Kusdianti et al, 2008). Secara aureus ATCC 65381 dan Escherichia coli
tradisional sintrong juga digunakan ATCC 89391, asam galat, tetrasiklin HCl,
sebagai nutraceutikal dan juga dipercaya reagen Folin-Ciocalteu, Na2CO3 p.a,
bisa mengobati berbagai macam penyakit, methanol p.a, Mueller Hinton Agar
seperti untuk mengatasi gangguan (MHA), Nutrient Agar (NA), NaCl
pencernaan, sakit kepala, sakit perut, fisiologis, pereaksi Mayer, Dragendorf,
mengobati luka, antelmentik, Lieberman-Burchard, FeCl3, larutan
antiinflamasi, antidiabetes, dan gelatin 1%, NaOH, Serbuk Zn, H2SO4p,
antimalaria (Adjatin et al, 2013). akuades, vanilin 10%, CH3COOH
Kandungan kimia yang terdapat anhidrid, HCl 2N, larutan H2SO4 1%,
dalam daun sintrong adalah saponin, larutan BaCl2 1%, toluena, kloroform,
flavonoid dan polifenol (Kusdianti et al, etanol 96% dan etanol 70%.
2008). Sedangkan berdasarkan hasil
penelitian Adjatin et al (2013) sintrong Preparasi Sampel
juga mengandung senyawa tanin, Bahan berupa tanaman sintrong
flavonoid dan steroid. (Crassocephalum crepidioides) dalam
Polifenol berperan dalam memberi warna keadaan segar dikumpulkan dan
pada tumbuhan seperti warna daun. dibersihkan dengan air. Bagian daun
Kandungan polifenol dapat melindungi sel diseleksi dan dirajang dan dikeringkan.
tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, Simplisia kering dihaluskan dengan
penghambat enzim hidrolisis dan oksidatif
107
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

menggunakan blender, sehingga diperoleh lubang dengan menggunakan mikropipet.


serbuk daun sintrong. Media diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37 C, kemudian diamati dan diukur
Penapisan Fitokimia diameter zona hambatnya dengan jangka
Penapisan fitokimia dilakukan dengan sorong.
metode menurut Fransworth (1966)
terhadap golongan senyawa alkaloid, HASIL DAN PEMBAHASAN
falvonoid, polifenol dan tannin, kuinon, Preparasi sampel
steroid dan triterpenoid, saponin, Daun sintrong yang digunakan
monoterpenoid dan seskuiterpenoid. sebagai sampel pada penelitian ini
diperoleh dari daerah Karangnunggal
Ekstraksi Kabupaten Tasikmalaya. Pengumpulan
Timbang 250 g daun sintrong, kemudian daun dilakukan dengan cara dipetik dan
dimaserasi dengan menggunakan pelarut dipilih daun yang segar dan masih utuh,
etanol 96% pada suhu kamar. Filtrat bagian lain yang tidak digunakan
kemudian disaring dan diuapkan dengan dipisahkan. Daun sintrong yang telah
menggunakan rotary evaporator hingga dikumpulkan selanjutnya dibersihkan
diperoleh ekstrak kental. Rendemen dengan cara dicuci menggunakan air
ekstrak etanol daun sintrong dihitung mengalir untuk menghilangkan kotoran
dengan membandingkan bobot awal yang menempel pada daun. Selanjutnya,
simplisia dengan bobot akhir ekstrak yang daun sintrong dikeraingkan menggunakan
dihasilkan. oven pada suhu 40 C. Pengeringan
dilakukan untuk mendapatkan simplisia
Penetapan Kadar Polifenol Total yang awet dan tidak mudah ditumbuhi
Penetapan kada polifenol total dilakukan mikroba dalam penyimpanan jangka lama,
dengan menggunakan metode Folin- proses pengeringan juga dapat
Ciocalteu. Sebanyak 0,3 mL larutan menghentikan rekasi enzimatik sehingga
ekstrak ditambahkan dengan 5 mL reagen kandungan senyawa yang terdapat dalam
Folin-Ciocalteu 10%. Campuran daun sintrog lebih stabil.
didiamkan pada suhu kamar selama 5 Daun sintrong yang telah kering
menit. Selanjutnya 4 mL Na2CO3 7,5% kemudian diserbukkan untuk
ditambahkan ke dalam campuran. memperbesar luas permukaan simplisia
Campuran didiamkan pada suhu kamar sehingga dapat mempermudah proses
selama 70 menit. Absorbansi sampel penarikan senyawa kimia dalam simplisia
diukur pada 750 nm menggunakan pada saat ekstraksi. Proses penyerbukan
spektrofotmeter UV-Vis. Kandungan total juga memudahkan pengepakan dan
fenol dinyatakan sebagai mg/100g penyimpanan simplisia.
ekuivalen asam galat (Jeong et al, 2005).
Ekstraksi
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstraksi daun sintrong dilakukan
Pengujian aktivitas antibakteri dengan metode maserasi. Metode maserasi
dilakukan secara in vitro dengan metode dipilih karena metode ini murah dan
difusi agar yang menggunakan metode mudah dilakukan, selain itu senyawa yang
sumuran pada media Muller Hilton Agar terkandung pada daun sintrong belum
(MHA). diketahui dengan pasti stabilitasnya
Masukan 1 ml suspensi bakteri ke dalam terhadap pemanasan, sehingga metode
cawan petri, kemudian ditambahkan 20 ml maserasi lebih dipilih untuk digunakan.
MHA yang steril. Cawan digerakan Proses maserasi juga sangat
memutar supaya bakteri dan agar menguntungkan, karena dengan
tercampur secara homogen dan didiamkan perendaman, pelarut akan mempunyai
sampai membeku. Kemudian dibuat 4 waktu interaksi dengan sampel lebih lama
lubang, jarak antar lubang diatur untuk melakukan pemecahan dinding dan
sedemikian rupa dan diberi tanda untuk membran sel sampel. Hal ini terjadi
masing-masing lubang. Ekstrak daun karena adanya perbedaan konsentrasi
sintrong dengan berbagai konsentrasi senyawa antara di dalam dan di luar sel
sebanyak 50 l pada masing-masing sehingga senyawa metabolit sekunder

