Anda di halaman 1dari 2

IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk
tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih besar dari pajak
keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan restitusi
sebesar Rp 65,7 miliar. 750 penanam modal asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak
dengan cara melaporkan rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut.
Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para
pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi.
Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari k
antor akuntan publik dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya
dan korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah
terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.
Secara rinci berita yang dikutip dalam suatu media tertentu, dijabarkan sebagai
berikut:
Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya Manusia Direktorat
Jenderal Pajak, Djangkung Sudjarwadi, menyatakan bahwa Ditjen Pajak akan mengusut
laporan adanya penggelapan pajak yang dilakukan PT Indosat Multimedia (IM3).
Menurut master hukum dari Harvard Law School tersebut, adanya laporan dari Wakil
Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, M Rosyid Hidayat, bahwa IM3 telah
menggelapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp 174 miliar, merupakan
informasi yang harus ditindaklanjuti aparat Ditjen Pajak. Dalam pandangan Djangkung,
informasi apapun yang berkaitan tentang penyimpangan pajak, baik yang dilakukan
wajib pajak maupun aparat pajak sendiri akan ditindaklanjuti secara serius oleh pihak
Ditjen Pajak.
Adanya bantahan dari Direktur Utama IM3, Yudi Rulianto, kata Djangkung, tidak
menyebabkan permasalahan menjadi selesai. Pengusutan tetap diperlukan untuk
mencari tahu duduk permasalahan yang sebenarnya dengan memeriksa wajib pajak
yang bersangkutan dan memeriksa kebenaran laporan atau pengaduan yang diterima.
Hal ini sesuai dengan amanah Undang-Undang No 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menyatakan bahwa Ditjen Pajak berwenang
melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak
Proses pengusutan tersebut, menurut Djangkung, saat ini sudah dilimpahkan ke Kantor
Wilayah VII Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini dikarenakan kantor pusat IM3 berada di
wilayah kerja Kanwil VII. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, M Rosyid Hidayat
mengungkapkan kecurigaan adanya dugaan korupsi pajak atau penggelapan pajak yang
dilakukan PT Indosat Multimedia (IM3). Rosyid mengungkapkan, IM3 melakukan
penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) ke kantor Pajak untuk tahun buku Desember 2001
dan Desember 2002. Untuk SPT masa PPN 2001 yang dilaporkan ke kantor pajak pada
Februari 2002 dilaporkan bahwa total pajak keluaran tahun 2001 sebesar Rp 846,43
juta. Sedangkan total pajak masukan sebesar Rp 66,62 miliar sehingga selisih pajak
keluaran dan masukan sebesar Rp 65,77 miliar. Sesuai aturan, jika pajak masukan lebih
besar dari pajak keluaran, maka selisihnya dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena
itu, IM3 melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar.
Menurut Rasyid, selintas memang tidak terjadi kejanggalan dari hal tersebut. Namun,
jika lampiran pajak masukan dicermati, IM3 menyebut adanya pajak masukan ke PT
Indosat sebesar Rp 65,07 miliar. Namun setelah dicek ulang, dalam SPT Masa PPN PT
Indosat, ternyata tidak ditemukan angka pajak masukan yang diklaim IM3.
Padahalseharusnya angka Pajak Masukan IM3 tersebut muncul pada laporan pajak
keluaran PT Indosat untuk tahun buku yang sama. Bahkan, PT Indosat hanya
melaporkan pajak keluaran sebesar Rp 19,41 miliar yang sebagian besar berasal dari
transaksi dengan PT Telkom bukan dengan IM3.
Hal serupa juga dilakukan pada 2002, bahkan nilainya lebih besar. Untuk SPT Masa
PPN 2002 per Desember 2002, IM3 melaporkan kelebihan pajak masukan sebesar Rp
109 miliar. Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) nomor
00008/407/02/051/03 uang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai