Anda di halaman 1dari 3

1.

Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae
aegypti merupakan vektor yang paling utama, namun spesies lain seperti
Ae.albopictus juga dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang memiliki ketinggian
lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai
terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain rendahnya status
kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena
banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
(http://www.depkes.go.id)
2. Patofisiologi dan patogenesis
Patogenesis dan patofisiologi Patogenesis DBD masih belum jelas betul. Berdasarkan
berbagai data epidemiologi dianut 2 hipotesis yang sering dijadikan rujukan untuk
menerangkannya. Kedua teori tersebut adalah the secondary heterotypic antibody
dependent enchancement of a dengue virus infection yang lebih banyak dianut, dan
gabungan efek jumlah virus, virulensi virus, dan respons imun inang. Virus dengue
masuk kedalam tubuh inang kemudian mencapai sel target yaitu makrofag. Sebelum
mencapai sel target maka respon immune non-spesifik dan spesifik tubuh akan
berusaha menghalanginya. Aktivitas komplemen pada infeksi virus dengue diketahui
meningkat seperti C3a dan C5a mediator-mediator ini menyebabkan terjadinya
kenaikan permeabilitas kapiler13 celah endotel melebar lagi. Akibat kejadian ini maka
terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke extravaskuler dan menyebabkan
terjadinya tanda kebocoran plasma seperti hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi
pleura, asites, penebalan dinding vesica fellea dan syok hipovolemik. Kenaikan
permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya hemokonsentrasi, tekanan nadi
menurun dan tanda syok lainnya merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi pada
DBD.
3. Etiologi
Virus dengue biasanya menginfeksi nyamuk Aedes betina saat dia menghisap darah
dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia), yaitu 2 hari sebelum
panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari
(periode inkubasi ekstrinsik) sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia
dan tetap infektif selama hidupnya.
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk
bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut
menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang
lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6
hari) timbul gejala awal penyakit.
Gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari,
nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai
adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri
ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini
3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.
4. Manifestasi klinis
Pada fase febris
Biasanya demam mendadak tinggi 2 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema kulit,
nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus
ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia, mual dan
muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie,
perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan
perdarahan gastrointestinal.
Fase kritis
terjadi pada hari 3 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai
kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya
berlangsung selama 24 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni
progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.
Fase pemulihan
bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke
intravaskuler secara perlahan pada 48 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita
membaik, nafsu makan pulih kembali , hemodinamik stabil dan diuresis membaik.
5. Guideline/Algorithma Theraphy/Acuan penatalaksanaan
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.

Anda mungkin juga menyukai