108
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

yang ada di dalam sitoplasma akan keluar Penetapan Kadar Fenol Total
dan terlarut dalam pelarut. Penetapan kadar polifenol
Pelarut yang dipilih untuk ekstraksi adalah dilakukan dengan menggunakan reagen
etanol karena etanol merupakan pelarut Folin-Ciocalteu (FC). Reagen ini
yang lebih efisien dalam menarik mengandung fosfomolibdat-fosfotungstat
komponen polar hingga semi polar. Pada yang akan mengoksidasi gugus hidroksil
penelitian ini senyawa target yang akan (-OH) dari senyawa fenol menghasilkan
dianalisis adalah polifenol yang cenderung senyawa komlek berwarna biru. Reaksi ini
bersifat polar sehingga pelarut etanol lebih berjalan lambat pada suasan asam
sesuai untuk digunakan. Sebagai pelarut sehingga pada saat reaksi ditambhkan
etanol juga mempunyai beberapa Na2CO3 untuk membentuk suasan basa
kelebihan yakni relatif tidak bersifat sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat
racun, tidak eksplosif bila bercampur (Agustiningsih, 2010).
dengan udara, tidak korosif, absorbsinya Pada penelitian ini digunakan asam galat
baik, panas yang diperlukan untuk sebagai senyawa fenol pembanding. Asam
pemekatan lebih sedikit dan mudah galat merupakan golongan asam fenolik
didapatkan. C6-C1 atau hidroksibenzoat yang mudah
Maserat yang diperoleh berupa diperoleh dalam kondisi stabil dan murni,
ekstrak etanol daun sintrong diuapkan serta lebih murah dibandingkan dengan
dengan rotary evaporator. Penggunaan senyawa standar lainnya. Pada
rotary evaporator karena pelarut dapat pengukuran asam galat dengan variasi
menguap dibawah titik didihnya dengan konsentrasi diperoleh persamaan regresi
bantuan penurunan tekanan (vakum) linier y = 0,0079x 0,1343 dengan nilai
sehingga senyawa kimia yang terkandung R2 = 0,994 dan nilai r = 0,997 (Gambar 1).
di dalam pelarut tidak rusak atau
terdekomposisi. Hasil yang diperoleh
berupa ekstrak kental etanol daun
sintrong. Dari hasil ekstraksi dihasilkan
rendemen sebesar 16,768%.

Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia merupakan uji yang
dilakukan untuk mengetahui kandungan
golongan senyawa kimia tertentu yang
terdapat di dalam sampel. Penapisan
Gambar 1. Kurva Pembanding Asam Galat
fitokimia dilakukan terhadap simplisia dan
ekstrak etanol daun sintrong. Hasil
Untuk menghitung kadar fenol
fitokimia menunjukkan simplisia dan
dari sampel dilakukan dengan cara
ekstrak etanol daun strong memiliki
memasukkan nilai absobansi sampel ke
kandungan senyawa flavonoid, polifenol,
dalam persamaan regresi kurva kalibrasi
monoterpenoid, seskuiterpenoid, steroid
asam galat, hasil yang diperoleh
dan kuinon (Table 1).
dinyatakan sebagai mg/100g ekuivalen
asam galat. Dari data penelitian diperoleh
Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia
Golongan Simplisia Ekstrak
kadar polifenol ekstrak daun sintrong
Senyawa dengan cara maserasi sebesar 1,8581 g
Alkaloid - - GAE/ 100 g.
Flavonoid + +
Tanin - - Uji Aktivitas Antibakteri
Polifenol + +
Saponin - -
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
Monoterpenoid + + etanol daun sintrong dilakukan dengan
Seskuiterpenoid + + metode difusi agar. Bakteri uji yang
Steroid + + digunakan adalah Staphylococcus aureus
Triterpenoid - -
ATCC 65381 untuk mewakili bakteri
Kuinon + +
Keterangan: (+) Teridentifikasi, (-) Tidak golongan gram positif dan Escherichia
Teridentifikasi coli ATCC 89391 untuk mewakili bakteri
golongan gram negatif. Hasil pengujian
109
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

menunjukan ekstrak etanol daun sintrong struktur dinding sel yang dimiliki oleh
memiliki aktivitas antibakteri yang lebih masing-masing bakteri.
besar terhadap S. aureus dibandingkan Tabel 3. Hasil Penentuan Konsentrasi
terhadap E. coli. Hal ini terlihat dari Hambat Minimum (KHM)
besarnya diameter zona hambat yang Diameter Hambat (mm)
Staphylococcus Escherichia
terbentuk dari masing-masing bakteri pada Konsentrasi
aureus coli
konsentrasi yang sama. (%)
ATCC 65381 ATCC
Pada penelitian ini, ekstrak etanol 89391
daun sintrong memiliki aktivitas 10 3,16 2,70
antibakteri pada konsentrasi 10% dengan 9 3,07 2,60
8 3,01 2,33
diameter zona hambat sebesar 3,16 mm 7 0,00 0,00
pada S. aureus dan 2,77 mm pada E. coli 6 0,00 0,00
(Tabel 2). 5 0,00 0,00
Tabel 2 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri 4 0,00 0,00
Diameter Hambat (mm) 3 0,00 0,00
Staphylococcus Escherichia 2 0,00 0,00
Konsentrasi 1 0,00 0,00
aureus coli
(%) 0 0,00 0,00
ATCC 65381 ATCC
89391
0 0,00 0,00 Bakteri E. coli memiliki lapisan dinding
10 3,16 2,77
20 3,34 2,92
sel yang lebih tebal dibandingakan S.
30 4,11 3,00 aureus. Dinding sel E. coli dilapisi oleh
40 5,05 5,00 membran luar yang terdapat protein,
50 5,17 5,22 fosfolipid dan lipoposakarida dan ruang
60 9,22 6,00 periplasmik sementara dinding sel S.
70 9,66 6,49
80 10,05 9,00 aureus terdiri dari lapisan peptidoglikan
90 13,00 10,00 yang tebal, asam teikoat dan sedikit lipid
100 15,33 12,11 (Ibrahim, 2007) yang dapat lebih mudah
ditembus oleh ekstrak etanol daun
Penentuan Konsentrasi Hambat sintrong.
Minimum (KHM) Mekanisme penghambatan ekstrak
Untuk mengetahui konsentrasi terendah etanol daun sintrong terhadap p
dari ekstrak etanol daun sintrong yang rtumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli
masih dapat memberikan aktivitas sebagai diduga karena adanya senyawa metabolit
antibakteri, selanjutnya dilakukan sekunder flavonoid dan polifenol. Dimana
penetapan KHM dengan range konsentrasi flavonoid dan pilifenol merupakan
yang lebih rendah dari konsentrasi yang senyawa yang bersifat polar sehingga
memberikan aktivitas antibakteri, yaitu lebih mudah untuk menembus lapisan
1%-10%.. Hasil pengujian konsentrasi peptidoglikan pada bakteri S. aureus yang
hambat minimum terhadap bakteri S. bersifat lebih polar dibandingkan lapisan
aureus dan E. coli dapat dilihat pada Tabel lipid pada bakteri E. coli (Dewi, 2010).
3. Penentuan Kesetaraan Aktivitas
Pada Tabel 3 terlihat bahwa dengan Antibiotik Pembanding
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Antibiotik yang digunakan pada
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli, penelitian ini adalah tetrasiklin HCl.
masing-masing adalah 8% dengan Antibiotik pembanding dibuat dalam
diameter hambat 3,01 mm pada S. aureus berbagai macam variasi konsentrasi
dan 2,33 mm pada E. coli. Dari data menggunakan pelarut yang sesuai seperti
tersebut diketahui bahwa S. aureus yang tertera pada Farmakope Indonesia
memiliki tingkat sensitivitas yang lebih Edisi IV. Uji aktivitas pembanding
tinggi terhadap ekstrak etanol daun tetrasiklin HCl masing-masing dilakukan
sintrong dibandingkan E. coli. Perbedaan terhadap bakteri S. aureus dan E. coli.
tingkat sensitivitas ini ditandai dengan Hasil penentuan kesetaraan antibiotik
perbedaan diameter hambat yang yang tetrasiklin HCl dapat dilihat pada Tabel 4.
terbentuk pada S. aureus lebih besar
dibandingkan E. coli. Hal ini dapat
dipengaruhi karena adanya perbedaan

110
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

Tabel 4. Hasil Penentuan Kesetaraan konsentrasi ekstrak etanol daun sintrong


Aktivitaas dengan Tetrasiklin HCl sebesar 8% b/v memiliki aktivitas yang
Staphylococcus aureus Escherichia coli setara dengan konsentrasi tetrasiklin HCl
ATCC 65381 ATCC 89391
Konsentrasi Diameter Konsentrasi Diameter
sebesar 8,698 g/ml.
(g/mL) Hambat (g/mL) Hambat Berdasarkan data yang diperoleh ekstrak
(mm) (mm) etnol daun sintrong memiliki potensi
5 2,86 5 1,79 sebagai antibakteri yang lebih rendah jika
10 2,98 10 2,43 dibandingkan dengan antibiotik tetrasiklin
15 3,09 15 3,26
20 3,21 20 4,47 HCl. Penajaman aktivitas antibakteri dari
25 3,32 25 5,23 ekstrak masih mungkin dilakukan dengan
30 3,47 30 5,89 cara memurnikan ekstrak, sehingga dapat
diperoleh senyawa yang terbebas dari
Hasil pengujian selanjutnya dibuat pengotor-pengotornya yang mungkin
kurva regresi linier antara konsentrasi menghambat terhadap aktivitas zat aktif
tetrasiklin HCl (g/mL) dengan diameter sebagai antibakteri.
hambat (mm). Grafik kurva baku dari
tetrasiklin HCl dapat dilihat pada Gambar KESIMPULAN DAN SARAN
2 dan 3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
1. Simplisia dan ekstrak etanol daun
sintrong mengandung senyawa
metabolit sekunder golongan
flavonoid, polifenol, monoterpenoid,
seskuiterpenoid dan steroid.
2. Nilai kandungan senyawa fenolik total
daari ekstrak etanol daun sintrong
Gambar 2. Grafik Penghambatan yang diperoleh secara maserasi adalah
Tetrasiklin HCl Terhadap S. aureus sebesar 1,8581 g GAE/ 100 g
3. Ekstrak etanol daun sintrong memiliki
Nilai perbandingan ativitas
aktivitas antibakteri dengan nilai
ekstrak etanol daun sintrong dengan KHM terhadap S. aureus sebesar 8%
Tetrasiklin HCl terhadap S. aureus b/v yang setara dengan 11,913 g/ml
dihitung menggunakan persamaan tetrasiklin HCl, sementara nilai KHM
pada kurva baku Tetrasiklin HCl. terhadap E. coli sebesar 8% yang
Berdasarkan data diperoleh bahwa setara dengan 8,698 g/ml.
pada konsentrasi 8% b/v ekstrak etanol
daun sintrong dapat memberikan Saran
diameter hambat terhadap bakteri S. Untuk penelitian lebih lanjut
aureus setara dengan 11,913 g/ml disarankan :
tetrasiklin HCl. 1. Melakukan isolasi senyawa aktif yang
berperan sebagai antibakteri dari
ekstrak etanol daun sintrong.
2. Melakukan skrining aktivitas yang
lain terhadap ekstrak etanol daun
sintrong.

DAFTAR PUSTAKA
Adjatin A et al. 2013. Phytochemical
Gambar 3. Grafik Penghambatan screening and toxicity studies of
Tetrasiklin HCl Terhadap E. coli Crassocephalum rubens (Juss. ex
Jacq.) S. Moore and Crassocephalum
Sementara nilai perbandingan crepidioides (Benth.) S. Moore
ekstrak dengan Tetrasiklin HCl terhadap Consumed as vegetable in
bakteri E. coli yang dihitung Benin.Volume
menggunakan persamaan pada kurva baku
Tetrasiklin HCl, diperoleh bahwa
111
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

2.Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci, 2(8): Kusdiantiet al. 2008.Tumbuhan Obat Di


1-13. LegokJero Situ Lembang. Bandung.
Dewi F K, 2010. Aktivitas Antibakteri Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ekstrak Etanol Buah Mengkudu Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
(Morinda citrifolia Linnaeus) Pendidikan Indonesia.
Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Pourmouran, F, Hosseinimehr, S.J,
Segar. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Shahabimajd, N. 2006.
MIPA, Universitas Sebelas Maret AntioxidantActivity, Phenol And
Surakarta.Latief A. 2012. Obat Flavonoid Contents Of Some Selected
Tradisional. Jakarta: EGC. Iranian Medicinal Plants.African
Fransworth,N.R., (1966), Biological and journal of Biotechnology Vol. 5(11) :
Phytochemical Screening of Plants, 1142-1145, 2006.
J.Pharm.Sci, 55(3) : 243-269. Pratiwi, TS. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Galinato IM, Moody.K, Piggin CM, Erlangga.
Hardy B, editor. 1999. Upland Rice Robinson T. 1995. Kandungan Organik
Weeds of South and Sotheast Asia. Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB.
Philippines: International Rice Sabir, A. 2003. Pemanfaatan Flavonoid di
Research Institute. p. 19. Bidang Kedokteran Gigi. Majalah
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Kedokteran Gigi Edisi Khusus Temu
Penuntun Cara Modern menganalisis Ilmiah Nasional III. Surabaya: Airlangga
Tumbuhan, terjemahan K. University Press.
Padmawinata dan I. Sudiro, Cetakan
ke II. Bandung: ITB.
Hudaya A. 2010. Uji Antioksidan dan
Antibakteri Ekstrak Air Bunga
Kecombrang (Etlingeraelatior)
Sebagai Pangan Fungsional Terhadap
Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli .[Skripsi]. Jakarta.
Fakultas Sains danTeknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Ibrahim M, 2007. Mikrobiologi: Prinsip
dan Aplikasi. Surabaya: Unesa
Universitas Press
Jawetz, Melnick dan Adelberg. 2008.
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi-
23.Alih Bahasa Huriawatihartono et
al. Jakarta: EGC.
Kee L.J., E.R Hayes. 1996. Farmakologi:
Pendekatan proses keperawatan. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: EGC.
Kusmiyati dan Agustini, N. W. R.
2007.Uji Aktivitas Senyawa
Antibakteri dari
Mikroalga Porphyridium cruentum.
Biodiversitas, 8(1): 48-53.
Saputra N.S. 2013. Analisis Sekuen
Poliketida Sintase Domain
Ketosintase Pada Bakteri Endopit
Akar Ageratum conyzeides L.
[Skripsi]. Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengrtahuan
Alam, Universitas Pendidikan
Indonesia.

112

Anda mungkin juga menyukai